Anda di halaman 1dari 23

1.

Marifatullah [Mengenal Allah]


Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Tala yang telah mengajarkan hamba-hambaNya apa-apa yang tidak dia ketahui,kemudian shalawat beserta salam tercurahkan
kehadirat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya y
dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman. Marifatullah atau
mengenal Allah Azza wa Jalla merupakan satu perkara wajib yang mesti diketahui
oleh seorang muslim karena tanpa mengenal Allah Subhanahu wa Tala tidak akan
mungkin bisa diraih kebahagian hidup, surga Allah Subhanahu wa Tala. Seseorang
yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar tidak akan mengerti
hakekat hidup yang sesungguhnya, dalam artian siapakah dia, untuk apa ia diciptakan
oleh Allah Subhanahu wa Tala.
Mengenal Allah Subhanahu wa Tala merupakan salah satu dari tiga pertanyaan yang
akan ditanyakan oleh malaikat kepada manusia tatkala mereka masih berada di alam
Barzakh (alam kubur). Adapun tiga pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan tentang siapa Robbmu
2. Apa agamamu
3. Siapa Nabimu
Ketiga pertanyaan di atas merupakan tiga landasan pokok yang wajib diketahui oleh
setiap muslim. Ketidaktahuan seseorang kepada tiga hal tersebut akan menyebabkan
ia mendapat azab dari Allah Subhanahu wa Tala
A. Apa tujuan yang hendak dicapai ketika seseorang mengenal Allah I ?
Seseorang yang tidak mengerti tujuannya, maka ia akan berada dalam kebingungan
dan terombang-ambing sehingga ia akhirnya terjatuh kedalam lembah kesesatan dan
kebathilan. Oleh karena itu Syaikh utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa; ketika
seseorang telah mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar, maka secara
pasti mereka akan mempunyai beberapa sikap yang akan tampak pada dirinya,
diantara sifat tersebut adalah:
1. Menerima syariat yang ditetapkan Allah Azza wa Jalla.
2. Tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Tala
3. Menjadikan Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah r sebagai penentu hukum.
Tentunya semua ini akan menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa banyak orang tidak
mau menerima Syariat Islam yang Allah Subhanahu wa Tala tetapkan, kenapa
banyak kaum muslimin tidak mau patuh dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa
Tala? Bahkan mereka lebih mendahulukan hawa nafsunya ketimbang mentaati
perintah Allah Subhanahu wa Tala, bahkan mereka masih berhukum dengan hukum
jahiliyah yang mereka buat sendiri.
Tentu semua jawabannya kembali kepada satu titik terang, yaitu mereka tidak
mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan benar. Mengenal Allah I dengan benar

akan membuahkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla.


B. Siapakah Robb-mu (Tuhanmu)
Agar seorang muslim bisa mengenal Robbnya dan bisa patuh serta mencintai Allah
Azza wa Jalla, maka mereka wajib mengenal Allah Subhanahu wa Tala dengan
benar dan menurut pandangan Syariat.
Robb kita adalah Allah Subhanahu wa Tala, Dialah yang menciptakan kita, Yang
memberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Dia-lah Allah Subhanahu wa
Tala Robbul alamin, Dialah Allah Azza wa Jalla Dzat yang wajib kita sembah.
Hanya Dia yang kita sembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dalam bentuk
apapun. Dialah Allah Subhanahu wa Tala yang telah menurunkan kepada
makhluknya semua nikmat. Nikmat-nimat Allah Azza wa Jalla tidak terhitung
banyaknya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa
menghitung-Nya. (QS. an-Nahl: 18)
Untuk lebih meyakinkan kita tentang siapakah Allah I, maka mari kita lihat ayat-ayat
al-Quran:
1. Allah Subhanahu wa Taala menciptakan manusia dari tanah
:
Allah Subhanahu wa Tala berfirman: Dia-lah (Allah) yang telah menciptakan
kamu dari tanah, kemudian menetapkan ajal, dan ajal yang telah ditentukan (untuk
berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang hanya Dia mengetahuinya), kemudian
kamu masih ragu (tentang hari berbangkit itu) (QS. al-Anam :2)
2. Allah subhanahu wa Ta'ala
Maha pemberi rezkiSebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya Dia-Nya Allah Maha
Pemberi rezeki dan Yang Maha Kuat lagi Kokoh (QS. adz-Dzaariyat: 58)
Katakanlah siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mengeluarkan yang mati dari yang
hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka akan menjawab:
Allah (Q.S Yunus: 31)
3. Allah Subhanahu wa Taala ciptakan manusia untuk mentauhidkan-Nya dan
beribadah kepada-Nya saja.Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Tala berfirman:
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembahKu. (QS. adz-Dzaariyat: 59)
4. Allah Subhanahu wa Taala merupakan Robb sekalian alam.Sebagaimana dalam
firman-Nya : Segala puji bagi Allah Robb sekalian alam. (QS. al-Fatihah: 2)
Robb artinya: Dialah Allah Subhanahu wa Tala yang membimbing, memberikan
nikmat, pencipta manusia, penguasa dan Maha mengatur terhadap manusia,

sebagaimana yang Dia kehendaki, sedangkan kata-kata -alam- adalah setiap apapun
selain Allah Subhanahu wa Tala.
C. Apa metode (manhaj) dalam mengenal Allah I ?
Hal ini sangat perlu dan wajib kita ketahui, karena tatkala seseorang tidak mengenal
cara yang benar dalam mengenal Allah Subhanahu wa Tala, maka ia akan mengenal
Allah Subhanahu wa Tala dengan cara-cara keliru. Contoh kekeliruan dalam
mengenal Allah Subhanahu wa Tala adalah dengan anggapan bahwa mengenal
Allah seperti mengenal diri sendiri, mereka berdalil: Siapa yang mengenal dirinya
maka mereka akan kenal dengan Tuhannya ungkapan tersebut adalah hadist maudhu
(palsu).
Adapun Manhaj (metode) dalam mengenal Allah Subhanahu wa Tala adalah:
1. Mentadabburi dan tafakkur terhadap kebesaran ciptaan Allah
Subhanahu wa Taala dan keagungan-Nya, karena dengan melakukan hal
seperti itu akan mengantarkan seseorang kepada mengenal Allah
Subhanahu wa Taala, mengenal kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya
serta rahmat-Nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah.(QS. al-Araf: 185)Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan pada pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir. (QS. Ali Imran: 190)
Tatkala seseorang mau mengkaji dan mentadabburi ciptaan Allah
Subhanahu wa Taala yang agung ini, maka dengan sendirinya mereka
akan semakin yakin dan kagum kepada Penciptanya, Dzat yang maha
segala-galanya dan tidak bisa disaingi oleh siapapun. Lihatlah langit,
bulan, matahari, siang, malam bahkan manusia sendiri yang diciptakan
dalam sebaik-baik bentuk. Semua ini menunjukkan kehebatan Sang
Pencipta.
2. Mengkaji ayat-ayat Syari (al-Quran)
Seseorang yang ingin kenal dengan Allah Subhanahu wa Taala, maka
wajib baginya untuk memandang ayat-ayat Syari, yaitu alquranul
karim. Karena tidak cukup hanya dengan melihat keagungan ciptaanNya saja. Al-Quran akan memberikan keyakinan dan akan
memperkenalkan kepada tentang Allah Azza wa Jalla, ia merupakan
wahyu Allah Subhanahu wa Taala, di dalamnya terdapat kemaslahatankemaslahatan yang besar, karena tidak akan tegak kehidupan makhluk,
baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan mengenalnya. Dalam hal
ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Maka apakah mereka tidak mentadabburi al-Quran. Kalau sekiranya al-Quran itu
bukan dari Allah, maka sungguh mereka akan mendapati perselisihan yang sangat
banyak di dalamnya.(QS. an-Nisaa: 82)

Tentu semua ini harus dikaji dengan ilmu, sedangkan untuk


mendapatkan ilmu seseorang tidak boleh berpangku tangan, atau
menunggu datangnya ilmu tersebut. Hendaklah seseorang yang akan
mengenal Allah I mau belajar, hadir di majelis-majelis ilmu, mempunyai
perhatian tentang Aqidah yang Shohih.
Semakin tinggi ilmu seseorang tentang Allah Subhanahu wa Taala,
maka ia akan semakin mengetahui nikmat dan manfaat yang dapat ia
rasakan, bahkan ia akan semakin takut untuk melakukan perbuatan dosa
dan maksiyat, dan juga ia akan merasakan semakin kuat dorongan di
dalam beramal sholeh dan melaksanakan syariat agama ini. Hal ini
disebabkan karena perintah-perintah Allah Subhanahu wa Taala yang
lain adalah realisasi dari mengenal Allah Subhanahu wa Taala. Untuk
menambah bahan bacaan dalam hal ini kami anjurkan para pembaca
untuk membaca buku-buku aqidah seperti:
Syarah Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, kitab
Tauhid oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan dari jilid 1 3.
D. hal pokok yang wajib diperhatikan dalam mengenal Allah Azza wa Jalla
1. Beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa Taala
Seorang yang mengenal Allah Subhanahu wa Taala wajib baginya
meyakini adanya Allah Subhanahu wa Taala, baik dengan dalil akal
maupun dalil naqli (al-Quran dan Sunnah)
2. Beriman dengan Rububiyah Allah Azza wa Jalla
Meyakini bahwa Dialah satu-satunya Robb, yang tidak ada sekutu bagiNya. Dialah Allah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki,
serta mengatur alam semesta ini.
3 Beriman dengan Uluhiyah-Nya Allah Subhanahu wa Taala
Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Taala adalah satu-satunya zat
yang harus disembah dan diibadati.
4. Beriman dengan asma dan sifat-Nya.
Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Taala mempunyai nama-nama
yang baik dan sifat-sifat yang husna sesuai dengan kemuliaan-Nya, dan
wajib menetapkan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang telah Dia
tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Quran dan Sunnah Rasul.
E.Buah dari mengenal Allah Subhanahu wa Taala (Marifatullah)
Ketika seorang muslim telah kenal dengan Robbnya dengan benar, maka dengan
sendirinya ia akan merasakan kenikmatan, ketenangan dan kebahagian hidup serta

mampu menghadapi kehidupan dengan baik. Ibarat pepatah mengatakan tak kenal,
maka tak sayang, dan tak sayang maka tak cinta.
Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Syarah Tsalasatul
Ushul, bahwa buah yang didapatkan bagi orang yang beriman dengan Allah
Subhanahu wa taala (marifatullah) adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya tauhid yang sesungguhnya, karena ia tidak lagi
mempunyai ketergantungan, pengharapan dan rasa takut kecuali hanya
kepada Allah Subhanahu wa Taala saja, dan ia tidak menyembah
kecuali kepada-Nya.
2. Sempurnanya cintanya kepada Allah Subhanahu wa Taala,
mengagungkan-Nya, disebabkan karena Allah Subhanahu wa Taala
mempunyai nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang tinggi yang
tidak sama dengan makhluk. Dengan mengetahui hal tersebut, akan
bertambah yakin dengan kesempurnaan Allah Azza wa Jalla.
3. Dengan mengenal Allah Subhanahu wa Taala dan beriman kepadaNya, maka seseorang bisa mewujudkan ibadah yang sesungguhnya
kepada Allah

2. Marifatul rosul
Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah,
aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang
berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada manusia.
Pentingnya iman kepada Rasul
Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap
muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang
menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul,
dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)
Tugas para rasul
1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa:
Marifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .
Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] .
Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)
2. Mendidik dan Membimbing [62:2]
Sifat-sifat para rasul
1. Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]
2. Mashum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]

3. Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]

3. Pengertian tarbiyah
Kelompok Studi ateri Tarbiyah (Tarbiyah: Pendidikan atau Pembinaan) adalah materi

yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk mempermudah para da'i dalam
membimbing dan membina umat Islam. Materi Tarbiyah disampaikan dalam suatu
kelompok kajian kecil seperti dahulu yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Pembagian kelompok kecil-kecil ini sangat efektif dalam membentuk kepribadian
seorang muslim. Hal ini dikarenakan seorang Murabbi bisa dengan mudah memantau
akhlak dan ibadah dari mutarabbinya. Suatu hal yang sulit dilakukan pada kegiatan
tabligh yang melibatkan massa besar. Berikut ini daftar Materi Tarbiyah yang diambil
dari buku Materi Tarbiyah karya Ummu Yasin yang telah mengumpulkan berbagai
Materi Tarbiyah yang tercecer dan menyusunnya secara strategis dan sistematis. AlUmmah, Aqidah Seorang Muslim,

4. ghazwul fikri
Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan
"Perang Pemikiran". Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh
Allah subhanahu wataala untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh
dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan
habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus
berlanjut hingga kini.
Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali peperangan
besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler, sebab pasukan
muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah sedikit. Pasukan Khalid bin
Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah tentara sekitar 3000 personil,
sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi berjumlah 100.000 personil, hampir 1
berbanding 35. Allah memenangkan kaum muslimin dalam pertempuran tersebut.
Kekalahan demi kekalahan itu akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik
baru. Di bawah pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya
bukan lagi berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan
putera-putera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau
motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk
menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil. Tafsir
dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai ke tahap dan

tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, lalu
membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan)
untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.
Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa. Sampai
dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari kaum salib yang rela
meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam guna
mencari kelemahan negeri-negeri Islam itu. Di antara pernyataan mereka ialah,
"Percuma kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada
agama mereka. Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat
berbuat apa-apa. Oleh karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam
dari agama mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka. Gleed Stones, mantan
perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma memerangi umat
Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam alQur'an masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut al-Qur'an hati mereka, baru
kita akan menang dan menguasai mereka.
Dalam konteks ini, al-Qur'an mengatakan, artinya, "Sesungguhnya setan bagi kamu
merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu
mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi penghuni neraka." (QS.Faathir :
6).
Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat al-An'aam
bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari kalangan manusia. Setansetan manusia itu dahulu menghina dan memojokkan serta melecehkan Islam melalui
lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi
kini, penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang
mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuh-musuh Islam
berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga
Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan
bidang-bidang penting lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka.
Makanya perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya
dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh
mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh
da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh sumber
berita berada dalam 'tangan' mereka, baik yang berskala internasional maupun
nasional.
Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai oleh
kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi kepentingan
politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu merugikan dan memojok
kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya)
membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum
muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup.
Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam,

penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih jauh dari
memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul betul faham akan Islam secara benar
dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi
menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan
perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk
yang berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak yang
belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya
umat Islam meng-counter serangan musuh-musuh Allah itu nyaris tak ada.
Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan
dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita yang memojokkan Islam.
Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor berita barat/kafir, yang memang selalu
memburu berita yang sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut
cara yang islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa
berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan
pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat
dengan peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim
belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara kelemahankelemahan dan keterbelakangan kita, umat Islam.
Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman alaihis salam pernah menda'wahi
ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus), yang akhirnya
ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi
da'wah sederhana antara Nabi Sulaiman 'alaihis salam dengan ratu Saba' ini boleh
dikatakan termasuk bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang
sempit berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman
alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam pun dalam
menda'wahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya,
di antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan
hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini.
Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain,
dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers,
berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang
benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan Da'i (dalam arti luas), maka
pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan
Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit
pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya
memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan al-Qur'an,
tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau
para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan
membela musuh-musuh Allah subhanahu wataala. Na'udzu billaah min dzaalik!
Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan
peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang

dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya
ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling
akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari
bumi Allah subhanahu wataala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan
senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah,
radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik
yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau
mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus
mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim
yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi
yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik
secara menarik dan bijaksana.
Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan akurat
bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam yang benar
kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam dan mengantisipasi
serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan
berbagai cara.
Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuh-musuh Islam
dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari. Misalnya adanya 'tokoh' Islam
yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor doktor, yang konotasinya pembela Islam,
sehingga dikira umat Islam, ia memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk
dalam hal ini Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama,
sebab sejak zaman Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku
Muslim, tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan
Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan kaum
Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut (phobi) kalau
Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu wataala yang fana ini.
Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah, tabloid dan sejenisnya, mereka takut
menulis tentang Islam. Kalau pun toh menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa
sedemikian rupa, sehingga tidak mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan,
dan menyampai kan apa-apa yang seharusnya disampaikan. Na'udzu billaah min
dzaalik! Mereka laksana musuh dalam selimut, menggunting dalam

5.Tawazun
Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta
isinya berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).
Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan
fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak
sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan
sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam)
dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang
tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi
terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai
Yahudi, Nasrani atau Majusi)
Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), AlAql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada
dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca
keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.
Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :
1. Jasmani.
Mumin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah
(HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan
thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30:
20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang
menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia
mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek.
Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan
baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil
Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk
pemenuhan sarana kehidupannya.
3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani
sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan
kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang
dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan
nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat,
ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan
wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
- Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
- Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja

dan aktivitas lainnya.


Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba
yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai
dasar) .
Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.

6.Al iman
Pendahuluan
Konsep-konsep tentang Iman, Islam dan Ihsan mungkin sudah pernah kita pelajari.
Namun ternyata gambaran yang kita miliki selama ini belum cukup valid (shohih) dan
integral (syamiil), karena kita melihat Iman, Islam dan Ihsan secara sektoral dan
terpisah satu sama lain.
Padahal ketiga konsep tersebut adalah merupakan satu bangunan yang dapat disebut
sebagai RUMAH KITA, yang secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
1. RUKUN IMAN, yang berfungsi sebagai lapisan fondasinya.
2. RUKUN ISLAM, yang berfungsi sebagai tiang penyangganya.
3. IHSAN, yang berfungsi sebagai atapnya.
Artinya: tegaknya Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas pondasinya dan
daya tahan Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas atapnya. Jadi satu sama
lain saling membantu, menguatkan dan memelihara.
Hakikat Iman
Pengertian Iman menurut ahlussunah : Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu pembenaran
dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Jadi, Iman adalah keyakinan dan sekaligus
juga amal [49:15].
Rukun Iman
Rukun Iman merupakan basis konsepsional atau landasan idiil yang mendasari
pemikiran, ucapan dan tindakan seorang muslim. Artinya: seorang muslim yang
beriman maka pemikiran, ucapan dan tindakannya tidak akan bertentangan dengan
keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Taqdir dan Kiamat. Orang yang
beriman haruslah beriman kepada enam Rukun iman (2:285, 4:136) dan Hadits Ketika

Nabi ditanya Malaikat Jibril tentang iman, maka jawab Nabi. Hendaklah engkau
beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada UtusanutusanNya, kepada Hari Kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada Qodar yang
baik dan yang buruk (HR Muslim), barangsiapa yang mengingkari salah satunya
maka ia telah mengingkari seluruh Rukun Iman.
1. Iman kepada Allah SWT . Konsekuensinya : mencintai Allah SWT [2:165]. Tandatandanya: lihat QS 8:2. Akibatnya: ikh1ash dalam menjalankan perintah-perintahNya.
2. Iman kepada Malaikat [50:16-18]. Konsekuensinya: tidak mungkin Seorang
mumin berbuat masiat karena selalu ditongkrongi Malaikat.
3. Iman kepada Kitab-Kitab [2:2, 20:1-3] Konsekuensinya: menjadikan Al-Quran
sebagai pedoman hidup.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul [33:40]. Konsekuensinya: mencintai dan
mengikutinya [3:31-32].
5. Iman kepada Hari Akhir [3:185]. Konsekuensinya: mempersiapkan diri untuk
menghadapiNya.
6. Iman kepada Takdir [22:7]. Konsekuensinya: berprinsip bahwa Janganlah kita
mempersoalkan apa-apa yang Allah ingin lakukan terhadap kita, tetapi kita harus
melakukan apa-apa yang Allah ingin dari kita.

7. Hal Yang Melemahkan Iman


Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jujur (dosa) dan
ketaqwaan [91:9-10]. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi
(terkadang naik, terkadang turun). Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang.
Maka perbaharuilah iman kalian deugan Laa Ilaaha Illallaah (HR Ibnu Islam)
Fenomena Lemahnya Iman
1. Terjerumus dalam kemaksiatan
Suatu perbuatan yang sering dilakukan dapat membentuk sebuah kebiasaan. Begitu
pula dengan kemaksiatan. Bila sering dilakukan ia pun akan menjadi sebuah
kebiasaan, yang jika terbiasa seseorang akan berani berbuat secara terang-terangan.
Rasulullah bersabda: (lihat Hadist Bukhari Vol. I, hal 16)
2. Tidak tekun dan bermalas-malasan dalam beribadah
Salah satu ketidaktekunan dalam beribadah ialah tidak khusyu' (konsentrasi) dalam
mengerjakannya. Contoh: tidak khusyu' dalam sholat, membaca Al-Qur'an, berdoa,
dll. Sehingga ibadah tersebut dilakukan dengan jiwa yang kosong tanpa ruh (QS
4:142). Padahal dalam sebuah hadist dikatakan: Tidak akan diterima do'a dari hati
yang lalai dan main-main (HR Tirmidzi.)
3. Memudarnya tali ukhuwah.

Tidak memperhatikan urusan kaum muslimin. Dalam sebuah hadist disebutkan


bahwa orang-orang mumin itu bagai satu tubuh. Dari An-Numan bin Basyir ra,
katanya Rasulullah SAW bersabda: Orang-orang mumin itu laksana satu tubuh
manusia. Bila matanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya. Atau bila kepalanya
sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya . (HR Muslim).
Terputusnya tali persaudaraan diantara dua orang yang semula bersaudara. Tidak
selayaknya dua orang yang saling mengasihi karena Allah Azza wa Jalla, atau karena
Islam lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yaug dilakukan salah seorang
diantara keduanya. (HR Bukhari)
4. Terpaut kepada urusan duniawi dan terlalu mencintainya (QS. 75:2O-21)
5. MengeIuh dan takut akan musibah (QS 70:19-21)
Janganlah sekali-kali kamu mencela yang ma'ruf sedikitpun, meski engakau hanya
menuangkan air ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air. Atau meski
engkau hanya berbicara dengan saudaramu sedangkan wajahmu tampak berseri
kepadanya. (HR Ahmad)
6. Mencela yang maruf dan tidak mau memperhatikan kebaikan-kebaikan yang kecil
7. Banyak berdebat dan bertikai yang mematikan hati. Akibatnya hati menjadi keras
dan kaku.
Sebab-sebab Lemahnya Iman
1. Jauh dari suasana atau lngkungan iman dalam waktu yang lama (QS 57:16)
2. Jauh dari pelajaran dan teladan yang baik
3. Jauh dari menuntut ilmu syariat yang dapat mcmbangkitkan iman di dalam hati
penuntutnya
4. Berada di tengah lingkungan yang penuh kemaksiatan
5. Tenggelam dalam kesibukan dunia Cukuplah bagi salah seorang diantara kamu
selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan perjalanan. (HR AthThabarani)
6. Sibuk mengurusi harta benda, isteri dan anak-anak (QS. 8:28 ; 3:14)
7. Panjang angan-angan (Berangan yang muluk-muluk) QS. 15:3
Ali ra. pernah berkata: Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri
kalian ialah mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang muluk. Mengikuti hawa
nafsu akan meughalangi dari kebenaran, sedangkan angan-augan yaug muluk akan
melupakan akhirat
8. Berlebih-lebihan dalam masalah makan, tidur, berjaga di waktu malam, berbicara,
bergaul dan juga tertawa Janganlah kamu sekalian memperbanyak tertawa karena
banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR Ibnu Majah)

8. Hal-hal yang Menguatkan Iman

Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya iman itu dijadikan dalam diri seseorang
diantara kamu sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia
memperbaharui. (HR. Ath Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang

dalam hati, seperti halnya pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.
Hal-hal yang menguatkan iman
1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya
pengetahuan dan keyakinan tentang iman (QS.35 : 28)
2.
Menyimak atau mentadaburkan Al-Quran (QS.17 : 282)
3.
Dzikir dan Fikir
4. Dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat-sifatnya, hal-hal yang
menyangkut keagungannya dan membaca kalam-Nya (QS.33 : 41, 8 :
4)
5. Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap
ciptaan Allah, ayat-ayat-Nya dan mukjizatnya (QS.3 : 190-191)
6. Mengikuti dan komitmen terhadap Halaqah dzikir. Tidaklah
segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para
malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman
hati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk ke
dalam golongan yang berada disisinya. (HR. Muslim)
7. Berharap amalnya diterima Allah dan merasa cemas jika amalannya
tidak diterima Allah Swt
8 Lakukan berbagai macam ibadah. Barang siapa yang menafkahi dua
. istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga, Wahai
hamba Allah ini adalah baik lalu barangsiapa yang menjadi orang yang
benyak mendirikan shalat maka ia dipanggil dari pintu shalat.
Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad maka ia dipanggil dari
pintu jihad. Barang siapa menjadi orang yang banyak melakukan
shaum, maka ia dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Barang siapa menjadi
orang yang banyak mengeluarkan shodaqoh maka ia dipanggil dari
pintu shadaqah. (HR. Bukhari). Berbakti kepada orang tua adalah
pertengahan dari pintu surga.(HR Tirmidzi)
9. Dzikrul maut. Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan,
yaitu kematian. (HR. Tirmidzi) Dulu aku melarangmu menziarahi
kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal itu dapat
melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat
dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. (HR.Hakim)
10. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya surga dan keras atau
pedihnya neraka (QS.56 : 75, 78)
11 Bernunajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Maksudnya :
. memohon kepada Allah dengan ketundukkan dan kepasrahan yang
sedalam-dalamnya.
12. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk (QS.26 : 205-207,10 : 45)
13 Memikirkan kehinaan dunia(QS.3 : 185) Hadits : Dunia itu terlaknat,
. dan terlaknat pula apa yang ada didalamnya, kecuali dzikrullah dan
apa yang membantunya atau orang yang berilmu atau orang yang
mencari ilmu. (HR. Ibnu Majah)

14. Mengagungkan hal-halyang terhormat disisi Allah . (QS.22 : 30,32)


15.Al Wala Wal Bara artinya : saling tolong menolong dan loyal kepada
sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir (QS.5 : 2)
16 Tawadu ( rendah hati ). Barang siapa menanggalkan pakaian karena
. merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu mengenakannya
maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para
pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih diantara
pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.
(HR. Ath.Thirmidzi)

9. Eksistensi Allah Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah,
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur,
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi
Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (alBaqarah: 255)
Allahlahyang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(ath-Thalaaq: 12)
Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah swt. seperti yang
telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak memahami kekuasaan dan
kebesaran-Nya yang abadi. Mereka memercayai kebohongan bahwa merekalah yang
mengatur diri mereka sendiri dan berpikir bahwa Allah berada di suatu tempat yang
jauh di alam semesta dan jarang mencampuri perkara keduniaan. Pemahaman
terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, Mereka tidak mengenal Allah
dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahakuasa. (al-Hajj: 74)
Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan awal dalam rantai
keimanan. Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan pandangan
masyarakat yang menyimpang tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak keyakinan
sesat dengan mengatakan, Dan bahwasanya Orang yang kurang akal dari kami
dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. (al-

Jin: 4)
Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan Al-Qur`an. Mereka
melihat tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam gaib, kemudian
mulai memercayai keagungan seni dan kekuasaan Allah.
Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal bertafakur kepada Allah dan
ciptaan-Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan yang
menyesatkan pada saat ditimpa kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya yang
potensial, dalam surah Ali Imran: 154, mengenai umat yang menyerah dalam
berperang, ... sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri;
mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah....
Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Karena itu, dia
harus membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang dapat memunculkan sangkaan
jahiliah dan menerima keimanan yang nyata dengan segenap jiwa sebagaimana
penjelasan dalam Al-Qur`an.

10. Akhlak Rosullulah


1. Akhlak Qurani
Ditanyakan kepada Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah SAW
maka jawabnya Akhlaknya Qur'ani (AL-Hadist).
Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran. Karena itu, untuk
memperoleh gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami
Al-Quran dan As-Sunnah atau seggala sesuatu yang ada
kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah
2. Akhlak manusia terbaik
Dikatakann oleh Anas ra, bahwa Rasulullah adalah manusia yang
tcrbaik akhlaknya
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Nabi SAW
1. Jujur
Hadits Rasul Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan
kepada kebajikan, dan sesuhgguhnya kebajikan itu akan
mengantarkan ke surga. Dan seseorang senantiasa berkata
benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang
benarr dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada
kejahatan, yang akhirnya akan mengantarkan ke dalam neraka.
Dan seseorang sentiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta (HR Bukhari Muslim)

2. Dermawan (QS. 2: 261)


Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua

malaikat turun menemaninya. Satu malaikatt berkata: Ya Allah,


berilah karuniaMu, sebagai ganti apa yang ia infakkan. Malaikat
lainnya berkata: Ya, Allah, berilah ia kebinasaan karena telah
mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya. [HR
Muttafaqalaih].
3. Malu
Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu
dari gadis pingitan. Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu,
kami dapat mengeetahuinya pada wajah Beliau. [HR Muslim],
Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang, dan yang paling
utamanya adalah mengucapkan Laa ilaaha ilallah dan serendahrendahnya adalah menyingkirkan duri (gangguan dari jalan). Dan
sifat pemalu merupakan satu bagian dari iman [HR
Muttafaqalaih). Tambahan: Lihat Ar-Rasul hal 197-199.
4. Menepati janji (QS. 5:1, 17:34). Tambahan: Lihat Ar-Rasul, hal. 5660
5. Menutupi aib (QS. 24:19)
Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan Rasulullah Saw:
1. Marah
QS. 3:133-134, Dari Abi Hurairah ra, bahwa seorang laki-laki
berkata kepada Nabi SAW: Wasiatilah aku. Sabda Nabi:
"Janganlah engkau mudah marah. Maka dikurangi beberapa kali.
Sabdanya: Janganlah engkau mudah marah. [HR. BukhariMuslim] Hadits Arbain ke-16
2. Ghibah dan Namimah (49:12)
3. Riya (2:264)
4. Sombong (17:37)
5. Zalim

11.AL-QURAN
Pendidikan keagamaan yang berlandaskan Al-Quran dalam proses menghadapi

tantangan modernitas berkaitan dengan nilai (value). Ditinjau dari aspek filosofis, nilai
bersangkut paut dengan masalah etika. Oleh karena itu, etika juga sering disebut
sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai ukuran tindakan
manusia. Sumber-sumber ajaran moral sendiri bisa hasil pemikiran manusia (adat
istiadat atau tradisi dan ideologi) dan bisa juga agama.
Nilai-nilai Al-Quran adalah nilai universal yang bersumber pada Al-Quran sebagai
sumber tertinggi ajaran agama Islam di samping As-Sunnah sebagai sumber kedua
tentu saja tidak menyampingkan produk-produk pemikiran para ulama, yaitu Ijma
dan Qiyas. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat-istiadat atau tradisi dan ideologi
dalam perkembangannya dapat mengalami kerapuhan. Sebab keduanya adalah produk
budaya manusia yang bersifat relatif, kadang-kadang bersifat lokal dan situasional
sedang nilai-nilai Qurani, yaitu nilai yang bersumber kepada Al-Quran adalah kuat,
karena ajaran A-Quran bersifat mutlak dan universal.
Sesuatu yang harus diperjuangkan dalam konteks dinamika sosial saat ini adalah
mengusahakan agar nilai-nilai Qurani tetap aktual dalam kehidupan manusia. Sebab
pada akhirnya, aktualisasi nilai-nilai Qurani terpulang kepada manusia itu sendiri.
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah melakukan aktualisasi nilai-nilai
Qurani melalui kegiatan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Aktualisasi nilainilai Qurani dalam pendidikan islam itu dapat dilakukan melalui berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti filsafat, ilmu dan teknologi, ekonomi politik dan perilaku
kehidupan manusia itu sendiri secara umum.
Al-Quran dapat melahirkan berbagai macam aspek ilmu pengetahuan dan bukan saja
ilmu-ilmu keislaman akan tetapi juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan
teknologi, karena isyarat-isyarat yang diberikan oleh kitab suci ini. Memang, begitu
pertama kali turun kepada Rasulullah SAW, ia mencanangkan dan mendorong orang
untuk mencari dan menggali ilmu pengetahuan, yaitu dengan kata-kata Iqra dan
dalam ayat permulaan itu terdapat qalam yang berarti yang biasa menjadi lambang
ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncullah berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Semakin intensif manusia menggali ayat-ayat Al-Quran maka akan
semakin banyak pula isyarat keilmuan yang didapatkan.
Mempelajari Al-Quran, menggali kandungannya, dan menyebarkan ajaran-ajarannya
dalam praktek kehidupan masyarakat yang merupakan tuntunan yang tak akan ada
habisnya. Menghadapi tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialistis,
umat islam dituntut untuk menunjukkan bimbingan dan ajaran Al-Quran yang
mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas, disamping
membuktikan ajaran-ajaran Al-Quran yang bersifat rasional dan mendorong umat
manusia untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran. Tak disangsikan, betapa
banyak ungkapan Al-Quran yang secara langsung maupun tersirat menganjurkan

pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu kealaman, sosial dan humoria. Meski
bukan ilmu an-sich sebagai tujuan, tetapi dari semua isyarat tentang ilmu
pengetahuan, yang diungkap oleh Al-Quran dan tidak dikenal pada masa turunnya,
seperti dikatakan oleh Dr. Aurice Bucaille dalam bukunya Al-Quran, Bible dan Sains
Modern, telah terbukti tak satupun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan
modern.
Sesuai perkembangan masyarakat yang yang semakin dinamis sebagai akibat
kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilainilai Al-Quran menjadi sangat penting. Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai
dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Quran dalam pendidikan meliputi tiga dimensi
kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan. Pertama, dimensi
siritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
muamalah). Kedua, dimensi budaya, kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung
jawab kemasyarakatn dan kebangsaan. Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa
pada kemajuan, yaitu, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional,
inovatif, dan produktif.
AL-QURAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Dalam sudut pandang filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga
sering disebut sebagai filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolok ukur
tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber
etika dan moral bisa merupakan hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi
bahkan dari agama. Dalam konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika
dan nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw. yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad Para ulama. Nilai-nilai yang bersumber
kepada adat-istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan dan situasional. Sebab
keduanya adalah produk budaya manusia yang bersifat relatif, kadang-kadang bersifat
lokal dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur'ani, yaitu nilai yang bersumber
kepada al-Qur'an adalah kuat, karena ajaran al-Qur'an bersifat mutlak dan universal.
Sebagai point utama dalam bahasan ini adalah mencari upaya yang sungguh-sungguh
agar pendidikan Islam menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pencerdasan akal pikiran dan sekaligus pencerdasan Qalbu
merupakan langkah yang sangat efektif dalam membangun bangsa yang saat ini
memerlukan generasi-generasi memiliki kecerdasan intelektual dan cerdas Qalbunya.
Kedua kecerdasan ini hanya akan diperoleh bilamana lembaga pendidikan menggali
dan menyelami nilai-nilai yang diajarkan al-Qur'an dalam membangun kualitas
Sumber Daya Umat (SDU) yang berkualitas dengan cara mengaktualisasika n nilai-nilai
Qurani dalam sistem pendidikan Islam.
Al-QUR'AN SEBAGAI SUMBER NILAI

Di antara fungsi al-Qur'an adalah sebagai petunjuk (huda), penerang jalan hidup
(bayylnat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqan), penyembuh penyakit

hati (syifa), nasihat atau petuah (maulizah) dan sumber informasi (bayan). Sebagai
sumber informasi al-Qur'an mengajarkan banyak hal kepada manusia: dari prsoalan
keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu
pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan, al-Qur'an memberikan wawasan dan
motivasi kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi
kekuasaan Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian fenomena alam kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemahaman ini, al-Qur'an berperan
sebagai motivator dan inspirator bagi para pembaca, pengkaji dan pengamalnya.
Al-Qur'an menyatukan sikap dan pandangan manusia kepada satu tujuan, yaitu
Tauhid. Setiap kali manusia menemukan sesuatu yang baru, dari hasil suatu kajian, is
semakin merasakan kelemahan dan kekurangan dihadapan Sang Pencipta: dengan
demikian semakin memperteguh keyakinannya kepada keluasan ilmu Allah. Dalam
kaitan ini, al-Qur'an pada hakikatnya merupakan miniatur dari Kemahaluasan ilmu
Allah yang tak tertandingi. Maka, ketika manusia mencoba memahami dirinya sendiri
kemudian berpindah kepada pemahaman selain dirinya, termasuk jagat raya, ia benarbenar menyadari keterbatasan kemampuannya. Begitulah perbandingan antara ilrnu
Allah dan kemampuan manusia untuk memahaminya. Allah sungguh mengandung
ilmu yang sangat luas dan dalam; bagaikan lautan yang menyimpan mutiara yang
paling berharga dalam air yang paling dalam.
Al-Qur'an tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode
waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. AlQur'an adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunjuknya sangat luas seperti
luasnya umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupannya.
Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara langsung dari al-Qur'an, seperti
ilmu tafsir, fikih dan tauhid, akan tetapi al-Qur'an juga merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena banyak sekali isyarat-isyarat al-Qur'an yang
membicarakan persoalan-persoalan sains dan teknologi dan bidang keilmuan lainnya.
Bercermin pada wahyu pertama sekali turun kepada Rasullah SAW, Allah adalah
untuk mencanangkan dan mendorong manusia agar mencari dan menggali ilmu
pengetahuan, yaitu dengan kata-kata "iqra" (Q.S. AI-Alaq196: 1-5) Dalam ayat-ayat
permulaan itu ada kata-kata "qalagl yang berarti pena yang biasa menjadi lambang
ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncul berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui semangat dan spirit Al-Qur'an. Makin banyak di gali ayat-ayat alQur'an itu, makin banyak pula didapati isyarat tersebut. Hal itu karena al-Qur'an tidak
akan habis-habisnya walaupun ditulis dengan tinta lautan yang luas, bahkan di tambah
dengan tujuh lautan lagi (Q.S. Lukman / 31:27).
Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari al-Qur'an dan menggali kandungannya serta
menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan masyarakat merupakan
tuntunan yang tak akan pernah habisnya. Menghadapi tantangan dunia modern yang
bersifat sekuler dan materialistic, umat Islam dituntut untuk menunjukan bimbingan
dan ajaran al-Qur'an yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusian dan
spiritualitas, di samping membuktikan ajaran-ajaran al-Qur'an yang bersifat rasional
dan mendorong umat manusia untuk rnewujudkan kemajuan dan kemakmuran serta
kesejahteraan. Terlalu banyak ungkapan al-Qur'an yang secara langsung maupun

tersirat menganjurkan pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu kealaman, sosial


dan humaniora. Meski bukan ilmu an-sich sebagai tujuan, tetapi dari semua isyarat
tentang ilmu pengetahuan, yang diungkap oleh al-Qur'an yang tidak dikenal pada
masa turunnya, seperti dikatakan oleh Dr. Aurice Bucaille dalam bukunya Al-Qur'an,
Bible dan Sains Modern, telah terbukti tak satupun yang bertentangan dengan ilmu
pengetahuan modern.
Adanya isyarat al-Qur'an tentang ilmu pengetahuan dan kebenarannya sesuai dengan
ilmu pengetahuan hanyalah salah satu bukti kemu'jizatannya. Ajarannya al-Qur'an
tentang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan (science) yang
bersifat fisik dan empirik sebagai fenomena, tetapi lebih dari itu ada hal-hal nomena
yang tak terjangkau oleh rasio manusia (Q.S.17:18, 30:7, 69:38-39). Dalam hal ini,
fungsi dan penerapan ilmu pengetahuan juga tidak hanya untuk kepentingan ilmu dan
kehidupan manusia semata, tetapi lebih tinggi lagi untuk mengenal tanda-tanda,
hakikat wujud dan kebesaran Allah serta mengaitkannya dengan tujuan akhir, yaitu
pengabdian kepada-Nya (Q.S. 2:164, 5:20-21, 41:53).
Nilai-nilai Qur'ani secara garis besar adalah nilai kebenaran (metafisis dan saintis) dan
nilai moral. Kedua nilai Qur'ani ini akan memandu manusia dalam membina
kehidupan dan penghidupannya.

12.AQIDAH ISLAMIYAH
Pendahuluan Sesungguhnya aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan
paling mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya
seseorang ke dalam Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga
akhir hidupnya. Seorang mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah
tauhid, kalimat ikhlas laa ilaaha illallah hingga menghembuskan napas yang
terakhir agar dia dikategorikan ke dalam hamba-hamba Allah Swt. yang husnul
khatimah . Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian
adanya pasti meraih ridha Allah Swt., rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena
itu bahasan tentang aqidah menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi
setiap mukmin. Terdapat banyak istilah tentang aqidah yang diperkenalkan oleh
ulama. Berikut ini adalah sebagian istilah tersebut beserta relevansinya sesuai
dengan makna dan maksud dari pengistilahannya.

URGENSI AQIDAH Aqidah adalah kebutuhan dasar


Aqidah Istilah aqidah ini telah melalui tiga periode Periode awal Pada periode
ini aqidah lebih banyak diartikan dengan makna etimologis yaitu; kemauan
yang kuat, penghimpunan, maksud, pengikatan janji, dan diartikan dengan apa
yang diyakini oleh seorang manusia baik hal itu haq ataupun batil . Periode
kedua Pada periode ini aqidah telah meningkat menjadi suatu keyakinan iman
yang tidak mengandung pembatalan dan kebalikannya atau lawan katanya.
Periode ketiga Periode ini menjadikan aqidah mencapai kematangan dan
sterilisasi. Aqidah menjadi suatu istilah yang berdiri sendiri dan ilmu khusus
yaitu; ilmu tentang hukum-hukum syariat yang berkenaan dengan keyakinan
yang disimpulkan dari dalil-dalil yang diyakini dan membantah serta menolak
setiap syubhat dan bukti-bukti rusak yang masih diperdebatkan .

Tugas Mentoring Agama Islam

Citra Ayu Prapmaningtyas


(11330002)

Anda mungkin juga menyukai