Anda di halaman 1dari 5

Fungsi KOH-alkohol

Larutan
KOH
yang
digunakan
pada
reaksi
tersebut
dibuat
dengan
menggunakan pelarut alkohol. Penggunaan alcohol dimaksudkan untuk mempermudah reaksi
penyabunan dengan basa dalam pembentukan sabun. Agar reaksi penyabunan dapat
berlangsung dengansempurna maka digunakan metode pemanasan dengan refluks dengan
menggunakan kondensor atau pendingin balik yang akan menginginkan kembali uap alkohol
sehingga menjadi tetesan embun yang akan kembali masuk kedalam erlenmeyer. Hal ini
berguna untuk mencegah alkohol menguap dan habis sebelum reaksi selesai berlangsung.
Anonim.2012.Bilangan Penyabunan.http://freedamnload.blogspot.com/2012/12/bilanganpenyabunan.html. Diakses 31 Mei 2014 20.30 WITA

Berdasarkan pengertian bahwa ekstraksi adalah metode penarikan metabolit sekunder dari
tumbuhan atau bagian tumbuhan dengan pelarut yang sesuai, maka dalam pemilihan pelarut
pengekstraksi berlaku prinsip: polar loves polar, nonpolar loves nonpolar, artinya bila kita akan

mengekstraksi senyawa polar, harus digunakan pelarut polar dan apabila kita akan
mengekstraksi senyawa nonpolar, maka harus digunakan pelarut nonpolar. Namun, pada
praktiknya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut dalam gradasi kepolaran, mulai
dari nonpolar ke polar atau dari polar ke nonpolar. Contoh pelarut polar adalah air, methanol,
ethanol; pelarut semipolar adalah aseton, ethil asetat, kloroform; dan pelarut nonpolar adalah nHeksan, eter minyak tanah, toluene, benzene. Pelarut-pelarut nonpolar benzene, kloroform, dan
karbon tetraklorida (CCl4) sekarang jarang digunakan karena sifatnya yang hepatotoksik atau
karsinogenik. Pelarut MeOH merupakan pelarut yang baik dari pada EtOH, tetapi kini dihindari
karena memiliki sifat toksik akut dan kronik.
Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan penguap vakum putar pada tekanan rendah
(rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental. Terhadap ekstrak kental dilakukan pemeriksaan
kualitas ekstrak yang meliputi parameter kimia dan fisika seperti organoleptik, rendemen, bobot
jenis, kadar air, dan pola kromatogram (lapis tipis dan dinamolisis). Pemeriksaan parameter
ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan
kimianya.

Laporan Ekstraksi dan analisis lemak


A. TUJUAN
1. Mengisolasi lemak/minyak dari bahan alam dengan metode ekstrsaksi minyak menggunakan
peralatan soklet.
2. Menghitung randemen minyak yang duperoleh (% b/b)
3. Menguji sifat lemak secara kimia dengan menentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan.
B. DASAR TEORI
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang
menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung
lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak
mempunyai nilai tenaga (Sudarmadji, 1989).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam
karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa
organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang
khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut
organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air
(Harper, 1980).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari
kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang
berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan
lemak ini (Sudarmadji, 1989).
Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak memebentuk:
Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3 asam
lemak.
Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga
molekul air (Sudarmadji, 1989).

Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan
mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan
kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak
akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak
merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).
Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai
akibat sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air
(Colby, 1988).
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut
organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan
menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai
karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti
heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat
dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan
suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada
bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika
pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena
persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak
didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik
yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang
timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut
dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk
cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut
yang diinginkan.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan
kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau
kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan
dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun

demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa
senyawa yang diekstraksi.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:
1.
2.
3.
4.

Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.
Waktu yang digunakan lebih efisien.
Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Petunjuk Praktikum Kimia Organik : Ekstraksi dan Identifikasi Lemak/ Minyak
http://www.chem-is-try/kimia organik/ekstraksi minyak/ file://E:/kimor/Ekstraki
Minyak.htm
5. ( diunduh 19 Mei 2011)
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17775/4/Chapter%20II.pdf (diakses
tanggal 25 Mei 2011 pada 22.10 WIB)

Anda mungkin juga menyukai