Anda di halaman 1dari 14

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

GAMBARAN STRES KERJA PEGAWAI UNIT PELAKSANA TEKNIS


GUDANG FARMASI PADA DINAS KESEHATAN DI KABUPATEN
TANGERANG
Dyah Arum Dwijayanti
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510
ABSTRAK
Kompleksitas tuntutan kerja antara lain adanya over load tugas serta kondisi lingkungan dan iklim
organisasi yang dihadapi oleh pegawai UPT Gudang Farmasi, besar kemungkinan menjadi stressor
bagi pegawai dan dapat memunculkan berbagai gejala stress pada pegawai.
Kata Kunci : Stres Kerja, Pegawai

Pendahuluan

Dari hasil wawancara disimpulkan beban


kerja yang over load, hubungan antar pegawai, dan
iklim kerja yang kurang kondusif menjadi beberapa
sumber stres dan dapat menimbulkan beberapa
gejala stres yang dirasakan dari setiap pegawai
berbeda-beda, antara lain detak jantung dan tekanan
darah meningkat, kepuasan kerja tidak meningkat,
tidak mudah mengungkapkan perasaan dan pendapat, merasa bosan bekerja dan masih bayak yang
lainnya.
Dari fakta - fakta yang didapatkan peneliti
dari UPT Gudang Farmasi Kabupaten Tangerang,
yang hasilnya kondisi pada UPT Gudang Farmasi
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan kondisi
atau faktor yang baik atau layak sebagai pendukung
dalam bekerja. Mungkin mash banyak fakta yang
belum terungkapkan dari data awal yang diperoleh.
Salah satu bagian yang terkait dengan distribusi obat-obatan perusahaan farmasi adalah UPT
(Unit Pelaksanaan Teknis) Gudang Farmasi, yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Dinas Kesehatan di bidang pengelolaan obat-obatan, vaksin dan perbekalan kesehatan
serta melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh
Kepala Dinas Kesehatan. Selain itu UPT Gudang
Farmasi juga melakukan penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pendistribusian obat, vaksin dan
perbekalan kesehatan ke puskesmas. Selanjutnya,
pegawai melakukan pengawasan dan pengamatan
terhadap mutu dan khasiat obat secara umum, baik
yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tuntutan kerja dan adanya over
load tugas serta kondisi lingkungan dan iklim organisasi yang dihadapi oleh pegawai UPT Gudang
Farmasi, besar kemungkinan menjadi beberapa tuntutan yang dapat membebani (stres) pada pegawai.
Selain itu di UPT Gudang Farmasi belum ada pene-

litian sebelumnya mengenai gejala, stressor, gejala


dan stres kerja pada pegawai. Akan tetapi mungkin
ada hal-hal lain yang dapat menjadi beban dan tekanan serta munculnya gejala pada pegawai dalam
bekerja. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Stress kerja Pegawai Unit
Pelaksanaan Teknis Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang?

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dilanjutkan dengan penelitian


kualitatif untuk mengetahui lebih dalam tentang penelitian ini. Data yang dihasilkan dan diolah bersifat
angka dan deskriptif.
Penelitian kualitatif dalam penelitian ini
menghasilkan perhitungan dalam bentuk tabel dan
grafik. Sedangkan penilitian kualitatif dalam penelitian ini menghasilkan data berupa hasil wawancara
dan obserfasi.

Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pegawai yang berstatus Pegawai Negri Sipil dan
honorer yang sudah bekerja dalam waktu yang lama
dan yang waktu bekerjanya belum lama/baru di UPT
Gudang Farmasi Kabupaten Tangrang yang berjumlah 13 orang pegawai.

Teknik Pengambilan Data


Metode

Metode yang digunakan untuk pengambilan


data yaitu dengan penyebaran kuesioner, teknik wawancara mendalam dan observasi partisipatif.
Observasi merupakan teknik pengamatan dengan
berdasarkan pengalaman, yang memungkinkan keberadaan data dengan cara mengamati gejala-gejala
yang nampak pada objek penelitian. Observasi di-

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

25

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

lakukan untuk mendapatkan informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.
(Candrarini, 2008). (www.eduplus.or.id)
Sedangkan wawancara mendalam atau
indepth interview merupakan salah satu teknik pengambilan data kualitatif, dimana wawancara dilakukan antara seseorang responden dengan pewawancara yang terampil, yang ditandai dengan penggalian yang mendalam dan menggunakan pertanyaan terbuka (Adang Bachtiar & dkk, 2000).

Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti denggunakan


data primer. Berdasarkan pendapat Umar (1999).
Menyatakan bahwa data primer merupakan data
yang didapat dari sumber pertama baik individu atau
perorangan. (www.infoskripsi.com) Penelitian ini
menggunakan data primer karena ingin mendapatkan gambaran gejala stres dan stressor yang dirasakan dari sumber pertama yaitu pegawai UPT Gudang Farmasi.

Alat Pengumpulan Data

Perlengkapan yang digunakan untuk membantu peneliti dalam pengumpulan data antara lain,
lembar kuesioner, lembar pedoman wawancara yang
digunakan sebagai pedoman wawancara bagi peneliti untuk mempermudah memperoleh data, Tape
recorder digunakan untuk merekam hasil wawancara awal sebelum data diolah, lembar riwayat hidup
digunakan untuk mengetahui identitas dan latar belakang subyek penelitian, lembar observasi digunakan untuk mencatat hal-hal apa saja yang tampak
oleh peneliti saat berlangsungnya wawancara yang
tidak dapat direkam menggunakan tipe recorder, pedoman observasi yang ingin diketahui antara lain,
kondisi ruangan tempat kerja, kondisi gudang obat,
kondisi lingkungan sekitar kantor, situasi kerja, dan
hubungan antar pegawai. Peneliti juga menggunakan alat tulis berguna untuk membantu semua
hal mengenai pencatatan.

kode secara luas melalui skema. Setelah itu, peneliti


menyusun catatan pencarian data penemuan untuk
memudahkan pencarian berbagai kategori data.

Interpretasi

Dalam wikipedia, Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau
gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak
dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik
secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika
suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas
maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang
suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat
merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya.
Suatu interpretasi dapat merupakan bagian
dari suatu presentasi atau penggambaran informasi
yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu
kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks
dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar
ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap
suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka
pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.
Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk
mening-katkan pengertian, tapi kadang, seperti pada
propaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk
mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Interpretasi)

ProsedurPelaksanaanPenelitian
Persiapan

Data hasil kuesioner dihitung untuk mengetahui jumlah presentasi dari setiap item kuesioner.

Penelitian ini diawali oleh konsultasi


dengan dosen pembimbing untuk menyusun proposal yang sesuai kaidah, tata cara, serta metodologi
penelitian yang digunakan. Selanjutnya menjalin
raport dengan subyek sebelum melakukan wawancara, meminta kesediaan subyek untuk diwawancara, menyiapkan pedoman wawancara dan observasi serta lembar riwayat hidup subyek, meminta surat pengantar dari fakultas untuk melakukan
penelitian di UPT Gudang Farmasi.

Verbatim

Raport

Teknik Pengolahan Data


Menghitung

Data hasil wawancara dicatat sesuai dengan


apa yang dikatakan oleh subyek dalam wawancara
secara kata demi kata.

Kategori

Peneliti melakukan pengelompokan data kedalam kategori-kategori. Peneliti menjabarkan kode-

Pelaksanaan penelitian ini, sebelum mendapatkan data, peneliti menjalin raport dengan semua
subyek untuk mempermudah mendapatkan data
yang dibutuhkan. Dalam menjalin raport pe-neliti
tidak mengalami kendala apapun yang berarti
karena peneliti sebelum pengambilan data sudah
mengenal semua subyek sejak satu tahun yang lalu
dan masih akrab sampai sekarang.

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

26

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

Kuesioner

Kuesioner terdiri dari dua hal, yang pertama


yaitu mengenai gejala stres pegawai saerta yang
kedua mengenai stressor kerja pegawai. Kuesioner
gejala stres berisi 35 pernyataan yang terdiri dari, 12
pernyataan dalam gejala psikologis, 8 pernyataan
dalam gejala fisik, serta 15 pernyataan dalam gejala
perilaku.
Kuesioner stressor kerja berisi 65 pernyataan yang terdiri dari, 13 pernyataan dalam faktor
intrinsik pekerjaan, 10 pernyataan peran individu
dalam organisasi, 3 pertanyaan dalam pengembangan karier, 10 pernyataan yang berkaitan dengan
hubungan dalam pekerjaan, 5 pernyataan dalam
struktur dan iklim kerja organisasi, 17 pernyataan
yang menyatakan tuntutan dari luar organisasi
/pekerjaan, dan 7 pernyataan yang menyatakan ciriciri individu.

Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan dua kali pada setiap


subyek. Wawancara pertama berisi tentang pertanyaan seputar lingkup pekerjaan dan yang terkaint
sedangkan wawancara kedua berisi pertanyaan
seputar kehidupan subyek serta hal-hal di luar pekerjaan yang mungkin menjadi sumber stres subyek
serta gejala stres yang dirasakan oleh subyek.

Pelaksanan

Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner sebelum mewawancara subyek


wawancara satu demi satu secara bergantian menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Proses wawancara akan dilakukan 2 kali pada setiap
Subyek untuk mendapatkan data yang lengkap dan
mendalam. Melakukan observasi partisipan di UPT
Gudang Farmasi bersamaan dengan waktu pelaksanaan, meminta surat pengantar dari UPT Gudang
Farmasi bahwa peneliti telah melakukan penelitian
di UPT Gudang Farmasi. Selanjutnya mengolah data
hasil wawancara dan observasi kemudian bembuat
laporan hasil wawancara dan observasi.

Hasil Dan Pembahasan


Gambaran umum pegawai UPT Gudang
Farmasi

Gambaran karakteristik pegawai UPT


Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang berdasarkan jenis kelamin yang terdapat
dalam tabel 4.1 adalah sebagian besar pegawai UPT
Gudang Farmasi adalah laki-laki yaitu sebanyak 7
orang (53,8%) dan jumlah pegawai perempuan
sebanyak 6 orang (46,2%).

Gambaran karakteristik pegawai UPT


Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang berdasarkan suku bangsa yang terdapat
dalam tabel 4.2 adalah dengan asal Suku Bangsa
jawa dan sunda masing-masing berjumlah 6 orang
(46,2%), sedangkan yang berasal dari suku bangsa
Padang berjumlah 1 orang (7,7%).
Gambaran karakteristik pegawai UPT
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang berdasarkan pendidikan terakhir yang
terdapat dalam tabel 4.3 adalah dari tingkat SD berjumlah 2 oarang (15,4%), SLTP dan S2 masingmasing berjumlah 1 orang (7,7%), SLTA berjumlah
6 orang (46,2%), sedangkan S1 berjumlah 3 orang
(23,1%).
Gambaran karakteristik pegawai UPT
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang berdasarkan status pernikahan yang terdapat dalam tabel 4.4 adalah dengan status pernikahan, pegawai yang belum benikah sebanyak 3 orang
(23,1%) dan yang sudah menikah sebanyak 10
orang (76,9%)
Dari hasil analisis diketahui bahwa umur
pegawai yang terdapat dalam tabel 4.5, didapatkan
pegawai berada pada masa dewasa awal yaitu yang
berusia antara 18-40 tahun berjumlah 9 orang
(69,3%), kemudian pegawai yang berada pada masa
dewasa tengah yaitu antara 40-60 tahun sebanyak 4
orang (30,7%) namun tidak ada pegawai yang berusia pada masa dewasa akhir yaitu antara 60-70
tahun.
Pegawai UPT Gudang Farmasi berdasarkan
tabel 4.1.2.2, dalam keluarga yang merupakan anak
ke 1, 3 dan 5 masing-masing berjumlah 3 orang
(23,1%), sedangkan yang merupakan anak ke 2 sebanyak 4 orang. Pegawai UPT Gudang Farmasi berdasarkan tabel 4.7, dengan pegawai yang jumlah
saudara 8 dan 9 masing-masing sebanyak 1 orang
(7,7%), yang memiliki jumlah saudara 7 sebanyak 2
orang (15,4%), kemudian yang memiliki jumlah
saudara 4 sebanyak 4 orang (30,8%), sedangkan
yang memiliki jumlah saudara 5 sebanyak 5 orang
(38,5).
Para pegawai UPT Gudang Farmasi berdasarkan tabel 4.1.2.4 pegawai yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 sebanyak 2
orang (15,4%), yang memiliki jumlah tanggungan
keluarga 2 dan 3 masing-masing 4 orang (30,8%),
sedangkan yang memiliki tanggungan keluarga
hanya 1 sebanyak 3 orang (23,1%).
Jumlah lama kerja pegawai UPT Gudang
Farmasi berdasarkan tabel 4.9 antara lain: yang memiliki lama kerja 7, 8, 12, 26, 29, dan 35 tahun
masing-masing berjumlah 1 orang (7,7%), kemudian
dengan jumlah lama kerja 3 dan 13 tahun sebanyak

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

27

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

2 orang (15,4%), sedangkan yang memiliki jumlah


lama kerja 1 tahun sebanyak 3 orang (23,1%).
Berdasarkan tabel 4.10, lama kerja di UPT
5, 10, 20, dan 29 tahun masing-masing sebanyak 1
orang (7,7%), kemudian yang memiliki lama kerja
di UPT 3 dan 7 tahun sebanyak 2 orang (15,4%),
sedangkan yang memiliki jumlah lama kerja di UPT
1 tahun berjumlah 5 orang (38,5%).
Dari seluruh pegawai yang bekerja di UPT
Gudang Farmasi saat ini berdasarkan tabel 4.11,
status kepegawaiann yang paling banyak berstatus
pegawai PNS sebanyak 7 orang (53,8% sedangkan
yang saat ini masih berstatus pegawai honorer berjumlah 6 orang (46,2%).
Berdasarkan tabel 4.12, pegawai UPT
Gudang Farmasi yang sewaktu baru bekerja lebih
banyak yang berstatus pegawai honorer yang berjumlah 7 orang (53,8%), sedangkanyang berstatus
PNS berjumlah 6 orang (46,2%).

Stressor kerja

Hasil penelitian dapat dianalisa stressor


kerja berdasarkan intrinsik pekerjakaan yang dirasakan oleh pegawai UPT Gudang Farmasi dengan
hasil sebagai berikut: pegawai yang merasakan suhu
udara tempat kernyanya terlalu panas sebanyak 4
orang (30,8%). Selanjutnya pegawai yang merasakan suihu ruangan kerjanya terlalu dingin sebanyak
2 orang (15,4%). kemudian pegawai yang merasakan ruangan kerjanya terlalu sesak sebanyak 3 orang
(23,1%). Selanjutnya pegawai yang merasa kebisingan mengganggu bekerja sebanyak 9 orang
(69,2%). Kemudian pegawai yang merasakan sirkulasi ruangan yang tidak sehat sebanyak 2 orang
(15,4%). Kemudian pegawai yang menganggap getaran di sekitar kantor berlebihan dan mengganggu
sebanyak 1 orang (7,7%). Pegawai yang merasa
lingkungan kerjanya kotor dan tidak sehat sebanyak
3 orang (23,1%).
Kemudian pegawai yang merasa pekernyaannya memiliki resiko besar terjadinya kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (38,5%). Pegawai
yang merasa jadwal kerjanya tidak terencana sebanyak 6 orang (46,2%). Selanjutnya pegawai yang
merasa beban kerjanya berlebihan sebanyak 4 orang
(30,8%). Kemudian pegawai yang kerjanya shift
malam dan merasa terbebani sebanyak 3 orang
(23,1%). Kemudian pegawai yang merasa beban
kerjanya terlelau sedikit sebanyak 4 orang (30,8%).
Selanjutnya pegawai yang merasa keputusan atasan
membebani bekerja sebanyak 4 orang (30,8%).
Gambaran stressor kerja dari intrinsik
pekerjaan yang dirasakan oleh pegawai UPT
Gudang Farmasi, stressor yang paling banyak
dirasakan oleh pegawai yaitu kebisingan yang
mengganggu bekerja sebanyak 9 orang (69,2,%).

Untuk stressor berdasarkan intrinsik


pekerjaan yang berkaitan dengan kebisingan yang
mengganggu bekerja, pegawai yang di wawancara
menyatakan:
Kalo untuk kantor-kantor sih gak masalah,
tapi untuk mobil-mobil yang lewat sih buat kita
kurang konsentrasi kerja, abis berisik dan selain itu
orang yang jualan didepan kantor mengganggu
juga.
Ya kumuh aja sih banyak-banyak warung
gitu, gak beraturanlah dan banyak mobil lewat buat
susah kerjanya soalnya kurang tenang lingkungannya
Hasil penelitian, stressor berdasarkan
intrinsik pekerjaan hal yang paling banyak dirasakan
oleh PNS dibandingkan Honorer antara lain: suhu
udara ruang kerja terlalu dingin sebanyak 2 orang,
beban kerja terlalu sedikit sebanyak 3 orang dan keputusan yang dibuat oleh atasan sering membebani
dalam bekerja sebanyak 3 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan intrinsik pekerjaan yang berkaitan dengan beban kerja
terlalu sedikit, pegawai yang di wawancara menyatakan: Kerjaannya, kalo awal bulan sibuk banget
tapi kalo udah pertengahan sampai akhir bulan
kadang-kadang gak ada kerjaan jadi males juga
kerjanya
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan
intrinsik pekerjaan yang berkaitan dengan keputusan
yang dibuat oleh atasan sering membebani dalam
bekerja, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Keputusannya kan di sahkan sama atasan, kadangkadang malah buat saya bingung ngerjain
pekerjaan saya yang berhubungan sama keputusan
yang diambil. Ya dilakuin aja, kalo keputusannya
mempermudah sih syukur, tapi yang repot kalo
keputusannya malah nyusahin buat kerjaannya
ribet
Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
suhu udara ruang kerja terlalu panas sebanyak 4
orang, ruangan tempat bekerja terlalu sesak sebanyak 3 orang, kebisingan di sekitar kantor tempat
bekerja mengganggu bekerja sebanyak 5 orang, sirkulasi di ruangan kerja tidak terasa nyaman dan
tidak sehat sebanyak 2 orang, vibrasi/getaran dari
sekitar tempat kerja berlebihan dan sangat mengganggu sebanyak 1 orang, lingkungan kerja tidak
bersih dan tidak sehat sebanyak 3 orang, pekerjaan
mempunyai resiko besar terjadinya kecelakaan kerja
sebanyak 5 orang, tidak memiliki jadwal kerja yang
terencana sebanyak 5 orang, beban kerja berlebihan
sebanyak 3 orang dan mendapatkan kerja shift malam sebanyak 3 orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
intrinsik pekerjaan yang berkaitan dengan kebising-

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

28

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

an di sekitar kantor tempat bekerja mengganggu bekerja, pegawai yang di wawancara menyatakan: Ya
kumuh aja sih banyak-banyak warung gitu, gak
beraturanlah dan banyak mobil lewat buat susah
kerjanya soalnya kurang tenang lingkungannya.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
intrinsik pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan
mempunyai resiko besar terjadinya kecelakaan
kerja, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Untuk bahayanya sih ada, kalo bawa obat kan
pake dus bawaknya kan gak sedikit jadi takutnya
dusnya jatoh dan nibanin kita trus kalo nyusun
kerdus obatnya tinggi ada kemungkinan dusnya
jatoh, jadi ya ati-ati aja.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
intrinsik pekerjaan yang berkaitan dengan tidak memiliki jadwal kerja yang terencana pegawai yang di
wawancara menyatakan: Kalau buat jadwal kerja
tetap sih gak ada, karena di gudang itu mah kita
melayani puskesmas, kalo ada ya kita layani tapi
kalo gak ada ya kita bersih-bersih
Peran individu dalam organisasi yang
dirasakan pegawai sebagai stressor hasilnya sebagai
berikut: Tidak ada pegawai yang pernahmengalami
pelecehan seksual di tempat kerja. Pegawai yang
merasa pekerjaan diberikan berdasarkan jenis kelamin bukan kemampuan sebanyak 7 orsng (53,8%).
Kemudian pegawai yang merasa mengerjakan pekerjaan yang bukan merupakan bagian dari tanggung jawab sebanyak 6 orang (46,2%). Kemudian
pe-gawai yang merasa ptanggung jawab utama terabaikan karena tugas lain sebanyak 2 orang (15,4%).
Adanya pertentangan antara nilai pribadi dan tugas
yang dilakukan yang dirasakan pegawai berjumlah 6
orang (46,2%). Pegawai yang merasa tujuan pekerjaannya tidak jelas sebanyak 2 orang (15,45%). Lalu
tidak pegawai yang merasa tanggung jawabnya
tidak jelas. Pegawai yang merasa prosedur pekerjaannya tidak jelas sebanyak 4 orang (30,8%).
Pegawai yang tidak mengetahui apa yang orang lain
harapkan dari pekerjaan yang dilakukan sebanyak 3
orang (23,1%). Serta pegawai yang merasa kurang
adanya masukan terhadap kinernya sebanyak 9
orang (69,2%).
Stressor kerja yang berkaitan dengan peran
individu dalam organisasi yang paling banyak dirasakan oleh pegawai dalam hal kurang adanya masukan dari atasan terhadap kinerja pegawai yaitu
sebanyak 9 oarang (69,2%).
Untuk stressor berdasarkan peran individu
dalam organisasi yang berkaitan dengan kurang adanya masukan dari atasan terhadap kinerja pegawai
pegawai yang di wawancara menyatakan:
oooo.....maksudnya ngasih pengarahan. Kalo itu
sih jarang banget, kan jarang ke sini, ke sini kan
cuma buat ngecek kerjaan aja. Pernah sih tapi

jarang banget, soalnya pimpinannya kan jarang


kesini, ke sini paling ngecek kerjaan doang
Hasil penelitian, stressor berdasarkan peran
individu dalam organisasi hal yang paling banyak
dirasakan oleh PNS dibandingkan Honorer antara
lain: Prosedur pekerja tidak jelas sebanyak 3 orang,
Tidak mengetahui apa yang orang lain harapkan terhadap pekerjaan sebanyak 3 orang dan merasa
kurang adanya masukan dari atasan terhadap kinerja
sebanyak 5 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan peran
individu dalam organisasi yang berkaitan dengan
merasa kurang adanya masukan dari atasan terhadap
kinerja, pegawai yang di wawancara menyatakan:
oooo.....maksudnya ngasih pengarahan. Kalo itu
sih jarang banget, kan jarang ke sini, ke sini kan
cuma buat ngecek kerjaan aja.
Sedangkan hal yang paling banyak
dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara
lain: pekerjaan di bebankan pada pegawai berdasarkan jenis kelamin bukan atas dasar kemampuan
yang dimiliki sebanyak 4 orang, sering mengerjakan
pekerjaan yang bukan merupakan bagian dari
tanggung jawab yang miliki sebanyak 4 orang, tugas
yang menjadi tanggung jawab utama sering terabaikan karena menyelesaikan tugas lain dari atasan
/rekan sebanyak 2 orang, merasa ada pertentangan
batin antara nilai-nilai diri dan tugas yang dilakukan
sebanyak 4 orang lalu tujuan dari pekerjaan tidak
jelas sebanyak 2 orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
peran individu dalam organisasi yang berkaitan dengan pekerjaan di bebankan pada pegawai berdasarkan jenis kelamin bukan atas dasar kemampuan yang dimiliki, pegawai yang di wawancara
menyatakan: Kalau perempuan kan bagian administrasi, kalau laki-laki bagian yang kasar-kasar
penyusunan obat harus kita susun, kalau Puskesmas
ambil atau di kita laki-laki bagian yang gotonggotong, kalau perempuan bagian tulis-tulislah.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
peran individu dalam organisasi yang berkaitan
dengan sering mengerjakan pekerjaan yang bukan
merupakan bagian dari tanggung jawab yang dimiliki, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Yang jaga malem itu yang bukan tanggung jawab
saya, tapi karena satpamnya jarang masuk ya jadi
harus dikerjain, kan disuruh atasan.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
peran individu dalam organisasi yang berkaitan
dengan merasa ada pertentangan batin antara nilainilai diri dan tugas yang dilakukan, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Pernah sih, kadangkadang kita minta tambahan dari perusahan obat
yang nganter, bentuknya sih macem-macem.
Padahal itu kan gak bener.

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

29

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

Dapat dianalisa stressor yang berkaitan


dengan pengembangan karier yang dialami pegawai
UPT Gudang Farmasi dengan hasil sebagai berikut:
pegawai yang merasakan promosi atau mutasi tidak
sesuai dengan kemampuan sebanyak 8 orsng
(61,5%). Kemudian pegawai yang merasa kariernya
tidak jelas sebanyak 6 orang (46,2%). Kemudian
pegawai yang sering merasa terhambat dalam mencapai harapan sebanyak 6 orang (46,2%).
Gambaran stressor kerja berdasarkan pengembangan karier yang banyak dirasakan oleh pegawai UPT Gudang Farmasi yaitu promosi atau
mutasi yang tidak sesuai dengan kemnampuan sebanyak 8 orang (61,5%). Untuk stressor berdasarkan
pengembangan karir yang berkaitan dengan promosi
atau mutasi yang tidak sesuai dengan kemnampuan
pegawai yang di wawancara menyatakan: Sebetulnya saya kepengen mutasi dan pindah dari sini, abis
udah kelamaan di sini, berhubung saya sudah
mengerjakan pekerjaan rutin tiap bulan dan rasa
tanggung jawab saya sudah dipercayakan sama atasan, serta sama kepala dinas tidak di ijinkan ke
tempat lain, jadi saya dari honorer sampai pensiun
tanggung jawab di UPT gudang Farmasi. Dari
baru diangkat ibu setahun di Yankes terus ibu dipindah di sini sampai sekarang hampir pensiun ya
bosen juga sih tapi ya gimana lagi, udah mau pensiun juga hampir 30 tahun di sini. Sebenernya sih
pengen tapi kalau dipikir samalah, Cuma disininya
ngasih toleransi kalu saya gak ada kerjaan ada
yang nyuruh dikantor ya saya kerjakan. Disini saya
kerjanya tidak terlalu ketat dan saya istilahnya masih punya atau bias kerja buat sambilanlah
Hasil penelitian, stressor berdasarkan pengembangan karir hal yang paling banyak dirasakan
oleh PNS dibandingkan Honorer antara lain:
Promosi/mutasi jabatan di tempat bekerja tidak sesuai dengan kemampuan pegawainya sebanyak 7
orang dan karir di sini tidak jelas sebanyak 5 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan
pengembangan karir yang berkaitan dengan Promosi
atau mutasi jabatan di tempat bekerja tidak sesuai
dengan kemampuan pegawainya, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Sebetulnya saya kepengen mutasi dan pindah dari sini, abis udah kelamaan di sini, berhubung saya sudah mengerjakan
pekerjaan rutin tiap bulan dan rasa tanggung jawab
saya sudah dipercayakan sama atasan, serta sama
kepala dinas tidak di ijinkan ke tempat lain, jadi
saya dari honorer sampai pensiun tanggung jawab
di UPT gudang Farmasi. Dari baru diangkat ibu
setahun di Yankes terus ibu dipindah di sini sampai
sekarang hampir pensiun ya bosen juga sih tapi ya
gimana lagi, udah mau pensiun juga hampir 30
tahun di sini.

Hasil penelitian dapat dianalisa stressor


kerja berdasarkan hubungan dalampekerjaan yang
dirasakan oleh pegawai UPT Gudang Farmasi dengan hasil sebagai berikut: pegawai yang merasakan
hubungan atasan dan rekan kerja tidak akrab sebanyak 5 orang (38,5%). Selanjutnya pegawai yang
merasakan pimpinannya sensitive sebanyak 4 orang
(30,8%). kemudian pegawai yang merasakan antar
pegawai saling tidak mempercayai dan mencurigai
sebanyak 5 orang (38,5%). Selanjutnya pegawai
yang merasa memiliki pimpinan yang perfeksionis
sebanyak 6 orang (46,2%). Kemudian pegawai yang
merasakan pimpinannya sering mendramatisir peristiwa sebanyak 3 orang (23,1%). Kemudian pegawai
yang menganggap teman-teman kerja tidak saling
mendukung sebanyak 2 orang (15,4%). Pegawai
yang merasa kurangnya perhatian manajemen kantor
terhadap pegawai sebanyak 9 orang (69,2%). Kemudian pegawai yang merasakomunikasi interpersonal
di tempat kerja kurang terjalin nyaman sebanyak 5
orang (38,5%). Pegawai yang merasa terdapat persaingan yang tidak sehat antar pegawai sebanyak 2
orang (15,4%). Selanjutnya pegawai yang merasa
pemantauan kinerja sangat ketat dari atasan sebanyak 3 orang (23,1%).
Gambaran stressor kerja dari hubungan
dalam pekerjaan yang dirasakan oleh pegawai UPT
Gudang Farmasi yang paling banyak yaitu kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap pegawai
sebanyak 9 orang (69,2%).
Untuk stressor berdasarkan hubungan dalam
pekerjaan yang berkaitan dengan kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap pegawai, pegawai yang di wawancara menyatakan: Dinas emang
bikin apel 1 minggu sekali untuk pegawai gudang ke
dinas, biar orang dinas tau siapa-siapa saja yang di
gudang, tapi tetep aja gudang gak pernah diperhatiin kesejahteraannya. Kalau hubungan antara
UPT gudang dengan dinas kurang baik, soalnya gudang ngerasa gak pernah diperhatikan kesejahteraannya oleh dinas dan ngerasa gudang itu gak
dianggap ada sama dinas.
Hasil penelitian, stressor berdasarkan hubungan dalam pekerjaan hal yang paling banyak
dirasakan oleh PNS dibandingkan Honorer antara
lain: pimpinan sangat sensitive sebanyak 3 orang,
pimpinan yang perfeksionis dalam berbagai hal
sebanyak 4 orang, pimpinan sering mendramatisir
peristiwa sebanyak 2 orang dan pemantauan kinerja
sangat ketat dari atasan sebanyak 3 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan hubungan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pimpinan yang perfeksionis dalam berbagai hal, pegawai yang di wawancara menyatakan: Atasan ibu
sih biasanya ngontrol pekerjaan pegawai, tapi kalo
menurut dia belum sempurna ya pasti dia komplain

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

30

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

dan itu sering kejadian setiap dia nengok ke


gudang, karena dia kantornya di dinas gak di
gudang, jarang ke sini, tapi kalo ke sini ya begitu
deh.... Pembicaraan dengan atasan, kalau masih
jam kantor masih membicarakan masalah pekerjaan
saja..... Yang dibicarakan atasan saya cuma
instruksi, ada aja yang salah, maunya semuanya kehendaknya dia, kalau kurang sedikit aja pasti
ngomel, kan jadi males juga kalo disalahin terus
Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
atasan dan rekan kerja tidak saling akrab seba-nyak
5 orang, tidak saling mempercayai dan curiga antar
pegawai dalam bekerja sebanyak 3 orang, kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap pegawai
sebanyak 5 orang dan komunikasi interpersonal di
tempat kerja kurang terjalin nyaman sebanyak 5
orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
hubungan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan
atasan dan rekan kerja tidak saling akrab, pegawai
yang di wawancara menyatakan: Disini sih
komunikasi antara atasan dengan baeahan ya biasa
aja, kaya staf-staf biasa walaupun dia pangkatnya
lebih tinggi atasannya tuh gak pernah bilang saya
atasan disini gak ada, sama gitu. Untuk stressor
bagi Honorer berdasarkan hubungan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan kurangnya perhatian
manajemen kantor terhadap pegawai, pegawai yang
di wawancara menyatakan: Dinas emang bikin
apel 1 minggu sekali untuk pegawai gudang ke
dinas, biar orang dimas tau siapa-siapa saja yang
di gudang, tapi tetep aja gudang gak pernah diperhatiin kesejahteraannya. Untuk stressor bagi
Honorer berdasarkan peran hubungan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal di tempat kerja kurang terjalin nyaman pegawai
yang di wawancara menyatakan: Ya itu, dah seperti kekeluargaan gak ada istilah orang lama,
orang baru. Tapi ya seringnya urusan kerjaan aja
kalo yang lainnya jarang.
Struktur dan iklim organisasi yang dirasakan pegawai sebagai stressor kerja hasilnya sebagai
berikut: Pgawai yang tidak diberi kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor
sebanyak 7 orang (53,8%). Pegawai yang merasa
struktur organisasi di kantor kaku dan tidak bersahabat terhadap pegawai sebanyak 5 orsng (38,5%).
Kemudian pegawai yang merasa setiap pegawai
ingin menjatuhkan pegawai yang lainnya dalam bekerja sebanyak 2 orang (15,4%). Kemudian pegawai
yang merasa pelatihan untuk pegawai belum maksimal sebanyak 10 orang (76,9%). Adanya pengambilan keputusan tanpa perencanaan yang dirasakan
pegawai berjumlah 6 orang (46,2%).

Stressor kerja yang berkaitan dengan


struktur dan iklimorganisasi yang paling banyak
dirasakan oleh pegawai dalam hal pelatihan untuk
pegawai belum maksimal sebanyak 10 orang
(76,9%).
Untuk stressor berdasarkan struktur dan
iklim organisasi yang berkaitan dengan pelatihan
untuk pegawai belum maksimal, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Kalau masalah pelatihan,
saya belum pernah ikut, karena saya hanya
bertanggung jawab mengeluarkan obat dan
kebersihan lingkungan jadi saya belum pernah ikut
pelatihan. Belum pernah ikut pelatihan apa-apa,
soalnya pelatihan buat orang tertentu aja sih.
Hal yang paling banyak dirasakan oleh
Honorer dibandingkan PNS berdasarkan struktur
dan iklim organisasi antara lain: tidak diberi
kesempatan berpartisipasi dalam Pembuatan
keputusan di kantor sebanyak 5 orang dan struktur
organisasi di kantor tidak fleksibel dan tidak
bersahabat terhadap pegawai sebanyak 3 orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
struktur dan iklim organisasi yang berkaitan dengan
tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam
Pembuatan keputusan di kantor pegawai yang di
wawancara menyatakan: Orang-orang tertentu aja,
ya gak semua. Ya umpama kan dilihat, yang bagus
yang mana yang jelek yang mana....
Hasil penelitian dapat dianalisa stressor
kerja berdasarkan tuntutan dari luar organidsasi atau
pekerjaan yang dirasakan oleh pegawai UPT
Gudang Farmasi dengan hasil sebagai berikut: pegawai yang merasakan ttidak ada dukungan dari keluarga terhadap karier sebanyak 2 orang (15,4%).
Selanjutnya pegawai yang merasakan persoalan perceraian sebanyak 2 orang (15,4%). kemudian pegawai yang merasa saat anak sakit selalu terfikir dan
mengganggu konsentrasi bekerja sebanyak 6 orang
(46,2%). Selanjutnya pegawai yang pernah menghadapi anak gagal sekolah sebanyak 3 orang
(23,1%). Kemudian pegawai yang pernah merasakan peristiwa traumatis sebanyak 5 orang (38,5%).
Kemudian pegawai yang pernah menghadapi masalah pelanggaran hukum sebanyak 1 orang (7,7%).
Pegawai yang baru-baru ini pindah tempat tinggal
sebanyak 2 orang (15,4%). Kemudian pegawai yang
merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan seharihari sebanyak 5 orang (38,5%). Pegawai yang merasa kesepian dalam hidup sebanyak 2 orang
(15,4%). Selanjutnya pegawai yang merasa hidup
selalu terancam sebanyak 2 orang (15,4%). Kemudian pegawai yang tidak bisa memisahkan masalah
pekerjaan dengan masalah pribadi sebanyak 4 orang
(30,8%). Kemudian pegawai yang merasa pasangan
hidup kurang mendukung karier sebanyak 2 orang
(15,4%). Selanjutnya pegawai yang sedang meng-

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

31

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

hadapi konflik pernikahan sebanyak 3 orang


(23,1%). Sedangkan pegawai yang memiliki dua pekerjaan sebanyak 6 orang (46,2%). pegawai yang sedang menghadapi masalah kesulitan keuangan sebanyak 7 orang (53,8%). sedangkan pegawai yang
sedang menghadapi konflik antara tuntutan keluarga
dengan pekerjaan sebanyak 7 orang (53,8%).
Gambaran stressor kerja bersumber tuntutan
dari luar organisasi atau pekerjaan yang dirasakan
oleh pegawai UPT Gudang Farmasi, stressor yang
paling banyak yaitu: pegawai yang sedang menghadapi masalah kesulitan keuangan dan pegawai
yang sedang menghadapi konflik antara tuntutan keluarga dengan pekerjaan masing-masing sebanyak 7
orang (53,8%).
Untuk stressor berdasarkan Tuntutan Dari
Luar Organisasi/Pekerjaan yang berkaitan dengan
pegawai yang sedang menghadapi masalah kesulitan
keuangan, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Masalah gaji tidak mencukupi tapi saya mengatur
gaji kecil sebaik mungkin. Gaji Rp.450.000,00
sebenarnya gak cukup, cumin dibilang gak cukup
mo gimana lagi, gaji segitu ya sebisa-bisa kita lah
ngaturnya.
Untuk stressor berdasarkan Tuntutan Dari
Luar Organisasi/Pekerjaan yang berkaitan dengan
pegawai yang sedang menghadapi konflik antara
tuntutan keluarga dengan pekerjaan, pegawai yang
di wawancara menyatakan: makanya, untuk memenuhi kebutuhan karena pekerjaan saya seperti ini di
kantor tapi saya juga harus memenuhi kebutuhan
rumah makanya saya kalau sore saya kerja di
Apotik swasta, dari pulang dinas langsung ke
Apotik. untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
rumah disini ada tambahan, kalua kitanya rajin,
pasti ada rezeki. Umpama dari Puskesmas kadang
suka nagasih, kadang obat kita kan nurunin terus
dikasih uang. Ya dari situlah sambilannya.
.....Paling kalau di rumah ada tetangga nyuruh
nganterin.
Hasil penelitian, stressor berdasarkan tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan hal yang paling
banyak dirasakan oleh PNS dibandingkan Honorer
antara lain: pernah menghadapi masalah pelanggaran hukum sebanyak 1 orang dan baru-baru ini
pindah tempat tinggal sebanyak 2 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan
tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan yang
berkaitan dengan baru-baru ini pindah tempat
tinggal pegawai yang di wawancara menyatakan:
Baru lima bulan. Aku kan baru tujuh bulan nikah.
Sebelumnya tinggal di rumah mertua.
Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
pernah menghadapi anak gagal sekolah sebanyak 3
orang, pernah mengalami peristiwa traumatis seba-

nyak 4 orang, pernah ditinggal mati pasangan sebanyak 1 orang, tidak mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari sebanyak 5 orang, merasa hidup selalu
terancam sebanyak 2 orang, tidak bisa memisahkan
masalah pekerjaan dengan masalah pribadi sebanyak
3 orang, sedang menghadapi konflik pernikahan sebanyak 2 orang, memiliki dua pekerjaan memiliki
dua pekerjaan sebanyak 5 orang, sedang menghadapi masalah kesulitan keuangan sebanyak 5
orang dan sedanng menghadapi konflik antara tuntutan keluarga dan pekerjaan sebanyak 4 orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan yang berkaitan dengan tidak mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari pegawai yang di wawancara menyatakan: Gaji Rp.450.000,00 sebenarnya gak cukup,
cumin dibilang gak cukup mo gimana lagi, gaji
segitu ya sebisa-bisa kita lah ngaturnya.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan yang berkaitan dengan memiliki dua pekerjaan memiliki dua
pekerjaan pegawai yang di wawancara menyatakan:
.....Paling kalau di rumah ada tetangga nyuruh
nganterin
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan yang berkaitan dengan sedang menghadapi masalah kesulitan
keuangan pegawai yang di wawancara menyatakan:
Ya banyak lah, Madang-kadang harus utang dulu
buat menuhin kebutuhan zaher-hari.
Hasil penelitian dapat dianalisa stressor
kerja berdasarkan ciri-ciri individu. yang dirasakan
oleh pegawai UPT Gudang Farmasi dengan hasil sebagai berikut: pegawai yang merasa selalu diburuburu dalam mmenjalankan tugas pekerjaannya sebanyak 4 orang (30,8%). dan pegawai yang merasa
tidak sabar dalam menyelesaikan tugas sebanyak 4
orang (30,8%). kemudian pegawai yang pernah
menghadapi lebih dari satupekerjaan dalam waktu
yang sama sebanyak 6 orang (46,2%). Selanjutnya
pegawai yang merasa selalu tidak puas dengan prestasi yang sudah di raih sebanyak 8 orang (61,5%).
Kemudian pegawai yang merasaselalu ingin berkompetisi dengan orang lain dalam berbagai hal sebanyak 4 orang (30,8%). Kemudian pegawai yang
saat menghadapi masalah tidak mencari informasi
dan tidak memecahkan mesalah tersebut sebanyak 4
orang (30,8%). Pegawai yang tidak memiliki ambisi
tinggi dalam mencapai sesuatu di kehidupan dan
pekerjaan sebanyak 8 orang (61,5%).
Gambaran stressor kerja berdasarkan ciriciri individu yang dirasakan oleh pegawai UPT
Gudang Farmasi yang paling banyak yaitu: merasa
selalu tidak puas dengan prestasi yang sudah di raih
serta tidak memiliki ambisi tinggi dalam mencapai

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

32

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

sesuatu di kehidupan dan pekerjaan masing-masing


sebanyak 8 orang (61,5%).
Untuk stressor berdasarkan ciri-ciri individu
yang berkaitan dengan merasa selalu tidak puas
dengan prestasi yang sudah di raih, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Kayaknya sih belum ada
yang menonjol, tapi saya mau juga sih, ya paling tidak prestasi saat pension dengan prestasi pegawai
tidak bermasalah aja lah. Sampai saat ini ibu kayaknya masih belum punya prestasi apa-apa yang
pernah ibu dapet dari kerjaan ibu, makanya ibu
pengen punya prestasi, paling tidak sebelum ibu
pensiun nanti. Ibu sebenernya pengen punya
prestasi kayak orang-orang yang ada di dinas, makanya ibu selalu ingin terlihat rajin sama dinas dan
mengontrol kawan-kawan disini. Untuk stressor
berdasarkan ciri-ciri individu yang berkaitan dengan
tidak memiliki ambisi tinggi dalam mencapai sesuatu di kehidupan dan pekerjaan, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Kalo saya sih pasrah aja,
kalo gak ada perubahan begini aja sih ya gak papa
lah.
Hasil penelitian, stressor berdasarkan ciriciri individu hal yang paling banyak dirasakan oleh
PNS dibandingkan Honorer antara lain: Selalu tidak
puas dengan prestasi yang sudah Di raih sebanyak 5
orang, selalu ingin berkompetisi dengan orang lain
dalam berbagai hal dan Saat menghadapi masalah,
tidak mencari informasi sebanyak 4 orang dan memecahkan masalah tersebut sebanyak 3 orang.
Untuk stressor bagi PNS berdasarkan ciriciri individu yang berkaitan dengan Selalu tidak
puas dengan prestasi yang sudah Di raih, pegawai
yang di wawancara menyatakan: Kayaknya sih
belum ada yang menonjol, tapi saya mau juga sih,
ya paling tidak prestasi saat pension dengan prestasi pegawai tidak bermasalah aja lah. Ibu sebenernya pengen punya prestasi kayak orang-orang
yang ada di dinas, makanya ibu selalu ingin terlihat
rajin sama dinas dan mengontrol kawan-kawan
disini.
Sedangkan hal yang paling banyak
dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara
lain: Selalu merasa diburu-buru dalam mengerjakan
tugas sebanyak 4 orang, Tidak sabar dalam menyelesaikan tugas sebanyak 3 orang dan Pernah menghadapi lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang
sama sebanyak 4 orang.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
ciri-ciri individu yang berkaitan dengan Selalu
merasa diburu-buru dalam mengerjakan tugas,
pegawai yang di wawancara menyatakan:
............,seharusnya kan gak usah disuruhlah, saya
pengennya biar cepet selesai semua kerjaan.
Untuk stressor bagi Honorer berdasarkan
ciri-ciri individu yang berkaitan dengan Pernah

menghadapi lebih dari satu pekerjaan dalam waktu


yang sama pegawai yang di wawancara menyatakan: Sering, kadang ada barang masuk trus dateng
lagi gak lama orang puskesmas mau ambil obat,
buat pusing ngaturnya.

Gejala Stres

Hasil penelitian dapat dianalisa gejala


psikologis yang dirasakan pegawai UPT Gudang
Farmasi dengan hasil sebagai berikut: pegawai yang
merasakan cemas dan tegang sebanyak 5 orang
(38,5%). Selanjutnya pegawai yang merasakan
sering bingung, mudah marah, dan sensitive sebanyak 3 orang (23,1%). kemudian pegawai yang
merasakan kepuasan kerja menurun sebanyak 8
orang (61,5%). Selanjutnya pegawai yang merasa
mudah lupa dan sukar konsentrasi sebanyak 5 orang
(38,5%). Kemudian pegawai yang merasakan putus
asa 5 orang (38,5%). Kemudian pegawai yang pernah berfikir untuk bunuh diri tidak ada. Selanjutnya
pegawai yang merasa tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya sebanyak 5
orang (38,5). Pegawai yang merasa depresi sebanyak 5 orang (38,5%). Kemudian pegawai yang
merasa bosan bekerja sebanyak 8 orang (61,5%).
Pegawai yang merasa fungsi intelektual menurun sebanyak 4 orang (30,8%). Selanjutnya pegawai yang
merasa kurang percaya diri sebanyak 2 orang
(15,4%). Kemudian pegawai yang mentalnya merasa lelah sebanyak 3 (23,1%).
Gambaran gejala stres dari gejala-gejala psikologis yang dirasakan oleh pegawai UPT Gudang
Farmasi, gejala yang paling banyak dirasakan oleh
pegawai yaitu kepuasan kerja menurun dan merasa
bosan bekerja yang masing-masing sebanyak 8
orang (61,5%).
Untuk Gejala stres berdasarkan gejala psikologis yang dirasakan yaitu, kepuasan kerja menurun, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Gak terlalu puas, abis kerjanya gitu-gitu aja, tapi
ya gak papalah kan udah mau pensiun. Gak juga
sih, tapi ya mau gimana lagi ibu kan udah mau pensiun. Gak puas soalnya gak diperhatiin dinas,
saya lebih senang dan puas saat dimintain tolong
tetangga nyupirin. Saya sih gak puas kerja disini,
lebih puas kerja di dinas.
Untuk Gejala stres berdasarkan gejala psikologis yang dirasakan yaitu, merasa bosan bekerja,
pegawai yang di wawancara menyatakan:
Sebenernya saya ingin mutasi dan pindah dari
sini, abis udah kelamaan di sini,..........serta sama
kepala dinas tidak diijinkan ke tempat lain, jadi
saya dari honorer sampai pensiun, tanggung jawab
di UPT Gudang Farmasi. Dari baru diangkat ibu
setahun di Yankes terus ibu dipindah di sini sampai
sekarang hampir pensiun ya bosen juga sih tapi ya

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

33

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

gimana lagi, udah mau pensiun juga hampir 30


tahun di sini
Walaupun saya belum lama kerja di sini, tapi
kadang-kadang suka jenuh dan bosen juga, soalnya
kerjaannya gitu aja tiap bulannya
Hasil penelitian, gejala stres berdasarkan
gejala psikologis hal yang paling banyak dirasakan
oleh PNS dibandingkan Honorer antara lain: sejak
bekerja di sini, kepuasan kerja tidak meningkat sebanyak 5 orang, mudah lupa dan sukar konsentrasi
saat bekerja sebanyak 3 orang, sering merasa putus
asa menghadapi persoalan di kantor sebanyak 3
orang, merasa depresi menghadapi pekerjaan sebanyak 4 orang dan mental merasa lelah selama bekerja di sini sebanyak 3 orang.
Untuk gejala stres bagi PNS berdasarkan
gejala psikologis yang dirasakan yaitu kepuasan
kerja tidak meningkat, pegawai yang di wawancara
menyatakan: Gak terlalu puas, abis kerjanya gitugitu aja, tapi ya gak papalah kan udah mau
pensiun. Gak juga sih, tapi ya mau gimana lagi
ibu kan udah mau pensiun. Saya sih gak puas
kerja disini, lebih puas kerja di dinas.
Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
cemas dan tegang saat berada di kantor sebanyak 3
orang, saat di kantor sering bingung sebanyak, mudah marah dan sensitive 2 orang, tidak mudah mengungkapkan perasaan dan pendapat kepada orang lain
pada situasi yang tepat sebanyak 4 orang, fungsi
intelektual menurun saat bekerja sebanyak 3 orang
dan kurang percaya diri saat bekerja sebanyak 2
orang.
Untuk gejala stres bagi Honorer berdasarkan
gejala psikologis yang dirasakan yaitu tidak mudah
mengungkapkan perasaan dan pendapat kepada
orang lain pada situasi yang tepat, pegawai yang di
wawancara menyatakan: Gak semua sih paling
sama pegawai yang di gudang aja, kalo sama pimpinan takutnya salah dan gak tepat ngomongnya
Dapat dianalisa gejala fisik yang dirasakan
pegawai UPT Gudang Farmasi dengan hasil sebagai
berikut: pegawai yang merasakan sakit kepala dan
migrain sebanyak 5 orsng (38,5%). Kemudian pegawai yang mengalami sakit maag dan gangguan lambung sebanyak 2 orang (15,4%). Kemudian pegawai
yang sering merasakan berkeringat di tangan dan
kaki sebanyak 2 orang (15,4%). Gejala gangguan
pada kulit yang pernah dialami pegawai berjumlah 2
orang (15,4%). Pegawai yang merasa sering fisiknya
lelah dalam bekerja sebanyak 8 orang (61,5%). Lalu
pegawai yang merasa detak jantung dan tekanan
darah meningkat sebanyak 5 orang (38,5%).
Pegawai yang merasa otot-ototnya tegang sebanyak
4 orang (30,8%). Pegawai yang pernah mengalami
serangan asma semanyak 1 orang (7,7%).

Gambaran gejala stres dari gejala-gejala


fisik yang dirasakan oleh pegawai UPT Gudang
Farmasi, gejala yang paling banyak dirasakan oleh
pegawai yaitu: fisik pegawai yang dirasa lelah
dalam bekerja sebanyak 8 orang (61,5%).
Untuk Gejala stres berdasarkan gejala Fisik
yang dirasakan yaitu, fisik pegawai yang dirasa
lelah dalam bekerja, pegawai yang di wawancara
menyatakan: Seringnya sih pegel-pegel soalnya
kan abis dari gudang langsung ke apotik lagi, jadi
capek banget badannya. Yang pasti badan suka
pegel-pegel soalnya kan kerjanya angkut-angkut
terus
Hasil penelitian, gejala stres berdasarkan
gejala fisik hal yang paling banyak dirasakan oleh
PNS dibandingkan Honorer antara lain: Detak
jantung dan tekanan darah sering meningkat selama
bekerja di sini sebanyak 4 orang.
Untuk gejala stres bagi PNS berdasarkan
gejala Fisik yang dirasakan yaitu detak jantung dan
tekanan darah sering meningkat selama bekerja di
sini, pegawai yang di wawancara menyatakan:
Paling tekanan darah, mungkin karena umur dan
kalo kecapean detak jantung bapak juga suka
kenceng. Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
selama bekerja di sini, sering sakit kepala atau
migrain sebanyak 3 orang, mendadak memiliki sakit
maag dan gangguan lambung selama bekerja di sini
sebanyak 2 orang, sering berkeringat di bagian
tangan atau kaki sebanyak 2 orang, pernah mengalami gangguan pada kulit seperti eksim atau gatalgatal sebanyak 2 orang, fisik terasa lelah saat bekerja sebanyak 5 orang, otot-otot tubuh sering merasa tegang saat bekerja sebanyak 4 orang dan pernah mengalami serangan asma sebanyak 1 orang.
Untuk gejala stres bagi Honorer berdasarkan
gejala fisik yang dirasakan yaitu, fisik terasa lelah
saat bekerja, pegawai yang di wawancara menyatakan: Yang pasti badan suka pegel-pegel soalnya
kan kerjanya angkut-angkut terus.
Gejala perilaku yang dirasakan pegawai
UPT Gudang Farmasi dengan hasil sebagai berikut:
Pegawai yang pernah terluka dan tidak berhati-hati
dalam bekerja sebanyak 4 orang (46,2%), pegawai
yang merasakan susah tidur sebanyak 4 orsng
(30,8%). Kemudian pegawai yang merasa terlalu
banyak tidur sebanyak 2 orang (15,4%). Kemudian
pegawai yang merasa porsi makannya berkurang sebanyak 3 orang (23,1%). Gejala nafsu makan bertambah yang dirasakan pegawai berjumlah 4 orang
(23,1%). Pegawai yang merasa gugup dalam berbicara sebanyak 5 orang (38,5%). Lalu pegawai
yang jarang berkumpul sebanyak 2 orang (15,4%).
Pegawai yang tidak nyaman bekerja dalam kelompok sebanyak 2 orang (15,4%). Pegawai yang mera-

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

34

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

sa kurang spontan dan kreatif dalam bekerja sebanyak 5 orang (38,5%). Serta pegawai yang merasa
kinernya menurun sebanyak 3 orang (23,1%). Pegawai yang merasa kebiasaan merokok dan minum
alkohol meningkat sebanyak 7 orang (53,8%).
Pegawai yang pernah mengamuk dan berbicara kurang sopan sebanyak 2 orang (15,4%). kemudian pegawai yang merasa kesulitan dalam mengambil
keputusan sebanyak 4 orang (30,8%). Pegawai yang
menunda pekerjaan sebanyak 8 orang (61,5%). Selanjutnya pegawai yang menyatakan sering tidak
masuk kantor sebanyak 9 orang (69,2%).
Gambaran gejala stres dari gejala prilaku
yang dirasakan oleh pegawai, gejala yang paling
banyak dirasakan oleh pegawai yaitu: perilaku sering tidak masuk kantor yang dinyatakan pegawai
sebanyak 9 orang (69,2%).
Untuk Gejala stres berdasarkan gejala
perilaku yang dirasakan yaitu, perilaku sering tidak
masuk kantor, pegawai yang di wawancara menyatakan: Kalo gak masuk kantor sih jarang, tapi kalo
terlambat tiap hari soalnya semua pegawai juga begitu. Kalo masalah gak masuk kerja sih kadangkadang, tapi kalo masuk kerja gak sesuai jam masuk
kantor sih tiap hari kecuali selasa, soalnya harus
upacara di dinas. Kalo hari biasa pasti masih sepi
kantor, udah ada orangnya sih jam 08.30, makanya
saya datengnya sekitar jam segitu
Hasil penelitian, gejala stres berdasarkan
gejala prilaku hal yang paling banyak dirasakan oleh
PNS dibandingkan Honorer antara lain: terlalu banyak tidur sebanyak 2 orang, nafsu makan berlebihan sebanyak 3 orang, tidak nyaman saat harus
bekerja dalam kelompok kerja sebanyak 2 orang, kinerja semakin menurun sebanyak 2 orang, pernah
menunda-nunda menyelesaikan tugas pekerjaan sebanyak 5 orang dan sering tidak masuk kantor sebanyak 6 orang.
Untuk gejala stres bagi PNS berdasarkan
gejala prilaku yang dirasakan yaitu sering tidak
masuk kantor, pegawai yang di wawancara menyatakan: Kalo masalah gak masuk kerja sih kadangkadang, tapi kalo masuk kerja gak sesuai jam masuk
kantor sih tiap hari kecuali selasa, soalnya harus
upacara di dinas. Kalo hari biasa pasti masih sepi
kantor, udah ada orangnya sih jam 08.30, makanya
saya datengnya sekitar jam segitu
Sedangkan hal yang paling banyak dirasakan oleh Honorer dibandingkan PNS antara lain:
fisik mudah terluka dan selalu tidak berhati-hati dalam bekerja sebanyak 4 orang, sering susah tidur
sebanyak 3 orang, porsi makan berkurang sebanyak
2 orang, saat berbicara dengan orang lain, sering
gagap sebanyak 4 orang, jarang berkumpul dengan
teman di kantor, sejak bekerja disini sebanyak 2
orang, menjadi kurang spontan dan kurang kreatif

saat bekerja, semenjak bekerja disini sebanyak 4


orang, kebiasaan merokok atau meminum alkohol
meningkat sebanyak 5 orang, pernah mengamuk dan
berbicara kurang sopan di kantor sebanyak 2 orang
dan sering kesulitan mengambil keputusan yang
tepat sebanyak 4 orang.
Untuk gejala stres bagi Honorer berdasarkan
gejala prilaku yang dirasakan yaitu, kebiasaan merokok atau meminum alkohol meningkat, pegawai
yang di wawancara menyatakan: Sekarang saya
sering merokok, terutama kalau lagi gak ada
kerjaan dan lagi ngumpul sama temen-temen.
Kalo berapa banyaknya dalam sehari sih gak
ngitung, kadang-kadang saya minta temen karena
duit juga gak ada tapi mau ngerokok

Hasil Observasi UPT Gudang Farmasi

Observasi di UPT Gudang Farmasi dilakukan selama dua minggu yaitu pada tanggal 1 sampai
18 juni 2009, karena jadwal kerja hanya 5 hari dalam seminggu maka observasi dilakukan pada hari
senin sampai jumat pada setiap minggunya. Selama
dua minggu tersebut, peneliti mengobservasi semua
kondisi UPT Gudang Farmasi beserta bagaimana
para pegawai bekerja.
Hasil observasi yang peneliti dapatkan
yaitu: UPT Gudang Farmasi memiliki dua bangunan
yang terpisah. Bangunan yang pertama terdiri dari
empat ruangan besar, halaman yang ditumbuhi beberapa pohon besar yang juga terdapat pagar besi
untuk keamananan. Ruangan pertama digunakan
unuk tempat pencatatan yang didalamnya terdapat 7
meja untuk 7 pegawai, 2 kompiuter, 2 meja yang diatasnya banyak tersimpan berkas-berkas, lemari besi
untuk menyimpan dokumen, meja dan kursi tamu,
televisi, AC, ada ruangan dapur dan kamarmandi didalamnya, dan di dinding terpasang jadwal pengambilan obat serta struktur pegawai di UPT Gudang
Farmasi. Ruangan kedua yaitu gudang distri busu
yang terletak di sebelah ruang administrasi, gudang
distribusi terdiri rak-rak besar yang berisi obatobatan yang tersusun untuk mempermudah pegawai
dalam memilih obat yang akan didistribusikan pada
puskesmas.
Ruangan yang ketiga yaitu ruangan
penyimpanan vaksin yang berada di sebelah gudang
distribusi, ruangan ini jarang di buka karena vaksin
didistribusikan hanya pada waktu-waktu tertentu,
ruangan ini memiliki AC untuk menjaga kualitas
vaksin yang disimpan. Kemudian ruangan yang keempat yang didalamnya terdapat sebuah sofa,
televisis dan juga terdapat kamarmandi, ruangan ini
diperuntukkan tempat singgah dan meletakkan
barang-barang milik pegawai yang selalau bertugas
di gudang distribusi dan gudang stok.

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

35

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

Bangunan kedua berada cukup jauh dari


bangunan yang pertama kira-kira kurang lebih 100
meter dari bangunan pertama dan berada beberapa
kantor dari bangunan pertama. Bangunan kedua juga
mempunyai dua halaman, pohon-pohon besar dan
sebuah ruangan besar yang hanya difungsikan sebagai gudang stok obat. Gudang stok obat ini berisi
kardus-kardus besar berisi obat dan sangat penuh.
Saat peneliti melakukan observasi kegiatan
pekerjaan yang sedang dilakukan pegawai UPT
yaitu menerima obat dari perusahaan farmasi, mencatat obat yang diterima, mencatat permintaan obat,
mendistribusukan obat ke puskesmas yang sudah
terjadwal yaitu satu hari 5 puskesmas. Kegiatan ini
berlangsung setiap hari saat peneliti melalukan
observasi.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menggambarkan stressor


kerja pada pegawai UPT Gudang Farmasi adalah sebagai berikut: Sumber stres di dalam pekerjaan faktor dominan didalamnya yaitu terdiri dari intrinsik
pekerjaan itu sendiri yang berkaitan dengan kebisingan di sekitar kantor tempat bekerja mengganggu
bekerja sebanyak 9 orang pegawai, peran individu
dalam organisasai yang berkaitan dengan Merasa
kurang adanya masukan dari atasan terhadap kinerja
sebanyak 9 orang, pengembangan karier berkaitan
dengan Promosi/mutasi jabatan di tempat bekerja
tidak sesuai dengan kemampuan pegawainya sebanyak 8 orang, hubungan dalam pekerjaan berkaitan
dengan Kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap pegawai sebanyak 9 orang serta struktur dan
iklim organisasi yang berkaitan dengan Pelatihan
untuk pegawai di tempat kerja belum maksimal sebanyak 10 orang.
Dari sumber stres di dalam pekerjaan serta
faktor dominan didalamnya, yang paling dominan
adalah struktur dan iklim organisasi yang berkaitan
dengan Pelatihan untuk pegawai di tempat kerja
belum maksimal sebanyak 10 orang, Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Cooper (dalam
Widyasari, 2008) yang menyatakan bahwa stressor
dari sumber Struktur organisasi dari faktor yang
mempengaruhi yaitu, struktur yang kaku dan tidak
bersahabat, pertempuran politik, pengawasan dan
pelatihan yang tidak seimbang dan ketidak terlibatan
dalam membuat keputusan. (www.rumahbelajar
psikologi.com .).
Sumber stres di luar pekerjaan serta faktor
dominan didalamnya yaitu terdiri dari tuntutan dari
luar organisasi yang berkaitan dengan Sedang
menghadapi masalah kesulitan keuangan dan
Sedang menghadapi konflik antara tuntutan keluarga
dan pekerjaan masing-masing sebanyak 7 orang serta ciri-ciri individu yang berkaitan dengan Selalu

tidak puas dengan prestasi yang sudah Di raih dan


Tidak memiliki ambisi tinggi dalam mencapai sesuatu di kehidupan dan pekerjaan yang masingmasing sebanyak 8 orang.
Dari sumber stres di luar pekerjaan serta
faktor dominan didalamnya, yang paling dominan
adalah ciri-ciri individu yang berkaitan dengan Selalu tidak puas dengan prestasi yang sudah Di raih
dan Tidak memiliki ambisi tinggi dalam mencapai
sesuatu di kehidupan dan pekerjaan yang masingmasing sebanyak 8 orang. Hal ini sesuai dengan
teori Menurut Dwiyanti (2001) yang menyatakan
bahwa Seseorang bcberapa ciri kepribadian sering
merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan
satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun
dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif
cenderung mengalami stres. (www.agungpia.
multiply.com.)
Penelitian ini meneliti gejala stres serta faktor dominan didalamnya yang terdiri dari gejala psikologis dengan gejala yang muncul Sejak bekerja di
sini, kepuasan kerja tidak meningkat dan merasa
bosan bekerja di sini masing-masing sebanyak 8
orang, gejala fisik dengan gejala yang dirasakan
fisik terasa lelah saat bekerja sebanyak 8 orang dan
gejala prilaku yang muncul sering tidak masuk kantor sebanyak 9 orang.
Dari gejala stres serta faktor dominan didalamnya, yang paling dominan yaitu gejala prilaku
yang muncul sering tidak masuk kantor sebanyak 9
orang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (dikutip oleh Rini
dalam Lianawati, 2006) yang menyatakan bahwa
menjelaskan bahwa gejala prilaku dari stres kerja
meliputi, menunda ataupun menghindari pekerjaan
atau tugas, penurunan prestasi dan produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan, yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan), Kehilangan nafsu makan
dan penurunan drastis berat badan, meningkatkan
kecenderungan perilaku resiko tinggi, seperti, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas dan penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer antara
lain. Dari sumber stres di dalam pekerjaan berdasarkan intrinsik pekerjaan yaitu beban kerja
terlalu sedikit dan keputusan yang dibuat oleh atasan
sering membebani dalam bekerja masing-masing
sebanyak 3 orang, berdasarkan peran individu dalam
organisasi yaitu merasa kurang adanya masukan dari

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

36

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

atasan terhadap kinerja sebanyak 5 orang, sedangkan dari pengembangan karir adalah Promosi/mutasi
jabatan di tempat bekerja tidak sesuai dengan kemampuan pegawainya sebanyak 7 orang, serta dari
hubungan dalam pekerjaan adalah pimpinan yang
perfeksionis dalam berbagai hal sebanyak 4 orang
serta tidak ada yang sumber stres dari struktur dan
iklim organisasi.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer yang
paling besar adalah dari pengembangan karir yaitu
Promosi/mutasi jabatan di tempat bekerja tidak
sesuai dengan kemampuan pegawainya sebanyak 7
orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer antara
lain. Dari sumber stres di luar pekerjaan berdasarkan
Tuntutan Dari Luar Organisasi/Pekerjaan yaitu barubaru ini pindah tempat tinggal sebanyak 2 orang
serta Ciri-ciri Individu adalah Selalu tidak puas
dengan prestasi yang sudah Di raih sebanyak 5
orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer yang
paling besar adalah dari ciri-ciri individu adalah
selalu tidak puas dengan prestasi yang sudah diraih
sebanyak 5 orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai honorer dengan pegawai PNS antara
lain. Dari sumber stres di dalam pekerjaan berdasarkan intrinsik pekerjaan yaitu kebisingan di sekitar
kantor tempat bekerja mengganggu bekerja, pekerjaan mempunyai resiko besar terjadinya kecelakaan
kerja dan tidak memiliki jadwal kerja yang terencana masing-masing sebanyak 5 orang, berdasarkan
peran individu dalam organisasi yaitu atas dasar
kemampuan yang dimiliki, sering mengerjakan
pekerjaan yang bukan merupakan bagian dari
tanggung jawab yang dimiliki dan merasa ada pertentangan batin antara nilai-nilai diri dan tugas yang
dilakukan masing-masing sebanyak 4 orang, sedangkan tidak ada yang bersumber dari pengembangan karir, serta dari hubungan dalam pekerjaan
adalah atasan dan rekan kerja tidak saling akrab,
kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap
pegawai dan komunikasi interpersonal di tempat
kerja kurang terjalin nyaman masing-masing berjumlah 5 orang, serta dari struktur dan iklim organisasi yaitu tidak diberi kesempatan berpartisipasi
dalam Pembuatan keputusan sebanyak 5 orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai honorer dengan pegawai PNS yang
besar adalah dari intrinsik pekerjaan yaitu kebisingan di sekitar kantor tempat bekerja mengganggu bekerja, pekerjaan mempunyai resiko besar
terjadinya kecelakaan kerja dan tidak memiliki

jadwal kerja yang terencana, serta dari hubungan


dalam pekerjaan adalah atasan dan rekan kerja tidak
saling akrab, kurangnya perhatian manajemen kantor terhadap pegawai dan komunikasi interpersonal
di tempat kerja kurang terjalin nyaman, serta dari
struktur dan iklim organisasi yaitu tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam Pembuatan keputusan
sebanyak 5 orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai honorer dengan pegawai PNS antara
lain. Dari sumber stres di luar pekerjaan berdasarkan
Tuntutan Dari Luar Organisasi/Pekerjaan yaitu tidak
mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, memiliki
dua pekerjaan memiliki dua pekerjaan serta sedang
menghadapi masalah kesulitan keuangan masingmasing sebanyak 5 orang. Serta ciri-ciri Individu
adalah Selalu merasa diburu-buru dalam mengerjakan tugas dan Pernah menghadapi lebih dari satu
pekerjaan dalam waktu yang sama masing-masing
sebanyak 4 orang.
Sumber stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai honorer dengan pegawai PNS yang
paling besar adalah dari Tuntutan Dari Luar Organisasi/Pekerjaan yaitu tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, memiliki dua pekerjaan memiliki dua pekerjaan serta sedang menghadapi
masalah kesulitan keuangan nmasing-masing sebanyak 5 orang.
Gejala stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer antara
lain. Gejala psikologis yang dirasakan kepuasan
kerja tidak meningka sebanyak 5 orang. Gejala fisik
yang dirasakan detak jantung dan tekanan darah
sering meningkat selama bekerja di sini sebanyak 4
orang. Serta gejala prilaku yang muncul perilaku
sering tidak masuk kantor sebanyak 6 orang.
Gejala stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai PNS dengan pegawai honorer yang
paling besar adalah dari gejala prilaku yang muncul
perilaku sering tidak masuk kantor sebanyak 6
orang.
Gejala stres yang berbeda secara dominan
antara pegawai honorer dengan pegawai PNS antara
lain. Gejala psikologis yang dirasakan tidak mudah
mengungkapkan perasaan dan pendapat kepada
orang lain pada situasi yang tepatsebanyak 4 orang.
Gejala fisik yang muncul fisik terasa lelah saat bekerja sebanyak 5 orang. Sedangkan gejala prilaku
yang tampak kebiasaan merokok atau meminum
alkohol meningkat sebanyak 5 orang.
Dari gejala stres yang berbeda secara
dominan antara pegawai honorer dengan pegawai
PNS yang besar adalah dari Gejala fisik yang
muncul fisik terasa lelah saat bekerja sebanyak 5
orang. Sedangkan gejala prilaku yang tampak ke-

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

37

Gambaran Stres Kerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Tangerang

biasaan merokok atau meminum alkohol mening-kat


sebanyak 5 orang.
Berdasarkan dari berbagai stressor dan gejala yang ditemui pada pegawai UPT Gudang Farmasi stres yang dialami termasuk katagori distress.
Menurut Quick dan Quick (dalam Widyasari, 2008)
distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang
bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit,
penurunan, dan kematian. (www.rumahbelajarpsi
kologi.com)

Daftar Pustaka

Agungpia, April 2008, Stres Kerja (Pengertian


Dan Pengenalan),
www.agungpia.multiply.com, Januari2009,
Anoraga, P, SE,MM, Psikologi Kerja, Rineka
Cipta, Answers Stressor
http://www.answers.com, Jakarta, 2006
Bachtiar, A, Dr,MPH,DSc, dkk, Metode Penelitian
Kesehatan, : Universitas Indonesia,
Jakarta, 2000

Munandar, AS, Psikologi Industri dan Organisasi,


Universitas Indonesia, Jakarta, 2001
Oentoro, S, & Zamralita, Stres Kerja dan
Temperamen Perawat Bagian Psikiatri,
Phronesis, Jurnal Ilmiah Psikologi Industri
dan Organisasi, 2006
Parker, I, Psikologi Kualitatif, ANDI Yogyakarta,
Yogyakarta, 2008
Sampurno, Agustus 2007, Membangun Daya
Saing Farmasi Indonesia Menghadapi
Harmonisasi Regulasi Farmasi Asean,
http://www.strategic-manage.com, Oktober
2008,
Sasono,

E, 2004, Mengelola Stres Kerja,


http://www.idtesis.com Oktober 2008,

Strauss, A, & Juliet C, Dasar-dasar Penelitian


Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-Teknik
Teoritisasi
Data,
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta, 2003
Sugiyono,DR, 2003, Statistik untuk Penelitian,
Bandung : CV Alfabeta

Candrarini, C, Mei 2008, Metode Observasi,


Wawancara, Dokumentasi
http://eduplus.or.id, Februari 2009

Widyasari, P, Spsi, 2008, Stres Kerja,


http://rumahbelajarpsikologi.com, Oktober
2008,

Glossary, 2008, Data Sekunder, Data Primer,


http://www.infoskripsi.com,Februari 2009,

Wikipedia Bahasa Indonesia, Interpretasi,


http://id.wikipedia.org, Maret 2009,

Hamilton, A, The Power Of Stress Menciptakn


Stres Di Tempat Kerja, Prestasi Pustaka
Raya, Jakarta, 2007
Hurlock,Elizabeth E, Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Edisi ke5(Alih bahasa: Dra.
Istiwatidayanti & Drs. Soejarwo, M.Sc),
Erlangga, Jakarta, 1999
Ilham, A, Juni 2007, Gejala Dan Penyebab Stres,
http://abinyailham.wordepress.com,
Februari 2009,
Iskandar, I, Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis (UPT)Gudang
Farmasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang,Bupati Tangerang, 2008

Jurnal Psikologi Vol 6 No 1, Juni 2008

38

Anda mungkin juga menyukai