Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam agama Islam, terdapat dua sumber hukum
yang utama yakni Al-Quran dan As-Sunnah atau Al-Hadis, di
samping terdapat sumber-sumber hukum yang lain. Yang
mana kedua sumber hukum utama tersebut sangat berkaitan
satu sama lain. Dan salah satu dari beberapa fungsi hadis
adalah sebagai penjelasan daripada hal-hal yang telah
disebutkan dalam Al-Quran. Dari keduanya, ajaran Islam
diambil dan dan dijadikan pedoman utama.1
Dengan berkembangnya zaman, semakin kompleks
pula
permasalahan
dalam
kehidupan
manusia,
tidak
-1-
pendekatan
serta
metode-metode
yang
telah
-2-
BAB II
PEMBAHASAN
diartikan
sebagai
penafsiran,
sebagaimana
telah
dilakukan
4 Ibid.
-3-
a. Pendekatan Histori
Memahami hadis dengan pendekatan histori ini
dengan
memperhatikan
kesejarahan
terhadap
dan
mengkaji
munculnya
aspek
satu
hadis.
ilmu
menerangkan
ini
biasanya
Asbabul
ditandai
Wurud.
sebab-sebab
Yaitu
mengapa
dengan
ilmu
yang
Rasullah
nabi
bersabda.
Dengan
kata
lain
tujuan
dalam
memahami
hadis
-4-
( ) .
Guntinglah kumis dan panjangkanlah jenggot9
Hadis di atas biasanya dipahami secara tekstual
oleh masyarakat pada umumnya. Mereka berpendapat
bahwa Nabi telah memerintahkan untuk mengguntung
kumis
dan
memelihara
memanjangkannya.
menganggap
merupakan
Masyarakat
bahwasanya
salah
jenggot
satu
pada
dengan
umumnya
ketentuan
kesempurnaan
tersebut
dalam
-5-
logos
mempelajari
bermakna
manusia
sebagai
ilmu.
Antropologi
makhluk
biologis
fisik
serta
kebudayaan
(cara-cara
setiap
manusia
yang
satu
dan
lainnya
berbeda.11
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam
masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya.
Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka
agama
yang
dipelajari
adalah
sebuah
fenomena
-6-
keagamaan
yang
tumbuh
dan
berkembang
dalam
masyarakat
pada
saat
hadis
tersebut
disabdakan.12
Dengan demikian, jika pendekatan antropologi
budaya tersebut dikaitkan dengan hadis Nabi, maka
hadis Nabi yang dipelajari di sini adalah sebagai
fenomena budaya. Dan pendekatan antropologi tidaklah
membahasa salah dan benar suatu hadis baik Sand
maupun matannya. Melainkan hanya membahas kajian
terhadap
fenomena
yang
berkaitan
dengan
hadis
14
-7-
hadis
itu
sangat
terkait
dengan
praktisi
dari
animisme
dan
dinamisme,
yaitu
adalah
suatu
cara
untuk
penelitian
eksperimen.
yang
Dengan
bersifat
pendekatan
observasi
dan
melalui
ilmu
berbeda
dengan
nalar
awam
atau
khurafat
(mitologis).16
14 Shahih Muslim, sebagaimana dikutip Musthofa M Thoha, Loc. Cit.
15 Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi; Metode dan Pendekatan, sebagaimana dikutip
Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi ...., Op. Cit., hal. 92
-8-
dan
pembuktian
yang kuat,
tidak
sekedar
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah
menceritakan kepada kami Syubah, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad ia
berkata, aku mendengar Abu Hurairah ra berkata,
Nabi SAW bersabda, atau bersabda Abu al-Qasim
SAW:Berpuasalah kalian karena melihat bulan dan
lebaranlah kalian karena melihat bulan, maka jika
17 Yusuf Qardawi, As-Sunnah sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, sebagaimana
dikutip Anonim, Ibid.
18 Ibid
-9-
.
Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Ziyad,
telah menceritakan kepada kami bapaku, telah
menceritakan kepada kami Syubah dari Muhammad
bin Ziyad ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah ra
berkata, Rasulullah SAW bersabda: Berpuasalah
kalian karena melihat bulan dan lebaranlah kalian
karena melihat bulan, maka jika kalian tidak bisa
melihat bulan karena terhalang oleh mega, maka
hitunglah (sempurnakan) bilangannya 30 hari.
.
Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Ziyad,
telah menceritakan kepada kami bapaku, telah
menceritakan kepada kami Syubah dari Muhammad
bin Ziyad ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah ra
berkata, Rasulullah SAW bersabda: Berpuasalah
kalian karena melihat bulan dan lebaranlah kalian
karena melihat bulan, maka jika kalian tidak bisa
melihat bulan karena terhalang oleh mega, maka
hitunglah (sempurnakan) bilangannya 30 hari.
2. Metode Syarah Hadis
Dalam memahami sebuah hadis, diperlukan tata cara
atau disebut juga dengan metode syarah hadis. Di dalam
-10-
pola
penjelasan
pemahaman-pemahaman
yang
itu
sudah
ada
usaha
muhasabah
-11-
al-Bulughul
Maram,
Subulus
Salam
karya
Shanani, Al-Kawakib al-Dairari fi Syarhi Shahih alBukhari karya Syamsudin Muhammad bin Yusuf bin Ali
al-Kirmani, kitab Al-Irsyad al-Syari li Syarhi Shahih alBukhari karya Ibnu Abbas Syihab al-Din Ahmad bin
Muhammad al-Qastalani atau kitab Syarah al-Zarqani
ala Mutawatha ala Imam Malik karya Muhammad bin
Abdul Baqi bin Yusuf al-Zarqani, dan lain-lain.22
Berikut ini beberapa kelebihan dari penggunaan
metode tahlili, antara lain:23
ruang lingkup pembahasan yang sangat luas
Metode ini mempunya ruang lingkup yang luas,
metode ini dapat digunakan dengan dua sisi yakni
bilmatsur atau bilrayi, yang mana keduanya masih
dapat dikembangkan lagi ke dalam berbagai corak
sesuai dengan keahlian pensyarah masing-masing.
memuat berbagai ide dan gagasan
Metode ini memberikan cukup raung kepada
pensyarah untuk mengembangkan penjelasannya
dengan berbagai ide dan gagasan dari masing-
21 Nizar Ali, (Ringkasan Disertasi), Kontribusi Imam Nawawi dalam Penuliasan Syarah
Hadis, sebagaimana Dikti Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi ..., Ibid., hal. 2021
-12-
tidak
utuh
dan
tidak
konsisten
yang
lain
yang
sama,
karena
kurang
: ) ( :
.
. : ) ( :
) ( :
24 Joko Wahyono, Metode Syarah Hadis, makalah, (diakses dari http://joko-
-13-
- -
:
.
) : (
.
:
. " "
: .
;
.
) : (
.
) :
-14-
( : .
.
" "
:
.
.
:
. . . -
-
.
:
.
.
:
- -
.
-15-
.
-
-
. - .
;
25
. .
b. Metode Ijmali (Global)
Metode ijmali dalam memahami hadis Nabi adalah
dengan cara menjelaskan hadis-hadis dengan urutan
dalam kitab hadis (kutub as-sittah) secara ringkas
namun dapat merepresentasikan makna literal hadis
dengan bahasa yang mudah dipahami.26
Metode ini mempunyai kemiripan dengan metode
tahlili dalam segi sistematika pembahasannya. Hanya
saja,
perbedaannya
terletak
pada
keterperincian
lebih
banyak
mengemukakan
pendapat-
penjelasannya
sehingga
metode
lebih
ini
tidak
ringkas
banyak
dan
memaparkan
-16-
general,
mensyarah
suatu
hadis
secara
global.
Sehingga penjelasannya pun tidak terlalu berteletele dan mudah untuk dipahami oleh pembaca.
Metode memang sangat tepat jika pembaca
memerlukan suatu penjelasan dari sebuah hadis
secara cepat, sebab waktu yang diperlukan untuk
memperoleh penjelasan cukup singkat.
bahasa mudah dipahami
Bahasa yang digunakan pensyarah pada metode
ijmali ini cukup mudah untuk dipahami oleh
pembaca. Sebab pensyarah tidak menjelaskan
hadis
secara
panjang
lebar
-17-
dan
tidak