Anda di halaman 1dari 97

ALTERNATOR

Alternator, yaitu suatu transduser yang mengubah energi dari bentuk


mekanik menjadi bentuk listrik.
Indikator

mekanik berupa putaran per menit n (rpm), kecepatan


angular (rad/sec), gaya puntir/torka T (Newton-Meter),
Indikator listrik ; arus listrik I (ampere), dan Tegangan V (Volt).
Berdasarkan hukum Michael Faraday (1867) yang menyatakan:
Jika suatu penghantar digerakkan dalam medan magnet, maka diujung
kumparan yang digerakkan tersebut akan dibangkitkan energi lisrtik atau
jika suatu kumparan ditempatkan dalam medan magnet bolak-balik
maka diujung kumparan yang terdapat dalam medan magnet bolak-balik
tersebut akan dibangkitkan energi listrik.

Adapun sumber medan magnetik bisa diperoleh dari :


Magnet permanen
Medan magnet yang memanfaatkan gulungan konduktor yang
diberi catu daya

PEMBAGIAN ALTERNATOR (GENERATOR)

ALTERNATOR

ALTERNATOR
ALTERNATOR ARUS SEARAH
ARUS BOLAK-BALIK

ALTERNATOR ARUS SEARAH

ALTERNATOR ARUS SEARAH

ALTERNATOR

PENGUATAN BEBAS

PENGUATAN SENDIRI

SINKRON

ALTERNATORASINKRON

ALTERNATORARUS SEARAH
PENGUATAN KOMPOND

ALTERNATOR ARUS SEARAH


PENGUATAN SERI

DIFERENSIAL

ALTERNATORARUS SEARAH
PENGUATAN SHUNT

KOMULATIF

Adapun formulasi yang menyatakan pembangkit tegangan listrik adalah

eind = -N.d/dt

Jadi untuk membangkitkan tenaga listrik diperlukan parameter mekanik, dan


sumber medan magnet.

Dengan

B.dA

(1)

....................................................................................(2)

jika distribusi medan magnetik disetiap tempat sama, maka hubungan menjadi =
B.A.
N adalah jumlah kumparan
adalah fluksi magnetik (weber)
B adalah kerapatan fluksi medan magnetik (weber/meter 2)
A adalah luas permukaan tempat terdistribusinya medan magnetik (meter 2)
e adalah tegangan yang dibangkitkan (Volt).

d
:
eFormulasinya
N B .menjadi
dA
dt
..................................................................................(3)

Secara matematika persamaan dideferensial fluksi magnetik dapat diuraikan


secara parsial sebagai berikut :
d d
dA
dB
B. A B
A ........................................................................................(3)
dt dt
dt
dt

Dari gambar 1 dibawah dapat diuraikan bagaimana tegangan listrik dibangkitkan


dengan memberikan fluksi magnetik tetap dan luas penampang penghantar yang
berubah-ubah dalam siklusnya.

Gambar 1. Bentuk Fisik Alternator dengan penghantar yang digerakkan dalam medan magnetic

Untuk

penghantar yang mempunyai panjang


L meter, digerakkan dalam medan magnetik
dengan kecepatan gerakan v (meter/detik),
sehingga dalam waktu dt penghantar
tersebut telah bergerak sejauh v.dt.
Sedangkan perubahan luas penghantar saat
bergerak memotong medan magnetik ;

dA = v.dt.L ........................................................(4)

Jadi penghantar yang memotong tegak lurus medan


magnetik, akan mempunyai magnitude tegangan
induksidA: NBLv.dt
e NB.

NBLv Volt .............................(5)


dt
dt

Sedangkan hubungan kecepatan tangensial dengan


kecepatan angular adalah;
..............................................(6)
dengan R adalah jari-jari kumparan penghantar
pada mesin, sehingga persamaan (5) dapat
disederhanakan menjadi :
dA NBLv.dt
.........................(7)
e NB.

NBLR Volt

v .R

dt

dt

ALTERNATOR ARUS SEARAH


Alternator
arus
searah
umumnya
diklasifikasikan menjadi 4 jenis. Menurut
cara pasokan fluksi medannya (cara
memberikan penguatan pada kumparan
medannya) :

Alternator
berpenguatan
terpisah
(separately excited alternator).
Pada jenis ini fluks medannya dipasok dari
sumber daya yang terpisah dari alternator

Alternator paralel (shunt alternator).


Pada alternator jenis ini fluks medannya diperoleh dari
rangkaian medan yang dihubungkan paralel dengan
terminal alternator tersebut.

Alternator seri (series alternator).


Pada alternator jenis ini fluks medannya diperoleh dari
rangkaian medan yang dihubungkan seri dengan
terminal generator tersebut.

Alternator Kompon :
Alternator kompon kumulatif (cumulatively compounded
alternator).
Pada alternator jenis ini fluks medannya diperoleh dari
rangkaian medan yang dihubungkan seri dan paralel
sekaligus yang saling menguatkan (additive).

Generator

kompon diferensial (differentially


compounded alternator).
Pada alternator jenis ini fluks medannya
diperoleh dari rangkaian medan yang
dihubungkan seri dan paralel sekaligus yang
saling melemahkan (subtractive).
Masing-masing jenis alternator arus searah
tersebut memiliki karakteristik yang berlainan,
sehingga untuk aplikasi tertentu perlu
memperhatikan karakteristik yang dimiliki.

Induksi Tegangan Hukum Faraday

Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu, akibat arus


bolak-balik yang berbentuk sinusoid, suatu medan listrik akan
dibangkitkan
atau
diinduksikan.

Medan magnet atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi


menghasilkan gaya gerak listrik (ggl) sebesar e = -Nddt.

Perubahan fluks yang menghasilkan gaya gerak listrik tersebut dapat


terjadi karena :
Perubahan fungsi waktu (t), akibat arus bolak-balik yang berbentuk
sinusiodal

Fungsi putaran (), akibat berputarannya rotor pada mesin mesin


listrik dinamis.

Secara rinci Hukum Faraday dapat dituliskan:

Fluks merupakan fungsi putaran () dan fungsi


waktu (t) maka :
e
= - Nd(,t)/dt
d(,t) = (d/).d+(d/t).dt
e
= - N[(d/).(ddt+(d/t)]
Atau
e (induksi) = e (rotasi) + e (transformasi)
Untuk mesin arus searah hanya terdapat e (rotasi).
Untuk mesin arus bolak-balik terdapat e (rotasi)
maupun e (transformasi).

ind

ind

Karakteristik If Terhadap Eg

Gbr 2. Karakteristik dibangkitnya


tegangan oleh arus exitasi

Ketika kumparan exisitasi diberi arus


akan menghasilkan fluks dan fluks ini
akan membangkitkan tegangan pada
ujung kumparan (oc), sehingga
tegangan ini akan menghasilkan arus
medan
lebih
tinggi,
akibatnya
tegangan yang dibangkitkan pun
meningkat sampai mencapai titik
kejenuhan (cd).
Tetapi setelah alternator sempat
dioperasikan,
walaupun
arus
medanya disetel nol Ampere, ggl
alternator
tetap
dibangkitkan,
walaupun nilai kecil (oe), hal ini
disebabkan oleh adanya magnet sisa
(residual magnetis)

BENTUK FISIK ALTERNATOR ARUS SEARAH

Gbr. 3. Bentuk Fisik Alternator Arus Searah

Urutan gambar dari kiri ke kanan :


Pertama bentuk Rotor (kumparan yang berputar)
Kedua bentuk Stator ( Kumparan diam sebagai
eksitasi) dan Rotor serta Komutator.

Alternator Arus searah Berpenguatan Terpisah


Rangkaian Ekivalen

Dari Gambar disamping terlihat:

Gambar 4. Rangkaian ekivalen alternator arus


searah berpenguatan terpisah

Kumparan medan terdiri atas resistor Rf.


Eg : Gaya gerak listrik alternator arus
searah
Vf : Tegangan terminal kumparan medan
Vg: Tegangan terminal alternator arus
searah.
Ia : Arus jangkar alternator arus searah
If: arus kumparan medan
Ib: arus beban alternator arus searah

FORMULASI GENERATOR BERPENGUATAN BEBAS1

Dari gambar dapat diturunkan formulasi :


Ia = Ib ..(1.1)
Vg = Eg-IaRa..(1.2)
If = Vf/Rf.(1.3)
Eg = k(1.4)

Pada keadaan berbeban, tegangan output akan berkurang


akibat efek demagnetisasi dari reaksi jangkar.
Pengurangan ini dapat diatasi dengan meningkatkan
Ampere-lilitan (NIf) medan yang sesuai.

KARAKTERISTIK BEBAN NOL

Karakteristik alternator arus searah dapat dijelaskan :


1. Karakteristik kejenuhan beban nol
Dari persamaan (1.4)

Ketika kumparan exisitasi diberi arus


akan
menghasilkan fluks dan fluks ini akan membangkitkan
tegangan pada ujung kumparan (oc), Ketika arus medan
dinaikkan, fluks magnet akan meningkat, begitu dengan
Eg yang berbanding lurus dengan arus medan tersebut
pada saat kutub medan belum jenuh

Namun ketika kerapatan fluks meningkat terus, kutub


alternator menjadi jenuh, maka diperlukan peningkatan
arus medan yang lebih tinggi untuk menaikkan tegangan
yang (Eg) dibandingkan ketika kutubnya belum jenuh,
daerah kejenuhan ini diwakili oleh garis melengkung
(cd).

Untuk alternator arus searah penguat sendiri,


karakteristik beban nolnya akan meningkat sama seperti
alternator berpenguat terpisah. Tetapi setelah alternator
sempat dioperasikan, walaupun arus medanya disetel
nol Ampere, ggl alternator tetap dibangkitkan, walaupun
nilai kecil (oe), hal ini disebabkan oleh adanya magnet
sisa (residual magnetism)

Gambar 5. Karakteristik dibangkitnya


tegangan oleh arus exitasi

Karakteristik Kejenuhan Beban

Gambar 6. Karakteristik Kejenuhan Beban

Ketika alternator dibebani, pada keadaan tanpa beban, amperelilitan medan diperlukan untuk tegangan nominal tanpa beban
digambarkan sebagai gambar oa.
Pada keadaan berbeban tegangan akan berkurang akibat efek
demagnetitasi dari reaksi jangkar. Pengurangan ini dapat diatasi
dengan peningkatan (NIf) medan yang sesuai. Garis ac mewakili
demagnetisasi NIf perkutub yang ekivalen. Berarti untuk
membangkitkan ggl yang sama pada keadaan berbeban pada
saat tidak beban, NIf medan perkutub harus dinaikkan sebesar
delta garis ac.
Titk d terletak pada kurva Ea yang menunjukkan hubungan
antara ggl yang dibangkitkan pada keadaan berbeban dan
Ampere-lilitan (NIf) medan.Kurva Ea secara praktis paralel
terhadap kurva Eo. Tegangan terminal output (Vb) akan lebih
kecil dari pada ggl yang dibangkitkan, sebesar IaRa, dimana Ra
adalah resistansi rangkaian jangkar.
Dari titik d, sebuah garis vertikal de = IaRa digambar 6.

LANJUTAN ALTERNATOR

Titik e terletak pada kurva kejenuhan beban penuh untuk alternator


tepatnya terletak pada kurva Vb. Sudut kanan segitiga bde dikenal
sebagai jatuh tegangan (drop reaction triangle). Kurva kejenuhan beban
untuk setengah beban penuh dapat dilegkapi dengan menghubungkan
titik tengah garis-garis fg dan bd.
3. Karakteristik internal dan eksternal
Untuk mengatur tegangan terminal output pada generator Vb dapat
dilakukan 2 cara:
Dengan mengubah kecepatan putaran generator. Dari persamaan (1.4),
terlihat bila meningkat, maka Eg juga meningkat sehingga dari rumus
(1.2), maka tegangan outputnya juga meningkat.
Dengan mengubah arus medan penguat. Jika Vf ditingkatkan dari
persamaan (1.3) If meningkat. Hal tersebut menyebabkan meningkat,
dan dari persamaan (1.4) Eg meningkat, serta dari persamaan (1.2)
tegangan outputnya juga meningkat.

KENDALI ALTERNATOR ARUS SEARAH PENGUAT BEBAS

Gambar 7. Diagram Blok Kontrol Alternator Arus Searah Penguat Bebas

Rangkaian Sensor Tegangan dan Arus Pada Arus Searah

Gambar 8. Rangkaian Sensor Tegangan Pada Arus Searah

Gambar 9. Rangkaian Sensor Arus Pada Arus Searah

Sistem Pengendali Pembangkit Alternator Arus searah


Penguat bebas

Gambar 10. Rangkaian Pengendali Pembangkit Alternator Arus searah Penguat bebas

RANGKAIAN SINKRONISASI

Gambar 11. Rangkaian Sinkronisasi dan Pulsa 3 Fasa Output

RANGKAIAN ONE SHOT

Gambar 12. Rangkaian Pembangkit Pulsa One Shot

Gelombang Output Komparator dan One Shot

Gambar Gelombang Keluaran Komparator dan One Shot

RANGKAIAN SENSOR ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

Gambar 13. Rangkaian Sensor Tegangan Bolak


Balik

Gambar 14. Rangkaian Sensor Arus Bolak Balik

Prinsip Kerja Filter Aktif dan Integrator

Gambar 15. Rangkaian Filter Aktif dan Integrator

GENERATOR ARUS SEARAH


SHUNT/PARALEL

Gambar 16. Rangkaian ekivalen generator arus searah berpenguatan paralel

Kumaparan medan yang terhubung paralel terdiri atas resistor (Rf).


Dari gambar diatas dapat diperoleh rumusan;
Ia = If+Ib.......(2.1)
Vb = Eg-Ia.Ra.(2.2)
If
= Vb/Rf...(2.3)

Karakteristik
Tegangan yang dibangkitkan tergantung dari keberadaan
fluksi sisa (residual flux) dikutub-kutub generator.
Ketika generator pertama kali distart, tegangan internal akan
dibangkitkan sebesar Eg = C. sisa..

Gambar 17. Pembangkitan tegangan


pada waktu pengasutan

Tegangan residu bekisar 1 s.d 2 Volt,


tetapi ketika tegangan timbul di terminal
tersebut, hal ini menyebabkan arus
mengalir pada kumparan medan
generator, dimana Vf = Vb, jika Vb
meningkat akan menyebabkan If
meningkat.
Arus medan ini menghasilkan ggm pada
kutub-kutubnya,
yang
akan
meningkatkan fluksnya. Peningkatan
fluks ini juga meningkatan gglnya Eg
meningkat. Akibatnya besar tegangan
output meningkat. Ketika Vb meningkat
menyebabkan
If
meningkat
juga
meningkat fluksnya.
Proses ini terjadi berulang-ulang hingga
keadaan mantap terpenuhi tepat pada
titik a pada gambar 17.

Pada saat beban generator meningkat Ib, maka arus beban


meningkat, sehigga arus jangkar Ia juga meningkat. Peningkatan Ia
menyebabkan jatuh tegangan IaRa juga meningkat, sehingga
tegangan terminal outputnya menurun.
Namum ketika Vb turun, maka If turun, hal ini menyebabkan fluks
mesin juga menurun, sehingga Vb menurun.
Penurunan Eg menyebabkan Vb menurun lebih jauh lagi.
Karakteristik ini diperlihatkan pada gambar 18, dibawah ini :

Gambar 18. Pembangkitan tegangan pada waktu pengasutan

KONTROL ALTERNATOR DC SHUNT

Gambar 19. Rangkaian Kontrol Alternator Shunt

GENERATOR ARUS SEARAH SERI

Gambar 20. Rangkaian ekivalen alternator arus searah seri

Dilihat dari gambar diatas diperolh formula sbb;


Ia = If = Ib...(3.1)
Vb = Eg-Ib(Ra+Rf1)(3.2)
Eg = k w.(3.3)

KARAKTERISTIK

Gambar 21. Karakteristik terminal alternator arus searah seri

Pada keadaan tanpa beban tidak ada arus medan yang mengalir, sehingga Vb nya pun kecil, sesuai
dengan keberadaan fluks sisanya. Ketika beban meningkat, maka arus medan pun meningkat, dan Eg
juga meningkat dengan cepat nya, begitu pula Ia (Ra+Rf) meningkat secara dratis, tetapi pada awalnya
peningkatan Eg lebih cepat dari pada jatuh tegangan Ia (Ra+Rf) , seingga menyebabkan Vb
meninkat.Setelah beberapa saat mesin mencapai keadaan jenuh Eg akan konstan, efek jatuh tegangan
Ia (Ra+Rf) akan menjadi lebih dominan dan Vb mulai menurun.
Dari gbr 21 diatas terlihat jelas mesin memiliki tegangan sangat tidak konstan, tergantung besarnya arus
beban yang ditarik. Karenanya generator hanya digunakan untuk beberapa keperluan khusus, misalnya
untuk las listrik, dimana untuk aplikasi ini yang dipentingkan adalah pasokan arus listrik yang besar.

Sistem Pengendali Pembangkit Generator Arus Searah


Penguat Seri

Gambar 23. Sistem Kendali Alternator seri

Rangkaian Sinkronisasi dan Pengukuran

Gambar 24. Rangkaian Sinkronisasi dan Pulsa Penyalaan Penyearah 3 fasa Gelombang
Penuh Terkendali Kendali Alternator seri

ALTERNATOR ARUS SEARAH KOMPON KUMULATIF

Rangkaian ekivalen alternator jenis ini dapat digambarkan dalam


dua macam rangkaian ekivalen, yaitu terhubung shunt panjang
(kompon panjang) dan pendek (kompon pendek).
Total gaya gerak magnet (ggm = Nfp.Ifj) pada alternator arus
searah jenis ini:
F=Fp+Fs-Fj ..(4.1)
Dengan:
Fp = ggm yang dihasilkan oleh kumparan medan shunt (Nfp.If).
Fs = ggm yang dihasilkan oleh kumparan medan seri (Nfs.Ia).
Fj = ggm yang dihasilkan oleh kumparan jangkar
Ifj = arus medan akibat adanya reaksi jangkar.
Sehingga di dapat ;
Ifj = If + (Nfs/Nfp).Ia Fj/Nfp.(4.2)

RANGKAIAN EKIVALEN

Gambar 25. Alternator kumulatif kompon panjang

Gambar26. Alternator kumulatif kompon pendek

Dari gambar diatas dapat diperoleh formulasi:


Ia = Ifp+Ib .(4.3)
Vb = Eg Ia(Ra+Rfs) ..(4.4)
If = Vf/Rfp ... (4.5)
Persamaan-persamaan diatas berlaku untuk alternator kompon aik panjang maupun pendek.
Untuk alternator ini terdapat dua fenomena yang dapat menjadi acuan bagi karakteristik tegangan
terminalnya.
Peningkatan beban pada alternator akan berakibat meningkatnya arus beban (Ib), yang secara langsung
akan berakibat meningkatnya pula arus jangkar (Ia), berdasarkan persamaan (4.3). Arus jangkar inilah
yang kemudian menimbulkan dua fenomena yang dimaksud.

RANGKAIAN EKIVALEN

Gambar 25. Generator kumulatif kompon panjang

Gambar26. Alternator kumulatif kompon pendek

Dari gambar diatas dapat diperoleh formulasi:


Ia = Ifp+Ib .(4.3)
Vb = Eg Ia(Ra+Rfs) ..(4.4)
If = Vf/Rfp ... (4.5)
Persamaan-persamaan diatas berlaku untuk alternator kompon aik panjang maupun pendek.
Untuk alternator ini terdapat dua fenomena yang dapat menjadi acuan bagi karakteristik tegangan
terminalnya.
Peningkatan beban pada alternator akan berakibat meningkatnya arus beban (Ib), yang secara langsung
akan berakibat meningkatnya pula arus jangkar (Ia), berdasarkan persamaan (4.3). Arus jangkar inilah
yang kemudian menimbulkan dua fenomena yang dimaksud.


1.
2.

3.

Fenomena tersebut :
Peningkatan arus jangkar (Ia) akan berakibat meningkatnya jatuh tegangan Ia(Ra +Rfs), dan dari
persamaan (4.4) terlihat akan menyebabkan menurunnya nilai tegangan terminalnya Vb.
Peningkatan arus jangkar (Ia) juga akan berakibat meningkatnya ggm kumparan serinya Fs, dimana
Fs =NsIa, yang juga membawa konsekuensi meningkatnya ggm total, sesuai persamaan (4.1),
selanjutnya membuat fluks semakin diperkuat (), yang tentunya akan juga memperkuat tegangan
ggl jangkarnya (Eg), sehingga sesuai persamaan (4a), harga tegangan terminalnya akan meningkat
Vb.
Dua fenomena yang ada tersebut saling bertentangan satu sama lain, untuk itu digunkan pendekatan
lain untuk menentukan karakteristik dari alternator jenis ini, yaitu dengan meninjau parameter atau
kumparan medan serinya terhadap kumparan medan paralelnya secara kuantitatif.

Adapun karakteristik generator jenis ini dibagi atas 3 kelas , yaitu:


1.
Under-compounded,; apabila gulungan serinya sedikit. Memiliki karakteristik tegangan terminal yang
mirip dengan karakteristik pada alternator paralel, namun tegangan jatuhnya kurva lebih landai.
2.
Flat compounded ; apabila gulungan serinya lebih banyak. Hal ini akan mengakibatkan fluks akan
menguat, sehingga tegangan terminal bebannya akan meningkat pula. Apabila beban kemudian
dinaikkan lagi secara terus menerus, sehingga tercapai keadaan jenuh (saturasi) dan jatuh tegangan
resistifnya akan lebih besar dari pada pengaruh penguatan fluks, maka tegangan terminalnya pun
akan jatuh seirama dengan kenaikan bebannya.
3.
Over compounded ; keadaan ini tercapai apabila kumparan serinya cukup banyak. Dengan
penambahan kumparan serinya, akan memberi efek peningkatan fluks yang lebih dominan unyuk
jangka waktu yang lebih lama dari karakteristik flat compounded.

KARAKTERISTIK TEGANGAN OUTPUT (Vb)


TERHADAP PEMBEBANAN (Ib)

Gambar. 27. Karakteristik Tegangan Output (Vb) Terhadap Pembebanan (Ib)

KARAKTERISTIK

Untuk satu alternator arus searah jenis kompon


kumulatif dimungkinkan memiliki ketiga karakteristik
tersebut diatas dengan melengkapi alternator
tersebut dengan instrumen pembantu berupa
diverter, ditunjukan gambar (28).
Diverter yang ada mengatur besarnya arus yang
mengalir pada kumparan medan serinya, yang pada
akhirnya menentukan karakteristik yang terbentuk
berdasarkan besarnya arus yang mengalir tersebut,
telaah kembali persamaan-persamaan diatas, yang
mempengaruhi terbentuknya karakteristik alternator
jenis ini.

RANGKAIAN EKIVALEN GENERATOR KOMPON YANG DILENGKAPI


INSTRUMENT RANGKAIAN DIVERTER

Gbr.28. Rangkaian Ekivalen Generator Kompon Yang dilengkapai rangkaian diverter

ALTERNATOR KOMPON DIFERENSIAL

Gambar 29. Alternator diferensial kompon panjang

Gambar 30. Alternator diferensial kompon pendek

Gaya gerak magnetnya (ggm) saling mengurangi.


Total gaya gerak magnet (ggm) pada mesin enis ini :
F=Fp-Fs-Fj.(1b)
Ifj=If-(Nfs/Nfp).Ia Fj/Nfp..(2b)
Ia=Ifp+Ib .(3b)
Vb=Eg-Ia(Ra+Rfs).(4b)
If = Vf/Rfp.(5b)
Persamaan-persamaan diatas berlaku untuk generator kompon , baik panjang maupun pendek.

KARAKTERISTIK
Sama

halnya dengan alternator arus searah jenis kompon


komulatif peningkatan beban pada alternator akan berakibat
meningkatnya arus beban (Ib), yang secara langsung akan
berakibat meningkat pula arus jangkar (Ia), yang juga
menimbulkan dua fenomena.

Fenomena tersebut :
Peningkatan arus jangkar Ia akan berakibat meningkatnya
Ia Ra Rfs dan dari persamaan (4b) terlihat
jatuh tegangan
akan menyebabkan menurunnya nilai tegangan terminalnya
Peningkatan arus jangkar Ia
juga berakibat meningkatnya
ggm kumparan serinya Fs dimana Vb
juga membawa
Fs

NsIa
konsekuensi berkurangnya ggm total
, sesuai
persamaan (1b), selanjutnya membuat fluks semakin
diperlemah
yang tentunya akan juga mengurangi
tegangan (ggl) jangkarnya Eg

GENERATOR SINKRON(ALTERNATOR)

Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin


sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron
yangdigunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik.
Generator sinkron dapat berupa generator sinkron tiga fasa atau
generator sinkron AC satu fasatergantung dari kebutuhan.

1.1 Konstruksi Generator Sinkron


Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk
mengahasilkan mdan magnet rotor.
Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet
berputar pada mesin.

Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada


kumparan stator generator.
Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah
elektromagnet yang besar.
Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan
non salient (rotor silinder).

Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron


diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

Pada kutub salient,


kutub magnet menonjol keluar dari
permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi
kutub magnet rata dengan permukaan rotor.
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan
empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk
rotor dengan empat atau lebih kutub.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime
mover, frekuensi dan rating daya generator.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi
50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor
silinder.
Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah
maka digunakan rotor kutub sepatu.
Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.2
Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder),
(b) penampang rotor pada generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan
sarana slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan
langsung pada batang rotor generator sinkron.

1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada


medan magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal
pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh
kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap.
Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut
generator kutub eksternal / external pole generator) yang mana
energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor.
Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon
sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan
daya tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator
dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan
magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC
dibangkitkan pada rangkaian stator.
Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet
pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada
kecepatan konstan.

Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub


internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa
sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120. Bentuk
gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan
yang dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan

Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan


dengan mendesain bentuk sepatu kutub.
Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara
khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal.
Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator),
suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring
dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi
daya rendah.
Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan
sikat karbon tidak begitu diperlukan.

1.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron

Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron


dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri
atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan
magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara
kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi
elektrik pada stator adalah :

dengan:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan
medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan
antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang
dihasilkan.

Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60


Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan
jumlah kutub mesin yang telah ditentukan.
Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua
kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm.
Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor
harus berputar pada 1500 rpm.

1.4 Alternator tanpa beban


Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi
arus medan (IF), maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada
kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada
persamaan berikut.
Ea = c.n. (1.2)
dengan:
c
= konstanta mesin
n
= putaran sinkron

= fluks yang dihasilkan oleh IF


Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada
stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar.
Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (IF).
Apabila arus medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh
harga Ea seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut.

Gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban generator sinkron

1.5 Alternator Berbeban


Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar.
Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan
disebut reaktansi magnetisasi (Xm ).
Reaktansi pemagnet (Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor
(Xa ) dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs) .

Persamaan tegangan pada generator adalah:


Ea = V + I.Ra + j I.Xs .......................................................(1.3)
Xs = Xm + Xa...................................................................(1.4)
dengan :
Ea
V
Ra
Xs

= tegangan induksi pada jangkar


= tegangan terminal output
= resistansi jangkar
= reaktansi sinkron

Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban


induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif

1.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron

Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron.


Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul
pada terminal generator.
Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya
ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin.
Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan
induksi dengan tegangan terminal adalah:

1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus


pada stator, disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.6 Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa


1.7

Menentukan Parameter Generator Sinkron


Harga s X diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan
tanpa beban dan percobaan hubungan singkat.
Pada pengujian tanpa beban, generator diputar pada kecepatan
ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke beban.
Arus eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi
medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur
pada tiap tahapan.
Dari percobaan tanpa beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0)
sehingga V sama dengan Ea.

Sehingga dari pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus


medan (If).
Dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya
(unsaturated).
Pemakaian harga linier yang merupakan garis lurus cukup
beralasan mengingat kelebihan arus medan pada keadaan jenuh
sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar.

Gambar 1.7 Karakteristik tanpa beban

Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat.


Pada pengujian ini mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan
terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter.
Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan
mengubah arus eksitasi medan.
Dari pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara
arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (IF), dan ini
merupakan garis lurus.
Gambaran karakteristik hubung singkat alternator diberikan di
bawah ini.

Gambar 1.8 Karakteristik hubung singkat alternator

Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan


terminal adalah nol. Impedansi internal mesin adalah:
(1.5)
Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi:
(1.6)
Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai
reaktansi sinkron dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur
dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan jangkar pada
kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian
arus yang mengalir diukur.
Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai
reaktansi sinkron dapat diketahui.
Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC
pada kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat
hubungan bintang (Y), kemudian arus yang mengalir diukur.
Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut.

Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan


sama dengan nol pada saat pengukuran.
1.8 Diagram Fasor

Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor daya mendahului

Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara


tegangan teminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan
induksi (Ea ) atau tegangan pada saat tidak berbeban.
Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya arus
jangkar (Ia ) yang mengalir.
Dengan memperhatikan perubahan tegangan V untuk faktor keja
yang berbeda-beda, karakteristik tegangan teminal V terhadap arus
jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.

1.9 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)


Pengaturan
tegangan adalah perubahan tegangan terminal
alternator antara keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh
(VFL).
Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop tegangan yang
terjadi pada generator, yang dinyatakan sebagai berikut.

ALTERNATOR SINKRON

Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron didalam medan magnetik yang dihasilkan oleh
kumparan rotor diberi arus eksitasi If, maka pada kumparan jangkar pada stator terbangkitlah tegangan
induksi Eo.
Besarnya tegangan induksi yang dibangkitkan akibat interaksi medan eksitasi terhadap perubahan
konduktor memotong medan magnetik adalah :
Eo = cn
dalam aplikasinya alternator sinkron untuk mensuplai beban harus dijaga konstan frekuensi 50 Hz.
Untuk menjaga agar frekuensi 50 Hz dapat dilihat hubugan suatu formulasi :
f = n.P/120
dengan P= jumlah kutub
n= putran rotor (rotasi per menit)
= fluksi (weber)
f= frekuensi (Hz).
Dari formulasi diatas maka untuk memperoleh frekuensi mencapai 50 Hz, diperlukan pengaturan putaran
(n).
Sedangkan untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dapat dilakukan dengan mengatur eksitasi ().
Dilihat dari kedua posulat diatas diperlukan dua sistem pengendali agar diperoleh teganga dan frekuensi
yang dinginkan.
Pada saat alternator diberi beban, maka dikumparan jangkar akan mengalir arus dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar ini bersifat reaktif yang mengakibatkan timbulnya reaktansi,
yaitu reaktansi pemagnetan (Xm). Reaktansi pemagnetan bersama-sama dengan reaktansi flulksi bocor
(Xa) dikenal reaktansi sinkron (Xs) atau
Xs=Xa+Xm.
Sehingga berdasarkan hukum kirchoff II terjadi hubungan tegangan yang dibangkitkan alternator dengan
arus beban :
Eo=VL+I.Ra+ jI.Xs.

Sehingga pengaturan tegangan adalah (Eo-VL)/VL


Untuk resistansi beban RL, impedans Z, dan faktor beban cos dari alternator,
maka dapat dinyatakan persamaan dibawah ini:
Z = (Ra+RL) +j( Xs+XL)
dan
cos = (Ra+RL)/Z
dengan
!Z!=( (Ra+RL)2 +( Xs+XL)2)1/2.
jadi Tegangan beban dapat ditulis :
VL=!IL!RL.
dan Daya Keluaran
Pb= !IL !2.RL.
Arus yang mengalir dibeban adalah :
IL=(Eo-VL)/Z
IL= -j[Eo(cos+jsin)/Z-VL/Z]
Karena komponen nyata dari arus I diatas adalah Eo.sin /Z. Komponen nyata dari
suatu arus dapat juga ditulis dengan Icos.
Oleh karena itu, daya keluaran adalah:
P = VL.IL. Cos . dan arus ILcos. = Eo.sin /Z, maka
P = (VL.Eo. sin )/ Z.
dengan =sudut daya

BENTUK FISIK ALTERNATOR DAN TEGANGAN KELUARAN

KONTROL ALTERNATOR SINKRON 3

Gambar Blok Kendali Alternator Sinkron

RANGKAIAN KONTROL PENGATURAN BESARAN


EKSITASI PADA ALTERNATOR SINKRON

BENTUK PULSA KELUARAN VARIASI KOMPARATOR


DAN ONE SHOT

Rangkaian Pencuplik frekuensi

DOWN COUNTER

Gambar Rangkaian Down Counter dan Pulsa Keluaran Counter

RANGKAIAN KONVERTER DIGITAL TO ANALOG

Dari gambar disamping


Do,D1,D2,dan D3 adalah terminal
masukan sinyal digital.
Arus yang mengalir pada Io=Vref/8R
Arus yang mengalir pada I1=Vref/4R
Arus yang mengalir pada I2=Vref/2R
Arus yang mengalir pada I3=Vref/R
Jadi Arus Iout=Io+I1+I2+I3
Atau Iout=Vref(1/8R+1/4R+1/2R+1/R)
Iout = Vref/R(0,125+0,25+0,5+1)
Iout = Vref/R(1,875) Ampere
Sehingga Tegangan Outputnya ;
Vout = Iout.RV.

PEMBANGKIT PULSA

JAWABAN

Rangkaian Kontrol Alternator Sinkron

Diagram Alir Pembangkit Panas Bumi

ALTERNATOR ASINKRON
Mesin induksi pada prinsipnya dapat digunakan
sebagai generator dengan kecepatan putaran yang
bervariasi, sebagai masukan berupa sumber mekanik
dan keluarannya sumber listrik bolak-balik. Namun pada
mesin induksi tidak terdapat remanensi sebagai
pembangkit tegangan awal.
Untuk pembangkit eksitasi pada mesin induksi harus
dilakukan usaha pemberian tegangan awal seperti halnya
remanensi pada mesin jenis lain yaitu dengan
memberikan kapasitor yang dihubungkan pada terminal
stator mesin.
Kapasitor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif
untuk menghasilkan fluksi magnetisasi pada celah udara.

KEBUTUHAN KAPASITANSI KAPASITOR UNTUK


MEMBANGKITKAN
TEGANGAN
YANG
DIINGINKAN SAAT STARTING.

Nilai kapasitansi kapasitor yang dibutuhkan untuk


membangkitkan tegangan disisi keluaran generator
dinyatakan rumus :
C=Q/(3U2).
Dimana ;
U adalah tegangan fasa-fasa(jika hubungan ).
adalah 2f rad/sec,
f adalah frekuensi jala-jala.
Q adalah daya reaktif yang dikompensasi.
Jika kapasitor terhubung bintang (Y), nilai kapasitansi
kapasitor sebesar tiga kali dari hubungan delta().

DAYA REAKTIF MESIN


Daya output mesin saat dimanfaatkan sebagai generator atau
alternator:
Pelg = 0.775 x daya mesin.
Daya beban suatu pembangkit tenaga listrik selalu beubah-ubah
pada tegangan dan frekuensi listrik.
Perubahan
beban dikompensasi dengan mengubah daya
masukan.
Kebutuhan daya reaktif generator
Qg = 1,475 Qm.
Daya reaktif motor pada saat beban nominal adalah:
Qm = P1 tan().
Sedangkan P1=Pn/m.
Pn adalah daya nominal motor listrik.
= adalah efisiensi daya yang mesin.

Karakteristik Tegangan keluaran Alternator induksi [V]


sebagai fungsi arus eksitasi [Im]
V

V
Xcb

Xc

Xc

Vh

Beban Induktif

Xcb

Beban nol
Beban nol
Beban Kapasitif
O

B'

(a)

A'

Im

A'

(b)

B'

Im

LANJUTAN

Dari gambar (a), terlihat penambahan arus beban


menyebabkan terjadinya pengurangan arus
eksitasi dan drop tegangan pada tegangan
keluaran sebesar (delta V) yaitu tegangan beban
nol (V1) turun menjadi (V2).
Dengan asumsi, bahwa bila drop tegangan dapat
dihilangkan, maka tegangan keluaran menjadi
konstan, maka disini kita dapat menghilangkan
pengaruh drop tegangan (delta V) ini dengan
menambah tegangan kompensasi (delta V h) yang
besarnya (+ delta V) seperti diperlihatkan pada
gambar b, diatas

LANJUTAN

Dengan adanya penambahan tegangan (delta Vh) , maka


tegangan keluaran akan menjadi terbebas dari pengaruh
drop tegangan (delta V) , diharapkan tegangan keluaran
generator induksi
terbebas dari drop tegangan dan
penurunan arus eksitasi yang besar.
Kompensasi drop tegangan keluaran terjadi dikarenakan
oleh arus yang mengalir ke beban telah dikompensasi oleh
arus yang berasal kapasitor, maka tegangan keluaran juga
menjadi bebas dari drop tegangan akibat penambahan
beban.
Untuk menghasilkan sumber tegangan (delta Vh) dan arus
eksitasi konstan dapat digunakan kapasitor.
Dengan Cara memberi kompensasi drop tegangan sebesar
(delta V) akibat penambahan beban dengan menggunakan
kapasitor yang diserikan disisi beban.

Rangkaian Daya Alternator Induksi Untuk Proses


Eksitasi dan Kompensasi disisi Beban
Kapasitor kompensasi

Generator induksi

Rotor

Kumparan stator

Kapasitor eksitasi

Beban

Rangkaian Ekivalen Per Fasa Alternator Induksi


Hubungan Kompensasi Disisi Beban.

R1

jX1

I1

-jXcs

R2/s

RL
jXm

E1

-jXc

VL
jXL

jX2

IL
B

LANJUTAN
( I1 )

E1
R L j X cs X L . jX c ......2.19

R 1 jX 1
R L j X cs X c X L

Arus stator

Arus beban

Tegangan beban

Daya keluaran per fasa

E 1 I1 R 1 jX 1 ............2.20
(I L )
RL j X cs X L

(VL ) I L R L jX L
2

(Pout ) I L R L

Regulasi tegangan

..........2.21
...........2.22

..............2.23

(VR )

VNL VFL
VFL

DIAGRAM KENDALI ALTERNATOR ASINKRON

Komparator dan Decoder

RANGKAIAN KOMPARATOR DAN DECODER

VARIASI TEGANGAN SENSOR


Tegangan Sensor AC

Tegangan Output DC

231 Vac

9,7 Vdc

225 Vac

9,2 Vdc

214 Vac

8,7 Vac

203 Vac

8,2 Vdc

192 Vac

7,7 Vdc

181 Vac

7,2 vdc

Setting Nilai Tegangan


Referensi Komparator
Tegangan Output DC

Kamparator

Tegangan Referensi

9,7 Vdc

9,5 Vdc

9,2 Vdc

8,9 Vdc

8,7 Vac

8,4 Vac

8,2 Vdc

7,9 Vdc

7,7 Vdc

7,5 Vdc

7,2 vdc

6,9 Vdc

Perancangan Variasi Tegangan Output Alternator yang


diizinkan

Tegangan

Output Alternator diatur mencapai


nilai 220 Vac, dan nilai tegangan output
penyearah disetting hingga mendapatkan 9
Vdc.
Tegangan
keluaran Alternator diizinkan
bervariasi dari 181 Vac s.d 236 Vac
Tegangan hasil konverter arus bolak-balik
menjadi arus searah menghasilkan variasi
tegangan 7,2 s.d 9,7 Volt.

Rangkaian sensor Frekuensi

Rangkaian Sensor Urutan fasa

Rangkaian Sensor Tegangan

Rangkaian Sensor Tegangan

TURBIN AIR

GENERATOR DENGAN PRIME OVER TENAGA AIR

Gbr. Turbin Air

Gbr. Generator dengan turbin air

Gbr. Turbin Air

KETERANGAN GAMBAR GENERATOR YANG DIGERAKAN


OLEH TURBIN AIR

Prime

over adalah turbin yang digerakkan


oleh tenaga air.
Keluaran turbin berupa putaran dari turbin air
dikopel ke generator.
Keluaran
generator berupa tegangan,
kemudian
dihubungkan
dengan
transformator, yang fungsinya menaikkan
tegangan biasanya dari (6kV-11kV) menjadi
150kV atau 500 kV.

BUKU REFERENSI

Electrical Machines and Drives,Peter Vas 1992,


Oxford, ISBN 0 19 859378 3
Electromechanical Motion Devices, Paul C. Krause,
Mc Graw Hill Book Company, Copyright 1989,
ISBN 0-07-100513-7
Power Electronics, D.A. Bradley, Chapman & Hall,
Second Edition 1995, ISBN 0 412 57100 5.
Power Semiconductor Controlled Drives, Gopal K,
Dubey, Prantice Hall International Editions, 1989,
ISBN 0-13-685942-9

Anda mungkin juga menyukai