Alternator Final
Alternator Final
ALTERNATOR
ALTERNATOR
ALTERNATOR ARUS SEARAH
ARUS BOLAK-BALIK
ALTERNATOR
PENGUATAN BEBAS
PENGUATAN SENDIRI
SINKRON
ALTERNATORASINKRON
ALTERNATORARUS SEARAH
PENGUATAN KOMPOND
DIFERENSIAL
ALTERNATORARUS SEARAH
PENGUATAN SHUNT
KOMULATIF
eind = -N.d/dt
Dengan
B.dA
(1)
....................................................................................(2)
jika distribusi medan magnetik disetiap tempat sama, maka hubungan menjadi =
B.A.
N adalah jumlah kumparan
adalah fluksi magnetik (weber)
B adalah kerapatan fluksi medan magnetik (weber/meter 2)
A adalah luas permukaan tempat terdistribusinya medan magnetik (meter 2)
e adalah tegangan yang dibangkitkan (Volt).
d
:
eFormulasinya
N B .menjadi
dA
dt
..................................................................................(3)
Gambar 1. Bentuk Fisik Alternator dengan penghantar yang digerakkan dalam medan magnetic
Untuk
dA = v.dt.L ........................................................(4)
NBLR Volt
v .R
dt
dt
Alternator
berpenguatan
terpisah
(separately excited alternator).
Pada jenis ini fluks medannya dipasok dari
sumber daya yang terpisah dari alternator
Alternator Kompon :
Alternator kompon kumulatif (cumulatively compounded
alternator).
Pada alternator jenis ini fluks medannya diperoleh dari
rangkaian medan yang dihubungkan seri dan paralel
sekaligus yang saling menguatkan (additive).
Generator
ind
ind
Karakteristik If Terhadap Eg
Ketika alternator dibebani, pada keadaan tanpa beban, amperelilitan medan diperlukan untuk tegangan nominal tanpa beban
digambarkan sebagai gambar oa.
Pada keadaan berbeban tegangan akan berkurang akibat efek
demagnetitasi dari reaksi jangkar. Pengurangan ini dapat diatasi
dengan peningkatan (NIf) medan yang sesuai. Garis ac mewakili
demagnetisasi NIf perkutub yang ekivalen. Berarti untuk
membangkitkan ggl yang sama pada keadaan berbeban pada
saat tidak beban, NIf medan perkutub harus dinaikkan sebesar
delta garis ac.
Titk d terletak pada kurva Ea yang menunjukkan hubungan
antara ggl yang dibangkitkan pada keadaan berbeban dan
Ampere-lilitan (NIf) medan.Kurva Ea secara praktis paralel
terhadap kurva Eo. Tegangan terminal output (Vb) akan lebih
kecil dari pada ggl yang dibangkitkan, sebesar IaRa, dimana Ra
adalah resistansi rangkaian jangkar.
Dari titik d, sebuah garis vertikal de = IaRa digambar 6.
LANJUTAN ALTERNATOR
Gambar 10. Rangkaian Pengendali Pembangkit Alternator Arus searah Penguat bebas
RANGKAIAN SINKRONISASI
Karakteristik
Tegangan yang dibangkitkan tergantung dari keberadaan
fluksi sisa (residual flux) dikutub-kutub generator.
Ketika generator pertama kali distart, tegangan internal akan
dibangkitkan sebesar Eg = C. sisa..
KARAKTERISTIK
Pada keadaan tanpa beban tidak ada arus medan yang mengalir, sehingga Vb nya pun kecil, sesuai
dengan keberadaan fluks sisanya. Ketika beban meningkat, maka arus medan pun meningkat, dan Eg
juga meningkat dengan cepat nya, begitu pula Ia (Ra+Rf) meningkat secara dratis, tetapi pada awalnya
peningkatan Eg lebih cepat dari pada jatuh tegangan Ia (Ra+Rf) , seingga menyebabkan Vb
meninkat.Setelah beberapa saat mesin mencapai keadaan jenuh Eg akan konstan, efek jatuh tegangan
Ia (Ra+Rf) akan menjadi lebih dominan dan Vb mulai menurun.
Dari gbr 21 diatas terlihat jelas mesin memiliki tegangan sangat tidak konstan, tergantung besarnya arus
beban yang ditarik. Karenanya generator hanya digunakan untuk beberapa keperluan khusus, misalnya
untuk las listrik, dimana untuk aplikasi ini yang dipentingkan adalah pasokan arus listrik yang besar.
Gambar 24. Rangkaian Sinkronisasi dan Pulsa Penyalaan Penyearah 3 fasa Gelombang
Penuh Terkendali Kendali Alternator seri
RANGKAIAN EKIVALEN
RANGKAIAN EKIVALEN
1.
2.
3.
Fenomena tersebut :
Peningkatan arus jangkar (Ia) akan berakibat meningkatnya jatuh tegangan Ia(Ra +Rfs), dan dari
persamaan (4.4) terlihat akan menyebabkan menurunnya nilai tegangan terminalnya Vb.
Peningkatan arus jangkar (Ia) juga akan berakibat meningkatnya ggm kumparan serinya Fs, dimana
Fs =NsIa, yang juga membawa konsekuensi meningkatnya ggm total, sesuai persamaan (4.1),
selanjutnya membuat fluks semakin diperkuat (), yang tentunya akan juga memperkuat tegangan
ggl jangkarnya (Eg), sehingga sesuai persamaan (4a), harga tegangan terminalnya akan meningkat
Vb.
Dua fenomena yang ada tersebut saling bertentangan satu sama lain, untuk itu digunkan pendekatan
lain untuk menentukan karakteristik dari alternator jenis ini, yaitu dengan meninjau parameter atau
kumparan medan serinya terhadap kumparan medan paralelnya secara kuantitatif.
KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK
Sama
Fenomena tersebut :
Peningkatan arus jangkar Ia akan berakibat meningkatnya
Ia Ra Rfs dan dari persamaan (4b) terlihat
jatuh tegangan
akan menyebabkan menurunnya nilai tegangan terminalnya
Peningkatan arus jangkar Ia
juga berakibat meningkatnya
ggm kumparan serinya Fs dimana Vb
juga membawa
Fs
NsIa
konsekuensi berkurangnya ggm total
, sesuai
persamaan (1b), selanjutnya membuat fluks semakin
diperlemah
yang tentunya akan juga mengurangi
tegangan (ggl) jangkarnya Eg
GENERATOR SINKRON(ALTERNATOR)
Gambar 1.2
Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder),
(b) penampang rotor pada generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan
sarana slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan
langsung pada batang rotor generator sinkron.
Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan
dengan:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan
medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan
antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang
dihasilkan.
Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor daya mendahului
ALTERNATOR SINKRON
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron didalam medan magnetik yang dihasilkan oleh
kumparan rotor diberi arus eksitasi If, maka pada kumparan jangkar pada stator terbangkitlah tegangan
induksi Eo.
Besarnya tegangan induksi yang dibangkitkan akibat interaksi medan eksitasi terhadap perubahan
konduktor memotong medan magnetik adalah :
Eo = cn
dalam aplikasinya alternator sinkron untuk mensuplai beban harus dijaga konstan frekuensi 50 Hz.
Untuk menjaga agar frekuensi 50 Hz dapat dilihat hubugan suatu formulasi :
f = n.P/120
dengan P= jumlah kutub
n= putran rotor (rotasi per menit)
= fluksi (weber)
f= frekuensi (Hz).
Dari formulasi diatas maka untuk memperoleh frekuensi mencapai 50 Hz, diperlukan pengaturan putaran
(n).
Sedangkan untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dapat dilakukan dengan mengatur eksitasi ().
Dilihat dari kedua posulat diatas diperlukan dua sistem pengendali agar diperoleh teganga dan frekuensi
yang dinginkan.
Pada saat alternator diberi beban, maka dikumparan jangkar akan mengalir arus dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar ini bersifat reaktif yang mengakibatkan timbulnya reaktansi,
yaitu reaktansi pemagnetan (Xm). Reaktansi pemagnetan bersama-sama dengan reaktansi flulksi bocor
(Xa) dikenal reaktansi sinkron (Xs) atau
Xs=Xa+Xm.
Sehingga berdasarkan hukum kirchoff II terjadi hubungan tegangan yang dibangkitkan alternator dengan
arus beban :
Eo=VL+I.Ra+ jI.Xs.
DOWN COUNTER
PEMBANGKIT PULSA
JAWABAN
ALTERNATOR ASINKRON
Mesin induksi pada prinsipnya dapat digunakan
sebagai generator dengan kecepatan putaran yang
bervariasi, sebagai masukan berupa sumber mekanik
dan keluarannya sumber listrik bolak-balik. Namun pada
mesin induksi tidak terdapat remanensi sebagai
pembangkit tegangan awal.
Untuk pembangkit eksitasi pada mesin induksi harus
dilakukan usaha pemberian tegangan awal seperti halnya
remanensi pada mesin jenis lain yaitu dengan
memberikan kapasitor yang dihubungkan pada terminal
stator mesin.
Kapasitor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif
untuk menghasilkan fluksi magnetisasi pada celah udara.
V
Xcb
Xc
Xc
Vh
Beban Induktif
Xcb
Beban nol
Beban nol
Beban Kapasitif
O
B'
(a)
A'
Im
A'
(b)
B'
Im
LANJUTAN
LANJUTAN
Generator induksi
Rotor
Kumparan stator
Kapasitor eksitasi
Beban
R1
jX1
I1
-jXcs
R2/s
RL
jXm
E1
-jXc
VL
jXL
jX2
IL
B
LANJUTAN
( I1 )
E1
R L j X cs X L . jX c ......2.19
R 1 jX 1
R L j X cs X c X L
Arus stator
Arus beban
Tegangan beban
E 1 I1 R 1 jX 1 ............2.20
(I L )
RL j X cs X L
(VL ) I L R L jX L
2
(Pout ) I L R L
Regulasi tegangan
..........2.21
...........2.22
..............2.23
(VR )
VNL VFL
VFL
Tegangan Output DC
231 Vac
9,7 Vdc
225 Vac
9,2 Vdc
214 Vac
8,7 Vac
203 Vac
8,2 Vdc
192 Vac
7,7 Vdc
181 Vac
7,2 vdc
Kamparator
Tegangan Referensi
9,7 Vdc
9,5 Vdc
9,2 Vdc
8,9 Vdc
8,7 Vac
8,4 Vac
8,2 Vdc
7,9 Vdc
7,7 Vdc
7,5 Vdc
7,2 vdc
6,9 Vdc
Tegangan
TURBIN AIR
Prime
BUKU REFERENSI