Anda di halaman 1dari 16

KONSTITUSI

Emi Setyaningsih

Pengertian
Istilah

konstitusi berasal dari bahasa Perancis


dari kata constituer yang berarti membentuk,
jadi konstitusi berarti pembentukan. Dalam hal
ini yang dibentuk adalah suatu negara.
Disamping itu terdapat istilah lain dari
konstitusi, yaitu Undang Undang Dasar (UUD)
yang merupakan terjemahan dari Grondwet
(Belanda), Gerunddgezetz (Jerman), Loi
Constitutionel (Perancis). Dalam praktek,
pengertian konstitusi diartikan lebih luas dari
Undang Undang Dasar, tetapi juga ada yang
menyamakan pengertian konstitusi dengan
Undang Undang Dasar.

konstitusi

menurut C.F. Strong, bisa berupa


catatan tertulis, konstitusi dapat ditemukan
dalam bentuk dokumen yang bisa diubah atau
diamandemen menurut kebutuhan dan
perkembangan jaman, atau konstitusi dapat
berwujud sekumpulan hukum terpisah dan
memiliki otoritas khusus sebagai hukum
konstitusi. Pengertian konstitusi menurut C.F.
Strong ini merupakan pengertian yang luas,
karena sebuah konstitusi tidak cukup hanya
mengatur fungsi dan kewenangan kerangka
masyarakat politik (negara) termasuk
didalamnya alat-alat kelengkapan negara yang
diatur secara hukum, tetapi juga harus
mengatur hak-hak rakyat yang diperintah dan
hubungan keduanya.

Sedangkan Sri Soemantri, menyatakan


bahwa pada umumnya Undang Undang
Dasar atau konstitusi berisikan 3 (tiga)
hal pokok, yaitu :
Pertama, adanya jaminan terhadap hakhak azasi manusia dan warganya; Kedua,
ditetapkannya susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat fundamental;
Ketiga, adanya pembagian dan
pembatasan tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat fundamental;

Aristoteles membedakan antara konstitusi


benar (right constitution) dan konstitusi
salah (wrong constitution), karena
menurutnya tujuan tertinggi dari negara
adalah a good life, dan hal ini merupakan
kepentingan bersama seluruh warga
masyarakat. Jika konstitusi diarahkan
untuk tujuan mewujudkan kepentingan
bersama, maka kostitusinya disebut
konstitusi yang baik, tetapi jika sebaliknya
maka konstitusi tersebut merupakan
konstitusi yang salah.

Hakekat suatu konstitusi konstitusi harus


mengatur tentang pertama, struktur negara,
yang dalam hal ini mengatur tentang lembagalembaga negara, mekanisme hubungan antar
lembaga negara, tugas dan fungsi lembaga
negara dan hubungan lembaga negara dengan
warga negara. Kedua, tentanh hak asasi
manusia. Pengaturan hak asasi manusia dalam
konstitusi adalah mutlak harus ada, karena hak
asasi manusia merupakan hak dasar manusia
yang harus diakui keberadaannya dalam hukum
dasar. Dan ketiga, pengakuan adanya pluralism,
dalam arti bahwa dalam suatu negara akan
terdiri dari berbagai macam suku, ras dan
agama, hendaknya perbedaan macam suku, ras
dan agama tersebut diakui keberadaannya.

setiap konstitusi senantiasa mempunyai dua


tujuan, yaitu Untuk memberikan pembatasan
dan pengawasan terhadap kekuasaan politik dan
Untuk membebaskan kekuasaan dari control
mutlak penguasa, serta menetapkan bagi para
penguasa tersebut batas-batas kekuasaan
mereka.
Sementara itu didalam negara-negara yang
mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, konstitusi mempunyai fungsi
yang khas, yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang, dengan demikian diharapkan
hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.

Supremasi Konstitusi
Pertama,

Konstitusi dilihat dari aspek hokum


mempunyai derajat tertinggi (Supremasi). Dasar
pertimbangan supremasi konstitusi itu adalah,
karena :
Konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat UndangUndang Dasar atau lembaga-lembaga.
Konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari
rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh rakyat,
dan ia harus dilaksanakan langsung kepada
masyarakat untuk kepentingan mereka.
Dilihat dari sudut hukum yang sempit yaitu dari
proses pembuatannya, konstitusi ditetapkan oleh
lembaga atau badan yang diakui keabsahannya.
Superioritas konstitusi mempunyai daya ikat bukan
saja bagi rakyat/warga negara tetapi juga termasuk
bagi para penguasa dan bagi pembuat konstitusi itu
sendiri.

Kedua, Jika konstitusi dilihat dari aspek moral


landasan fundamental, maka konstitusi
berada di bawahnya. Dengan kata lain,
konstitusi tidak boleh berttentangan
dengan nilai-nilai universal dan etika moral.
Oleh karena itu dilihat dari constitutional
phylosofi, apabila aturan konstitusi
bertentangan dengan etika moral, maka
seharusnya konstitusi dikesampingkan.
Contoh : jika konstitusi mengesahkan
perbudakan dan atau system apartheid
sudah sewajarnya tidak dituruti.

Kalau konstitusi sudah supreme, siapa yang


menjamin ketentuan konstitusi benar2
diselenggarakan menurut jiwa dan katakata dan naskah konstitusi? Untuk itulah
timbul lembaga Mahkamah Konstitusi
yang mempunyai tugas untuk melakukan
pengujian terhadap peraturan undangundang yang berada di bawahnya yang
bertentangan dengan konstitusi, atau
dengan kata lain lembaga yang dapat
melakukan judicial review (constitutional
review).

Rule of Law
Rule of law merupakan konsep tentang common
law, di mana segenap lapisan masyarakat dan
negara beserta seluruh kelembagaannya
menjunjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun di atas prinsip keadilan dan
egalitarian.
Paham rule of law di Inggris diletakkan pada
hubungan antara hukum dan keadilan, di
Amerika diletakkan pada hak-hak asasi
manusia, dan di Belanda paham rule of law
lahir dari paham kedaulatan negara, melalui
paham kedaulatan hukum untuk mengawasi
pelaksanaan tugas kekuatan pemerintah.

Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan


adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya
keadilan sosial. Pembukaan UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip rule of law, yang pada hakikatnya
merupakan jaminan secara formal terhadap "rasa
keadilan" bagi rakyat Indonesia. Dengan kata
lain, pembukaan UUD 1945 memberi jaminan
adanya rule of law dan sekaligus rule of justice.
Prinsip-prinsip rule of law di dalam pembukaan
UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggara negara, karena pembukaan UUD
1945 merupakan pokok kaidah fundamental
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rule

of law tidak saja hanya memiliki sistem


peradilan yang sempurna di atas kertas belaka,
akan tetapi ada tidaknya rule of law di dalam
suatu negara ditentukan oleh "kenyataan,"
apakah rakyatnya benar-benar dapat menikmati
keadilan, dalam arti perlakuan yang adil dan baik
dari sesama warga negaranya, maupun dari
pemerintahannya, sehingga inti dari rule of law
adanya jaminan keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat/bangsa. Rule of law merupakan suatu
legalisme yang mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melaluipembuatan sistem
peraturan dan prosedur yang bersifat objektif,
tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

Fungsi

rule of law pada hakikatnya merupakan


jaminan secara formal terhadap "rasa keadilan"
bagi rakyat Indonesia dan juga "keadilan sosial",
sehingga diatur pada Pembukaan UUD 1945,
bersifat' tetap dan instruktif bagi
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti
dari Rule of law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakat, terutama keadilan sosial.
Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggara
negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat
maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan
atas rasa keadilan, terutama keadilan sosial.

Penjabaran

prinsip-prinsip rule of law secara formal


termuat dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu:
Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal I ayat 3);
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum , ,dan keadilan (Pasal 24 ayat 1);
Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27 ayat 1);
Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10
pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(Pasal 28 D ayat 1);
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja (Pasal 28 D ayat 2).

Anda mungkin juga menyukai