Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSEP DASAR
A.
Pendahuluan
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomyoma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya.1
Kejadian mioma uteri terbesar ditemukan pada usia produktif, dimana prevalensi
mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,
membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun
jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri
secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia,
ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi.1,2 Kejadiannya lebih tinggi
pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri
antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.
Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Di
Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat. Di USA warna kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita
mioma uteri.3,4
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan social
pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang
dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang
paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka
histerektomi).5
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma
uteri itu sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan epidemiologi
mendapatkan peranan besar komponen genetik dalam patogenesis dan patobiologi mioma
uteri. Tinjauan pustaka ini bertujuan membahas peranan biomolekuler terhadap terjadinya
mioma uteri, serta hubungannya dalam penatalaksanaan mioma uteri yang lebih baik.
B.
Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008)
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran
uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm, dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri
C.
estrogen yang semakin lama akan resiko relatif mioma uteri, dan menarche lambat
(>16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri (Parker, 2007).
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma dalam 2 garis
keturunan pertama mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (
myoma-related growth factor) dibandingkan penderita mioma yang tidak mempunyai
riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker,2007).
4. Paritas
Mioma lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya
mempunyai 1 anak (Llewellyn,2001). Parker mengemukakan bahwa semakin
meningkatnya jumlah kehamilan maka akan menurunkan insidensi mioma uteri.
Resiko terjadinya mioma uteri akan menurun dari 20 50% dengan melahirkan
minimal 1 orang anak. Dalam sebuah penelitian dikemukakan bahwa risiko menurun
hingga 70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau kebih.
5. Ras
Suatu penelitian menemukan bahwa wanita Afrika-Amerika mempunyai resiko
2,9 kali lebih besar dibandingkan wanita kaukasia, dan risiko ini tidak berhubungan
dengan factor risiko lain (Parker, 2007)
6. Kehamilan
Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar
estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma. Jika
pertumbuhan mioma terlalu cepat, akan melebihi suplai darahnya, sehingga terjadi
perubahan degeneratif tumor ini. Hasil yang paling serius adalah nekrobiosis
(degenerasi merah). Pasien dapat mengeluh nyeri dan demam derajat rendah,
biasanya pada kehamilan sepuluh minggu kedua. Palpasi menunjukan bahwa mioma
sangat lunak (Llewellyn, 2001). Berdasarkan hasil penelitian Lev-Toaff et-al (1987)
didapatkan akibat mioma uteri pada kehamilan adalah pertumbuhan mioma tidak
dapat diprediksi.Implantasi plasenta yang terjadi pada mioma akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus, persalinan prematur dan perdarahan postpartum .
Mioma yang multipel akan disertai dengan peningkatan insiden malposisi janin dan
persalinan prematur, degenerasi mioma biasanya disertai dengan pola sonografik
Etiologi
Etiologi belum jelas tetapi asalnya diangka dari sel-sel otot yang belum matang.
Diduga bahwa estrogen memiliki peranan penting, tetapi dengan teori ini sulit dijelaskan
apa sebabnyapada seorang wanita estrogen dapat menyebabkan mioma, sedang pada
wanita lain tidak padahal kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita. Juga
pada beberapa wanita yang terjadi ovulasi, dapat menghasilkan progesterone yang
sifatnya anti estrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan estrogen dapat
menimbulkan tumor myomatus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa.
E.
Patogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen ke kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain diabdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesterone dan estrogen.
Puukka dkk menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari
pada myometrium normal. Menurut Meyer asal Mioma adalah sel imatur, bukan dari
selaput otot yang matur.
F.
Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya,
maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1.
2.
3.
4.
Mioma submukosa
Mioma intramural
Mioma subserosa
Mioma intraligamenter
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium
uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa
mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan
(whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan.
Manifestasi klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan, dan
komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarah abnormal
Gangguan perdarahan yang umumnya terjadi adalah hipermenore, menoragia, dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain adalah :
1) Pengaruh
ovarium
sehingga
terjadi
hyperplasia
endometrium
sampai
adenokarsinoma endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
3) Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
4) Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut myometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pola pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenorea.
c. Gejala dan tanda-tanda penekanan
Gangguan ini tergantung besar dan tempat mioma uteri. Penekanan kandung kemih
akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
H.
Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0.32 0,6 % dari
seluruh mioma serta merupakan 50 75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma di rongga
peritoneum.
I.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi
ditandai oleh fokusfokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai
adanya daerah yang hipoekoik.14
Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri
tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu
masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut
usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:
1. Terapi medikamentosa (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan
hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis
adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari
ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan.
Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan
mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri (Hadibroto,
2005).
2. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of
obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine
(ASRM) adalah
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih
(Prawirohardjo, 2007). Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu (Hadibroto, 2005). Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal
(laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi. Histerektomi
perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH)
dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih
besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana
kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi
yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan
perdaraahn paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani
STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginam, dimana tindakan operasi tidak
melalui insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya
merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka
histerektomi pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien
dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih
minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tapi yang dijelaskan
hanya 2 yaitu :
pembuluh darah uterine dilakukan dari vagina. CISH merupakan modifikasi dari STAH, di
mana lapisan dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan
prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan
aliran darah pada pelvik untuk mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan CISH adalah
mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,
waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan
yang cepat. Jadi terapi mioma uteri yang terbaik adalah melakukan histerektomi. Dari
berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan karena masa
penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas yang rendah dibanding prosedur
histerektomi abdominal (Hadibroto, 2005).
depot in the treatment of uterine leiomyomata. Fertility and Sterility, 1989; 51:251-256
18. Lumsden MA. The role of Oestrogen and growth factors in the control of the growth of
uterine
leiomyomata. In: Shaw RW, eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids.
England-New Jersey: The Parthenon Publishing Group, 1992: 9-20
19. Rein MS, Friedman, Stuart JM, David T, Laughlon M. Fibroid and myometrial steroid
receptors in
Women treated with gonadotropin-releasing hormone agonist leuprolide acetate. Fertility and
Sterility, 1990; 53: 1018-1021
20. Gross K, Morton C, Genetic and development of fibroid. Clin Obstet and Gynecology 2001;
44:
335-3