Anda di halaman 1dari 42

INDUSTRI

BAB VIII

I N D U S T R I

A.

PENDAHULUAN

Pembangunan sektor industri dalam Repelita IV telah me nunjukkan hasil yang sangat positif dalam upaya mendorong ter wujudnya struktur ekonomi yang semakin seimbang dan kokoh se perti yang diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1983, yaitu semakin berperannya sektor industri yang
maju dalam perekonomian nasional dan didukung sektor pertani an yang tangguh. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pembangunan
industri selama lima tahun terakhir telah pula mampu mening katkan sumbangan sektor industri dalam penerimaan devisa negara dan dalam perluasan lapangan kerja. Di samping itu, pro ses industrialisasi yang berlangsung juga telah semakin men dorong pengembangan berbagai jenis industri pengolahan hasil
pertanian dan industri permesinan, termasuk rancang bangun
dan perekayasaan industri, serta industri-industri lainnya.
Perkembangan tersebut antara lain dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai produksi dan ekspor hasil industri dari
tahun ke tahun serta meningkatnya jumlah dan mutu produk yang
telah dihasilkan.
Hasil pembangunan industri sampai dengan tahun kelima Re pelita IV dapat tercapai berkat diletakkannya kerangka landas an dalam pengaturan pembinaan dan pengembangan industri nasional sehingga arah pengembangan industri nasional menjadi

VIII/3

semakin jelas. Bersamaan dengan itu, berbagai kebijaksanaan


deregulasi yang secara terus menerus ditempuh sejak tahun
1983 di bidang fiskal dan moneter, di bidang penanaman modal,
ekspor dan impor, serta di bidang perindustrian, telah dapat
menggairahkan peningkatan kegiatan berproduksi. Lagi pula ke bijaksanaan-kebijaksanaan tersebut juga berhasil mendorong
peningkatan produktivitas dan efisiensi industri dalam negeri
serta meningkatkan daya saing produk-produknya baik yang di hasilkan untuk pasar dalam negeri maupun yang untuk ekspor.
Hal-hal yang dikemukakan ini antara lain tampak dari perkem bangan nilai tambah sektor industri selama Repelita IV.
Nilai tambah sektor (industri) pengolahan, dihitung atas
dasar harga konstan tahun 1983, yang mencakup aneka industri,
industri dasar dan industri kecil Serta industri pengilangan
minyak bumi dan gas alam cair pada tahun 1983 adalah sebesar
Rp 9.896,4 milyar. Pada tahun 1988 nilai tambah tersebut te lah mencapai Rp 18,339,9 milyar. Sementara itu, peranan in dustri pengolahan (termasuk pengilangan minyak bumi dan gas
alam cair) dalam PDB, atas dasar harga konstan telah mening kat pula dari tahun ke tahun, yaitu dari sebesar 12,7% pada
tahun 1983 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 1988 (angka
sementara). Berdasarkan harga konstan tahun 1983, laju per tumbuhan industri (termasuk pengilangan migas) pada tahun
1988 tercatat sebesar 13,0% (angka sementara). Laju pertumbuhan industri tahun 1987 tercatat sebesar 10,6%; sedangkan
laju pertumbuhannya selama tahun Repelita IV rata-rata adalah
sebesar 13,2% per tahun. Sementara itu, laju pertumbuhan in dustri pengolahan non migas juga mengalami peningkatan, yaitu
dari 11,4% pada tahun 1987 menjadi 14,0% pada tahun 1988.
Sedangkan laju pertumbuhannya selama Repelita IV rata-rata
mencapai sekitar 12,4%.
Perlu dijelaskan bahwa angka-angka mengenai perkembangan
sektor industri tersebut di atas didasarkan atas hasil penca cahan lengkap Sensus Ekonomi 1986 dan hasil survai khusus
yang dilaksanakan setelah itu, yang menunjukkan bahwa jumlah
perusahaan industri besar dan sedang ternyata jauh lebih ba nyak (yaitu lebih dari 13.000 buah) dibanding dengan jumlah
yang dipergunakan dalam sari perhitungan lama (yaitu hanya
sekitar 8.000 buah). Atas dasar informasi tersebut telah di lakukan perhitungan kembali ke belakang (back casting) sampai
tahun 1983 untuk tingkat produksi dan nilai tambah kelompok
industri ini. Untuk industri kecil dan industri rumah tangga
juga dilakukan perhitungan kembali atas dasar hasil Sensus
Ekonomi 1986. Hasil dari perhitungan-perhitungan Baru terse -

VIII/4

but menunjukkan bahwa baik peranan maupun laju pertumbuhan


sektor industri secara keseluruhan selama periode 1983 - 1988
adalah lebih tinggi dari perhitungan sebelumnya.
Pertumbuhan industri nasional yang semakin mantap tersebut, baik pada tahun terakhir Repelita IV maupun selama masa
Repelita IV, telah pula diikuti oleh peningkatan ekspor hasil
industri baik dalam jumlah komoditi dan nilai ekspornya maupun dalam peranannya dalam ekspor secara keseluruhan. Bila
realisasi ekspor hasil industri pada tahun 1983 baru mencapai
nilai ekspor sebesar US$ 3.209,2 juta dengan jumlah komoditi
hasil industri sebanyak 181 komoditi, maka realisasi ekspor
hasil industri pada tahun 1988 telah meningkat menjadi US$
9.387,9 juta dengan jumlah komoditi hasil industri yang di ekspor sebanyak 381 komoditi. Peranan nilai ekspor hasil in dustri dalam nilai ekspor non migas dan nilai ekspor secara
keseluruhannya, yang pada tahun 1983 baru mencapai masing-ma sing sebesar 64,2% dan 15,2%, pada tahun 1988 masing-masing
mencapai 81,4% dan 48,8%. Perkembangan ekspor hasil industri
yang pesat tersebut dapat dicapai antara lain berkat ditem puhnya berbagai kebijaksanaan ekspor serta telah dilakukan
diversifikasi pasaran ekspor. Di samping itu hasil industri
nasional yang mampu menerobos pasaran internasional selama
Repelita IV semakin beraneka ragam, meliputi produk-produk
industri mulai dari produk-produk industri kecil, seperti sapu, emping melinjo, gula aren, sampai ke produk-produk indus tri besar dan canggih, seperti besi baja, otomotif, bejana
bertekanan tinggi, reaktor dan sebagainya. Selama Repelita IV
kelompok aneka industri telah berperan sebagai penyumbang
utama dalam nilai total ekspor hasil industri, sedangkan ke lompok industri lainnya dari tahun ke tahun juga terus mendo rong peningkatan nilai ekspor hasil industri secara keselu ruhan.
Pendalaman struktur industri yang dilaksanakan selama
Repelita IV dan sebelumnya sebagai salah satu upaya dalam
pembangunan sektor industri telah pula menunjukkan perkem bangan yang semakin mantap dan mendalam. Pelaksanaannya di utamakan melalui pengembangan industri-industri dasar yang
menghasilkan bahan baku dan penolong, ataupun barang-barang
modal untuk keperluan industri lainnya, yang dibutuhkan dalam
rangka memperkuat struktur industri dalam negeri. Kemajuan
yang dapat dicapai dalam upaya ini antara lain juga ditandai
dengan tercatatnya selisih nilai yang positip antara seluruh
nilai ekspor dan seluruh nilai impor hasil industri pada ta hun 1988. Demikian pula pelaksanaan investasi di bidang in-

VIII/5

dustri dasar, yang meliputi kelompok industri kimia dasar,


kelompok industri mesin dan logam dasar serta kelompok indus tri dasar yang berada dalam kelompok aneka industri, seperti
industri serat sintetis tekstil, menunjukkan perkembangan
yang semakin mantap. Sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1987
pelaksanaan pembangunan proyek-proyek industri dasar te lah
mencapai tidak kurang dari 135 proyek dengan nilai inves tasi
sebesar Rp 6,9 triliun. Sebagian dari pembangunan proyekproyek itu dapat diselesaikan berturut-turut dalam tahun
1988, 1989 dan 1990. Dengan selesainya seluruh pembangunan
proyek tersebut diharapkan akan dapat diperoleh penghematan
devisa sebesar US$ 1,2 milyar per tahun. Sejalan dengan itu,
sedang ditempuh pula langkah-langkah: pengembangan industri
penghasil bahan baku atau barang modal untuk memenuhi kebutuh an industri plastik, tekstil dan kimia organik lainnya, pe ngembangan industri pulp untuk memenuhi kebutuhan industri
kertas dan rayon pengganti kapas, perluasan pabrik-pabrik
baja oleh PT Krakatau Steel dan swasta dan pengembangan
industri penghasil barang-barang modal oleh pabrik-pabrik
mesin nasional.
Perkembangan pembangunan sektor industri yang dicapai
selama Repelita IV ini memiliki hubungan yang erat dengan pe laksanaan penanaman modal di sektor industri selama lima tahun terakhir. Nilai investasi proyek-proyek industri (tidak
termasuk industri kecil) yang disetujui dalam rangka PMDN,
PMA dan non PMA/PMDN pada tahun 1984 adalah sekitar Rp 2.330
milyar dan US$ 1.112 juta. Pada tahun-tahun berikutnya terja di peningkatan investasi sehingga pada tahun 1988 investasi
dalam proyek-proyek industri mencapai sekitar Rp 12.360 milyar
dan US$ 4.240 juta. Perkembangan investasi ini juga menunjuk kan adanya peningkatan investasi yang menonjol di beberapa
industri. Dari kelompok aneka industri peningkatan investasi
yang relatif besar tercatat antara lain dalam cabang industri
pangan, cabang industri tekstil dan cabang industri bahan ba ngunan dan umum juga dalam jenis-jenis industri pengolahan
kayu dan rotan serta industri-industri lainnya yang memiliki
peluang ekspor, seperti jenis industri sarung tangan karet
dan sepatu olahraga. Di antara kelompok industri dasar,
dalam cabang-cabang industri selulosa karet, industri kimia
organik dan anorganik, industri logam dasar dan industri
mesin, selama Repelita IV juga tercatat adanya peningkatan
investasi yang menonjol. Sejalan dengan perkembangan investa si dalam sektor industri tersebut, jumlah tenaga kerja tambah an yang dapat diserap oleh sektor industri selama Repelita IV
adalah sebanyak 2,4 juta orang. Dari jumlah tersebut industri
kecil mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,2 juta orang.

VIII/6

Perkembangan industri kecil yang berlangsung sampai dengan tahun kelima Repelita IV tetap menunjukkan peningkatan
yang berarti. Di samping itu industri kecil juga telah menun jukkan peranannya yang strategis dalam upaya penyediaan la pangan kerja, pemerataan kesempatan berusaha dan peningkatan
pendapatan golongan ekonomi lemah. Karena lokasinya sebagian
besar terletak di daerah pedesaan, pengembangan industri ke cil, yang dilaksanakan melalui pembinaan sentra-sentra indus tri, telah pula menunjang upaya peningkatan perekonomian pe desaan. Pelaksanaan pembinaan industri kecil, yang dilakukan
dalam bentuk bimbingan teknologi produksi, disain produk,
bantuan pemasaran, peningkatan kemampuan manajemen serta pe latihan keterampilan lainnya, telah dapat meningkatkan skala
usahanya serta mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru
dan bahkan, dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki, telah
mendorong pula peningkatan ekspor hasil industri kecil. Pe laksanaan pengembangan manajemen industri kecil yang dikait kan dengan upaya pembentukan koperasi-koperasi industri kecil
juga telah semakin ditingkatkan. Untuk lebih menunjang pe ngembangan industri kecil, penerapan pola hubungan bapak ang kat juga semakin dimantapkan meskipun pelaksanaannya masih
perlu terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan produksi, pelaksanaan
pembangunan sektor industri selama Repelita IV juga diikuti
dengan upaya meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi se bagai bagian dari proses peningkatan kemandirian dalam proses
industrialisasi. Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengem bangan yang dilakukan terus-menerus telah menunjukkan hasilhasil yang positif, antara lain dengan makin meningkatnya ke mampuan dalam penerapan teknologi, termasuk teknologi canggih, untuk menunjang peningkatan mutu produk, efisiensi dan
produktivitas industri dan untuk mencegah pencemaran industri. Di samping itu, kemajuan-kemajuan juga dicapai dalam pe ngembangan teknologi tepat guna untuk menunjang pengembangan
industri kecil. Dalam pada itu, penguasaan teknologi rancang
bangun dan perekayasaan industri juga semakin ditingkatkan
baik dalam pembuatan mesin dan peralatan pabrik maupun dalam
pembangunan pabrik. Peningkatan kemampuan yang telah dimiliki
juga mencakup kemampuan dalam membangun pabrik-pabrik yang
menggunakan teknologi canggih secara utuh, seperti pabrik semen, pabrik kertas, pabrik pupuk dan pabrik besi baja.
Keberhasilan pembangunan sektor industri yang telah dicapai sampai dengan tahun terakhir Repelita IV ini tidak lepas dari adanya beberapa permasalahan yang memerlukan pena-

VIII/7

nganan yang intensif agar tidak menjadi penghambat kemajuan


dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri selanjutnya.
Permasalahan yang dimaksud antara lain meliputi: (a) Adanya
kebutuhan akan peningkatan daya saing dan mutu produk hasil
industri, terutama industri-industri yang berorientasi ekspor, serta adanya kecenderungan meningkatnya penerapan sistem
proteksi di pasaran dunia; (b) Masih perlunya dikembangkan
keterpaduan sektor industri dengan sektor lainnya, terutama
yang berhubungan dengan penyediaan bahan baku, serta keter kaitan antara industri hilir dan industri hulu, dan antara
industri besar, industri menengah dan industri kecil; (c) Ma sih adanya keterbatasan dalam penguasaan teknologi, dalam
jumlah tenaga industrial serta kemampuannya dan keterbatasan
dalam sarana penelitian dan pengembangan.
B.

PERKEMBANGAN INDUSTRI MENURUT KELOMPOK INDUSTRI


1. Industri Mesin dan Logam Dasar

Peranan kelompok industri mesin dan logam dasar dalam


proses industrialisasi yang sedang dilaksanakan cukup menen tukan sebab sebagian besar produk yang dihasilkan oleh kelom pok industri ini merupakan barang modal dan produk-produk an tara yang menjadi bahan baku untuk industri lainnya.
Perkembangan kelompok industri mesin dan logam dasar selama masa pembangunan lima tahun terakhir ini secara keselu ruhan telah menampakkan hasil yang cukup meningkat, baik dalam jumlah produksi maupun dalam jenis produk yang dihasil kan.
Walaupun demikian, tingkat produksi beberapa jenis industri
selama Repelita IV ini masih belum mantap. Beberapa masalah
pokok yang masih dihadapi kelompok industri ini anta ra lain
ialah: lemahnya daya saing hasil produksi terhadap barang
impor, tingginya harga beberapa bahan baku dan masih belum
memadainya tingkat penguasaan teknologi yang ada.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh untuk me ngembangkan industri mesin dan logam dasar ini antara lain
meliputi: (1) mengusahakan pengadaan bahan baku logam yang
diperlukan untuk pengembangan industri permesinan, (2) me ngembangkan jenis industri yang mempunyai pasar yang jelas
dan berulang serta mempunyai kaitan proses produksi yang pan jang dan keterkaitan yang luas, (3) meningkatkan kemampuan
perangkat lunak dan standardisasi, (4) mendorong pengembangan
industri-industri antara atau komponen atau barang-barang se -

VIII/8

tengah jadi guna memperkuat struktur industri dalam rangka


meningkatkan keterkaitan, dan (5) meningkatkan ekspor komodi ti kelompok industri mesin dan logam dasar. Di samping itu,
kepada industri-industri yang telah berdiri terus didorong
dan diberi peluang seluas-luasnya untuk melaksanakan program
rehabilitasi, restrukturisasi, diversifikasi dan perluasan.
Volume ekspor kelompok industri mesin dan logam dasar
pada tahun terakhir Repelita IV mencapai 1.948,5 ribu ton,
atau mengalami peningkatan sebesar 94,2% dibandingkan dengan
volume ekspor tahun 1987/88. Bila dibandingkan dengan volume
ekspor tahun terakhir Repelita III, maka volume tahun ter akhir Repelita IV ini mengalami peningkatan sebesar 907,64%.
Secara keseluruhan volume ekspor tahun 1988/89 dibanding vo lume ekspor tahun 1987/88 meningkat sebesar 28,5% dari cabang
industri logam dasar, 1.055,4% dari cabang industri mesin,
699,7% dari cabang industri listrik/elektronika dan 310,0%
dari cabang industri alat angkutan darat dan udara. Sedangkan
volume ekspor cabang industri kapal dan bangunan lepas pantai
mengalami penurunan sebesar 4,4%.
Dilihat dalam nilainya, ekspor dari kelompok industri
mesin dan logam dasar mengalami peningkatan sebesar 159,3%
selama kurun waktu lima tahun terakhir ini. Nilai ekspor ke lompok industri mesin dan logam dasar pada tahun 1988/89 men capai US$ 686,88 juta, atau naik sebesar 24,6% bila diban dingkan dengan nilai ekspor pada tahun 1987/88. Kenaikan nilai ekspor ini meliputi 36,5% dari cabang industri logam da sar, 231,0% dari cabang industri mesin, 281,8% dari cabang
industri listrik/elektronika dan 54,8% dari cabang industri
alat angkutan darat dan udara. Sedangkan nilai ekspor cabang
industri kapal dan bangunan lepas pantai mengalami penurunan
sebesar 0,8%.
Peningkatan ekspor hasil industri mesin dan logam dasar
terutama didukung oleh peningkatan ekspor komoditi-komoditi:
produk besi baja, seperti plat baja, baja baton, batang kawat, pipa baja, boiler, bangunan lepas pantai dan sebagainya;
kendaraan bermotor serta suku cadang dan komponennya; produk
aluminium, seperti aluminium ingot, plat lembaran aluminium,
aluminium foil dan sebagainya; produk timah, tembaga dan ku ningan dan produk alat listrik dan elektronika, seperti kom puter, generator, radio broadcast, SSB dan sebagainya.
Tenaga kerja tambahan yang dapat diserap oleh kelompok
industri mesin dan logam dasar pada tahun 1988 berjumlah 25,9

VIII/9

ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 143,1% diban dingkan dengan penyerapan tahun 1987. Secara keseluruhan jum lah tenaga kerja tambahan yang dapat diserap oleh kelompok
industri mesin dan logam dasar selama lima tahun terakhir
adalah sebesar 100,7 ribu orang.
Perkembangan produksi beberapa komoditi yang termasuk
dalam kelompok industri mesin dan logam dasar dari tahun
1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel
VIII-1 dan Grafik VIII-1.
Secara keseluruhan perkembangan volume produksi cabang
industri mesin perkakas selama Repelita IV pada umumnya cukup
baik. Hampir semua industri yang ada mengalami kenaikan volu me
produksi jika dibanding dengan produksi tahun terakhir Repelita III, kecuali industri mesin bubut. Tetapi bila volume
produksi industri-industri pada cabang industri perkakas pada
tahun. 1988/89 dibandingkan dengan volume produksi pada tahun
1987/88, terlihat bahwa jenis-jenis industri mesin bubut, mesin bor, mesin freis, mesin gergaji dan mesin tekuk mengalami
penurunan produksi masing-masing sebesar 92,1%, 38,1%, 89,7%,
34,6% dan 65,5%. Sedangkan jenis-jenis industri yang mengala mi
kenaikan produksi meliputi industri mesin gerinda rata, mesin
gerinda meja dan mesin potong yang masing-masing me - ningkat
sebesar 500%, 150% dan 48,1% dibandingkan dengan produksi
tahun 1987/88. Masalah pokok yang menyebabkan belum stabilnya
produksi cabang industri mesin perkakas adalah le mahnya daya
saing terhadap barang impor sebagai akibat masih tingginya
komponen impor serta belum berkembangnya perekayasaan terutama
untuk mesin perkakas pemotongan logam.
Perkembangan produksi cabang industri mesin dan peralat an pertanian selama lima tahun terakhir berbeda antara komo diti yang satu dengan komoditi yang lain, tetapi pada umumnya
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun.
Produksi beberapa komoditi dalam cabang industri ini yang me nunjukkan perkembangan yang tinggi selama Repelita IV antara
lain adalah traktor tangan, mesin pemipil padi, mesin peron tok
padi dan pompa irigasi. Produksinya pada tahun 1988/89 masingmasing meningkat sebesar 133,8%, 77,7%, 101,6% dan 252,4% dari
produksi pada tahun 1983/84. Sementara itu, pro duksi traktor
besar, mesin perontok padi dan pompa irigasi pada tahun
1988/89 telah meningkat masing-masing sebesar 123,8%, 8,7% dan
168,9% dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Sedangkan
produksi
untuk
jenis-jenis
industri
trak tor
tangan
dan
traktor mini masing-masing mengalami penurunan

VIII/10

TABEL VIII 1
PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR,
1983/84 - 1988/89

VIII/11

(Lanjutan Tabel VIII 1)

VIII/12

(Lanjutan Tabel VIII 1)

1)
2)

Angka diperbaiki
Angka sementara

VIII/13

GRAFIK VIII-1
PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR
1983/84 - 1988/89

VIII/14

sebesar 17% dan 53,3%. Selain itu volume produksi mesin pemi pil padi, polisher dan rice milling juga menurun masing-ma sing sebesar 58%, 81,8% dan 24,4% dibandingkan dengan volume
produksi tahun 1987/88. Hal ini terjadi sejalan dengan telah
berkembangnya produksi mesin-mesin yang memiliki kapasitas
lebih besar. Pada umumnya penguasaan rekayasa dan kemampuan
pemabrikan jenis-jenis industri dalam cabang industri mesin
dan peralatan pertanian ini sudah cukup baik, kecuali untuk
traktor mini, demikian juga daya saingnya terhadap produk
luar negeri. Namun karena kemampuan daya beli petani masih
rendah maka perkembangan produksi cabang industri ini menjadi
terbatas.
Dalam cabang industri alat berat dan konstruksi selama
Repelita IV telah dihasilkan produk baru yaitu motor grader
dan excavator. Dalam periode yang sama, produksi asphalt
sprayer, wheel loader, buldozer dan forklift mengalami pe ningkatan yang paling menonjol. Volume produksi beberapa je nis komoditi dalam cabang industri alat berat dan konstruksi
yang mengalami penurunan pada tahun 1988/89 antara lain ada lah mesin pemecah batu (stone cruiser), plate compactor, mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant) dan buldozer, yang
masing-masing menurun sebesar 58,7%, 50%, 75% dan 3% dibandingkan dengan volume produksi yang dicapai pada tahun
1987/88. Perkembangan produksi jenis-jenis industri tersebut
pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan
jalan dari waktu ke waktu serta perkembangan teknologi yang
digunakan. Sementara itu, penurunan volume produksi juga di alami oleh jenis industri mesin pengaduk beton (beton molen)
dan kran pengangkat (crane) atau alat derek yang masing-masing
menurun sebesar 71% dan 92% dibandingkan dengan volume produksi tahun sebelumnya.
Jenis-jenis produksi dalam cabang industri alat berat
dan konstruksi yang mengalami peningkatan volume produksi
yang sangat menyolok pada tahun 1988/89 adalah road/vibro
roller dan excavator, yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 525% dan 361,5% dibandingkan dengan volume produksi tahun 1987/88. Sedangkan, volume produksi asphalt sprayer,
wheel loader, motor grader dan forklift, masing-masing juga
mengalami peningkatan sebesar 30,4%, 40,7%, 36% dan 93,7% di bandingkan dengan volume produksi tahun sebelumnya.
Kemampuan pemabrikan dan penguasaan perekayasaan jenis
industri non swagerak, seperti mesin pengaduk beton, mesin
pemecah batu, mesin pencampur aspal dan alat derek atau keran

VIII/15

pengangkat, telah jauh berkembang dibandingkan dengan perkem bangan kemampuan dalam jenis industri swagerak. Pada saat
ini, mesin konstruksi, yang pada umumnya cara pembuatannya
menggunakan proses pengerjaan pelat, telah semakin dapat me mantapkan posisi daya saingnya, sehingga kebutuhan dalam ne geri dapat dipenuhi dari produksi sendiri.
Di cabang industri mesin dan peralatan listrik, perkem bangan hasil produksi beberapa jenis industri selama Repe lita IV masih belum mantap. Tetapi, produksi jenis-jenis
industri tertentu lainnya, seperti industri mesin pembangkit
tenaga listrik, transmisi dan distribusi tenaga listrik, te lah cukup berkembang, walaupun umumnya masih merupakan indus tri perakitan dengan nilai tambah yang relatif masih rendah.
Bahkan beberapa industri telah menuju ke arah manufacturing
penuh, antara lain industri transformator, Kwh meter dan pa nel listrik tegangan rendah. Pabrik komponennya juga telah
mulai berkembang meskipun masih perlu didorong agar industri
ini dapat tumbuh lebih cepat dengan kemampuan sendiri. Jenisjenis industri dalam cabang industri mesin dan peralatan lis trik yang volume produksinya meningkat cukup besar pada tahun
1988/89 adalah jenis-jenis industri transformator distribusi
dan motor listrik, masing-masing volume produksinya meningkat
sebesar 66,8% dan 50,2% dibandingkan dengan tahun 1987/88.
Sedangkan untuk produksi welding generator, Kwh meter dan pemutus arus (MCB) masing-masing mengalami peningkatan sebesar
4,4%, 2% dan 14% dibandingkan dengan produksi tahun sebelum nya. Produksi jenis-jenis transformator tenaga, panel listrik
tegangan rendah dan tinggi serta generator listrik, pada ta hun 1988/89 mengalami penurunan masing-masing sebesar 27,8%,
49,2% dan 56,2% dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88.
Salah satu kelemahan yang ditemui dalam pengembangan cabang
industri ini adalah kemampuan rancang bangun dan perekayasaan
yang masih belum memadai. Di samping itu standardisasi dalam
cabang industri ini masih harus dikembangkan dan sebagian ke butuhannya akan bahan baku dan komponen masih harus dipenuhi
dari impor.
Secara keseluruhan, volume produksi elektronika selama
Repelita IV menunjukkan kecenderungan meningkat, namun dari
tahun ke tahun masih terjadi fluktuasi. Produksi sentral te lepon otomat dan PABX, radio transmitter dan PCM/multiplex
menunjukkan perkembangan yang paling menyolok dalam cabang
industri elektronika selama Repelita IV, sehingga produksinya
pada tahun 1988/89 masing-masing meningkat sebesar 230,8%,
260% dan 1.056% dari produksi pada tahun 1983/84. Namun demi -

VIII/I6

kian sebagian besar volume produksi jenis-jenis industri da lam cabang industri elektronika pada tahun 1988/89 menunjuk kan penurunan produksi dibandingkan dengan volume produksi
tahun 1987/88, kecuali untuk jenis-jenis industri sentral te lepon otomat dan PABX, PCM/multiplex dan integrated circuit.
Yang disebutkan terakhir ini masing-masing mengalami pening katan volume produksi sebesar 17,2%, 65,1% dan 37,3% diban dingkan dengan volume produk tahun sebelumnya. Sebagian besar
hasil produk cabang industri ini diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Adanya keterbatasan kemampuan perang kat lunak, belum berkembangnya standardisasi dan keterkaitan
antar industri, serta tingginya ketergantungannya akan bahan
baku impor, telah menyebabkan rendahnya posisi daya saing in dustri elektronika profesional. Namun dalam hal sistem tele komunikasi yang canggih, yang rancang bangun dan perekayasaannya telah mulai dikuasai, seperti stasiun bumi kecil, Indo nesia telah mampu mengekspor.
Perkembangan produksi industri perakitan kendaraan ber motor roda empat selama Repelita IV agak berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Produksi jenis kendaraan niaga pada tahun
1988/89 yang berjumlah 133.984 buah hanya meningkat sebesar
1,9% dari produksi pada tahun 1983/84, akan tetapi produksi
jenis kendaraan penumpang pada tahun 1988/89 menunjukkan pe ningkatan sebesar 35,5% dari produksi tahun 1983/84. Sementa ra itu dalam Repelita IV telah dihasilkan produk-produk baru
komponen kendaraan bermotor seperti mesin diesel, mesin bensin, cabin, axle, propeler shaft, rear body, brake system,
wheel rim, leaf spring, clutch system, transmisi dan steering
system. Volume produksi jenis kendaraan niaga dan kendaraan
penumpang tahun 1988/89 mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 2,4% dan 11,2% dibandingkan dengan volume produksi
tahun 1987/88. Dari cabang industri kendaraan bermotor ini,
perkembangan yang semakin mantap tampak dalam produksi kompo nen kendaraan bermotor. Produksi komponen kendaraan bermotor
selama Repelita IV semakin meningkat dari tahun ke tahun. Wa laupun volume produksinya berfluktuasi namun beberapa produk
telah mulai dapat diekspor. Perkembangan jenis-jenis produk
yang telah dapat di ekspor itu masih menghadapi masalah pema saran karena jalurnya masih dikuasai oleh para prinsipalnya
di luar negeri.
Beberapa jenis produk dari industri komponen kendaraan
bermotor volume produksinya selama lima tahun terakhir menun jukkan kecenderungan yang meningkat, meskipun mengalami penu runan volume produksi dalam tahun 1988/89. Produksi peredam

VIII/17

kejut (shock absorber), exhaust system, fuel tank, rear body


dan sistem transmisi, pada tahun itu mengalami penurunan yang
cukup besar, yaitu masing-masing 28,2%, 15,4%, 40,3%, 19,7%
dan 19,6%. Sedangkan penurunan produksi filter element, piston ring, busi, mesin bensin, cabin, chasis dan poros putar
(propeler shaft) masing-masing sebesar 1,2%, 7,1%, 7,3%,
11,3%, 0,8%, 6,7%, 8,2% dan 8,2%. Peningkatan produksi kompo nen kendaraan yang cukup besar dialami oleh jenis-jenis in dustri radiator, mesin diesel, sistem rem (brake system),
leaf spring, seat & seat frame dan sistem kemudi (steering
system). Produksi jenis-jenis komponen tersebut masing-masing
meningkat sebesar 11,9%, 44,4%, 35,5%, 26,2%, 121,9% dan
148,4%. Sedangkan produksi piston, wheel rim dan clucth system masing-masing meningkat 8,3%, 4,8% dan 0,8% dibandingkan
dengan produksi tahun 1987/88.
Jenis-jenis industri yang termasuk dalam industri angkutan lainnya antara lain meliputi industri kereta api, pesa wat terbang dan perkapalan. Dalam industri kereta api, pro duksi gerbong barang dan gerbong penumpang pada tahun 1988/89
masing-masing adalah 75 unit dan 15 unit, atau masing-masing
mengalami penurunan sebesar 83,6% dan 75% dibandingkan dengan
produksi tahun 1987/88.
Dalam industri pesawat terbang, produksi jenis pesawat
terbang (fixed wing aircraft) dan pesawat helikopter (rotary
wing) pada tahun 1988/89 masing-masing berjumlah 12 buah dan
11 buah. Produksi ini masing-masing 50% dan 57,1% lebih ting gi dari produksi tahun 1987/88. Peningkatan industri pesawat
terbang terus diusahakan, terutama dalam produksi jenis pesa wat terbang tipe C-212 dan tipe CN-235 dan dalam produksi je nis pesawat helikopter yang meliputi tipe NBO-105, Super Puma
NAS-332 dan NBELL-412.
Perkembangan industri perkapalan dalam lima tahun terakhir ini cukup menggembirakan khususnya dalam dua kegiatan
utamanya, yaitu pembangunan kapal baru dan reparasi kapal.
Volume produksi pembangunan kapal baja baru pada tahun
1988/89 berjumlah 21.708 BRT atau naik sebesar 20,6% dibandingkan dengan volume produksi pada tahun 1987/88. Sementara
itu kegiatan reparasi kapal dalam tahun 1988/89 mencapai
4.276 ribu BRT, atau naik sebesar 12,2% dari tahun 1987/88.
Penurunan volume bangunan lepas pantai dalam periode lima tahun terakhir ini terutama disebabkan oleh tidak stabilnya harga minyak internasional selama periode itu. Namun vo-

VIII/18

lume produksi bangunan lepas pantai pada tahun 1988/89 telah


meningkat sebesar 8,5% dibandingkan dengan volume produksi
pada tahun sebelumnya.
Industri mesin dan peralatan pabrik yang terus dikembangkan sampai dengan tahun terakhir Repelita V antara lain
meliputi: (1) industri mesin dan peralatan untuk proses peng olahan, seperti pada pabrik kelapa sawit, gula, karet, kopi
dan teh, (2) industri mesin dan peralatan standar, seperti
boiler, motor diesel non otomotif dan lain-lain, dan (3) in dustri kontruksi baja, seperti jembatan, bangunan pabrik,
pintu air dan menara tegangan tinggi. Walaupun produksi je nis-jenis komoditi tersebut sampai sekarang belum dapat meme nuhi seluruh kebutuhan dalam negeri, perkembangan industri
mesin dan peralatan pabrik selama ini tampak semakin mantap.
Perkembangan yang mantap itu antara lain didukung oleh kema juan dalam rancang bangun dan perekayasaannya. Dewasa ini cabang industri mesin dan peralatan pabrik telah memiliki ke mampuan rancang bangun dan perekayasaan untuk jenis produk
yang pembuatannya sebagian besar menggunakan proses pengerjaan pelat.
Sebagian besar produksi jenis industri dalam cabang in dustri mesin dan peralatan pabrik pada tahun 1988/89 meng alami penurunan bila dibandingkan dengan produksi yang telah
dicapai pada tahun 1987/88. Penurunan ini terutama disebabkan
oleh digunakannya sebagian besar hasil produksi dalam cabang
industri ini untuk rehabilitasi dalam industri-industri pema kainya, padahal pelaksanaan investasi baru relatif masih ke cil. Kenaikan volume produksi hanya terjadi dalam jenis in dustri pabrik kopi dan mesin diesel non automotif, yang ma sing-masing meningkat sebesar 27,9% dan 3%.
Sementara itu tingkat produksi industri pabrik karet
dari tahun 1986/87 sampai dengan tahun 1988/89 relatif
konstan, yaitu sebesar 1.600 ton dalam setiap tahunnya.
Dalam cabang industri logam dan produk dasar selama Re pelita IV telah dapat dihasilkan beberapa produk baru seperti
ferro silikon, tin plate dan aluminium foil. Perkembangan vo lume produksi jenis-jenis industri dalam cabang industri ini
pada tahun 1988/89 pada umumnya menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88, kecuali untuk besi
spon, besi baton, plat sang, ferro silikon dan aluminium
foil, yang masing-masing menurun sebesar 19,0%, 0,6%, 1214%,
53,0% dan 37,2%. Volume produksi produk-produk ingot/billet

VIII/19

baja, batang kawat (wire rod), slab baja dan baja lembaran
(HRC), pada tahun 1988/89 masing-masing meningkat sebesar
11,4%, 9,9%, 4,2%, 8,5% dan 27,5% dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Sedangkan produk pipa las lurus, pipa las
spiral dan tin plate masing-masing naik sebesar 11,4%, 0,9%
dan 42,6%. Dalam jenis industri bukan baja, produk-produk
aluminium extrusion, plat aluminium dan batang tembaga juga
mengalami
kenaikan
volume
produksi
masing-masing
sebesar
28,8%, 23,8% dan 78,1% dibandingkan dengan volume tahun
1987/88, sedangkan produk aluminium ingot pada tahun 1988/89
kurang lebih sama dibandingkan dengan produk tahun sebelum nya, yaitu 199 ribu ton.
2. Industri Kimia Dasar
Perkembangan kelompok industri kimia dasar selama Repe lita IV pada umumnya cukup mantap. Dalam kurun waktu tersebut
jumlah perusahaan industri yang termasuk dalam kelompok in dustri kimia dasar telah meningkat dari 160 perusahaan pada
tahun 1983 menjadi 341 perusahaan pada tahun 1988. Jenis komoditinya juga telah meningkat dari 39 jenis komoditi menjadi
71 jenis komoditi. Ke 32 jenis komoditi tambahan tersebut an tara lain meliputi: pulp serest panjang, pulp rayon, kertas
koran, kertas kantong semen, nylon tyre cord, methanol, bahan
aktif pestisida, PTA, DOP, phtalic arhydride, maleic arhydride, sorbitol, asam formiat, kalsium karbida, polystyrene dan
aluminium fluorida.
Secara keseluruhan ekspor kelompok industri kimia dasar
dalam lima tahun terakhir terus menunjukkan kenaikan baik di tinjau dari volume maupun nilainya. Volume ekspor meningkat
dari 598,0 ribu ton pada tahun 1983 menjadi 5.352,7 ribu ton
dalam tahun 1988, atau meningkat sebesar 795,0%. Sementara
itu, nilai ekspor juga meningkat terus dari tahun ke tahun.
Dibanding dengan nilai ekspor tahun terakhir Repelita III,
yang mencapai US 75,66 juta, maka nilai ekspor industri ki mia dasar dalam tahun terakhir Repelita IV meningkat dengan
673,6%, menjadi US$ 585,30 juta. Dalam jumlah tersebut kon tribusi yang terbesar adalah dari cabang industri selulosa
dan karat, yaitu sekitar 30,3%, kemudian dari cabang industri
agrokimia sebesar 29,4%, dari cabang industri kimia anorganik
sebesar 22,3% dan dari cabang industri organik sebesar 18,0%.
Sumbangan kelompok industri kimia dasar dalam penyerapan
tenaga kerja dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Pada
tahun 1988 tenaga kerja tambahan yang diserap sebanyak 30.540

VIII/20

orang yang berarti meningkat 78,2% dibanding tahun 1987. Selama Repelita IV jumlah tenaga kerja baru yang dapat diserap
oleh kelompok industri ini adalah 72.810 orang.
Pada tahun 1988/89 volume produksi beberapa jenis indus tri dalam cabang industri agrokimia mengalami penurunan. Pro duksi pupuk urea dan pupuk ZA dalam empat tahun pertama Repe lita IV menunjukkan laju kenaikan yang semakin menurun. Bahkan
dalam tahun 1988/89 volume produksi kedua jenis industri ter sebut menurun sebesar 0,8% dan 17,2% dibandingkan dengan pro duksi tahun sebelumnya. Namun demikian kenaikan produksi rata-rata per tahun selama Repelita IV cukup besar yaitu masingmasing sebesar 13,5% dan 22,7%. Dalam dua tahun terakhir Repe lita IV volume produksi industri formulasi pestisida turun se besar 17,0% dan 40,7%. Sedangkan industri bahan aktif pesti sida yang baru berproduksi pada awal Repelita IV berhasil me ningkatkan produksinya dari tahun ke tahun sehingga mencapai
produksi sebesar 4,8 ribu ton pada tahun terakhir Repelita IV.
Perkembangan produksi cabang industri selulosa dan karet
dalam tahun 1988/89 pada umumnya menunjukkan kenaikan yang
cukup berarti dibanding tahun 1983/84. Hasil produksi industri kertas yang pada tahun 1983/84 mencapai 369,2 ribu ton,
selama Repelita IV mengalami kenaikan rata-rata sebesar 20,7%
per tahun sehingga dalam tahun 1988/89 menjadi 908,9 ribu
ton. Apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88, yang
mencapai 792,5 ribu ton, maka angka produksi industri kertas
dalam tahun 1988/89 tersebut adalah 14,7% lebih tinggi. Demi kian juga halnya dengan produksi industri ban kendaraan bermotor. Selama periode 1983/84 sampai dengan 1988/89, produksi
industri ini meningkat terus dengan kenaikan rata-rata sebesar 15,7% per tahun. Sementara itu, industri ban sepeda motor/
scooter yang pada tahun 1983 memproduksi sebesar 2.438,5 ribu
buah, dan mengalami penurunan sekitar 8,6% pada tahun 1984/85,
mulai tahun 1985/86 produksinya meningkat terus dari tahun ke
tahun sehingga pada tahun 1988 mencapai 4.320,0 ribu buah,
atau telah meningkat rata-rata sebesar 13,2% setahun selama
periode lima tahun. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan ba ku industri kertas, dalam tahun 1986/87 industri pulp mulai
berproduksi dengan produksi perdananya sebesar 84,9 ribu ton.
Sejalan dengan meningkatnya produksi kertas, produksi pulp
dalam dua tahun terakhir meningkat pula dengan kenaikan sebe sar 12,5%, sehingga menjadi 95,5 ribu ton pada tahun 1987/88,
dan 8,6%, sehingga menjadi 103,7 ribu ton pada tahun 1988/89.

VIII/21

Sebagian besar jenis industri dalam cabang industri ki mia organik pada tahun 1988/89 mengalami peningkatan produksi
dibanding tahun 1987/88. Kenaikan terbesar terjadi dalam pro duksi sorbitol, yaitu 110,5%, sedangkan beberapa jenis indus tri mengalami penurunan produksi, di antaranya industri bahan
peledak, yang produksinya turun 28,6%, industri resin PVC,
produksinya turun 2,8%, dan industri pigmen dan bahan cat,
yang produksinya turun 9,5%.
Produksi industri sintetis resin dan resin perekat dalam
tahun pertama Repelita IV telah meningkat masing-masing sebe sar 263,8% dan 143,5% dibanding dengan produksi masing-masingnya pada tahun terakhir Repelita III. Dari tahun kedua
sampai dengan tahun terakhir Repelita IV produksi kedua je nis industri tersebut meningkat terus masing-masing dengan
peningkatan rata-rata setiap tahun sebesar 64,5% dan 49,9%.
Setelah mengalami kenaikan sebesar 7,2%, 5,8% dan 21,0%
dalam tahun 1984/85, tahun 1985/86 dan tahun 1986/87, produk si resin PVC turun dengan 5,6% dan 2,8% dalam tahun 1987 dan
1988. Namun demikian bila dibandingkan dengan produksi pada
tahun 1983, produksi tahun 1988 telah meningkat sebesar
26,1%. Demikian juga halnya dengan produksi pigmen dan bahan
cat. Produksinya pada tahun 1988 turun dengan 9,5% dibanding kan dengan tahun 1987. Walaupun demikian produksi tahun 1988
masih 46,2% lebih besar jika dibandingkan dengan produksi ta hun 1983. Selanjutnya, produksi alkyl benzine sulfonat dalam
tiga tahun pertama Repelita IV juga meningkat meski dengan
laju kenaikan yang melambat, yaitu 34,4%, 13,9% dan 3,7%. Ke mudian setelah turun dengan 14,9% pada tahun ke empat Repeli ta IV, meningkat lagi dengan 34,5% pada akhir Repelita IV.
Kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun selama kurun
waktu 1983/84 - 1988/89 terjadi pula dalam produksi bahan ki mia tekstil dan vetsin (MSG). Produksi kedua jenis bahan ter sebut masing-masing rata-rata per tahun meningkat sebesar
8,9% dan 12,5%. Sementara itu, industri arang aktif, industri
poly propylene dan industri bahan kimia khusus yang baru mu lai berproduksi pada tahun 1987/88, pada tahun 1988/89 mengalami kenaikan produksi yang cukup besar, yaitu masing-masing
sebesar 80,7%, 244,8% dan 424,8%. Selanjutnya dalam tahun
1988/89 telah mulai pula berproduksi beberapa industri baru
seperti industri asam formiat, industri minyak rem, industri
PAP dan industri PA. Hasil produksi industri-industri tersebut dalam tahun 1988/89 masing-masing sebesar 2,2 ribu ton,
0,4 ribu ton, 0,11 ribu ton dan 9,0 ribu ton.

VIII/22

Perkembangan hasil produksi cabang industri anorganik


selama Repelita IV pada umumnya cukup menggembirakan. Hal ini
ditandai dengan tingginya kenaikan produksi pada tahun 1988/89
dibanding tahun 1983/84, meskipun dalam kurun waktu tersebut
terjadi fluktuasi produksi beberapa jenis industri. Produksi
sodium silikat yang mengalami kenaikan yang sangat tinggi pa da tahun 1984/85, yaitu sebesar 15 kali lipat dibandingkan
produksi tahun sebelumnya, dan yang selama tiga tahun ber ikutnya terus meningkat dengan laju kenaikan yang lebih ren dah, adalah satu dari dua industri yang mengalami penurunan
produksi pada tahun 1988/89 (sebesar 9,7%). Industri lainnya
adalah industri garam. Berbagai jenis produk dalam cabang in dustri anorganik mengalami rata-rata kenaikan produksi per
tahun di atas 50% selama masa 1983/84 - 1988/89. Berbagai je nis produksi itu antara lain adalah: asam chlorida yang ratarata setiap tahun meningkat 52,7%, zinc chlorida rata-rata
per tahun meningkat 98,5%, calcium carbonat yang rata-rata per
tahun meningkat 67,4% dan garam yang rata-rata per tahun
meningkat 53,9%.
Produksi semen portland meningkat terus dari tahun ke
tahun. Dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 10,5%
maka produksi bahan ini pada tahun 1988/89 mencapai 13.350,0
ribu ton. Kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun terjadi
pula dalam produksi kaca lembaran, soda, asam sulfat, zat
asam, asam arang dan dry ice, sang oksida, sodium sulfat, ni trogen, argon dan nitrous oksida. Bahan-bahan tersebut pro duksinya rata-rata per tahun masing-masing meningkat sebesar
17,0%, 23,7%, 35,7%, 17,5%, 16,4%, 18,5%, 19,7%, 8,5% dan
14,5%. Sementara itu, setelah mengalami penurunan sebesar
12,3% pada tahun 1985/86 produksi acetylene meningkat kembali
rata-rata sebesar 7,8% per tahun sehingga produksinya pada
tahun 1988/89 mencapai 1.985,0 ribu m3. Gypsum yang mulai di hasilkan pada tahun 1984/85 dengan produksi sebesar 30,1 ribu
ton, meski dengan laju yang melambat produksinya meningkat
terus sehingga mencapai 470,5 ribu ton pada tahun 1988/89.
Sementara itu, produksi garam pada tahun 1988/89 yang berjum lah 850,0 ribu ton mengalami penurunan sebesar 30,1% bila di bandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Namun demikian selama masa Repelita IV sebagai keseluruhan produksi garam me nunjukkan kecenderungan meningkat.
Gambaran yang lebih rinci mengenai perkembangan volume
produksi dalam kelompok industri kimia dasar dalam kurun wak tu 1983/84 - 1988/89 dapat dilihat dalam Tabel VIII-2 dan
Grafik VIII-2.

VIII/23

TABEL VIII 2
PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR
1983/84 1988/89

VIII/24

(Lanjutan Tabel VIII 2)

3)
4)

Angka diperbaiki
Angka sementara

VIII/25

GRAFIK VIII-2
PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR
1983/84 - 1988/89

VIII/26

Meskipun dalam kurun waktu lima tahun terakhir industri


kimia dasar menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, na mun berbagai permasalahan masih dihadapi oleh industri ini.
Di antaranya adalah: masih lemahnya daya saing komoditi ekspor di pasar internasional, terutama terhadap produk yang se jenis, dan masih sulitnya memperoleh lisensi untuk produksi
komoditi yang memerlukan teknologi canggih. Di samping itu,
dalam industri ini masih ada beberapa jenis industri yang be lum dapat memanfaatkan kapasitas terpasangnya secara optimal
dan ada yang masih sangat tergantung pada bahan baku impor.
3. Aneka Industri
Peranan kelompok aneka industri dalam pembangunan indus tri secara keseluruhan sangat penting. Kelompok ini dapat me rupakan jembatan antara industri hulu (dasar) dan industri
hilir dan dengan demikian mempunyai peranan yang besar dalam
memperkokoh keterkaitan antara industri besar dan industri
kecil.
Salah satu ciri khas kelompok industri ini adalah bahwa
produk jenis-jenis industri yang dihasilkan merupakan barang
konsumsi untuk memenuhi bermacam-macam keperluan masyarakat
luas. Di samping itu kebanyakan dari kelompok industri ini
juga mempergunakan teknologi yang relatip sederhana sehingga
mempunyai kemampuan yang relatif besar untuk memperluas ke sempatan berusaha dan menyerap tenaga kerja. Lagi pula bebe rapa jenis industri ini banyak memanfaatkan bahan baku dari
dalam negeri dan mampu mendorong pembangunan daerah.
Perkembangan kelompok aneka industri selama masa Repelita IV secara keseluruhan telah menunjukkan kecenderungan yang
meningkat, baik jumlah produksinya maupun jenis produk yang
dihasilkan. Namun demikian dalam perkembangannya dari tahun
ke tahun masih terdapat beberapa jenis komoditi yang menunjuk kan kecenderungan menurun, seperti rokok putih, susu kental
manis, kulit imitasi, televisi, lemari es, mesin jahit dan
kipas angin. Sedangkan jenis-jenis komoditi yang menunjukkan
peningkatan yang cukup besar dalam kelompok aneka industri
dalam Repelita IV adalah minyak goreng kelapa, pemanis buatan, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng, ikan dalam
kaleng, makanan ternak, tekstil lembaran, benang tenun, pakai an jadi, pita kaset kosong, pita video kosong, lampu pijar
dan TL, sepatu karet/kanvas, kayu lapis, papan partikel (par ticle board), genteng semen, tiang listrik dari baton, sepatu
kulit dan rotan olahan.

VIII/27

Volume ekspor kelompok aneka industri pada tahun ter akhir Repelita IV berjumlah sekitar 10,7 juta ton atau meng alami perkembangan sebesar 130,75% dibandingkan dengan volume
ekspor pada tahun terakhir Repelita III yang berjumlah 4,6
juta ton. Kenaikan rata-rata volume ekspor setiap cabang in dustri dalam kelompok aneka industri setiap tahunnya dalam
Repelita IV adalah: 16% untuk cabang industri pangan, 32,1%
untuk cabang industri tekstil, 7,8% untuk cabang industri ki mia, 190,4% untuk cabang industri alat listrik dan logam dan
19,1% untuk cabang industri bahan bangunan dan umum. Di samping itu nilai ekspor kelompok aneka industri juga telah meng alami peningkatan dari US$ 1.964,7 juta pada tahun 1983/84
menjadi US$ 6.097,1 juta pada tahun 1988/89 atau mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 26,8% setiap tahunnya. Peningkatan
rata-rata per tahun nilai ekspor untuk masing-masing cabang
industri selama Repelita IV adalah: 30,4% untuk cabang indus tri pangan, 42,6% untuk cabang industri tekstil, 14% untuk
cabang industri kimia, 99,3% untuk cabang industri alat lis trik dan logam dan 30,4% untuk cabang industri bahan bangunan
dan umum.
Peningkatan ekspor yang cukup tinggi tersebut terutama
diperoleh dari peningkatan ekspor komoditi karat, seperti
crumb rubber, ban, sepatu karet, sarung tangan karet dan lainlain, komoditi kayu olahan, seperti kayu gergajian, kayu lapis, black board, particle board dan wood working product,
komoditi rotan seperti rotan setengah jadi, furniture, lampit
dan lain-lain, komoditi tekstil, terutama pakaian jadi, komo diti CPO olahan, seperti stearin, margarine, glyserol, fatty
acid, sabun dan lain-lain, komoditi kulit olahan seperti ku lit samak, sepatu dan barang-barang jadi dari kulit lainnya,
komoditi kelapa seperti minyak goreng, desiccated coconut dan
lain-lain, bermacam-macam komoditi pangan, komoditi rokok,
terutama rokok putih, komoditi kimia, seperti minyak atsiri,
barang-barang dari plastik, pita rekaman, film, kosmetika dan
lain-lain, komoditi keramik dan galas, dan komoditi elektro nika dan alat listrik rumah tangga seperti baterai kering,
accu, suku cadang TV, lampu pijar dan lampu TL, kamera dan
lain-lain.
Tenaga kerja yang dapat diserap dari kelompok aneka in dustri pada tahun 1988/89 berjumlah 508,4 ribu orang, atau
meningkat sebesar 64,8% dibandingkan dengan penyerapan pada
tahun 1987/88 yang berjumlah 308,4 ribu orang. Secara keselu ruhan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap kelompok aneka
industri ini dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1988 berjum lah 1.110,2 ribu orang.

VIII/28

Perkembangan produksi kelompok aneka industri selama Re pelita IV secara rinci tampak seperti pada Tabel VIII-3.
Dari Tabel VIII-3 dapat dilihat bahwa produksi industri
pangan pada tahun 1988/89 pada umumnya menunjukkan kenaikan
dibandingkan dengan produksi pada tahun 1987/88. Peningkatan
produksi ini meliputi komoditi minyak goreng kelapa sebesar
7,2%, minyak goreng kelapa sawit sebesar 13,4%, margarine se besar 20,8%, rokok kretek sebesar 18,8%, susu bubuk sebesar
53,5%, susu cair sebesar 22,2%, sacarin dan siclamat sebesar
42,6%, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng sebesar
11%, ikan dalam kaleng sebesar 16% dan makanan ternak sebesar
20,9%. Komoditi yang produksinya mengalami penurunan meliputi
komoditi rokok putih dan susu kental manis, yang masing-ma sing mengalami penurunan sebesar 29,3% dan 14,8%.
Selain komoditi rokok putih, ada dua jenis komoditi lain nya dalam cabang industri pangan yang tingkat produksinya pa da tahun 1988/89 lebih rendah dibandingkan dengan produksi
pada tahun 1983/84, yaitu komoditi margarine dan susu kental
manis. Penurunan produksi kedua komoditi ini diperkirakan
terjadi karena adanya pergeseran selera konsumen dan adanya
saingan barang sejenis dari luar negeri.
Semua jenis industri dalam cabang industri tekstil pada
tahun 1988/89 mengalami peningkatan dalam jumlah produksinya
dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Peningkatan pro duksi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan
tekstil baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pening katan produksi ini meliputi komoditi-komoditi tekstil lembaran sebesar 19,7%, benang tenun sebesar 19,2%, pakaian jadi
sebesar 19,9%, serat staple sebesar 20,7% dan zat warna teks til sebesar 20,5%. Apabila volume produksi pada tahun terakhir Repelita IV ini dibandingkan dengan volume tahun terakhir Repelita III, maka jenis komoditi benang tenun, pakaian
jadi dan serat staple merupakan komoditi-komoditi yang meng alami peningkatan produksi paling tinggi dalam cabang industri tekstil, yaitu masing-masing sebesar 63,2%, 83,6% dan
86,3%.
Begitu juga dalam cabang industri kimia, keseluruhan
produksi jenis-jenis industri pada tahun 1988/89 mengalami
peningkatan dibandingkan produksi pada tahun 1987/88, kecuali
komoditi tapal gigi, dan kertas diazo. Termasuk dalam kelom pok komoditi yang mengalami peningkatan dalam jumlah produk sinya adalah: komoditi sabun mandi, peningkatannya sebesar

VIII/29

TABEL VIII - 3
PR0DUKSI ANEKA INDUSTRI,
1983/84 - 1988/89

VIII/30

(Lanjutan Tabel VIII 3)

1)
2)
3)
4)
5)

VIII/31

Termasuk shortening
Termasuk rajut
Termasuk produksi industri kecil
Angka diperbaiki
Angka sementara

7%, sabun cuci, sebesar 0,8% detergen sebesar 16,6%, korek


api sebesar 13,8%, crumb rubber sebesar 7,2%, kotak karton
sebesar 7,5%, pipa PVC (dan fitting), sebesar 6,5%, cat dan
dempul sebesar 10,4%, sepatu karet/kanvas sebesar 64,1%,
karung plastik sebesar 4,7%, tinta cetak sebesar 34,7%, pi ta
kaset kosong, sebesar 9,6%, pita video kosong sebesar 99,2%,
kulit imitasi sebesar 5,7% dan jaring ikan dengan pe ningkatan
hanya sebesar 2%. Sedangkan komoditi tapal gigi dan kertas
diazo masing-masing mengalami penurunan sebesar 88,4%, dan 4%.
Produksi jenis-jenis industri dalam tahun terakhir Repe lita IV dalam cabang industri kimia yang mengalami peningkat an paling tinggi dibandingkan produksi dalam tahun terakhir
Repelita III meliputi sabun mandi, detergen, korek api, kotak
karton, sepatu karet/kanvas, karung plastik dan tinta cetak.
Perkembangan cabang industri listrik dan logam selama
lima tahun terakhir ini cukup menggembirakan. Hampir semua
jenis industri dalam cabang industri ini pada tahun terakhir
Repelita IV mengalami peningkatan produksi jika dibandingkan
dengan produksinya masing-masing pada tahun terakhir Repe lita III, kecuali untuk jenis-jenis industri sepeda motor,
televisi, lemari es, mesin jahit dan kipas angin. Jenis-jenis
industri yang mengalami peningkatan produksi pada tahun
1988/89 dibandingkan pada tahun 1987/88 adalah: sepeda motor
yang meningkat sebesar 5,8%, radio cassette sebesar 55,6%,
alat pendingin sebesar 46,3%, lampu pijar/TL sebesar 6,2%,
baterai kering sebesar 1,6%, kabel listrik/telepon sebesar
0,3%, alat semprot hams sebesar 0,2%, radio cassette recorder
sebesar 42%, kipas angin sebesar 17%, loud speaker sebesar
197,1%
dan
variabel
resistor
sebesar
38,3%.
Sedangkan
komoditi-komoditi yang mengalami penurunan produksi meliputi
televisi sebesar 17,2%, lemari es sebesar 38%, mesin jahit
sebesar 67%, amplifier sebesar 70,2% dan tuner sebesar 24,2%.
Penurunan produksi beberapa komoditi ini antara lain disebab kan oleh adanya kejenuhan pasar dalam negeri. Khusus untuk
komoditi accu volume produksinya pada tahun 1988/89 relatif
konstan dibanding dengan produksi tahun 1987/88.
Secara umum, cabang industri bahan bangunan dan umum,
yang meliputi industri bahan bangunan dan industri yang tidak
termasuk dalam cabang-cabang industri lainnya, selama Repelita IV mengalami perkembangan produksi yang cukup berarti.
Produksi beberapa jenis industri bahan bangunan yang mengalami peningkatan cukup besar selama Repelita IV ini antara lain

VIII/32

adalah: kayu lapis, kayu lapis dekorasi dan mariner, masingmasing setiap tahun meningkat rata-rata sebesar 23,1%, 15,6%
dan 23,2%. Dalam jenis industri umum, produksi komoditi
bolpoin dan sepatu kulit dalam periode yang sama masing-masing
meningkat setiap tahun rata-rata sebesar 50,2% dan 10,7%. Pa da tahun 1988/89 produksi semua jenis industri dalam cabang
industri ini, mengalami peningkatan. Terutama perkembangan
jenis-jenis industri dalam industri bahan bangunan menunjukkan
peningkatan produksi yang cukup besar. Peningkatan ini terutama didorong oleh beberapa hal. Pertama, pada umumnya bahan
baku dari jenis-jenis industri ini bersumber dari dalam nege ri. Kedua, sebagian besar hasil produksinya merupakan komoditi ekspor. Dan ketiga, pembangunan perumahan di dalam negeri
dalam tahun ini juga meningkat.
Pada tahun 1988/89 produksi kayu lapis, kayu gergajian,
kayu lapis dekorasi (decorative plywood), papan partikel dan
pengerjaan kayu (termasuk mebel), masing-masing mengalami pe ningkatan sebesar 12,7%, 3,6%, 10,2%, 25,9% dan 5,8%. Selan jutnya produksi jenis-jenis industri lainnya, seperti sani tair, ubin dinding (wall tile), asbes semen, mariner, genteng
semen dan tiang listrik dari baton, masing-masing meningkat
sebesar 0,2%, 2,2%, 0,6%, 1,4%, 3,6% dan 25,2%. Khusus produk si kayu lapis, kayu lapis dekorasi dan marmer pada tahun ter akhir Repelita IV mengalami peningkatan sebesar 170,5%, 96,4%
dan 158% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III.
Sejalan dengan itu volume produksi jenis-jenis industri
dalam kelompok umum pada tahun 1988/89 juga mengalami pening katan yang cukup mantap dibandingkan dengan tahun 1987/88.
Peningkatan volume produksi ini terlihat dari kenaikan produksi galas botol sebesar 3,2%, kulit sebesar 26,7%, pensil
sebesar 5,2%, ball point sebesar 4,2%, karung goni sebesar
0,5%, sepatu kulit sebesar 9%, organ, piano dan pianika sebe sar 8,5%, pecah belah dari keramik sebesar 17% dan rotan
olahan sebesar 6,1%.
Berdasarkan realisasi produksi tersebut di atas, tampak
bahwa perkembangan industri-industri yang mengalami pening katan cukup mantap selama Repelita IV ini meliputi: industriindustri yang mengolah dan memanfaatkan bahan baku dalam ne geri, baik untuk pasaran dalam negeri maupun untuk ekspor, se perti kayu lapis, rotan olahan, genteng semen, buah-buahan
dan sayur-sayuran dalam kaleng, ikan dalam kaleng, rokok kre tek dan sebagainya, industri yang sebagian hasil produksinya

VIII/33

merupakan komoditi ekspor, seperti kayu lapis, pita kaset ko song, pita video kosong, tekstil, pakaian jadi dan baterai
kering, industri yang menghasilkan kebutuhan rakyat banyak,
seperti tekstil lembaran, sabun cuci, sabun mandi, detergen,
korek api dan sebagainya, industri yang menunjang sektor per hubungan, seperti sepeda motor, aki, industri yang mempunyai
keterkaitan luas dengan industri kecil, seperti tekstil dan
pakaian jadi, industri yang menunjang program listrik masuk
desa, seperti lampu pijar, lampu TL dan tiang listrik baton,
dan industri yang menunjang sektor pendidikan, seperti pensil, bolpoin, tinta cetak dan sebagainya.
Sementara itu, beberapa industri yang produksinya menun jukkan kecenderungan menurun adalah industri yang diperkirakan
sudah mengalami kejenuhan pasaran di dalam negeri dan tidak
dapat didorong untuk ekspor karena lemahnya daya saing. Ini
antara lain meliputi industri-industri yang menghasilkan te levisi, radio dan radio kaset, mesin jahit dan kipas angin.
Demikian pula industri yang mendapat persaingan baru dari
produk-produk lain sebagai akibat dari diversifikasi produk,
perubahan selera konsumen dan sebagainya, seperti industri
yang memproduksi susu kental manis dan rokok putih.
Untuk lebih memacu perkembangan kelompok aneka industri,
maka usaha yang berkaitan dengan penanganan penyediaan bahan
baku, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, terus ditingkatkan. Dalam hal penyediaan bahan baku
yang berasal dari dalam negeri, usaha peningkatan kualitas
dan kuantitas bahan baku yang dipasok terus dilakukan, ter utama untuk bahan baku yang penyediaannya sangat dipengaruhi
oleh musim. Untuk penyediaan bahan baku atau komponen yang
berasal dari luar negeri, seperti bahan baku untuk industri
elektronika dan sepeda motor, usaha pengembangan industri hulu dalam negeri tetap dilanjutkan.
Di samping usaha-usaha tersebut, diteruskan pula upaya
peningkatan di bidang perangkat lunak yang meliputi peningkat an kemampuan di bidang teknologi produksi serta penelitian
dan pengembangan lainnya. Hal ini selanjutnya secara bertahap
dapat mengurangi hambatan yang ada. Proses alih teknologi da lam kelompok aneka industri pada umumnya baru mencapai tahap
penyerapan dan adaptasi teknologi. Proses itu terus diusahakan untuk ditingkatkan dan secara bertahap akan memasuki ta hap pengembangan atau penciptaan teknologi baru. Untuk keper luan itu penyediaan tenaga terampil, terutama untuk tenaga
tingkat menengah dan operator, semakin ditingkatkan pula.

VIII/34

Pengembangan kelompok aneka industri juga dilaksanakan


melalui peningkatan pangsa pasar dalam negeri dengan jalan
meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi agar dapat
lebih mampu meningkatkan daya saingnya terhadap produk-produk
sejenis dari luar negeri. Usaha ini sekaligus juga untuk me ningkatkan ekspor hasil industri dan terutama sehubungan de ngan adanya produk-produk yang dikenakan kuota oleh negara
pengimpor, untuk diversifikasi negara tujuan ekspor.
4. Industri Kecil
Tujuan utama pengembangan kelompok industri kecil dalam
tahun kelima Repelita V tetap diarahkan pada peningkatan
peranannya dalam usaha pemerataan kesempatan kerja dan kesem patan berusaha serta pemerataan distribusi pendapatan. Pe ngembangan kelompok industri ini juga diharapkan akan semakin
memperkokoh struktur industri nasional serta menunjang usaha
peningkatan penerimaan devisa negara melalui pengembangan
ekspor non migas.
Pengembangan dan pembinaan industri kecil ini dilaksanakan melalui pembinaan sentra-sentra industri. Sampai dengan
tahun terakhir Repelita IV jumlah sentra yang dibina secara
kumulatif berjumlah 6.092 sentra. Menurut cabang industrinya,
jumlah sentra yang dibina meliputi 1.758 sentra pangan, 1.171
sentra sandang dan kulit, 1.147 sentra kimia dan bahan bangunan, 1.377 sentra aneka kerajinan dan umum dan 639 sentra
logam.
Di samping itu, pengembangan dan pembinaan industri ke cil juga ditempuh melalui program keterkaitan. Pelaksanaan
program keterkaitan selama Repelita IV telah berhasil menun jukkan perkembangan yang positip. Jumlah perusahaan yang me laksanakan program keterkaitan dengan industri kecil semakin
luas, meliputi tidak hanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
lingkungan Departemen Perindustrian raja tetapi juga BUMN di
lingkungan departemen lain dan bahkan juga perusahaan besar
swasta. Hasil yang dicapai dalam rangka keterkaitan ini cukup
menggembirakan sebagaimana terlihat dari nilai pembelian oleh
BUMN dari tahun ke tahun yang terus meningkat. Pada tahun
1987 terjadi pelonjakan nilai pembelian yang sangat menyolok,
yaitu dari sekitar Rp 36,0 milyar (0,4% dari nilai produksi
industri kecil), dengan jumlah BUMN yang terlibat 50 buah pa da tahun 1986, menjadi Rp 3.473,4 milyar (38,4% dari nilai
produksi industri kecil), dengan jumlah BUMN yang terlibat
sebanyak 55 buah pada tahun 1987. Selanjutnya realisasi nilai

VIII/35

pembelian dalam rangka program keterkaitan ini meningkat lagi


menjadi Rp 4.483,5 milyar (45,2% dari nilai produksi industri
kecil) pada tahun 1988. Sementara itu/setiap tahun pemerintah
juga menganugerahkan penghargaan Upakarti kepada pihak-pihak
yang telah membantu usaha pembinaan industri kecil, baik yang
berupa jasa kepeloporan ataupun jasa pengabdian.
Untuk meningkatkan kemampuan industri kecil di bidang
pemasaran, manajemen, penyediaan bahan baku dan keterampilan,
jalinan kerja sama antara instansi-instansi pemerintah, anta ra
lain Departemen Perindustrian, Departemen Koperasi dan De partemen Tenaga Kerja telah semakin ditingkatkan. Kerja sama
yang telah dijalin tampak antara lain, dalam pelaksanaan usa ha
pembinaan organisasi pengusaha industri kecil dengan cara
membentuk Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan (KOPINKRA).
Sampai dengan tahun kelima Repelita IV telah diresmikan 1.019
KOPINKRA yang tersebar di 13 propinsi dengan penyebarannya
sebagai berikut: DI Aceh 15 buah, Sumatera Utara 73 buah, DKI
Jakarta 27 buah, Jawa Barat 114 buah, Jawa Tengah 147 buah, DI
Yogyakarta 84 buah, Jawa Timur 133 buah, Bali 175 buah,
Kalimantan Barat 20 buah, Kalimantan Timur 35 buah, Sulawesi
Utara 57 buah, Sulawesi Tenggara 21 buah dan Sulawesi Selatan
118 buah.
Secara keseluruhan peranan kelompok industri kecil sela ma Repelita IV telah menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan. Perkembangan peranan itu terutama nampak dari
jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang terserap, termasuk ekspor hasil industrinya, yang dari tahun ke tahun te rus
meningkat. Apabila pada tahun 1983 dalam kelompok industri
kecil terdapat sebanyak 1.554,9 ribu unit usaha dengan. jumlah
tenaga kerja yang terlibat sebanyak 4.422,8 ribu orang, maka
pada tahun 1988 terdapat sebanyak 1.774,0 ribu unit usaha
kecil yang telah beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang
terlibat sebanyak 5.618,8 ribu orang. Hal ini berarti bahwa
selama lima tahun terakhir telah terdapat tambahan unit usaha
baru dan tambahan penyerapan tenaga kerja, masing-masing
sebesar 219,1 ribu unit usaha dan 1.196,0 ribu orang.
Secara keseluruhan ekspor komoditi industri kecil, baik
volume maupun nilainya, meningkat terus dari tahun ke tahun.
Volume ekspor komoditi industri kecil mencapai 702,4 ribu ton
dengan nilai US$ 956,0 juta pada tahun 1988. Volume dan nilai
ekspor tersebut masing-masing meningkat hampir sekitar 8 kali
lipat dan 7 kali lipat dari volume dan nilai ekspor industri
kecil tahun 1983. Peningkatan dalam volume ekspor hasil in-

VIII/36

dustri kecil terutama disebabkan oleh meningkatnya volume


ekspor cabang industri pangan yang sangat tinggi, yaitu sebe sar 76 kali lipat. Sementara itu kontribusi terbesar dalam
peningkatan nilai ekspor selama periode tahun 1984 - 1988 diperoleh terutama dari cabang industri aneka kerajinan dan
umum, kemudian diikuti oleh cabang industri sandang dan ku lit,
industri pangan, industri kimia dan industri bahan ba ngunan.
Pada tahun 1988 volume ekspor kelompok industri kecil
yang berjumlah 702,4 ribu ton meningkat sekitar 20,6% dari
volume ekspor pada tahun 1987. Demikian pula nilai ekspornya
pada tahun 1988 yang berjumlah US$ 956,0 juta mengalami ke naikan sebesar 42,1% dari nilai ekspor pada tahun 1987. Per kembangan volume dan nilai ekspor komoditi industri kecil da ri
tahun 1983 sampai dengan tahun 1988 tampak seperti tertera
dalam Tabel VIII-4 dan Tabel VIII-5.
Perkembangan ekspor hasil cabang industri pangan sampai
dengan tahun terakhir Repelita IV cukup menggembirakan ter utama dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 1988, volume eks pornya mencapai sebesar 550,2 ribu ton dan nilainya US$ 100,9
juta. Hal ini berarti menunjukkan kenaikan volume ekspor se jumlah 89,2 ribu ton, atau 19,3%, dengan kenaikan nilai eks por
sebesar US$ 31,0 juta, atau 44,3%, jika dibandingkan de ngan
ekspor pada tahun 1987. Sementara itu, selama periode tahun
1983 sampai dengan tahun 1988 volume dan nilai ekspor nya
menunjukkan laju kenaikan rata-rata sekitar 138,6% dan 54,2%
setiap tahunnya. Dalam pada itu, peranan nilai ekspor cabang
industri ini terhadap ekspor industri kecil keseluruh an, yang
pada tahun 1983 mencapai 8,5%, meningkat menjadi 10,6% pada
tahun 1988.
Sementara itu, volume dan nilai ekspor cabang industri
sandang dan kulit pada tahun 1988 menunjukkan kenaikan volume
ekspor sebesar 5,6 ribu ton atau 28,3% dan nilai ekspor sebe sar US$ 61,6 juta atau 31,9% jika dibandingkan dengan reali sasi ekspor pada tahun 1987. Selama lima tahun terakhir, perkembangan ekspor hasil bang industri ini menunjukkan pening katan yang cukup tinggi baik dalam volume maupun dalam nilainya, yaitu masing-masing menunjukkan peningkatan rata-rata
sekitar 22,3% dan 35,6% setiap tahunnya. Namun demikian, pe ranan nilai ekspor hasil cabang industri sandang dan kulit
dalam nilai ekspor industri kecil keseluruhan menunjukkan
penurunan, yaitu dari sekitar 40,6% pada tahun 1983 menjadi
26,6% pada tahun 1988.

VIII/37

TABEL VIII - 4
EKSP0R KOMODITI INDUSTRI KECIL,
1983 - 1988
(ton)

No.

Cabang Industri

1983

1984

1985

1986 1)

1987

1)

1988 2)

1.

Pangan

7.118,9

9.377,6

5.598,3

5.598.3

461.031,9

550.200,9

2.

Sandang dan Kulit

9.282,5

20.077,5

26.160,1

26.160,1

19.778,8

25.372,3

3.

Kimia dan Bahan Bangunan

52.890.1

58.282,0

64.179.1

64.179,1

83.232,8

101.744,3

4.

Aneka Kerajinan dan Umum

10.486,5

10.088,9

14.794,1

14.4 94,1

18.471,6

25.127,6

Jumlah

79.778,0

97.826,0

110.731,6

110.73106

582.515,1

702.445,1

1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara

VIII/38

TABEL VIII - 5
NILAI EKSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,
1983 - 1988
(Ribu US$)
No.

Cabang Industri

1983

1.

Pangan

11 . 5 79, 2

2.

Sandang dan Kulit

3.

4.

1984

1985

1986

1987 1)

1988 2)

9.998,5

9.217,8

9.786,6

69.876,9

100.942,3

55.486,3

122.584,4

156.385,0

180.320,0

192.793,6

254.410,5

Kimia dan Bahan Bangunan

28.485,1

41.085,1

37.584,8

38.385,9

60.777,7

96.801,2

Aneka Kerajinan dan Umum

41.215,4

40.422,5

44.336,2

93.622,3

349.431,0

503.843,3

136.766,0

214.090,5

247.523,8

322.114,8

672.879,2

955.997,3

Jumlah
1) Angka perbaikan
2) Angka sementara

VIII/39

Volume dan nilai ekspor hasil cabang industri kimia dan


bahan bangunan pada tahun 1988, yang masing-masing berjumlah
101,7 ribu ton dan US$ 96,8 juta, menunjukkan kenaikan
masing-masing sebesar 18,5 ribu ton, atau 22,2%, dan sebesar
US$ 36,0 juta, atau 59,2%, bila dibandingkan dengan ekspor
tahun 1987. Dalam pada itu, ekspor hasil cabang industri ki mia dan bahan bangunan selama lima tahun terakhir juga menun jukkan perkembangan yang semakin mantap baik dalam volume
maupun nilainya. Apabila hasil ekspor yang dicapai pada tahun
1988 dibandingkan dengan ekspor yang dicapai pada tahun 1983,
maka volume dan nilai ekspor cabang industri ini telah meng alami peningkatan masing-masing setiap tahunnya rata-rata se besar 14,0% dan 27,7%. Namun demikian peranannya dalam nilai
ekspor hasil industri kecil secara keseluruhan menunjukkan
penurunan. Pada tahun 1983 peranannya adalah sekitar 20,8%,
sedangkan pada tahun 1988 peranannya menjadi 9,7%.
Pada tahun 1988 volume ekspor hasil cabang industri ane ka kerajinan dan umum, yang mencapai sekitar 25,1 ribu ton
dengan nilai ekspor US$ 503,8 juta, menunjukkan kenaikan vo lume dan nilai ekspor yang sangat tinggi, yaitu sebesar 6,6
ribu ton, atau 35,7%, dan US$ 154,4 juta, atau 44,2%, bila
dibandingkan dengan realisasi ekspor pada tahun 1987. Semen tara itu, ekspor hasil industri cabang ini dalam masa tahuntahun 1983 - 1988 menunjukkan peningkatan yang sangat tajam,
terutama dalam dua tahun terakhir ini. Selama periode tersebut,
volume
dan
nilai
ekspornya
mengalami
peningkatan
masing-masing sebesar 14,6 ribu ton dan US$ 462,6 juta atau
meningkat dengan laju kenaikan rata-rata sekitar 19,1% dan
65,0% per tahunnya. Demikian pula dengan peranannya dalam
ekspor hasil industri kecil secara keseluruhan, jika pada ta hun 1983 sumbangan relatif nilai ekspornya adalah 30,1% maka
pada tahun 1988 sumbangan itu telah meningkat menjadi sekitar
52,1%.
Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV, masalah tekno logi produksi, pemasaran dan permodalan masih tetap menjadi
hambatan dalam memacu pengembangan industri kecil. Sebagian
besar komoditi hasil industri kecil, terutama jenis komoditi
yang diekspor, umumnya masih menghadapi masalah daya saing
yang rendah. Rendahnya daya saing ini antara lain disebabkan
oleh masih digunakannya proses produksi tradisional dan me sin-mesin peralatan yang sederhana dalam industri yang ber sangkutan. Di samping itu, masalah penyediaan bahan baku dan
penolong dalam jumlah, mutu dan harga yang memadai juga meru pakan masalah yang masih perlu dipecahkan. Masalah yang dise butkan terakhir ini masih merupakan hambatan terhadap usaha

VIII/40

peningkatan mutu, penerapan standar yang telah berlaku dan


peningkatan produktivitas kelompok industri kecil. Selain itu
mekanisme sistem pemasaran yang belum efisien, baik dalam pe masaran dalam negeri maupun dalam ekspor, dan kurang tanggapnya para pengrajin serta pengusaha kecil atas perkembangan
pasar, juga masih menjadi kendala terhadap pengembangan in dustri kecil. Selanjutnya dalam hal permodalanpun masih perlu
diperhatikan bahwa sebagian besar pengrajin serta pengusaha
kecil belum bisa secara maksimal memanfaatkan fasilitas kre dit yang telah tersedia.

VIII/41

Anda mungkin juga menyukai