Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Persiapan prabedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena
hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita.
Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita
terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan
pembedahan.1
Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi
pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup pemberian
anestesi lokal, regional,atau umum. Perkembangan preparat anestetik, akhir-akhir ini
telah difokuskan pada obat-obat kerja singkat dan pemulihan yang lebih cepat. 2
Anestesi secara umum sering menimbulkan resiko mual dan muntah saat
digunakan. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berakibat fatal.
Meniadakan pemasukan apapun melalui oral selama 4-6 jam sebelum operasi perlu
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.1,2
Puasa sebelum pembedahan menyebabkan pemberian obat secara normal
menjadi sulit dipertahankan, padahal penghentian obat secara tiba-tiba dapat
menimbulkan resiko yang berbahaya bagi pasien. Sebuah penelitian yang dilakukan
menunjukkan rata-rata penghentian obat jantung tersebut mencapai 45%. Penghentian
2|Referat Anestesi
yang tiba-tiba pada penggunaan obat jantung dapat menyebabkan angina, myocardial
infarction, kematian mendadak, rebound hypertension dan ventricular arrythmias.2
Puasa yang rasional sebelum operasi dapat mengurangi resiko reflek
menyumbat dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh pasien saat penggunaan
anestesi. Periode puasa sebelum pemberian anestesi pada tahap pembedahan sangat
penting untuk mencegah aspirasi yang dapat membahayakan pasien. 3,4
Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan
(air dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien orang dewasa. Gejala dari defisit
cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi termasuk di dalamnya adalah rasa haus,
perasaan mengantuk, dan pusing kepala. Itulah yang menjadi alasan pada banyak
keadan klinis saat pembedahan untuk mempuasakan pasien dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama.2,3,4,5
3|Referat Anestesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puasa Preoperatif
1. Latar Belakang
Puasa menjelang sebuah tindakan operasi adalah suatu hal yang
rutin dilakukan untuk mengurangi efek samping dari suatu tindakan
anestesi yang dilakukan selama pembedahan. Puasa bertujuan
mengurangi resiko terjadinya aspirasi cairan lambung ke paru-paru
pada penderita yang sedang menjalani pembedahan. Aspirasi sering
terjadi pada pasien yang anestesianya tidak adekuat, hamil, gemuk,
airway sulit, operasi emergency, perut penuh dan pasien dengan
gangguan motilitas usus. Aspirasi cairan lambung hingga 30-40 cc
dapat mengakibatkan kerusakan paru yang serius yang dapat kita
hindari dengan cara mengurangi volume cairan lambung melalui
puasa.6
2. Anatomi dan Fisiologi Lambung
4|Referat Anestesi
5|Referat Anestesi
energi adalah lemak. Glukosa sendiri juga dihasilkan dalam jumlah sedikit
melalui mekanisme di dalam hati.8
Hanya berpuasa dalam jangka waktu yang sangat lama-lah yang
menyebabkan cadangan energi diambil dari pemecahan protein yang
terdapat di berbagai sel, juga dari otot. Pada titik inilah puasa bukan
merupakan suatu kegiatan yang sehat lagi dan seseorang sudah mencapai
kondisi kelaparan. Pemecahan protein yang terdapat di dalam otot dapat
menyebabkan seseorang menjadi sangat lemas.8
Cairan Tubuh selama Puasa Preoperatif
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat
dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif (sektar 612 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit
bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi
cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya
insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat
banyak. 5
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktorfaktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.5
Faktor-faktor preoperatif: 5
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat
diperburuk oleh stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
7|Referat Anestesi
8|Referat Anestesi
Minuman ringan
2 jam
ASI
4 jam
4-6 jam
6 jam
Makanan ringan
6 jam
10 | R e f e r a t A n e s t e s i
Catatan : Premedikasi oral yang diberikan 1 jam sebelum operasi dilakukan tidak
memberikan efek kepada volume cairan lambung. Pada studi kasus menggunakan
oral midazolam 30 mg tidak terbukti adanya regurgitasi dan aspirasi.
Bahan-bahan yang dapat mengontrol keasaman dan volume cairan lambung :
1. Antasida
Antasida adalah senyawa-senyawa basa lemah yang akan bereaksi jika
bertemu dengan asam, dalam hal ini adalah asam lambung. Saat senyawa
basa ini bertemu dengan asam maka akan terjadi reaksi yang berujung
kepada berkurangnya sifat kimia dua zat yang saling bertemu tersebut,
maksudnya senyawa basa akan terkena dampak dari reaksi asam lambung
hingga menjadi netral sedangkan asam lambung akan berkurang
kuantitasnya akibat dari reaksi dengan senyawa basa.
Preparat yang
11 | R e f e r a t A n e s t e s i
asam
lambung.
atau
pankreas.
Metoclopramide
HCl
mempunyai
aktivitas
12 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB III
PEMBAHASAN
Prosedur preoperatif
13 | R e f e r a t A n e s t e s i
Berikut ini merupakan acuan pelaksanaan puasa pre operatif yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Anestesiologis Eropa (European Society of Anaesthesiology) pada
tahun 2011.
A. Puasa
1. Cairan
Dewasa dan anak diperbolehkan untuk meminum cairan bening (air putih,
teh manis, jus tanpa ampas dan kopi hitam tanpa susu) hingga 2 jam
sebelum operasi yang sudah terjadwal, termasuk section caesarean.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa meminum minuman bening
dinilai aman hingga 2 jam sebelum operasi karena waktu pengosongan
lambung yang cepat.
Memperlama puasa pada pasien pra bedah dapat menyebabkan stress
selama tindakan bedah, terutama pada orang tua dan anak-anak.
2. Makanan Padat
Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah
berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,
bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam
lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi
kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil
tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.
Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam
minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak
lebih dari seperlima total volume teh/kopi sebelum diberi susu.
3. Permen Karet, Gula-Gula, dan Rokok
Konsumsi permen karet, gula-gula, dan rokok segera sebelum tindakan
bedah dinilai aman. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan,
14 | R e f e r a t A n e s t e s i
kombinasi
H2antagonis
15 | R e f e r a t A n e s t e s i
(ranitidine)
dan
prokinetik
16 | R e f e r a t A n e s t e s i
17 | R e f e r a t A n e s t e s i
Makanan Padat
Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah
berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,
bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam
lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi
kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil
tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.
Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam
minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak
muntah
post
operatif.
Akan
tetapi
penelitian
terbaru
18 | R e f e r a t A n e s t e s i
19 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB IV
KESIMPULAN
1. Puasa bertujuan mengurangi resiko terjadinya reflux dan aspirasi cairan
lambung ke paru-paru pada penderita yang sedang menjalani pembedahan.
Cairan lambung yang sifatnya asam dapat menyebabkan lisisnya alveolus jika
sampai teraspirasi ke dalam paru paru.
2. Pemberian obat-obatan seperti antasida, H2 antagonis, pomba proton inhibitor
dapat membantu dalam melindungi lambung dari terlalu asamnya ph lambung,
serta peberian prokinetik medication dapat mempercepat pengosongan
lambung.
3. Acuan prosedur yang dijabarkan di atas adalah menurut guideline yang
dikeluarkan oleh European Anaesthesiology Society pada tahun 2011 sebagai
panduan tatalaksana puasa pre operatif pada tindakan bedah yang terjadwal.
20 | R e f e r a t A n e s t e s i
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Persiapan
Prabedah. Edisi 3. Jakarta. EGC. Hal 298-313
2. Setyorini,D. 2009. Pengetahuan dan Sikap Perawat di Rumah Sakit Ortopedi
prof. Dr. R. Soeharso Surakarta terhadap Terapi Obat Peroral dalam Periode
Puasa Prabedah. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi UMS.
Surakarta.
3. Kurniawanto,M. 2010. Opini Perawat di Rumah Sakit dr. Moewardi
Surakarta terhadap Pemberian Obat dalam Peri-operative Fasting
Period : sebuah survey. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi
UMS. Surakarta.
4. Smith, I, et al. 2011. Guidelines Perioperative Fasting in Adults and
Children: Guidelines from the European Society of Anaesthesiology. Europaen
Journal of Anethesiology. 557-569
5. Brady M, Kinn S, Ness V, et al. Preoperative fasting for preventing
perioperative complication in children [review]. Cochrane Database Systemic
Rev 2009:CD005285.
6. Sereide E, Erikson LI, Hirlekar G, et al. Preoperative fasting guidelines: an
update [review]. Acta Anesthesiol Scand 2005; 49:1041-1047.
7. Hartanto, W. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian
farmakologi klinik dan terapeutik fakultas kedokteran universitas padjadjaran.
Jawa Barat.
8. Anonim. 2010. Puasa Preoperatif. Diakses tanggal 29 Agustus 2012 dari
http://owthey.blogspot.com/2010/03/puasa-preoperatif.html , sumber: oxford
handbook of Anesthesia.
21 | R e f e r a t A n e s t e s i
S.A.,
Suryadi,
K.A.,
Dachlan,
R.
2002. Petunjuk
Praktis
22 | R e f e r a t A n e s t e s i