Anda di halaman 1dari 4

http://jurnal.fk.unand.ac.

id

Artikel Penelitian

Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di


Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah,
Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013
Suci Chairiya Akmal, Rima Semiarty, Gayatri

Abstrak
Pada tahun 2010, penyakit kulit infeksi termasuk 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat dengan 106.568
kasus. Di kota Padang, penyakit kulit infeksi merupakan penyakit nomor dua ternyak dengan 24.058 kasus baru dan
13.148 kasus lama. Kasus infeksi kulit banyak ditemukan di daerah Air Dingin dengan 1781 kasus pada tahun 2010.
Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabei var Hominis. Personal hygiene
diduga berperan terhadap skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan
kejadian skabies di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik, Air Pacah, Padang. Desain penelitian ini adalah
analitik cross sectional dengan menggunakan kuisioner dan wawancara observasional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh santri yang bersedia menjadi responden dan hadir pada saat penelitian yaitu 138 orang. Analisis
statistik yang dgunakan adalah Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi skabies di Pondok
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik, Air Pacah, Padang adalah 34 orang (24,6%) dari 138 orang. Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa kejadian skabies mempunyai hubungan dengan personal hygiene (P=0,00).
Disarankan untuk dilakukan penyuluhan yang bekerja sama dengan dokter puskesmas tentang bagaimana cara pola
hidup bersih dan sehat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Personal hygiene, Skabies

Abstract
Arial 9 italic In 2010, infectious skin diseases including 10 most diseases in West Sumatra with 106.568
incident cases. Infectious skin disease in the city of Padang is the second disease ever, that 24.058 new cases and
13.148 old cases. Cases of scabies in the city of Padang is found in Air Dingin with the number 1781 cases in 2010.
Scabies is a parasitic infection of the skin caused by Sarcoptes Scabei var Hominis. Personal hygiene is suspected to
contribute to the incidence of scabies. This study aimed to determine the relationship of personal hygiene with the
incidence of scabies in students at boarding Darul Ulum Islamic Education, Palarik, Air Pacah, Padang. Design
research is an analytic cross sectional observational study using questionnaires and interviews. The population in this
study were all students who are willing to respondents and was present at the time of the study that is 138 peoples.
Statistical analysis using Chi-Square. The results showed that the prevalence of scabies in boarding Darul Ulum
Islamic Education, Palarik, Air Pacah is 34 peoples (24,6%) from 138 peoples. Based on the results of the statistical
Chi-Square test showed that the incidence of scabies is related to personal hygiene (P=0,00). It is advisable to do
outreach work with doctors clinic on how to clean and healthy lifestyle, and apply them in everyday life.
Keywords: Personal hygiene, Scabies
Affiliasi penulis : Suci Chairiya Akmal,
Korespondensi : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, email :
suciakmal@yahoo.com, Telp: 0751-31746

Pendahuluan
Pemeliharaan personal hygiene sangat
menentukan status kesehatan, dimana individu secara
sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Upaya kebersihan diri
ini mencakup tentang kebersihan rambut, mata,
telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam
1
berpakaian.
Salah satu upaya personal hygiene adalah
merawat kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh
dan
mengeluarkan
kotoran-kotoran
tertentu.
Mengingat kulit penting sebagai pelindung organorgan tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya.
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus,
kuman, parasit. Salah satu penyakit kulit yang
2
disebabkan oleh parasit adalah Skabies.
Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit
3
yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var hominis.
Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan
4
siklus fluktuasi. Distribusi, prevalensi, dan insiden

penyakit infeksi parasit pada kulit ini tergantung dari


area dan populasi yang diteliti. Penelitian di suatu kota
miskin di Bangladesh menunjukkan bahwa semua
anak usia kecil dari 6 tahun menderita skabies, serta
di pengungsian Sierra Leone ditemukan 86% anak
5
pada usia 5-9 tahun terinfeksi Sarcoptes scabei.
Indonesia mempunyai prevalensi skabies yang cukup
tinggi dan cenderung tinggi pada anak-anak sampai
6
dewasa. Pada tahun 2010, penyakit kulit infeksi
termasuk 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat
7
dengan kejadian 106.568 kasus. Penyakit kulit infeksi
di Kota Padang merupakan penyakit kedua terbanyak,
yaitu 24.058 kasus baru dan 13.148 kasus lama.
Kasus skabies di kota Padang banyak ditemukan di
daerah Air Dingin dengan jumlah 1.781 kasus pada
tahun 2010. Kejadian skabies pada umumnya terjadi
peningkatan setiap bulan. Pada bulan Oktober 2010
kasus skabies berjumlah 142 kasus, 157 kasus pada
bulan November 2010, dan mengalami sedikit
penurunan pada bulan Desember 2010, yaitu 129
8
kasus.
Siswa pondok pesantren merupakan subjek
penting dalam permasalahan skabies. Karena dari
data-data yang ada sebagian besar yang menderita
skabies
adalah
siswa
pondok
pesantren.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)

164

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Penyebabnya adalah tinggal bersama dengan


sekelompok orang di pondok pesantren
memang
beresiko
mudah
tertular
berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Perilaku
hidup bersih dan sehat terutama kebersihan
perseorangan
umumnya
kurang
mendapatkan
perhatian dari para santri. Tinggal bersama dengan
sekelompok orang seperti di pesantren memang
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit,
khusunya penyakit skabies. Penularan terjadi bila
kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga
dengan baik. Masih ada pesantren yang tumbuh
dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan wc
yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi
yang buruk. Ditambah lagi dengan perilaku tidak
sehat, seperti menggantung pakaian dalam kamar,
tidak membolehkan santri wanita menjemur pakaian
dibawah terik matahari, dan saling bertukar benda
pribadi, seperti sisir dan handuk.
Berdasarkan survey awal pada tanggal 9
Februari 2012, peneliti mendapatkan informasi dari
Puskesmas Air Dingin bahwa beberapa santri Pondok
Pesantren Darul Ulum menderita skabies. Peneliti juga
mendapat informasi dari pengelola pondok pesantren
bahwa sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian
kesehatan di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum
dan hampir sebagian siswa mengeluhkan adanya
penyakit pada kulit dengan keluhan gatal-gatal.
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum terdiri dari 138
orang santri. Hal inilah yang mendorong penulis
melakukan penelitian mengenai hubungan personal
hygiene dengan kejadian skabies di Pondok
Pendidikan Darul Ulum Palarik, Air Pacah.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kejadian skabies siswa dan kebiasaan
siswa dalam hal kebersihan diri.
Metode
Penelitian ini merupakan studi potong lintang
(cross sectional) untuk mengetahui adanya hubungan
personal hygiene dengan kejadian skabies di Pondok
Pendidikan Islam darul Ulum Palarik Air pacah.
Sampel penelitian yaitu semua santri di Pondok
Pendidikan Islam darul Ulum Palarik Air pacah metode
total sample. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah
santri yang bersedia menjadi sampel. Kriteria eksklusi
adalah santri yang tidak hadir. Variabel dependen dari
penelitian ini adalah Skabies. Sedangkan variabel
independen adalah personal hygiene. Kedua variabel
diukur menggunakan kuesioner dan observasi.
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pendidikan Islam
darul Ulum Palarik Air Pacah, Kota Padang. Waktu
penelitian sudah dilaksanakan bulan November tahun
2011 - Maret tahun 2013. Langkah-langkah
pengolahan data adalah pemeriksaan kelengkapan
dan kejelasan data, pemberian kode pada setiap data
variabel, memasukkan data dalam program SPSS
(Statistical Program for Social Science), serta
pemeriksaan kembali untuk memastikan bahwa data
tersebut telah bersih dari kesalahan. Analisis data
terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Pada analisis
bivariat dicari hubungan antara dua variabel dengan
menggunakan rumus chi square.

Hasil
Karakteristik responden
Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin santri
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air
Pacah
No

Frekuensi

Jenis
kelamin
Laki-laki

76

55,1

Perempuan

62

44,9

Jumlah

138

100

Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagian besar santri di


Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air
Pacah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 76
orang (55,1%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi umur santri Pondok
Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah

No

Umur

Frekwensi

10

0,7

12

11

13

37

26,8

14

25

18,1

15

19

13,8

16

28

20,3

17

5,1

18

3,6

19

2,2

10

20

1,4

138

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui santri Pondok


Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah,
paling banyak berumur 13 tahun yaitu sebanyak 37
orang (26,8%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan santri
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air
Pacah
No

Pendidikan

Frekuensi

1.

Wustha

110

79,7

2.

MAS

28

20,3

Jumlah

138

100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui santri Pondok


Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah,
paling banyak sedang menempuh pendidikan Wustha
yaitu sebanyak 110 orang (79,7%).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)

165

http://jurnal.fk.unand.ac.id

1.

Hasil Analisis Univariat


Tabel 4 Distribusi frekuensi kejadian skabies
santri Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum
Palarik, Air Pacah
No
1
2

Kejadian
Skabies
Skabies

Frekuensi

34

24,6

Tidak skabies

104

75,4

Jumlah

138

100

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui santri Pondok


Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah,
menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 34 orang
(24,6%).
Tabel 5 Distribusi frekuensi personal hygiene santri
Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air
Pacah
No

Personal Hygiene

Frekuensi

Hygiene baik

70

50,7

Tidak Hygiene

68

49,3

Jumlah

138

100

Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui sebagian besar


santri Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik,
Air Pacah, mempunyai tingkat personal hygiene baik
yaitu sebanyak 70 orang (50,7%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 6 Hubungan personal hygiene dengan
kejadian skabies santri Pondok Pendidikan
Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah
Kejadian Skabies

Personal
hygiene

Total

Skabies

Tidak
skabies

30(44,1%)

38 (55,9%)

68(100%)

Hygiene

4 (5,7%)

66 (94,3%)

70(100%)

Jumlah

34
(24,6%)

104(75,4%

Tidak
Hygiene

P
Value

0,000

138(100%)
)

Berdasarkan tabel 6 diketahui hasil analisis hubungan


antara personal hygiene dengan kejadian skabies,
didapatkan sebanyak 30 orang menderita skabies
dengan personal hygiene yang tidak baik. Sedangkan
4 orang menderita skabies dengan personal hygiene
yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05 yaitu
0,000. Dapat disimpulkan ada hubungan yang
bermakna dari kejadian skabies yang memiliki kriteria
personal hygiene baik dan tidak baik.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa sebagian besar santri yang
menderita skabies adalah berjenis kelamin laki-laki.
9
Insiden skabies laki-laki lebih banyak dari perempuan.
Perempuan akan lebih kecil risiko terpapar penyakit
skabies karena perempuan lebih cenderung merawat
diri dan menjaga penampilan sedangkan laki-laki
cenderung tidak memperhatikan penampilan diri dan
akan berpengaruh terhadap perawatan kebersihan
10
diri. Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan

sesuai dengan penelitian sebelumnya. Responden


yang laki-laki akan lebih beresiko terserang skabies.
Dengan perawatan diri yang bagus maka resiko
terpaparnya skabies akan berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa responden berada pada
kelompok umur antara 10-20 tahun. Dari kelompok
umur tersebut, responden yang mengalami skabies
dengan prevalensi terbanyak adalah berumur 13
tahun. Insiden skabies adalah responden yang
11
berumur 12-13 tahun. Beberapa penyakit menular
tertentu menunjukkan bahwa umur muda mempunyai
12
resiko yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa hasil
yang didapatkan sesuai dengan teori dan penelitian
sebelumnya. Responden yang berumur muda lebih
beresiko terserang skabies. Tingkat kerentanan dan
pengalaman terhadap penyakit tersebut biasanya
12
sudah dialami oleh mereka yang berumur tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa santri yang mengalami skabies
sebagian besar berpendidikan kelas 1 Wustha.
Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang
1
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan sesuai dengan teori sebelumnya.
Responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah
lebih beresiko tertular penyakit skabies. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin banyak
mendapatkan pelajaran bagaimana cara pencegahan
penyakit yang menular.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan ada hubungan antara personal hygiene
dengan kejadian skabies. Hygiene perorangan
(13)
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit skabies .
Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha
2,4
yang dapat mencegah kejadian skabies.
Dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan
teori dan penelitian sebelumnya. Dari 34 orang yang
menderita skabies didapatkan 30 orang dengan
personal hygiene yang tidak baik. Personal hygiene
yang tidak baik merupakan salah satu faktor yang bisa
meningkatkan kejadian skabies.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara personal hygiene
dengan kejadian skabies di Pondok Pendidikan Islam
Darul Ulum, Palarik Air Pacah. Didapatkan 34 orang
dari 138 orang santri yang menjadi sampel
mengalami skabies. Serta lebih dari setengah
responden memiliki personal hygiene yang baik dan
gambaran masing-masing personal hygiene santri
baik.
Daftar Pustaka
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin.
Jakarta:Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Chin, James. 2006. Manual Pemberantasan
Penyakit Menular. Jakarta:Infomedika.
4. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta:Hipokrates
5. WHO,
2009.
http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/07047308/en/edit 03 Juni 2012 pukul 00.06 WIB
/Suci Chairiya Akmal

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)

166

http://jurnal.fk.unand.ac.id

6.

Asra,
Hajrin
Pajri,
2010.
Pengaruh
Pengetahuan dan Tindakan Higinie Pribadi
Terhadap Kejadian Penyakit Skabies di
Pondok Pesantren Ar-Raudhatul hasanah
Medan.
Fakultas
Kedokteran.
Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
7. Dinas Kesehatan Prop Sumbar. 2010. Profil
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat 2010
8. Dinas Kesehatan Kota Padang. 2010. Profil
Kesehatan Kota Padang 2010
9. Andayani, Lita Sri. 2005. Perilaku Santri
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies
di Pondok Pesantren Ulumu Quran stabat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
10. Muin. 2009. Hubungan Umur, Pendidikan,
Jenis Kelamin dan Kepadatan Hunian Ruang
tidur Terhadap Kejadian Skabies. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.

11. Frenki .2011. Hubungan Personal Hygiene


Santri Dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi
Scabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan
Pondok Pesantren Darel Hikmah Kota
Pekanbaru Tahun 2011. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Skripsi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
12. Noor, Nasry. 2008. Epidemiologi Penyakit
Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.
13. Wijayanti, Yuni. 2008. Hubungan Sanitasi
Lingkungan dan Hygiene Perorangan dengan
Penyakit Skabies di Desa Genting Kec.
Jambu Kab. Semarang tahun 2006. Jurnal
KEMAS Vol. 3 No. 2.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)

167

Anda mungkin juga menyukai