PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menemukan adanya
perubahan pola penyakit dan resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang
ada saat ini. Resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang telah ada
disebabkan karena terjadinya mutasi gen. Timbulnya mutan-mutan baru sering
mengakibatkan antibiotik tidak dapat digunakan sesuai dosis yang telah
dianjurkan. Mengatasi masalah tersebut, maka usaha penemuan obat antibiotik
baru terus dilakukan. Saat ini penelitian cenderung dikembangkan ke arah laut
karena sebagian besar sumber daya alamnya belum dimanfaatkan secara
maksimal. Inverte-brata laut merupakan produsen senyawa bioaktif terbesar di
antara biota lainnya seperti spons, cnidarians, bryozoa, tunicates dan alga dan
beberapa organisme laut menghasilkan senyawa kimia yang tidak terdapat atau
jarang ditemukan pada organisme yang hidup di darat. Beberapa senyawa tersebut
telah ditemukan memiliki sifat biomedik yang berguna untuk pengobatan penyakit
pada manusia (Dali dkk, 2011).
Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang sebagian besar
wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu
sekitar 80.791,42 km. Besarnya potensi biota laut membuat para ilmuan dan
produsen senyawa antibiotik dunia mulai melirik laut sebagai sumber antibiotik
potensial. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar sumber daya alam di
laut belum dieksploitasi secara maksimal dan juga kebutuhan dunia saat ini
terhadap antibiotik jenis baru semakin mendesak, karena antibiotik standar yang
ada sekarang semakin berkurang efektivitasnya karena banyak bakteri patogen
yang sudah mulai resisten terhadap antibiotik tersebut. Tingginya kasus infeksi
baik yang endemik maupun epidemik serta penggunaan obat-obat yang terus
menerus diduga sebagai penyebab terjadinya resistensi (Dali dkk, 2011).
Beberapa biota laut seperti spons dan alga telah banyak diteliti,
dieksplorasi dan dikembangkan untuk digunakan sebagai sumber bahan baku obat
di industri farmasi. Eksplorasi dan penelitian biota laut untuk keperluan farmasi
telah berkembang pesat dalam kurun waktu 30 40 tahun terakhir. Hal ini
diakselerasi dengan meningkatnya kesadaran pelaku industri dan konsumen obat
(farmasi) dalam dan luar negeri untuk memprioritaskan penggunaan obat dari
bahan alami yang dikenal dengan istilah "back to nature" (Dali dkk, 2011).
Berbagai sumber daya hayati merupakan potensi pembangunan yang
sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pemanfatan
rumput laut oleh manusia dilakukan melalui kegiatan seperti ekstraksi bahan
bahan bioaktif yang digunakan untuk bahan industri farmasi dan kosmetika, yang
berasal dari makro alga laut telah teridentifikasi dan persentase terbesar berupa
senyawa bioaktif yang merupakam metabolit sekunder. Rumput laut dimanfaatkan
sebagai bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan
dan kosmetik (Anggadiredja,1994) dan (Brotowidjoyo et al., 1995) dalam (Sudira,
2011).
Sekitar 500 produk alami yang berasal dari makro alga laut telah
diidentifikasi, dan persentase terbesar adalah berupa senyawa bioaktif yang
merupakan metabolit sekunder. Kemampuan rumput laut untuk menghasilkan
metabolit sekunder, berupa metabolit terhalogenisasi dimungkinkan terjadi karena
kondisi lingkungan yang mencekam, seperti terpenoid terhalogen pada rumput
laut dan aktogenin bromine sebagai antibiotika, ekstrak dari rumput laut
mempunyai aktivitas anti bakteri B. subtilis dan E. coli. Senyawa kimia yang
dihasilkan dapat berupa polyfenol. Polyfenol merupakan senyawa fenol
terhidroksilasi seperti hidroksi koumarin hidroksianat serta turunannya, flavanol,
flavanon,
antosianin,
proastosianin
(tannin)
hidroksistilben,
auron,
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul
dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya
(dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika
dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar
dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua
bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker yang tumbuh
cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda (Anonim, 2011).
Kanker atau disebut juga dengan karsinoma, merupakan penyakit yang
disebabkan rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya
mekanisme pertumbuhan dan diferensiasi sel yang diatur oleh gen. Faktor genetik
diduga kuat sebagai pencetus utama terjadinya kanker. Banyak orang beranggapan
bahwa tumor sama dengan kanker. Padahal pengertian kanker dan tumor sangat
jauh berbeda. Bahwa tumor adalah pengertian untuk benjolan yang ada pada
tubuh yang semakin membesar, sedangkan pengertian kanker adalah sel tubuh kita
sendiri yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat dan
kinetiknya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali
dan terlepas dari koordinasi petumbuhan normal dan bersifat ganas (Anonim,
2011).
2.1.1 Penyebab Tumor/Kanker
Penyebab utama kanker tidak diketahui. Tetapi dipercaya bahwa ada bahan
tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Empatpuluh persen pria
menderita kanker disebabkan karena tembakau termasuk diantaranya adalah
benar-benar
diluruskan/menyebar
menempel
pada
substrat
(encrusting)
b. Rhizoids/ rhizoidal pada pangkal talus
c. Heterotrichy (lembaran/lampiran)
Cabang dimodifikasi membentuk dasar untuk lampiran,
pertumbuhan kembali cepat dari dasar jika sistem hilang
d. Diskoid
Pada jaringan (parenchymatous atau pseudoparenchymatous)
membentuk dasar makroalga yang lebih besar
e. Haptera
Cabang/batang membentuk seperti jari-jari (Sze, 1986) dalam (Anonim,
2012).
2.4.1 Fucoidan
Fukoidan adalah senyawa polisakarida yang secara substansional terdiri
atas L-fukosa dan golongan ester sulfat, terutama terdapat pada rumput laut
coklat. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir, bioaktivitas dari fukoidan
telah banyak diteliti. Bahkan belakangan ini telah diteliti aplikasi fukoidan untuk
obat. Dalam beberapa tahun terakhir, struktur fukoidan telah berhasil
diidentifikasi dan bioaktivitasnya berhasil diketahui. Fukoidan mempunyai
banyak
bioaktifitas
antara
lain
sebagai
antikoagulan,
antioksidan,
rumput
laut.
Fukoidan
di
isolasi
dari
rumput
laut
coklat
jenis Ecklonia cava kaya akan sulfat (0,92 sulfat/total gula) dengan komposisi
utama fukoidan terdiri dari fukosa dan galaktosa dalam jumlah kecil memperoleh
fukoidan dan rumput laut Undario pinnatifida Sporophyll dengan rendemen 3,9%
dari berat tepung melalui ekstraksi menggunakan asam, diendapkan dengan
metanol dan pengendapan berikutnya dengan CaCb 2 %. mengisolasi fukoidan
Lessonia vadosa dengan cara mengesktraksinya menggunakan CaCh 2 %, dan
hasil ekstraksi tersebut diperoleh rendemen 4,4% dari tepung rumput laut (Duarte,
2001; Atlhukorala et al., 2006; Kim et al., 2007; Chandia dan Matsuhiro, 2008)
dalam (Sinurat, 2011).
2.4.2 Karagenan
Dewasa ini hanya makroalga merah dan coklat yang merupakan bahan penting
dari polisakarida komersial. Karagenan dan agar serta isolat agarosa-nya yang
murni, diperoleh dari ganggang merah, tetapi bukan dari marga yang sama. Algin
diperoleh dari banyak jenis ganggang coklat. Alginat, yaitu garam dari asam
8
alginat atau algin tersusun dari satuan asam D-manuronat dan L-guluronat.
Karagenan adalah senyawa kompleks polisakarida tersulfatkan dengan satuan
struktur dasar karabiosa, yang terdiri dari rangkaian secara bergantian disakarida
D-galaktosa dan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Gel kappa-karagenan dengan adanya
ion kalium membentuk gel sangat kaku, sedangkan lambda-karagenan tidak
membentuk gel, tetapi larutan kental, lota karagenan dengan adanya ion kalsium
membentuk gel elastis. Tipe-tipe karagenan ini mempunyai sifat anionik kuat
sehingga menunjukkan derajat reaktifitas tinggi terhadap protein (Soediro, 1998)
Agar-agar, campuran polisakarida yang diekstraksi dari ganggang merah
tertentu telah mempunyai kedudukan berarti dalam perdagangan, karena
kemampuannya membentuk gel dalam air pada konsentrasi rendah. Agarobiosa,
disakarida yang membentuk agarosa terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidro-Lgalaktosa. Kurun waktu 10 tahun terakhir ini banyak dilaporkan organisme bahari
sebagai sumber senyawa antitumor, antikanker, dan antivirus. Senyawa antitumor
misalnya mersenen dari Merceneia sp, Loligo sp, dan halotoksin dari Halictona
viridis (karang). Senyawa antivirus paolin-2 ditemukan pada Loligo sp, Haliotis
sp, Slrombus sp, Tegula sp, Codakia sp, dan tiram lainnya. Karagenan yang
semula digunakan untuk bahan penolong pada pembuatan bentuk sediaan obat dan
sediaan makanan hasil olahan, mulai dikemukakan aktifitasnya sebagai antivirus
(Soediro, 1998).
United States-Japan Seminar on Bioorganic Chemistry, banyak dikemukakan
hasil penelitian tentang senyawa alam bahari antikanker seperti didemnin dan
turunannya, turunan alkaloid piridin (nifatesin), turunan bromotirosin (purealinA), amfidinolid-E, bromoisokumarin, 13-deoksitedanolid, dan sebagainya. Pada
seminar ini dikemukakan juga senyawa anti-HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yang dikembangkan dari senyawa metabolit sekunder antivirus dari bahari.
Misalnya dari karagenan adalah lambda-karagenan yang diperoleh dari
ganggang bahari Chondrus sp. dan ganggang lain seperti Schizimenia pacifica
yang ekstraknya dilaporkan sebagai inhibitor sangat kuat dan selektif terhadap
replikasi HIV pada kultur T4-limfosit. Sampai saat ini belum diketahui senyawa
aktif dari ekstrak tersebut. Rumput laut (ganggang merah, coklat, hijau) yang
mengandung alginat, agar dan karagenan dilaporkan menurunkan kadar kolesterol
untuk
pembuatan
senyawa
obat
yang
dapat
mengontrol
perkembangan kanker (Qi et al., 2005; Lahaye and Robic, 2007) dalam (Kim et
al,. 2011).
10
BAB III
PHLOROTANNIN
Phlorotannin adalah senyawa polifenol yang hanya terdapat pada alga
coklat, tetapi tidak ditemukan pada tumbuhan terestrial, dan dibentuk dari unit
phloroglucinol (1,3,5-trihydroxybenzene). Phlorotannin mempunyai berat molekul
(BM) yang bervariasi mulai BM rendah yaitu monomer phloroglucinol dan
oligomer seperti eckol, dieckol, bieckol, phlorofucofuroeckol (100-1000Da),
sampai polimer dengan BM tinggi (650 kDa). Berdasarkan banyak penelitian
telah terbukti bahwa phlorotannin dengan BM rendah (100-1000Da) mempunyai
aktivitas biologi yang luas seperti antiproliferasi dan antioksidan antiinflamasi
efek protektif terhadap ionizing radiation inhibitor matriks metalloproteinase
kemampuan untuk mengabsorpsi radiasi UV sitoprotektif terhadap stres oksidatif
inhibitor HIV-1 reverse transcriptase dan protease inhibitor tirosinase (Mc Innes
et al., 1984; Nakamura et al.,1996; Nagayama et al., 2002; Shibata et al., 2002;
Swanson dan Druehl, 2002; Burtin, 2003; Kang et al., 2005; Kang et al., 2006;
Athukorala et al., 2006; Kim et al., 2006; Shin et al., 2006; Roleda et al., 2006;
Yuan dan Walsh, 2006) dalam (Anonim, 2013).
Salah satu marga yang paling menonjol dari kelas alga coklat adalah
Sargassum, terdapat 150 spesies yang tersebar di perairan daerah tropik,
subtropik, dan beriklim dingin. Saat ini, spesies Sargassum polycystum baru
digunakan secara komersial sebagai pupuk di Filipina. Oleh karena itu,
pengembangan makroalga khususnya alga coklat marga Sargassum di dalam
produk obat dan kosmetik masih terbuka luas. Phlorotannin dalam Sargassum
kjellamanianum merupakan antioksidan yang aktif (Anonim, 2013).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa ekstrak alkohol (metanol/etanol)
dan ekstrak air beberapa spesies Sargassum mempunyai aktivitas antioksidan yang
tinggi dan dihubungkan dengan kandungan senyawa fenolik seperti phlorotannin
di dalamnya. Telah dibuktikan bahwa phlorotannin dengan BM rendah dapat
diisolasi dengan pelarut etil asetat dari ekstrak metanol/etanol alga coklat (Kang
et al., 2003; Kim et al.,2005) dalam (Anonim, 2013).
11
12
Gambar 1. Struktur molekul beberapa jenis phlorotannin yang diisolasi dari alga
coklat E. cava : eckol (1), 8.8-hieckol (2). 8,4-dieckol (3), and
phlorofucofuroeckol A (4) (Ahn et al.,. 2004)
BAB IV
13
KAROTENOID
Karotenoid merupakan pigmen yang paling umum terdapat di alam dan
disintesis oleh semua organisme fotosintetik dan fungi. Karotenoid berasal dari
kelas terpenoid, berupa rantai poliena dengan 40 karbon yang dibentak dari
delapan unit isoprena C5, yang memberikan struktur molekul karotenoid yang
khas. Karotenoid dikelompokan menjadi 2 kelompok: (1) karoten, yang
merupakan kelompok hidrokarbon (C40H56) dan (2) xantofil, yang merupakan
turunan karoten teroksigenasi. Semua xantofil disintesis oleh tanaman tinggi,
sementara violaxantin, anteraxantin. zeaxantin, neoxantin dan lutein, juga dapat
disintesis oleh mikroalgae (Gross, 1991; del Campo et al., 2007; Vilchez et al.,
2011) (Fretes dkk, 2012).
Karotenoid merupakan salah satu contoh senyawa metabolit sekunder dari
jenis terpenoid. Karotenoid adalah kelompok pigmen alami yang berwarna merah,
orange atau kuning dan larut dalam lipid. Senyawa ini telah banyak digunakan
sebagai pewarna alami makanan dan kosmetik, selain itu juga dikenal sebagai
komponen penting pada pertumbuhan tanaman dan fotosintesis, serta sebagai
sumber vitamin A pada manusia. Karotenoid terdapat dalam berbagai buah
berwarna seperti pepaya, pisang, tomat, cabe merah, mangga, wortel, ubi jalar dan
pada beberapa bunga yang berwarna kuning dan merah. Diperkirakan lebih dari
100 juta ton karotenoid diproduksi setiap tahun di alam (Medplant.nmsu.edu)
dalam (Zetra dan Yulfi, 2010).
Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada
umumnya disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang
dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil
lainnya terletak pada posisi C1 dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi.
15
beam, kakap merah dan tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok
bakteri, jamur, ganggang dan tanaman hijau (Anonim, 2011).
4.1 Karotenoid dari Makroalgae
Makroalgae adalah salah satu sumber daya laut yang penting untuk
pangan, pakan dan obat sejak zaman kuno di Barat. Makroalgae dikelompokkan
dalam tiga divisi utama yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga
coklat) dan Rhodophyceae (alga merah) (Kumar, 2009).
Anggota Rhodophyceae biasanya dapat dijumpai di perairan dangkal
hingga zona intertidal. Salah satu anggota Rhodophyceae yang terkenal dan telah
banyak
dibudidayakan
untuk
kepentingan
perekonomian
adalah
jenis
(a)
(b)
(c)
16
17
BAB IV
KESIMPULAN
Lingkungan laut menawarkan keadaan yang sangat menantang yang
memungkinkan organisme laut untuk mengumpulkan metabolit yang unik dan
efektif untuk tumbuh dalam situasi yang demikian berat. Oleh karena itu,
organisme laut dan metabolitnya dianggap sebagai sumber daya yang luar biasa di
bidang makanan, obat, dan prospek farmasi. Penyelidikan ilmiah telah
membuktikan efektivitas dari alga laut sebagai makanan fungsional yang dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit manusia. Antioksidan dan, khususnya,
kemampuan antikanker dari polisakarida alga laut diturunkan, turunan
phloroglucinol, dan karotenoid telah jelas tentang pencalonan mereka mungkin
sebagai pemimpin untuk merancang obat-obatan antikanker (Kim et al,. 2011).
Namun, terlepas dari sumber daya yang luas diperkaya dengan bahan
kimia, flora laut yang sebagian besar belum diselidiki untuk senyawa timbal
antikanker dan strategi penelitian harus terfokus pada skrining lebih alga laut
sebagai sumber daya potensial untuk phytochemical yang bisa menyembuhkan
penyakit mematikan ini, kanker manusia. Dan dengan pendekatan canggih yang
tersedia, penelitian tersebut harus dilanjutkan untuk uji klinis untuk membentuk
metabolit alga laut sebagai senyawa antikanker yang potensial (Kim et al,. 2011).
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidin D, Rondonuwu FS, Zainuri M. 2010. Analysis of photosynthetic pigments
and proximate content at Porphyridium cruentum. Proceeding of Natural
Pigments Conference For South East Asia. Malang, p. 231-237.
Andersson M, Schubert H, Pedersen M, Snoeijs P. 2006. Different patterns of
Carotenoid composition and photo-synthesis acclimation in two tropical
red algae. Marine Biology 149: 653-665. DOI: 10.1007/s00227-005-01743.
Anggadiredja, J.T. 2004. Deversity of Antibacterial Subtance from seected
Indonesia seeweds (Disertasi). Jakarta : University of Indonesia , Faculty
Of mathematics and Natural Sciences Graduate Study Program Biology
Anonim. 2011, Chapter II_3, [pdf], http://repository.usu.ac.id/bitstream /
123456789/20091/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2014
________.2011,
Chapter
II_2,
[pdf],
http://repository.usu.ac.id/bitstream
19
Athukorala, Y., Kim, K.N., and Jeon,Y.J., 2006, Antiproliferative and antioxidant
properties of an enzymatic hydrolysate from brown alga, Ecklonia cava,
Food Chem.Toxicol., 44(7), 1065-1074.
Athukorala Yasantha, Lee Ki-Wan, Kim Se-Kwon, Jeon You-Jin., 2006.
Anticoagulant activity of marine green and brown algae collected from
Jeju Island in Korea., J. Bioresouree Technologi.,Elsevier. Pp.1-6
Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Britton G, Jensen SL, Pfander H. 1995. Carotenoids (IA): Isolation and Analysis.
Birkhauser Verlag, Switzerland.
Brotowidjoyo,
MD.,Djoko
Tribowo,
Eko
Mulyantoro,
1995.
Pengantar
20
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and sonc.inc. Published
dimultanconly. Canada.
Dali S, Natsir H, Usman H, dan Ahmad A 2011. Bioaktivitas Antibakteri Fraksi
Protein Alga Merah Gelidium amansii dari perairan Cikoang Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan. Program Studi Kimia, FMIPA UNHAS.
Makassar.
de Fretes H, Susanto AB, Limantara L, Prasetyo B, Heriyanto, Brotosudarmo
THP. 2011. Composition and Content of Pigment, Photostability and
Thermostability Studies of Crude Pigment Extracts from Red, Brown, and
Green Varieties of Red Algae Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty. Seminar
ICONS, Universitas Ma Chung, Malang.
de Fretes H, Susanto A.B, Prasetyo .B, dan Limantara .L. (2012). Karotenoid dari
Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi
dalam J.Teknol. dan Industri Pangan [Online], vol 13 (5), 8 halaman.
Tersedia: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/viewFile/6164/495
diakses pada tanggal 24 Juni 2014
del Campo AJ, Garcia-Gonzalez M, Guerrero MG. 2007. Outdoor cultivation of
microalgae for carotenoid production: Current state and perspectives. Appl
Microb Biotechnol 74: 1163-1174. DOI: 10.1007/s00253-007-0844-9.
Duarte, M.; Cardoso, M.; Noseda, M.. 2001., Structural studies on fucoidans from
the brown seaweed Sargassum stenophyllum. Carbohydr. Res, 333, 281293.
FAO 2007. Year book of fishery statistics 2005 (Vol 100-1/2). Rome: Food and
Agricultural Organization.
21
Franks L.M dan Teich N.M. 1998. Introduction to the Cellular and Molecular
Biology of Cancer. Oxford University Press, Oxford, 1997. No. of pages:
468.
Green BR, Durnford DG. 1996. The chlorophyll carotenoid proteins of oxygenic
photosynthesis. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 47: 685-714. DOI:
10.1146/annurev.arplant.47.1.685.
Gross J. 1991. Pigment in Vegetables (Chlorophylls and Carotenoids). Van
Norstran Reinhold. New York. DOI: 10.1007/978-1-4615-2033-7.
Hegazi MM, Perez-Ruzafa A, Almela L, Candela ME. 1998. Separation and
identification of chlorophylls and carotenoids from Caulerpa prolifera,
Jania rubens, and Padina pavonica by reversed-phase high-performance
liquid chromatography. J Chromatography A 829: 153-159. DOI:
10.1016/S0021-9673(98)00803-6.
Hegazi MM. 2002. Separation, identification and quantification of photosynthetic
pigments from three Red Sea seaweeds using reversed-phase highperformance liquid chromato-graphy. Egyp J Biol 4:1-6.
Hertiani T, Ikawati Z, dan Wahyono D. (Eds) (2011). Kandungan Polifenol Alga
dari Tiga Spesies Alga Coklat Marga Sargassum dan Implikasinya
Terhadap Penyerapan Radiasi Ultraviolet (UV) B dan UV A. Prosiding
Seminar Nasioanal Eight Star Performance Pharmacist
Jin E, Polle JEW, Lee HK, Hyun SM, Chang M. 2003. Xanthophylls in
microalgae: From biosynthesis to bio- technological mass production and
application. J Microbiol Biotechnol 13:165-174.
22
http://www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno.42.pdf.
Diakses
23
Kim, MM, Ta, Q.V., Mendis, E.. Rajapakse, N., Jung, W.K.. Byun, H.G.. Jeon,
Y.J. and Kim, S.K., 2006, Phlorotannins in Ecklonia cava extract inhibit
matrix metalloproteinase activity, Life ScL, 79(15), 1436-1443
Kim W.J et al. 2007. Purification and anticoagulant activity of fucoidan Bom
Korean Undaria pinnatifida Sporophyll. Journal Alga. Vol.22 (3). Pp. 247252.
Kim, S. K., Thomas, N. V., dan Li Xifeng. 2011. 238-Marine Medicinal Foods
Implications and Applications, Macro and Microalgae-Steve Taylor-012,
[pdf],(http://file.zums.ac.ir/ebook/238Marine%20Medicinal%20Foods
%20%20Implications%20and%20Applications,%20Macro%20and
%20Microalgae-Steve%20Taylor-012.pdf, diakses 14 juni 2014 )
Klinger, T. and R.E. De Wreede 1988 Stipe rings, age, and size in populations
of Laminariasetchellii Silva
(Laminariales,
Phaeophyta)
in
British
24
Lee SB, Lee JY, Song DG, Pan CH, Nho CW, Kim MC. 2008. Cancer
chemopreventive effects of Korean seaweeds extracts. Food SciBiotechnol
17:613-622.
McInnes,A.G., Ragan',M.A., Smith, D.G., and J . A . Walter, J.A., 1984, High
molecular weight phloroglucinol-based tannins from brown algae:
Structural variants, Hydrobiologia, 116/117, 597-602.
Mc.Laughlin, J.L.,1991.Crown Gall Tumours On Potato Disc.and Brine Shrip
Lethality Tow Simple Bioassay for Higher Plant Screening and
Fractination in Hosttman,K .Method In Plants Biochemistrry Academic
Press,6, P.1 32
Merdekawati W. 2009. Kandungan dan aktifitas antioksidan klorofil a dan karoten Sargassum sp. J Kelautan Nasional 2:144-145.
Nagayama, K., Iwamura, Y., Shibata,T., Hirayama , L, and Nakamura, T., 2002,
Bactericidal activity of phlorotannins from the brown alga Ecklonia
kurome, JAC, 50, 889-893.
Nakamura, T., Nagayama, K., Uchida, K., and Tanaka, R., 1996, Antioxidant
activity of phlorotannins isolated from the brown alga Eisenia bicyclis\
Fisher. Sci., 62(6), 023-926.
Najib Ahmad. 2009. Terapi Herbal Untuk Tumor/Kanker. Fakultas Farmasi UMI.
Makassar.
Ndiha BBA, Limantara L. 2009. Karotenoid pada Bahan Makanan. Prosiding
Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya. Jurdik
Biologi. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, p. 75-84.
25
DARI
ALGA
MERAH
Eucheuma
spinosum
SERTA
activity
of
different
sulfate
content
derivatives
of
26
Sinurat, Ellya. (2011). Isolasi dan Karakterisai serta Uji Aktivitas Fukoidan
sebagai Antikoagulan dari Rumput Laut Coklat (Sargassum crassifolium).
Program Magister Ilmu Kimia, FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Sinurat dan Marraskuranto, 2012. Fukoidan dari Rumput Laut Coklat dan
Bioaktifitasnya. Squalen. Vol 7. No 3, December 2012: 131-138
Sormin, Radja B D. 2011. Komposisi Kimia dan Potensi Bioaktif Sayur Laut
(Porphyra sp). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, FPIK
Universitas Pattimura. Ambon.
Sudira, I Wayan. (2011). Cytotoxic analysis of raw extract of six sea weeds
species againts myeloma cell. Makalah ilmiah-5 Kongres Nasional
Pertama Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar.
Soediro, Iwang. (1998) Produk Alam Bahari dan Pemanfaatannya. The Journal
on Indonesian Medical Plants. 4, (2), 2-3.
Suptijah,
P.
2002,
Rumput
laut:
Prospek
dan
Tantangannya,
27
Yuan, Y.V. and Walsh, N.A., 2006, Antioxidant and antiproliferative activities of
extracts from a variety of edible seaweeds, J. F d. Chem. Toxicol., 44,
1144-1150.
Zapata M, Garrido JL, Jeffrey SW. 2006. Chlorophyll c pigments: Current status.
Dalam Griman B, Porra JP, Rudiger W, Scheer H. Chlorophylls and
Bacterio
chlorophylls:
Biochemistry,
Biophysics,
Functions,
and
health
applications.
Pakistan
Nut
3:199-204.
DOI:
10.3923/pjn.2004.199.204.
Zetra, dan Yulfi. 2010, ITS-Undergraduate-7613-1400100059-bab1, [pdf],
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7613-1400100059bab1.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2014
28