Disusun oleh:
Isna Kencana, S.Ked
20100310049
Diajukan kepada:
dr. Anik Dwiani, Sp, A.
HALAMAN PENGESAHAN
BBLR DENGAN HIPOGLIKEMI DAN SEPSIS NEONATAL
Disusun oleh:
Isna Kencana, S.Ked
20100310049
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
BAB I
PRESENTASI KASUS
1 Identitas Pasien
- Nama
: Bayi Ny. EM
- Umur
: 36 jam
- Jenis kelamin : Perempuan
- Berat Badan Lahir : 2300 gram
- Tanggal lahir
: 4 Januari 2015 pukul 12.30
- Alamat
: Trisigan II Murtigading Sanden Bantul
- Masuk RS tanggal : 6 Januari 2015 pukul 01.40, dari IGD RS Panembahan
-
Senopati Bantul
Diagnosa masuk : BBLR dengan dehidrasi, hipoglikemi
2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 6 Januari 2015.
Keluhan utama anak tidak mau minum.
A. Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak datang dari IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
diantar oleh orang tuanya. Orang tua mengeluh anaknya tidak mau minum
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (usia 24 jam). Ibu mengatakan
anak lebih sering tidur jarang menangis dan jarang gerak aktif. Berat
badan sekarang turun 17% (1900 gram) dari berat badan lahir. ASI belum
lancar keluar. Anak sudah meco (+) dan BAK (+) terakhir 8 jam sebelum
masuk rumah sakit. Tidak ada demam (-), muntah (-), batuk (-) pilek (-).
B. Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan
-
Rumah telah beralaskan keramik, cukup udara, dan juga cukup cahaya
matahari. Jauh dari jalan raya dan tidak padat penduduk. Rumah bebas
asap rokok, serta debu bertebrangan. Rumah di huni oleh 5 orang, yaitu si
anak, ayah, ibu, nenek dan bibi pasien.
Kesan : Sosial, ekonomi, lingkungan cukup baik.
3 Anamnesis Sistem
A. Sistem saraf pusat
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum
Kesan umum : tampak lemah
Tanda vital : Suhu : 36,1oC
Nadi : 145 x/menit
Pernafasan : 60 x/menit
BB : 1900 gram (BB turun 17,3%)
2. Kepala
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok, distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
5 Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan darah lengkap 6 Januari 2015
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hb
16 gr%
12-16
AL
11,30 ribu/ul
4-11,00
AE
5,84 juta/ul
4,0-5,0
AT
210 ribu/ul
150-450
Hmt
46 %
36-46
Eosinofil
2%
2-4
Basofil
0%
0-1
Batang
2%
2-5
Segmen
69 %
51-67
Limfosit
27 %
20-35
Monosit
10 %
4-8
6 Diagnosis Kerja
BBLR/ CB/ KMK/ Spontan/ dehidrasi/hipoglikemi/ konjungtivitis/
bronchopenumonia/ sepsis neonatus
Penatalaksanaan :
-
Infus D10%
O2 Headbox 8lpm
Inj Amphichillin 2x100mg
Inj cefixime 2x100 mg
7 FOLLOW UP
Tgl
Pemeriksaan
Plan (P)
06/0 S :
1/20 Pasien datang dari IGD dengan keluhan anak tidak mau 15
minum sejak kemarin (usia 24jam), susah dibangunkan,
06.00
menangis tidak kuat, BAK(+) BAB(+)
O:
KU= lemah
S= 36,10C
-
R=60 x/menit
7
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%
N=145x/menit
-
Saturasi O2 100%
Kepala
-
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (+/+),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (+) 10 cc coklat
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+)
suprasternal, intercostalis, ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, kering, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
4,6cc
O2 HB 7lpm
KC :
100x2,3=230cc
10tpm
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 37; jam 10.00 76; jam 16.00
78
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/obs vomit/ sepsis neonatal
07/0 S :
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,30C
N=130 x/menit
Saturasi O2 99%
Kepala
R=67 x/menit
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (+/+),
epiktasis (-/-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+)
suprasternal, intercostalis, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vokal fremitus (+/+)
Perkusi : sonor (+/+)
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%
4,6cc
O2 HB 7lpm
KC :
120x2,3=277cc
Intake asi 2cc
12tpm
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 05.00 61; jam 12.00 43; jam 14.00
106; jam 21.0051
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/ sepsis neonatal
S:
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
08/0
1/20
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,80C
R=60 x/menit
N=130 x/menit
Saturasi O2 99%
Kepala
-
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
10
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%
4,6cc
O2 HB 7lpm
KC :
140x2,3=322cc
Intake asi 52cc
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 05.00 42; jam 08.00 54; jam 14.00
36; jam 18.0058
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/ sepsis neonatal
11
09/0 S :
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,50C
R=52 x/menit
N=122 x/menit
Saturasi O2 99%
Kepala
-
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
12
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
O2 HB 7lpm
KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 55cc
- 13tpm
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 09.00 84; jam 15.00 56
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumoni
a/ sepsis neonatal
S:
10/0
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,50C
N=129 x/menit
Saturasi O2 100%
Kepala
R=48 x/menit
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
13
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 105cc
- 10tpm
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 06.00 58; jam 18.00 78
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumoni
a/ sepsis neonatal
11/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
14
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj
KU= lemah
S= 37,20C
R=42 x/menit
Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes
N=139 x/menit
Saturasi O2 100%
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
15
KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 155cc
8tpm
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 75
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ sepsis neonatal
12/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
KU= sedang
S= 36,60C
R=48 x/menit
-
N=126 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (+) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
16
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj
Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes
Candistatin
4x1 tetes
KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 160cc
8tpm
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 72
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ candidiasis oral/sepsis neonatal
13/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
KU= sedang
S= 36,50C
R=52 x/menit
-
N=126 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
17
Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj
Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes
Candistatin
4x1tetes
KMC
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Rontgen : bronkopneumonia perbaikan sempurna
Status gizi : BB turun 8,6%
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ candidiasis oral/sepsis neonatal
18
KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 215cc
6tpm
14/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
-KMC
-Gentamicin 4x1
tetes
KU= sedang
KC :
S= 36,50C
160x2,3=368cc
R=48 x/menit
N=120 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
19
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 8,6%
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
15/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
-KMC
-Gentamicin 4x1
tetes
KU= sedang
KC :
S= 36,50C
160x2,3=368cc
R=48 x/menit
N=120 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
20
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 6,5%
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
16/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
-KMC
-Gentamicin 4x2
tetes
KU= sedang
KC :
S= 36,50C
160x2,3=368cc
R=52 x/menit
N=132 x/menit
21
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 6,5%
A:
22
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
17/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:
-KMC
-Gentamicin 4x2
tetes
-BLPL
KU= sedang
S= 36,50C
KC :
R=56 x/menit
160x2,3=368cc
N=132 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
23
Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 4,3%
A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DASAR TEORI
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir.
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu :
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir >4000gram
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu:
Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37
age/SGA adalah bayi dilahirkan dengan berat lahir <10 persentil menurut
grafik Lubchenco. Sedangkan bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga
Large of gestation age/LGA adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
>90 persentil menurut grafik Lubchencho1.
Gambar1. Grafik Lubchenco
Bayi letargik dan malas minum
Bayi dikatakan letargik bila tampak lesu, tidak bertenaga atau bayi
mengantuk. Bayi sulit dibangunkan untuk minum dan bila bangun tidak
terjaga atau tidak sigap, tidak tertarik pada rangsangan suara maupun visual.
Keadaan ini dapat belangsung pelan, sehingga orang tua tidak menyadari
perubahan perilaku yang gradual ini. Letargik dapat merupakan tanda infeksi
atau keadaan lain seperti kadar glukosa darah yang rendah.
25
Malas
minum
yang
meliputi
menghisap
kesulitan
payudara
atau
botol, bayi tidak lapar, bayi dengan kehilangan berat badan atau berat bayi
tidak naik.
Kesulitan minum karena masalah menghisap, mungkin pertama kali bayi
menghisap dengan baik dan kuat pada saat lahir, kemudian secara perlahan
bayi berubah menjadi malas minum dan menghisap dengan lemah dan
minum tidak dengan efektif. Hal ini terutama pada BKB. Bayi menghisap
lemah mungkin tidak dapat menarik dengan kuat atau tidak dapat membuat
26
1.1.
dibandingkan dengan bayi cukup bulan dan bayi berat lahir normal,
diantaranya yaitu:
1. Ketidakstabilan suhu, kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
Peningkatan hilangnya panas
Kurangnya lemak sub kutan
Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan pernafasan
Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membran
hialin)
Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks
27
7.
8.
tiga
Fagositosis terganggu
Penurunan faktor komplemen
Kelainan neurologis
Refleks isap dan telan yang imatur
Penurunan motilitas usus
Apnea dan bradikardia berulang
Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
Pengaturan perfusi serebral yang buruk
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
Kelainan kardiovaskular
Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada
bayi BKB
Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan hematologis
Anemia (onset dini atau lanjut)
Hiperbilirubinemia
Dissminated intravaskular coagulation (DIC)
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Metabolisme
Hipokalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Perbandingan masalah-masalah BBL KMK dan Imatur
Infeksi kongenital
Gangguan respirasi
Turun 5-10%
KMK Matur
(simetri)
Turun 5-10%
KMK Matur
(asimetri)
Turun <5%
kemudian naik
kemudian naik
kemudian naik
kemudian naik
perlahan
+
Penyakit
perlahan
+
Penyakit
perlahan
+
Tidak umum
dengan cepat
+
Sindrom
membran hyalin
membran hyalin
SMK Immatur
KMK Immatur
Turun 5-10%
aspirasi
kebocoran
udara
Sirkulasi janin
persisten
Serangan apnea
Polisitemia
++++
0
++++
0
0
+/-
0
+
28
Hiperbilirubinemia
Hipoglikemia
Kelainan kongenital
Perdarahan
++++
+
+/+++
++++
+
+
+++
+/+/+
+/-
+
+
?
+
Intrakranial
Asfiksia
Pertumbuhan (linier)
+
Normal
+
Sub normal
+/Sub normal
+
Normal
(beberapa akan
(jarang mengejar
mengejar
pertumbuhannya
pertumbuhannya
+++
++ (hampir
+++
+ (lebih sering
saraf
pada setiap
jika asfiksia
BBLR
berat)
pertumbuhan
terjadi
pada
akhir
kehamilan,
dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang
diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. 25-35% kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap
sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan
komplikasi penyakit vaskular ibu.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu
dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran kecil
daripada ibu dengan berat badan normal atau berlebihan. Selama
embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan
janin. Hal ini dikarenakan kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan
nutrisi embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase
pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melibihi persedian ibu jika masukan nutrisi
ibu rendah.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah melahirkan bayi dengan
gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi
infeksi perinatal yang lebih tinggi.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan
untuk
berulangkali
melahirkan
bayi
KMK
(tingkat
30
Pemberian vitamin K1
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu)
Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangoro mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan
setempat.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
- Ukur suhu sesuai jadwal
Pemberian minum
- Asi merupakan pilihan utama
31
Apabila bayi mendapat asi, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian asi dan nilai kemampuan
32
33
Hipoglikemia
Bayi dengan kadar glucose darah <45 mg/dL disebut hipoglikemia.
durasi terjadinya hipoglikemia dan jumlah waktu yang terbuang sebelum terapi
dimulai.
BBL yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia adalah
bayi kecil untuk masa kehamilan, bayi besar untuk masa kehamilan dan bayi
dari ibu dengan Diabetes mellitus.2
Keadaan hipoglikemia dapat sangat berbahaya terutama bila kadar
glukosa <25 mg/dL (1,4 mmol/L). Ketika kadar glukosa darah rendah, sel-sel
dalam tubuh terutama otak tidak menerima cukup glukosa dan akibatnya tidak
dapat menghasilkan cukup energi untuk metabolisme. Sel-sel otaka dan saraf
dapat rusak dan menyebabkan palsi serebral, retardasi mental, dan lain-lain.
1.2.1. Etiologi hipoglikemia
Peningkatan pemakaian glukosa : hiperinsulin
- Neonatus dari ibu penderita diabetes
- Besar masa kehamilan (BMK)
- Neonatus yang menderita aritroblasosis fetalis (isoimunisasi Rh-berat)
- Neonatus dengan sindrom Beckwith-Wiedemann (makrosomia,
mikrosefali
-
ringan,
omfalokel,
makroglosia,
hipoglikemia,
dan
viseromegali)
Neonatus dengan nesidioblastosis atau adenoma pankreatik
Malposisi kateter arteri umbilikalis
Ibu yang mendapat terapi tokolitik seperti terbutalin (-simpatomimetik);
35
Pemberian asi. Apabila bayi dengan asi memiliki kadar glukosa rendah
tetapi kadar benda keton tinggi, sebaiknya dapat dikombinasi dengan susu
formula
Tata laksana hipoglikemia dapat diberikan sesuai dengan alhoritma berikut:
- Hitung Glucose Infusion rate (GIR) 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai
gula darah maksimnal, dapat dinaikkan 2 mg/kgBB/menit sampai
-
anak
Bila ditemukan GD 36-<47 mg/dL 2 kali berturut-turut berikan infus
1.3.
36
Sepsis pada BBL adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh sperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih. Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko
misalnya pada BKB, BBLR, bayi dengan Sindrom Gangguan Napas atau bayi
yang lahir dari ibu beresiko.
Sepsis neonatus biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan
dini dan awitan lambat. Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari
pertama kehidupan (umur dibawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal
karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau
kelahiran. Sedangkan awitan lambat terjadi disebabkan kuman yang berasal
dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam
ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya
infeksi karena kuman nosokomial. Selain perbedaan waktu paparan kuman,
kedua bentuk infeksi juga berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi.
Selanjutnya baik patogenesis, gambaran klinis ataupun panatalaksaan penderita
tidak banyak berbeda dan sesuai dengan perjalanan sepsisnya yang dikenal
dengan cascade sepsis.
Sejak adanya konsensus
dari
Amrican
College
of
Chest
37
Pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi dapat terjadi pada bayi. Di
negara berkembang macam infeksi yang sering ditemukan berturut-turut
infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal,
sepsis dan meningitis.
1.3.1. Patofisiologi dan patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terdahap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh speerti plasenta, selaput amnion,
khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun
demikian kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui barbagai
jalan yaitu:
1. Infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janin
melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
Keadaan ini ditemukan pada infeksi TORCH, Triponema pallidum atau
Listeria dll.
2. Prosuder obstetri yang berkurang mempertahankan faktor aseptik/antisepsik
misalnya saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau
amniosentesis. Paparan kuman pada cairan amnion saat prosuder dilakukan
akan menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman
pada janin
3. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan
lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk
ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui
saluran pernafasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman
pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah
lebih dari 18-24 jam.
Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik
karena infeksi silang ataupun alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang
mendapat prosedur neonatal invasif seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam
ventilator, kurang mempertahankan tindakan antisepsis, rawat inap yang terlalu
lama dan hunian terlalu padat, dll. Bila paparan kuman pada kelompok ini
berlanjut dan memasuki aliran darah maka akan terjadi respon tubuh yang
berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai reaksi tubuh yang
38
39
40
karena sumber infeksi yang berasal dari lingkungan tempat perawatan pasien.
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif BBL,
bayi kurang bulan yang mengalami perawatan lama, nutrisi parenteral yang
berlarut-larut, infeksi yang bersumber dari alat perawatan bayi, infeksi
nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga medik yang
merawat bayi.
Pada sepsis awitan dini janin yang terkena infeksi mungkin menderita
takikardi, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai apgar
rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tampak gembaran klinis sepsis
seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia.
Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan gangguan fungsi organ tubuh. Jika
sepsis disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi, atau hipotensi sepsis
dikategorikan sebagai sepsis berat.
Gangguan fungsi organ tersebut antara lain kelainan susunan saraf pusat
seperti letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar
high pitch cry dan bayi menjadi iritabel serta mungkin disertai kejang.
Kelainan kardiovaskular seperti hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clummy
skin. Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal
ataupun gangguan respirasi seperti perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi
abdomen, intoleransi minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang,
takiphnu, apnu, merintih dan retraksi. Manifestasi gambaran klinis sangat
terpengaruh pada beratnya gangguan yang terjadi pada masing-masing organ.
Bervariasinya gejala klinis dan gambaran klinis yang tidak seragam
menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosis pasti. Untuk hal itu
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan
khusus lainnya sering dipergunakan dalam membantu menegakkan diagnosis.
Sampai saat ini pemeriksaan laboratorium tunggal yang mempunyai sensitifitas
dan spesifitas tinggi sebgai indikator sepsis, belum ditemukan. Dalam
41
42
antibiotik
yang
dipilih
adalah
golongan
DAFTAR PUSTAKA
1. Danamik, Sylviati M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi
dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2014.
2. Sarosa, Gatot Irawan. Kejang dan Spasme dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi
Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2014.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi Berat Lahir Rendah dalam Pedoman
Pelayan Medis. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2009.
43
44