Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS

BBLR DENGAN HIPOGLIKEMI DAN SEPSIS NEONATAL


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian IlmuKesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:
Isna Kencana, S.Ked
20100310049
Diajukan kepada:
dr. Anik Dwiani, Sp, A.

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2015

HALAMAN PENGESAHAN
BBLR DENGAN HIPOGLIKEMI DAN SEPSIS NEONATAL

Disusun oleh:
Isna Kencana, S.Ked
20100310049

Disetujui dan disahkan pada tanggal:

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

dr. Anik Dwiani, Sp, A.

BAB I
PRESENTASI KASUS
1 Identitas Pasien
- Nama
: Bayi Ny. EM
- Umur
: 36 jam
- Jenis kelamin : Perempuan
- Berat Badan Lahir : 2300 gram
- Tanggal lahir
: 4 Januari 2015 pukul 12.30
- Alamat
: Trisigan II Murtigading Sanden Bantul
- Masuk RS tanggal : 6 Januari 2015 pukul 01.40, dari IGD RS Panembahan
-

Senopati Bantul
Diagnosa masuk : BBLR dengan dehidrasi, hipoglikemi

2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 6 Januari 2015.
Keluhan utama anak tidak mau minum.
A. Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak datang dari IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
diantar oleh orang tuanya. Orang tua mengeluh anaknya tidak mau minum
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (usia 24 jam). Ibu mengatakan
anak lebih sering tidur jarang menangis dan jarang gerak aktif. Berat
badan sekarang turun 17% (1900 gram) dari berat badan lahir. ASI belum
lancar keluar. Anak sudah meco (+) dan BAK (+) terakhir 8 jam sebelum
masuk rumah sakit. Tidak ada demam (-), muntah (-), batuk (-) pilek (-).
B. Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan
-

Riwayat kejang atau epilepsi disangkal


Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit asma disangkal
Riwayat penyakit alergi disangkal
Kesan : Tidak ada riwayat penyakit yang diturunkan dari keluarga
C. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Riwayat Antenatal

Sebelum hamil berat badan ibu 40 kg, selama hamil meningkat 17 kg


dengan tinggi badan ibu 150cm. Status gizi ibu sebelum hamil
underweight. Kontrol teratur setiap bulan ke bidan, ANC 8x selama
kehamilan. Selama hamil dinyatakan sehat, mual-mual (-), mendapatkan
tablet penambah darah (zat besi) dan vitamin. Riwayat infeksi selama
kehamilan (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), pendarahan pervaginam
(-).
2) Riwayat Persalinan
Anak lahir dari G1P0A0 di bidan secara spontan dengan umur
kehamilan 39+1 minggu, jarak pecahnya ketuban sampai lahir 30 menit, air
ketuban keruh. Berat badan lahir 2300 gram, tinggi badan 43 cm, lingkar
kepala 29 cm, lingkar dada 28 cm, lingkar lengan atas 8cm. Anak
menangis saat dilahirkan, kulit berwarna kemerahan, dan gerakan aktif.
3) Riwayat Pasca Lahir
Anak dapat menetek secara namun tidak kuat, selama 36 jam pasca
lahir tidak ditemukan kuning. Tidak ditemukan riwayat kejang, sesak, dan
juga demam. Anak menetek 15 menit dalam sekali waktu menetek. Dalam
sehari anak menetek 5-7 kali namun tidak kuat.
4) Riwayat Vaksinasi
Anak sudah mendapat hb o 0,5 cc di bidan.
5) Riwayat Diet
Anak hanya mendapatkan ASI Ekslusif tanpa tambahan susu formula.
D. Riwayat penyakit dahulu
Anak tidak pernah didiagnosa atau dirawat inap sebelumnya.
E. Data sosial, ekonomi, dan lingkungan.
1) Sosial
Anak tinggal di rumah dengan ibu, bapak, nenek, dan bibi pasien. Si
ibu jarang menyusui anaknya karena anak sering tidur, setiap 3-4jam
menyusui.
2) Ekonomi
Anak berasal dari kedua orang tua yang berkecukupan. Bapak pasien
bekerja sebagai service mesin, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
3) Lingkungan

Rumah telah beralaskan keramik, cukup udara, dan juga cukup cahaya
matahari. Jauh dari jalan raya dan tidak padat penduduk. Rumah bebas
asap rokok, serta debu bertebrangan. Rumah di huni oleh 5 orang, yaitu si
anak, ayah, ibu, nenek dan bibi pasien.
Kesan : Sosial, ekonomi, lingkungan cukup baik.

3 Anamnesis Sistem
A. Sistem saraf pusat

: Demam (-), menggigil (-), kejang (-),


penurunan kesadaran (-).
B. Sistem kardiovaskuler: Sesak (-), nadi (+), pucat (-), kaki bengkak (-)
C. Sistem respiratori
: Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), ronkhi
basah kasar (-), suara lendir (-), krepitasi(-),
wheezing (-)
D. Sistem urinaria
: BAK (+) normal dengan warna urin jernih
Kekuningan
E. Sistem gastrointestinal : BAB (+) 3 kali sehari, cair (-) lendir (-)
muntah (-).
F. Sistem Anogenital
: Anus (+), perempuan, labia mayor menutupi labia
minor
G. Sistem integumental : Turgor dan elastisitas dalam batas normal,
kelainan kulit (-)
H. Sistem musculoskeletal : Gerakan bebas kurang aktif, lumpuh (-), nyeri
otot(-).

4. Pemeriksaan Fisik

1. Kesan Umum
Kesan umum : tampak lemah
Tanda vital : Suhu : 36,1oC
Nadi : 145 x/menit
Pernafasan : 60 x/menit
BB : 1900 gram (BB turun 17,3%)
2. Kepala
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok, distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),

refleks pupil (+/+), sekret mata (+/+)


Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (+/+), epiktasis (-/-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa bucal basah (+) candidiasis
oral (-) sianosis (-)
3. Leher

Lemas, pergerakan segala arah.


4. Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+) suprasternal, intercostalis,
-

ketinggalan gerak (-)


Palpasi : vokal fremitus (+/+)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi :
Paru-paru : Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
5. Abdomen
Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
6. Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada bagian genitalia. Labia
mayor menutupi labia minor
7. Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
8. Kulit
Turgor kulit baik, tampak longgar, kering, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)
9. Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+) palmar graps (+)

5 Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan darah lengkap 6 Januari 2015
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hb

16 gr%

12-16

AL

11,30 ribu/ul

4-11,00

AE

5,84 juta/ul

4,0-5,0

AT

210 ribu/ul

150-450

Hmt

46 %

36-46

Eosinofil

2%

2-4

Basofil

0%

0-1

Batang

2%

2-5

Segmen

69 %

51-67

Limfosit

27 %

20-35

Monosit

10 %

4-8

Glukosa darah sewaktu 34 mg/dl


CRP kuantitatif 6

B. Pemeriksaan CR thorax PA 6 Januari 2015


Infiltrat di pulmo kanan dan kiri
Kesan : Bronchopneumonia, besar cor normal

6 Diagnosis Kerja
BBLR/ CB/ KMK/ Spontan/ dehidrasi/hipoglikemi/ konjungtivitis/
bronchopenumonia/ sepsis neonatus
Penatalaksanaan :
-

Infus D10%
O2 Headbox 8lpm
Inj Amphichillin 2x100mg
Inj cefixime 2x100 mg

7 FOLLOW UP
Tgl

Pemeriksaan

Plan (P)

06/0 S :
1/20 Pasien datang dari IGD dengan keluhan anak tidak mau 15
minum sejak kemarin (usia 24jam), susah dibangunkan,
06.00
menangis tidak kuat, BAK(+) BAB(+)
O:
KU= lemah
S= 36,10C
-

R=60 x/menit
7

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%

N=145x/menit
-

Saturasi O2 100%
Kepala
-

Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (+/+),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (+) 10 cc coklat
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+)
suprasternal, intercostalis, ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, kering, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

4,6cc
O2 HB 7lpm

KC :
100x2,3=230cc
10tpm

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 37; jam 10.00 76; jam 16.00
78

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/obs vomit/ sepsis neonatal
07/0 S :
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,30C
N=130 x/menit

Saturasi O2 99%
Kepala

R=67 x/menit

Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (+/+),
epiktasis (-/-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+)
suprasternal, intercostalis, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vokal fremitus (+/+)
Perkusi : sonor (+/+)

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%
4,6cc
O2 HB 7lpm

KC :
120x2,3=277cc
Intake asi 2cc
12tpm

- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 05.00 61; jam 12.00 43; jam 14.00
106; jam 21.0051

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/ sepsis neonatal
S:
BAK(+) BAB (+) menangis kuat

08/0
1/20
15
O:
06.00
KU= lemah

S= 36,80C

R=60 x/menit
N=130 x/menit

Saturasi O2 99%
Kepala
-

Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
10

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
Bolus D10%
4,6cc
O2 HB 7lpm

KC :
140x2,3=322cc
Intake asi 52cc

Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis 11tpm


(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 05.00 42; jam 08.00 54; jam 14.00
36; jam 18.0058

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/hipoglikemi/konjungtivitis/bronc
hopneumonia/ sepsis neonatal
11

09/0 S :
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,50C

R=52 x/menit
N=122 x/menit

Saturasi O2 99%
Kepala
-

Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada

12

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes
O2 HB 7lpm

KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 55cc
- 13tpm

bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor


Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 09.00 84; jam 15.00 56

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumoni
a/ sepsis neonatal
S:

10/0
1/20 BAK(+) BAB (+) menangis kuat
15
O:
06.00
KU= lemah
S= 36,50C
N=129 x/menit
Saturasi O2 100%
Kepala

R=48 x/menit

Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret
mata (+/+)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.

13

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj Cefotaxim
2x 100 gram
Tetes
mata
gentamicin
4x2 tetes

KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 105cc
- 10tpm

Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah
(-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 06.00 58; jam 18.00 78

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumoni
a/ sepsis neonatal

11/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

14

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj

KU= lemah
S= 37,20C

R=42 x/menit

Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes

N=139 x/menit
Saturasi O2 100%

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)

15

KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 155cc
8tpm

Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 75

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ sepsis neonatal
12/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

KU= sedang
S= 36,60C

R=48 x/menit
-

N=126 x/menit

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (+) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),

16

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj
Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes
Candistatin
4x1 tetes

KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 160cc
8tpm

ketinggalan gerak (-)


- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
GDS jam 08.00 72

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ candidiasis oral/sepsis neonatal
13/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

KU= sedang
S= 36,50C

R=52 x/menit
-

N=126 x/menit

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal

17

Infus d10%
Inj
Amphichillin
2x100 gram
Inj
Cefotaxim 2x
100 gram
Tetes mata
gentamicin
4x2 tetes
Candistatin
4x1tetes
KMC

Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,


distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (+) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Rontgen : bronkopneumonia perbaikan sempurna
Status gizi : BB turun 8,6%

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
/ candidiasis oral/sepsis neonatal
18

KC :
160x2,3=368cc
Intake asi 215cc
6tpm

14/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

-KMC
-Gentamicin 4x1
tetes

KU= sedang

KC :

S= 36,50C

160x2,3=368cc

R=48 x/menit

Intake asi 200 cc

N=120 x/menit

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
19

bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor


Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 8,6%

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
15/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

-KMC
-Gentamicin 4x1
tetes

KU= sedang

KC :

S= 36,50C

160x2,3=368cc

R=48 x/menit

Intake asi 200 cc

N=120 x/menit

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher

20

Lemas, pergerakan segala arah.


Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 6,5%

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
16/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

-KMC
-Gentamicin 4x2
tetes

KU= sedang

KC :

S= 36,50C

160x2,3=368cc

R=52 x/menit

Intake asi 200 cc

N=132 x/menit

21

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 6,5%

A:

22

BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan
17/01/ S :
2015
BAK(+) BAB (+) menangis kuat
06.00
O:

-KMC
-Gentamicin 4x2
tetes
-BLPL

KU= sedang
S= 36,50C

KC :

R=56 x/menit

160x2,3=368cc

N=132 x/menit

Intake asi 200 cc

Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok,
distribusi merata.
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), sekret mata
(+/+)
- Telinga : Serumen (-/-)
- Hidung : lendir (-/-) , napas cuping hidung (-/-),
epiktasis (-/-)
- Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-), mucosa
bucal basah (+) candidiasis oral (-) sianosis (-)
residu (-)
Leher
Lemas, pergerakan segala arah.
Thoraks
- Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-),
ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi :
Paru-paru :Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Reguler (+)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, umbilikus bau (-) umbilikus darah (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
- Perkusi : Timpani (+)

23

- Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-)


Genitalia
Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
bagian genitalia. Labia mayor menutupi labia minor
Ekstremitas
Akral hangat, capilar revil < 2 detik, edema (-)
Kulit
Turgor kulit baik, lembab, dan tidak berwarna pucat,
ikhterik (-)

Refleks
Rooting reflex (+) sucking (+) moro (+) tonik (+)
palmar graps (+)
Status gizi : BB turun 4,3%

A:
BBLR/CB/KMK/Spontan/konjungtivitis/bronchopneumonia
perbaikan

24

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DASAR TEORI
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir.
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu :
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir <2500 gram tanpa memandang masa gestasi.


Bayi berat lahir Cukup atau Normal (BBLC) adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir >2500-4000 gram


Bayi berat lahir lebih (BBLL) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir >4000gram
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu:
Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37

minggu (<259 hari)


Bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara

37-42 minggu (259-293 hari)


Bayi lebih bulan (BLB) adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi
>42minggu (>294 hari)
Bayi kecil untuk masa kehamilan disebut juga Small of gestation

age/SGA adalah bayi dilahirkan dengan berat lahir <10 persentil menurut
grafik Lubchenco. Sedangkan bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga
Large of gestation age/LGA adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
>90 persentil menurut grafik Lubchencho1.
Gambar1. Grafik Lubchenco
Bayi letargik dan malas minum
Bayi dikatakan letargik bila tampak lesu, tidak bertenaga atau bayi
mengantuk. Bayi sulit dibangunkan untuk minum dan bila bangun tidak
terjaga atau tidak sigap, tidak tertarik pada rangsangan suara maupun visual.
Keadaan ini dapat belangsung pelan, sehingga orang tua tidak menyadari
perubahan perilaku yang gradual ini. Letargik dapat merupakan tanda infeksi
atau keadaan lain seperti kadar glukosa darah yang rendah.
25

Malas

minum

merupakan masalah bayi

yang

meliputi

menghisap

kesulitan

payudara

atau

botol, bayi tidak lapar, bayi dengan kehilangan berat badan atau berat bayi
tidak naik.
Kesulitan minum karena masalah menghisap, mungkin pertama kali bayi
menghisap dengan baik dan kuat pada saat lahir, kemudian secara perlahan
bayi berubah menjadi malas minum dan menghisap dengan lemah dan
minum tidak dengan efektif. Hal ini terutama pada BKB. Bayi menghisap
lemah mungkin tidak dapat menarik dengan kuat atau tidak dapat membuat

lekatan kuat dengan puting susu saat menetek.


Sesudah hari pertama dan selanjutnya, sebagian bayi sudah siap untuk
minum setiap 3-4 jam dan memperlihatkan gejala lapar dengan menghisap
jari-jari tangannya, menangis, dan membuat gerakan rooting. Bayi sakit
mungkin menolak untuk minum. Bayi yang tidur terus dan malas minum

mungkin bayi tersebut sakit.


Meludah atau menyemburkan susu sesudah meminum, hal ini disebabkan
karena otot sfingter antara perut dan esofagus masih lemah dan imatur.
Pada bayi yang minum susu formula muntah dapat terjadi setelah minum

yang berlebihan atau karena intoleransi susu.


Penurunan berat badan sampai dengan 10% dari berat lahir dalam 3 hari
pertama sesudah lahir masih merupakan hal yang normal. Tetapi bayi
harus naik beratnya pada usia 10 atau 11 hari. Tanda berat bayi tidak naik
antara lain bayi kelihatan kurus, wajah layu, kulit longgar, dan jumlah
kencing serta tinja berkurang. Berat bayi tidak naik dapat merupakan tanda
bayi sedang sakit atau mempunyai masalah yang harus segera ditangani.

26

Masalah minum dapat merupakan tanda kondisi lain dan dapat


menyebabkan sakit yang serius apabila tidak segera ditangani. Bayi harus
segera ditangani bila terjadi kesulitan atau gangguan minum.7

1.1.

Bayi Berat Lahir Rendah


Masalah lebih sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR

dibandingkan dengan bayi cukup bulan dan bayi berat lahir normal,
diantaranya yaitu:
1. Ketidakstabilan suhu, kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
Peningkatan hilangnya panas
Kurangnya lemak sub kutan
Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan pernafasan
Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membran

hialin)
Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks

menghisap, dan reflek menelan


Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
Pernafasan yang periodik dan apnea
3. Kelaianan gastrointestinal dan nutrisi
Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
Motilitas usus yang menurun
Pengosongan lambung yang tertunda
Pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang
Defisiensi enzim laktase pada brush border usus
Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh
Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis nekrotikans)
4. Imaturitas hati
Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas ginjal
Ketidakmampuan untuk mengekskresikan solute load besar
Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik
Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas imunologis, resiko infeksi tinggi akibat:

27

Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke

7.

8.

tiga
Fagositosis terganggu
Penurunan faktor komplemen
Kelainan neurologis
Refleks isap dan telan yang imatur
Penurunan motilitas usus
Apnea dan bradikardia berulang
Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
Pengaturan perfusi serebral yang buruk
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
Kelainan kardiovaskular
Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada

bayi BKB
Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan hematologis
Anemia (onset dini atau lanjut)
Hiperbilirubinemia
Dissminated intravaskular coagulation (DIC)
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Metabolisme
Hipokalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Perbandingan masalah-masalah BBL KMK dan Imatur

Perubahan berat awal

Infeksi kongenital
Gangguan respirasi

Turun 5-10%

KMK Matur
(simetri)
Turun 5-10%

KMK Matur
(asimetri)
Turun <5%

kemudian naik

kemudian naik

kemudian naik

kemudian naik

perlahan
+
Penyakit

perlahan
+
Penyakit

perlahan
+
Tidak umum

dengan cepat
+
Sindrom

membran hyalin

membran hyalin

SMK Immatur

KMK Immatur

Turun 5-10%

aspirasi
kebocoran
udara

Sirkulasi janin

persisten
Serangan apnea
Polisitemia

++++
0

++++
0

0
+/-

0
+

28

Hiperbilirubinemia
Hipoglikemia
Kelainan kongenital
Perdarahan

++++
+
+/+++

++++
+
+
+++

+/+/+
+/-

+
+
?
+

Intrakranial
Asfiksia
Pertumbuhan (linier)

+
Normal

+
Sub normal

+/Sub normal

+
Normal

(beberapa akan

(jarang mengejar

mengejar

pertumbuhannya

pertumbuhannya
+++

Gejala sisa perilaku

++ (hampir

+++

+ (lebih sering

saraf

pada setiap

jika asfiksia

BBLR

berat)

1.1.1 Patofisiologi gangguan pertumbuhan intrauterin


Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin, yang
disebut juga Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap
janin bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap
pertumbuhannya janin saat penyebab tersebut terjadi. Walaupun setiap organ
dapat dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan intrauterin, efeknya pada
tiap organ tidak sama.
Jika gangguan

pertumbuhan

terjadi

pada

akhir

kehamilan,

pertumbuhan jantung, otak, dan tulang rangka tampak paling sedikit


terpengaruh, sedangkan ukuran hati. Limpa, dan timus sangat berkurang.
Keadaan klinis itu disebut gangguan pertumbuhan asimetri dan biasa terjadi
pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita penderita hipertensi kehamilan
(preeklampsia). Sebaliknya jika gangguan terjadi pada awal kehamilan
(30% bayi KMK) tampak pertumbuhan otak dan tulang rangka pun
terganggu. Keadaan klinis ini disebut gangguan pertumbuhan simetris dan
seringkali berkaitan dengan hasil akhir perkembangan syaraf yang buruk.
Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterin normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin. Berat lahir memiliki hubungan yang berarti
dengan berat plasenta. Berat lahir juga berhubungan secara berarti dengan
luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigen
29

dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang
diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. 25-35% kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap
sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan
komplikasi penyakit vaskular ibu.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu
dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran kecil
daripada ibu dengan berat badan normal atau berlebihan. Selama
embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan
janin. Hal ini dikarenakan kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan
nutrisi embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase
pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melibihi persedian ibu jika masukan nutrisi
ibu rendah.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah melahirkan bayi dengan
gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi
infeksi perinatal yang lebih tinggi.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan

untuk

berulangkali

melahirkan

bayi

KMK

(tingkat

pengulangan 25-50%), dan kebanyakan wanita tersebut dilahirkan sebagai


BBL KMK. 1

30

1.1.2. Diagnosis bayi berat lahir rendah


Anamnesis meliputi umur ibu, hari pertama haid terakhir, riwayat
persalinan sebelumnya, paritas, jarak kelahiran sebelumnya, kenaikan berat
badan selama hamil, aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang
diminum selama hamil.
Pemeriksaan fisik meliputi berat badan <2500 gram, tanda prematuritas
(bila bayi kurang bulan), tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi
kecil untuk masa kehamilannya).
Pemeriksaan penunjang meliputi :
-

Pemeriksaan skor Ballard


Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah
Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar elektrolit

dan analisis gas darah


Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan nafas


USG kepala terutama pada bayi dengan umur kahamilan <35 minggu,
dimulai pada umur hari ke 3 dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat. 3

1.1.3. Tatalaksanan bayi berat lahir rendah

Pemberian vitamin K1
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6

minggu)
Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangoro mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan
setempat.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
- Ukur suhu sesuai jadwal
Pemberian minum
- Asi merupakan pilihan utama

31

Apabila bayi mendapat asi, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian asi dan nilai kemampuan

bayi menghisap paling kurang sehari sekali


Apabila bayi sudah tidak mendapat cairan IV dan beratnya naik

20gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu


Pemberian minum minimal 8x/sehari. Apabila bayi masih menginginkan

dapat diberi lagi.


Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran

cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1000 gram


Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium

serta glukosa normal


Panduan pemberian minum berdasarkan BB
Berat lahir <1000 gram
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal <10mL/kg/hari
- Asi perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberi toleransi yang baik ,
-

tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap >24jam


Setelah 2 minggu : ASI perah+HMF (human milk fortifier)/full strength

preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram


Berat lahir 1000-1500 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal <10mL/kg/hari
- Asi perah/term formula/half-strenght preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik,
-

tambahan 1-2ml, interval 2 jam, setiap 24 jam


Setelah 2 minggu, asi perah+HMF (human milk fortifier)/full-strenght

preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram


Berat lahir 1500-2000 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavege feeding)
- Pemberian minum awal <10 ml/kg/hari
- Asi perah/term formula/half-strenght preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik,
-

tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap >12-24 jam


Setelah 2 minggu, asi perah+HMF (human milk fortifier)/full-strenght
preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram

32

Berat lahir 2000-2500 gram


- Apabila mampu sebaiknya diberi minum per oral
- Asi perah/term formula
Bayi sakit
- Pemberian minum awal <10ml/kg/hari
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik,
tambahan 3-5ml, interval 3 jam, setiap >8jam.3
1.1.4. Perawatan Metode Kangguru
BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan
di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan
mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi
mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit dengan
kulit ibunya. Perawatan metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR
terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan
kehangatan suhu tubuh.
Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 gram,
tanpa masalah/komplikasi. Syarat melakukan PMK :
Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
Bayi tidak Kejang
Bayi tidak Diare
Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit
Metoda ini berguna untuk mempercepat terjadinya kestabilan suhu tubuh
dan merangsang bayi baru lahir segera mengisap puting payudara ibu.
Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen :
1. Posisi

33

2. Nutrisi, selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui


PMK akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif,
karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu. Bayi
bisa menyusu lebih lama dan lebih sering.
3. Dukungan, keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk
pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di fasilitas kesehatan,
pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas kesehatan.
4. Pemantauan, BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat
dipulangkan lebih cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk
tumbuh kembangnya. Pastikan pertumbuhan dan perkembangan baik
(berat badan akan turun pada minggu pertama antara 10-15%,
pertambahan berat badan pada minggu kedua 15g/KgBB/hari).6
1.2.

Hipoglikemia
Bayi dengan kadar glucose darah <45 mg/dL disebut hipoglikemia.

Kadang asimptomatis. Hipoglikemia yang berkepanjangan dan berulang dapat


mengakibatkan dampak yang menetap pada SSP. Faktor yang paling krisis
pada hipoglikemia yang berhubungan dengan neurologik adalah masa atau
34

durasi terjadinya hipoglikemia dan jumlah waktu yang terbuang sebelum terapi
dimulai.
BBL yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia adalah
bayi kecil untuk masa kehamilan, bayi besar untuk masa kehamilan dan bayi
dari ibu dengan Diabetes mellitus.2
Keadaan hipoglikemia dapat sangat berbahaya terutama bila kadar
glukosa <25 mg/dL (1,4 mmol/L). Ketika kadar glukosa darah rendah, sel-sel
dalam tubuh terutama otak tidak menerima cukup glukosa dan akibatnya tidak
dapat menghasilkan cukup energi untuk metabolisme. Sel-sel otaka dan saraf
dapat rusak dan menyebabkan palsi serebral, retardasi mental, dan lain-lain.
1.2.1. Etiologi hipoglikemia
Peningkatan pemakaian glukosa : hiperinsulin
- Neonatus dari ibu penderita diabetes
- Besar masa kehamilan (BMK)
- Neonatus yang menderita aritroblasosis fetalis (isoimunisasi Rh-berat)
- Neonatus dengan sindrom Beckwith-Wiedemann (makrosomia,
mikrosefali
-

ringan,

omfalokel,

makroglosia,

hipoglikemia,

dan

viseromegali)
Neonatus dengan nesidioblastosis atau adenoma pankreatik
Malposisi kateter arteri umbilikalis
Ibu yang mendapat terapi tokolitik seperti terbutalin (-simpatomimetik);

klorpropamid; thiazid (diuretik)


- Setelah (pasca) transfusi tukar
Penurunan produksi/simpanan glukosa
- Prematur
- IUGR (intrauterin growth restriction)
- Asupan kalori yang tidak adekuat
- Penundaan pemberian asupan (susu/minum)
Peningkatan pemakaian glukosa dan atau penurunan produksi glukosa
- Stres perinatal
- Transfusi tukar
- Defek metabolisme karbohidrat
- Defisiensi endokrin
- Defek metabolisme asam amino
- Polisitemia
- Ibu mendapat terapi -blockers (labetalol atau propanol) atau steroid
1.2.2. Penatalaksanaan Hipoglikemia
Periksa kadar glukosa darah dalam usia 1-2 jam untuk bayi yang
mempunyai faktor resiko hipoglikema dan pemberian minum setiap 2-3jam

35

Pemberian asi. Apabila bayi dengan asi memiliki kadar glukosa rendah
tetapi kadar benda keton tinggi, sebaiknya dapat dikombinasi dengan susu

formula
Tata laksana hipoglikemia dapat diberikan sesuai dengan alhoritma berikut:
- Hitung Glucose Infusion rate (GIR) 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai
gula darah maksimnal, dapat dinaikkan 2 mg/kgBB/menit sampai
-

maksimal 10-12 mg/kgBB/menit


Bila dibutuhkan >12 mg/kgBB/menit, pertimbangkan obat-obatan
glukagon, kortikosteroid, diazoxide, dan konsultasi ke bagian endokrin

anak
Bila ditemukan GD 36-<47 mg/dL 2 kali berturut-turut berikan infus

dekstrosa 10% sebagai tambahan asupan per oral


Bila 2 x pemeriksaan berturut-turut GD >47 mg/dL setelah 24 jam terapi
infus glukosa, infus dapat diturunkan bertahap 2mg.kg/menit setiap 6jam,

periksa GD setiap 6jam, asupan per oral ditingkatkan.


Terapi darurat, pemberian segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa
10% = 2cc/kg dan diberikan melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai
keperluan.4

Gambar 2. Algoritma penatalaksanaan hipoglikemia

1.3.

Sepsis Pada Bayi Baru Lahir

36

Sepsis pada BBL adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh sperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih. Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko
misalnya pada BKB, BBLR, bayi dengan Sindrom Gangguan Napas atau bayi
yang lahir dari ibu beresiko.
Sepsis neonatus biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan
dini dan awitan lambat. Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari
pertama kehidupan (umur dibawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal
karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau
kelahiran. Sedangkan awitan lambat terjadi disebabkan kuman yang berasal
dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam
ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya
infeksi karena kuman nosokomial. Selain perbedaan waktu paparan kuman,
kedua bentuk infeksi juga berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi.
Selanjutnya baik patogenesis, gambaran klinis ataupun panatalaksaan penderita
tidak banyak berbeda dan sesuai dengan perjalanan sepsisnya yang dikenal
dengan cascade sepsis.
Sejak adanya konsensus

dari

Amrican

College

of

Chest

Physicians/Society of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul


berbagai istilah dan definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada
kelompok BBL dan penyakit anak. Istilah/definisi tersebut antara lain:
Sepsis merupakan sindrom respon sistemik (Systemic Inflammatary
Respons Syndrome SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri,

virus, jamur, ataupun parasit.


Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ
kardiovaskular dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ

lain (seperti gangguan neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi).


Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun

telah mendapatkan cairan adekuat


Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan hemeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua
atau lebih organ tubuh.

37

Pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi dapat terjadi pada bayi. Di
negara berkembang macam infeksi yang sering ditemukan berturut-turut
infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal,
sepsis dan meningitis.
1.3.1. Patofisiologi dan patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terdahap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh speerti plasenta, selaput amnion,
khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun
demikian kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui barbagai
jalan yaitu:
1. Infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janin
melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
Keadaan ini ditemukan pada infeksi TORCH, Triponema pallidum atau
Listeria dll.
2. Prosuder obstetri yang berkurang mempertahankan faktor aseptik/antisepsik
misalnya saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau
amniosentesis. Paparan kuman pada cairan amnion saat prosuder dilakukan
akan menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman
pada janin
3. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan
lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk
ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui
saluran pernafasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman
pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah
lebih dari 18-24 jam.
Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik
karena infeksi silang ataupun alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang
mendapat prosedur neonatal invasif seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam
ventilator, kurang mempertahankan tindakan antisepsis, rawat inap yang terlalu
lama dan hunian terlalu padat, dll. Bila paparan kuman pada kelompok ini
berlanjut dan memasuki aliran darah maka akan terjadi respon tubuh yang
berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai reaksi tubuh yang

38

terjadi akan memperlihatkan pula bermacam gambaran klinis pada pasien.


Tergantung dari perjalan penyakit, gambaran klinis yang terlihat akan berbeda,
karenanya penatalaksanaan penderita selain pemberian antibiotik, harus
memperhatikan pula gangguan fungsi organ yang timbul akibat beratnya
penyakit.
Informasi dalam patogenesis dan perjalan penyakit penderita sepsis ini
merupakan konsep patogenesis infeksi yang banyak dibahas akhir-akhir ini dan
dikenal dengan konsep systemic inflammatory syndrome (SIRS). Dalam
konsep ini diajukan adanya gambaran klinik infeksi dengan respon sistemik
yang pada stadium lanjut menimbulkan perubahan fungsi berbagai organ tubuh
yang disebut multi organ dysfunction syndrome (MODS).
Dalam sistem imun, salah satu respon sistemik yang penting pada pasien
SIRS adalah pembentukan sitokin. Sitokin yang terbentuk dalam proses infeksi
berfungsi sebagai regulator reaksi tubuh terhadap infeksi, inflamasi, atau
trauma. Sebgain sitokin (Pro inflammatory cytokine seperti IL-1, IL-2, dan
TNF-) dapat memperburuk keadaan penyakit tetapi sebagian lainnya (antiinflammatory cytokin seperti IL-4 dan IL-10) bertindak merendam infeksi dan
mempertahankan homeostatis organ vital tubuh.
Perubahan sistem imun penderita sepsis menimbulkan perubahan pula
pada system koagulasi. Pada sistem koagulasi tersebut terjadi peningkatan
pembentukan Tissue Factor (TF) yang bersama dengan faktor VII darah akan
berperan pada proses koagulasi. Kedua faktor tersebut menimbulkan aktivasi
faktor IX dan X sehingga terjadi proses hiperkoagulasi yang menyebabkan
pembentukan trombin yang berlebihan dan selanjutnya meningkatkan produksi
fibrin dan fibrinogen. Pada pasien sepsis, respon fibrinolisis yang biasa terlihat
pada bayi normal juga terganggu. Supresi fibrinolisis terjadi karena
mengingkatnya pembentukan plasminogen-activator inhibitor-1 (PAI-1) yang
dirangsang oleh mediator proinflamasi (TNF-). Demikian pula pembentukan
trombin yang berlebihan berperan dalam aktivasi thrombin-activatable

39

fibrinolysis inhibitor (TAF-1) yaitu faktor yang menimbulkan supresi


fibrinolisis. Kedua faktor yang berperan dalam supresi ini mengakibatkan
akumulasi fibrin darah yang dapat menimbulkan mikrotrombi pada pembuluh
darah kecil sehingga terjadi gangguan sirkulasi. Gangguan tersebut
mengakibatkan hipoksemia jaringan dan hipotensi sehingga terjadi disfungsi
berbagai organ tubuh. Manifestasi disungsi multiorgan ini secara klinis dapat
memperlihatkan sindrom distres respirasi, hipotensi, gagal ginjal dan bila tidak
teratasi akan diakhiri dengan kematian pasien.5
1.3.2. Diagnosis
Diagnosis sepsis neonatal sulit karena gambaran klinis pasien tidak
spesifik. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak berbeda dengan gejala penyakit
non infeksi berat lain pada BBL. Selain itu tidak ada satupun pemeriksaan
penunjang yang dapat dipakai sebagai pegangan tunggal dalam diagnosis pasti
pasien sepsis.
Dalam menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara lain
faktor resiko, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang. Ketiga faktor ini perlu
dipertimbangkan saat menghadapi pasien karena salah satu faktor saja tidak
mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan diagnosis pasien.
Faktor resiko sepsis dapat bervariasi tergantung awitan sepsis yang
diderita pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama
kehamilan, persalinan ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk
melakukan elaborasi lebih lanjut sepsis neonatal. Berlainan dengan awitan dini
pada awitan lambat, infeksi terjadi karena sumber infeksi yang terdapat dalam
lingkungan pasien.
Pada sepsis awitan dini faktor resiko dikelompokkan menjadi:
1. Faktor ibu
- Persalinan dan kelahiran kurang bulan
- Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam
- Chorioamnionitis
- Demam pada ibu (>380C)
- Infeksi saluran kencing pada ibu
- Faktor social ekonomi dan gizi ibu
2. Faktor bayi
- Asfiksia perinatal
- Berat lahir rendah

40

Bayi kurang bulan


Prosedur invasif
Kelainan bawaan
Berlainan dengan awitan dini, pada pasien awitan lambat, infeksi terjadi

karena sumber infeksi yang berasal dari lingkungan tempat perawatan pasien.
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif BBL,
bayi kurang bulan yang mengalami perawatan lama, nutrisi parenteral yang
berlarut-larut, infeksi yang bersumber dari alat perawatan bayi, infeksi
nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga medik yang
merawat bayi.
Pada sepsis awitan dini janin yang terkena infeksi mungkin menderita
takikardi, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai apgar
rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tampak gembaran klinis sepsis
seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia.
Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan gangguan fungsi organ tubuh. Jika
sepsis disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi, atau hipotensi sepsis
dikategorikan sebagai sepsis berat.
Gangguan fungsi organ tersebut antara lain kelainan susunan saraf pusat
seperti letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar
high pitch cry dan bayi menjadi iritabel serta mungkin disertai kejang.
Kelainan kardiovaskular seperti hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clummy
skin. Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal
ataupun gangguan respirasi seperti perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi
abdomen, intoleransi minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang,
takiphnu, apnu, merintih dan retraksi. Manifestasi gambaran klinis sangat
terpengaruh pada beratnya gangguan yang terjadi pada masing-masing organ.
Bervariasinya gejala klinis dan gambaran klinis yang tidak seragam
menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosis pasti. Untuk hal itu
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan
khusus lainnya sering dipergunakan dalam membantu menegakkan diagnosis.
Sampai saat ini pemeriksaan laboratorium tunggal yang mempunyai sensitifitas
dan spesifitas tinggi sebgai indikator sepsis, belum ditemukan. Dalam

41

penentuan diagnosis, interpretasi hasil laboratorium hendaknya memperhatikan


faktor resiko dan gejala klinis yang yang terjadi.5
Hasil biakkan darah sampai saat ini masih menjadi baku emas dalam
menentukan diagnosis, tetapi hasil pemeriksaan membutuhkan waktu minimal
2-5 hari. Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultur dan pengecatan Gram
pada sample darah, urin, dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji kepekaan
kuman. 8
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan komponen-komponen darah.
Pada sepsis neonatal trombositopenia dapat ditemukan pada 10-60% pasien.
Jumlah trombosit biasanya kurang dari 100.000 dan terjadi pada 1-3minggu
setelah diagnosis sepsis ditegakkan.
Sel darah putih dianggap lebih sensitif dalam menunjang diagnosis
ketimbang hitung trombosit. Enam puluh persen pasien sepsis biasanya disertai
perubahan hitung neutrofil. Rasio antara neutrofil imatur dan neutrofil total
(rasio I/T) sering dipakai sebagai penunjang diagnosis sepsis neonatal.
Sensitifitas rasio I/T ini 60-90%, karenanya untuk diagnosis, perlu disertai
kombinasi dengan gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang lain.
C-reactive protein (CRP), yaitu protein yang timbul pada fase akut
kerusakan jaringan, meningkatkan pada 50-90% pasien sepsis neonatal.
Peninggian kadar CRP ini terjadi 24 jam setelah terjadi sepsis, meningkat pada
hari 2-3 sakit dan menetap tinggi sampai infeksi teratasi. Karena protein ini
dapat meningkat pada berbagai kerusakan jaringan tubuh, pemeriksaan ini
tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal dalam menegakkan sepsis
neonatal. Nilai CRP akan lebih bermanfaat bila dilakukan secara serial karena
dapat memberikan informasi respon pemberian antibiotika serta dapat pula
dipergunakan untuk menentukan lamanya pemberian pengobatan dan kejadian
kekambuhan pada pasien dengan sepsis neonatal.5
1.3.3. Manajemen
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis
neonatal. Pada kenyataan menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan
membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis
harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian

42

antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarikan


berlanjutnya perjalanan penyakit.
Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibotik
komninasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen
yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut
mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman Gram positif ataupun Gram
negatif. Tergantung pola dan resistensi kuman di masing-masing Rumah sakit
biasanya

antibiotik

yang

dipilih

adalah

golongan

ampisilin/kloksasilin/vankomisin dan golongan aminoglikoid/sefalosporin.


Lamanya pengobatan sangat tergantung kepada jenis kuman penyebab.
Pada pemderita yang disebabkan oleh kuman Gram Postif, pemberian
antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan penderita Gram Negatif
peengobatan dapat diteruskan sampai 2-3 minggu.
Walaupun pemberian antibiotik masih merupakan tatlaksana utama
pengobatan sepsis neonatal, berbagai upaya pengobatan tambahan (adjunctive
therapy, adjuvant therapy) banyak dilaporkan memperbaiki mortalitas bayi.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Danamik, Sylviati M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi
dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2014.
2. Sarosa, Gatot Irawan. Kejang dan Spasme dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi
Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2014.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi Berat Lahir Rendah dalam Pedoman
Pelayan Medis. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2009.
43

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hipoglikemia dalam Pedoman Pelayan Medis.


Jakarta : badan Penerbit IDAI. 2009.
5. Aminullah, Asril. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir dalam Buku Ajar Neonatologi
Edisi pertama. Jakarta : badan Penerbit IDAI. 2014.
6. Kementrian Kesehatan RI. Perawatan Metode Kangguru dalam Buku Saku
Pelayanan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayan Kesehatan Dasar.
2010.
7. Kosim, Sholeh. Perilaku bayi Baru Lahir dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi
Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2014.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sepsis Neonatal dalam Pedoman Pelayan
Medis. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2009.

44

Anda mungkin juga menyukai