Anda di halaman 1dari 5

Ryscha Yuliardi

Sebut dan jelaskan empat faktor yang bisa mendorong seseorang memilih pekerjaan sebagai
mercenary !

Kehadiran mercenaries dalam sejarah ranah perang memang tidak bisa dikesampingkan.
Mercenary yang dalam bahasa latin merces berarti upah atau gaji, mendefinisikan seseorang
atau sekelompok orang yang pekerjaan utamanya adalah pergi berperang atas dasar bayaran
materiil dan bukan karena motif politik ( McFate, 2014;47 ). Pekerjaan mercenary ini sendiri
telah berkelana jauh sebelum modern state berdiri, King Shulgi of Urs army (20942047
SM); Xenophons army of Greek mercenaries yang dikenal sebagai the Ten Thousand (401
399 SM); dan Carthages mercenary armies dalam Perang Punic melawan Rome (264146
BC) ( McFate, 2014;48 ). Selanjutnya, menginjak pada era decolonization , praktek-praktek
mercenary mulai tumbuh subur di negara-negara Afrika di tahun 1960-an. Pada tahun 1993,
Executive Outcomesebuah perkumpulan mercenarymendapat pekerjaan dari pemerintah
Angola untuk memberantas kelompok pemberontak UNITA ( National Union for the Total
Independence of Angola ) dan mengambil alih fasilitas kilang minyak di kota Soyo. Namun,
dua tahun kemudian, pemerintahan Sierra Leon menyerang balik Liberia dengan
memanfaatkan jasa Executive Outcome ( McFate, 2014;37 ). Bila melihat salah satu contoh
peristiwa terakhir yang disebutkan, maka akan muncul pertanyaan, bagaimanakah sebenarnya
jalan fikir seorang mercenary ? Untuk menjawab hal tersebut, penulis akan berkaca banyak
pada tulisan milik Sarah Percy ( 2007 ) yang berjudul Mercenaries-The History of Norm in
International Relations.
Terdapat empat buah alasan yang mendasari jalan fikir seorang mercenary,dalam tulisannya,
Percy ( 2007 ) mengungkapkan bahwa seorang mercenary ini adalah seseorang yang benarbenar independen. Pertama, Mercenary pada umumnya, dan bila melihat pada garis sejarah

Ryscha Yuliardi
yang ada, motif utama mereka adalah soal materi / uang. Mereka akan menjual jasa dan
kemampuan mereka di medan perang kepada seseorang yang sanggup dan menginginkan
kehadiran mereka ( Percy, 2007;55 ). Dalam biografi William Marshalseorang ksatria era
abad 12, banyak seseorang ksatria yang rakus akan kekayaan, mereka dengan gampang
membelot kepada satu tuan ke tuan yang lain tanpa berpikir panjang hanya karena mereka
dibayar lebih mahal ( France, 2008;19 ).
I have as much affection for the Basque routiers (companha) as
for greedy prostitutes. Sacks of sterling pennies and Capetian
moutons offend me when they are the product of fraud. A
household knight (maisnadier) who shows himself greedy ought to
be hung, along with the magnate (ric ome) who sells his services.
No man ought to pursue Lady Greed, who sells her favours for
money ( de Borne, 1888 ).
Pendapat diatas lantas juga kian diperkuat oleh tulisan milik Paul Balor ( 1988 ), ia
mengatakan dengan jelas bahwa motif utama dari seorang mercenary adalah soal uang.
Jumlah uang yang ditawarkan pun tidak bisa dipandang sebelah mata, bayaran sebuah
kelompok mercenaries di Afrika pada tahun 1990an berkisar sekitar 40 juta US dollar per
tahun, dan bayaran seorang mercenary paling rendah sendiri umumnya berkisar sekitar 10x
lipat dari bayaran seorang tentara resmi ( McFate, 2014;44 ).
Alasan kedua yang mendorong seseorang tertarik menjadi seorang mercenary adalah tidak
lain karena di dalam mercenary tidak adanya degree of legitimate control ( Percy,2007;57 ).
Hal ini bisa menjadi daya tarik bagi seseorang yang ingin memiliki kebebasan penuh dalam
pekerjaanya. Ketika pada umumnya dalam setiap pekerjaan memiliki seperangkat aturan /
norma yang berlaku dan perintahan atasan yang harus dikerjakanutamanya dalam

Ryscha Yuliardi
duniamilitertidak demikian halnya dengan yang terjadi dalam dunia mercenary. Seorang
mercenary tidak terikat oleh norma / aturan / perintah dari negara atau pun penyewa jasa
mereka. Mereka juga tidak memiliki komando pusat yang bisa menyalahkan setiap tindakan
mereka. Mereka benar-benar memiliki keistemewaan penuh dalam menentukan cara mereka
bekerja. Bahkan karena tidak ada otoritas legal yang mengontrol mereka, mereka bisa saja
berhenti di tengah-tengah tugas mereka dan atau bahkan tidak pernah melakukan tugas
mereka sesuai penawaran pemakai jasa ( Percy;2007;55 ). Dengan kata lain, seorang
mercenary bisa sesuka hati mengerjakan tugasnya dan ia tidak memiliki tanggung jawab
terikat dengan pihak penyewa jasa. Hal tersebut lantas menjadi alasan ketiga, mengapa
seseorang tertarik untuk menjadi mercenary. Tidak adanya pertanggung jawaban langsung
kepada penyewa adalah sesuatu yang spesial yang jarang terjadi di dalam dunia internasional.
Ketika seorang mercenary disewa jasanya, mereka tidak memiliki hubungan tanggung jawab
timbal balik satu sama lain. Dengan kata lain, apa yang dikerjakan oleh mercenary tidak perlu
dipertanggung jawabkan kepada penyewa jasa dan lagi, penyewa jasa tidak bisa menuntut
mercenary untuk memenuhi dan mematuhi keinginan mereka ( Percy;2007;59 ). Ketika
mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap penyewa jasa, maka mereka juga tidak akan
menjadi tanggung jawab dari pihak penyewa. Hal ini lantas mendorong mercenary untuk bisa
melindungi diri mereka sendiri bila menjadi incaran kelompok lain. Biasanya, demi
melindungi diri dan keluarga, mereka memilih menggunakan identitas palsu dan atau memilih
menjadi anonymous ( Balor, 1988;67 ). Dan faktor latar belakang keempat adalah belum
adanya aturan internasional yang benar-benar ketat dalam mengatur masalah mercenary.
Tindakan mercenary yang masih menjadi pro-kontra dalam dunia internasional ternyata masih
belum bisa dimasukkan sebagai subjek hukum internasional. Hal tersebut lantas membuka
kemungkinan mercenary untuk menghindari setiap tuduhan yang dijatuhkan kepadanya.
Lebih lanjut, mercenary yang disebut sebagai seseorang tanpa warga negara ini memiliki

Ryscha Yuliardi
banyak identitas yang beragam untuk menutupi identitas aslinya ( Balor, 1988;67 ). Dalam
perkembangannya, meskipun telah ada bahasan tersendiri untuk regulasi hukum mercenary,
rencana tersebut masih dinilai tidak akan bisa berjalan efektif dikarenakan nilai-nilai yang
coba diterapkan masih rawan untuk diakali oleh para mercenaries ( Percy, 2007;240 ). Dan
apabila hukum yang belum matang ini dipaksakan untuk diterapkan, justru nantinya
dikhawatirkan akan menyerang balik si pembuat kebijakan karena ketidakefektifan hukum
tersebut. Dengan tidak adanya hukum yang mengatur secara jelas,pihak mana yang tidak
tergiur untuk memanfaatkan mercenary sebagai pemenuh interest mereka.
Secara keseluruhan, penulis bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa, sebenarnya, yang
menjadikan pekerjaan mercenary ini menarik dengan segala resiko nya adalah, motif free to
act. Kebebasan dalam menyelesaikan tugasnya tanpa ada desakan dari pihak terkait di tengah
serangkaian ketatnya aturan internasional, merupakan nilai lebih, terutama bagi mereka yang
memang sebelumnya terjun dalam dunia militer. Mercenary bisa menjadi angin segar untuk
menguji dan menggunakan secara maksimal semua potensi yang mereka miliki, belum lagi
upah yang mereka terima dalam jumlah berlipat-lipat melebihi pendapatan mereka
sebelumnya. Yang menjadi tantangan bagi seorang mercenary bagi penulis, tidak lain adalah
dirinya sendiri, apakah dia bisa membawa dirinya dalam arah yang profesional atau akan
semena-mena memenuhi sifat rakus seperti para mercenary pada abad pertengahan pada
umumnya.

Ryscha Yuliardi
Referensi :

Balor, P ( 1988 ). Manual of the Mercenary Soldier : A Guide to Mercenary War, Money, and
Adventure. Paladin Press
de Born ( 1888 ). Posies compltes . Dalam Mercenaries and Paid Men the Mercenary
Identity in the Middle Ages. History of Warfare ( volume 7 ), 18.
France,J ( 2005 ). Mercenaries and Paid Men the Mercenary Identity in the Middle Ages.
History of Warfare ( volume 7 ).
McFate,S ( 2014 ). The Modern Mercenary : Private Armies and What They Mean for World
Order. New York : Oxford Univesrity Press.
Percy,S ( 2007 ). Mercenaries the History of a Norm in International Relations. New York :
Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai