Potret Pelanggaran HAM Di Indonesia
Potret Pelanggaran HAM Di Indonesia
Negara
Republik
Indonesia
sebagai
sebuah
Negara
Hukum
yang
dari keberadaanya
demikian,
martabat
manusia merupakan sumber dari seluruh HAM. Di Indonesia, konsep HAM dapat
ditemukan antara lain dalam UURI No.39 Tahun 1999 tentang HAM, seperangkat
hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
dan perlindungan harkat dan martabat manusia. UURI No.39 Tahun 1999 juga
mendefinisikan kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi
manusia. Sedangkan menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk
aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Kasus pelanggaran HAM yang pernah
diadili di Indonesia adalah kasus Timor-Timur, Tanjung Periok dan yang terakhir
kasus Abepura di Papua. Namun dari kesekian contoh kasus tersebut, beberapa
adalah pelanggaran HAM berat yang notabene dinilai dari jatuhnya korban jiwa,
lantas bagaimana dengan yang kasat mata ?
Indonesia pasca reformasi telah memiliki begitu banyak landasan hokum hak asasi
manusia yang menjamin dengan tegas terhadap tanggung jawab pemenuhan hak
atas pendidikan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sudah sangat jelas menjamin bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara.
Pasal 12 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tegas
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan. Bahkan, Pasal 4 ayat (1) UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga tegas
menyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa ( www.suryaden.my.id ).
Namun lagi-lagi Pemerintah, nampaknya lalai atau mungkin (me)lupa(kan) akan
peraturan yang pernah ia buat.
kesehatan dan komunikasi kerap diabaikan oleh pemilik perusahaan, ada indikasi
praktek Sweatshop dengan memperkerjakan buruh yang masih berusia di bawah
17 tahun dengan status masih anak-anak ( www.tempo.co ). Bagas, salah seorang
buruh korban penyekapan, mengatakan selama bekerja dia mengetahui ada seorang
anggota polisi yang kerap. Bagas menyebutnya sebagai anggota Brimob yang sering
menakut-nakuti dengan senjata api. "Kamu mau ditembak seperti ini," kata dia
mengutip pernyataan anggota kepolisian itu. Bagas menceritakan anggota Brimob
yang dikenal dengan nama Nurjaman itu selalu datang untuk mengancam para
pekerja. Brimob itu, kata dia, kerap membentak dan memukuli pekerja lain untuk
memberi pelajaran. "Dia menembak ke tanah dan membentak kami," kata dia di
Kontras pada Rabu, 8 Mei 2013. Nurjaman, kata dia, juga selalu datang jika ada
pekerja yang kabur. Pukulan dan bentakannya akan lebih keras dari biasanya. Jika
ada yang kabur, kata Bagas, Nurjaman akan menanyai teman yang satu daerah
dengan buruh yang kabur. Dia memaksa, apakah yang kabur pernah bercerita. Setiap
pertanyaan, kata dia, disertai pukulan dan tendangan. "Jika ada yang kabur,
temannya akan dipukuli," ujarnya. Pemuda berusia 22 tahun ini telah bekerja selama
enam bulan di pabrik pembuat panci di Tanggerang itu. Selama itu pula dia telah
menerima kekerasan fisik dan mental ( www.tempo.co ).
Kesimpulan
Salah satu aspek kemanusiaan yang sangat mendasar dan asasi adalah hak untuk
hidup dan hak untuk melangsungkan kehidupan, karena hak-hak tersebut diberikan
langsung oleh Tuhan kepada setiap manusia. Oleh karena itu, setiap upaya
perampasan terhadap nyawa termasuk di dalamnya tindak kekerasan pada
hakekatnya merupakan pelanggaran HAM bila dilakukan secara sewenang-wenang
dan tanpa dasar pembenaran yang sah menurut hukum dan perundangan yang
berlaku ( Arief, 1966:76-77 ).
Kondisi Indonesia saat ini amat jauh dengan cita-cita awal yang ingin menegakkan
HAM tanpa terkecuali, hal ini bisa dilihat pada fenomena-fenomena kekinian,
dimana semakin marak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
tidak hanya oleh sesama masyarakat, namu pemerintah pun juga telah mengambil
bagian di dalamnya. Kepedulian terhadap sesama sudah mulai terkikis oleh
timbulnya rasa tidak simpatik terhadap sesama manusia yang mungkin timbul
akibat adanya kemajuan zaman yang telah membutakan nurani. Hal ini juga
diakibatkan oleh adanya keinginan untuk memperkaya diri sendiri, sehingga
mengesampingkan hak-hak yang dimiliki manusia lain. Sehingga, dengan kata lain,
bangsa Indonesia ini bisa dikatakan bahwa hanya pandai dan ahli dalam membuat
aturan, namun dalam pelaksanaanya, nampaknya kita masih perlu banyak belajar.
Referensi :
,Difabel
Tidak
Boleh
Kuliah
di
Indonesia
dalam
http://suryaden.my.id/gaya/difabel-tidak-boleh-kuliah-di-indonesia/ diakses 17
April 2014
www.tempo.co ,Sekap Pabrik Buru Panci di Sepatan digerebek, dalam
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/04/064477916/Sekap-BuruhPabrik-Panci-di-Sepatan-Digerebek/ diakses 17 April 2014