Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana alam selalu menyisikan duka dan kerugian bagi masyarakat,
termasuk kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Bencana alam yang terjadi
tidak sepenuhnya menjadi otoritas Tuhan, tetapi terdapat juga bencana-bencana
alam yang disebabkan oleh ulah manusia. Manusia membakar hutan, membuat
hutan beton diatas resapan air, hutan ditebang dan digunduli secara tidak terkendali,
ekosistem laut musnah dengan cara di bom, adalah contoh serentetan perilaku
manusia yang dapat menjadi pemicu terjadinya bencana alam.
Salah satu bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap
alam adalah bencana gema bumi (seisme). Bencana alam gempa bumi ini biasanya
terjadi tiba-tiba dan sulit diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi
bergetar dengan skala ringan sampai skala besar. Gempa bumi terjadi karena
lempengan dan patahan bumi biasanya mengalami pergeseran (gempa tektonik)
atau disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi (magma) yang
menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik).
Wilayah indonesia termasuk salah satu wilayah didunia yang paling rentan
terjadinya gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, kita mengetahui terjadinya
berbagai genpa bumi yang melanda berbagai daerah di indonesia, seperti di Niasm
Sumatra Barat, Yogyakarta dan Jawa Barat bagian selatan (Tasikmalaya, Ciamis,
Cianjur, Sukabumi)
Gerakan peduli terhadap alam dan lingkungan, ,mutlak perlu terus dilakukan
agar bumi ini terselamatkan dari bencana alam yang dahsyat lagi.
A.
BAB II
PEMBAHASAN
Tipe-Tipe Gempa Bumi dan Proses Terjadinya
Gempa bumi atau seisme adalah getaran pada permukaan bumi yang
disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi. Menurut para ahli seismologi, terjadinya
gempa bumi dapat dibedakan atas 3 macam yaitu, gempa vulkanik, gempa
runtuhan, dan gempa tektonik.
1.
Ukuran skala intensitas ini didasarkan pada getaran yang tersisa dipermukaan bumi,
C.
1.
2.
3.
D.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
E.
misalnya dari akibat gempa itu sendiri terhadap manusia dan alam sekitarnya. Skala
intensitas ini disebut juga skala kekuatan relatif. Skala kekuatan relatif disusun oleh
Mercalli dan Cancani terdiri dari tingkat atau intensitas I sampai dengan VII. Namun
Van Bemmelen membuat penyesuaian pengukuran yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia.
Pembagian Gempa Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum
Disamping skala kekuatan gempa berdasarkan intensitasnya, perlu kita
ketahui kekuatan gempa disatu daerah selain di pengaruhi oleh jaraknya dari pusat
gempa diatas itu sendiri dan kedalaman pusat gempa di dalam bumi (hiposentum).
Makin dangkal hiposentrumnya, makin kuat gempa yang dirasakan dipermukaan
bumi. Oleh karena itu berdasarkan kedalam hiposentrumnya gempa bumi dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu :
Gempa dangkal, dengan kedalaman hiposentrumnya kurang dari 60 Km
Gempa menengah, dengan kedalaman hiposentrumnya antara 60-300 Km.
Gempa dalam, dengan kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 Km.
Kerusakan-kerusakan Yang Terjadi Akibat Gempa Bumi
Peristiwa-peristiwa bencana bumi selalu menimbulkan kerugian, baik berupa
kerusakan infrastruktur, maupun korban jiwa. Dari catatan sejarah gempa bumi yang
pernah terjadi di sleuruh dunia sejak 4.000 tahun yang lalu hingga kini, telah
memakan korban jiwa lebih dari 13 juta orang. Sedangkan kerusakan-kerusakan
yang umumnya terjadi sebagai gempa bumi antara lain :
Kerusakan jalan karena terjadi keretakan, patah, terpotong, mengalami
keamblasan, longsor dipinggir jalan, aspal terkelupas dan sebagainya.
Kerusakan jembatan akibat terpotongnya konstruksi jembatan dengan jalan. Jalan
yang menghubungkan jembatan mengalami ambles, konstruksi jembaran rusak
(patah, bengkok, miring, putus), pondasi jembatan ambles kedalam tanah, dll.
Kerusakan bangunan dipusat perekonomian dan pemerintahan seperti perkotaan,
pusat perdagangan dan perkantoran. Bangunan-bangunan hancur berantakan
akibat guncangan gempa.
Turun atau amblesnya permukaan tanah hingga mengakibatkan permukaan tanah
tersebut lebih rendah dari permukaan air laut dan menjadi tergenang oleh air laut.
Contoh fenomena ini adalah guncangan gempa bumi di pulau Nias pada tanggal 28
Maret 2005 yang menyebabkan Desa Bozihena turun kurang lebih dari 1 meter.
Selain kerusakan fisik dan banyaknya korban jiwa, pengaruh khusus lainnya
yang merugikan sebagai akibat dari gempa bumi, antara lain :
Menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum : luka karena retak tulang
merupakan masalah yang menyebar secara luas. Rusaknya kondisi-kondisi
sanitas
5
yang mengakibatkan terjadinya wabah penyakit.
Tidak tersedianya cadangan air : kemungkinan terjadinya masalah serius yang
disebabkan karena rusaknya sistem-sistem air, pencemaran air sumber mata air
yang terbuka, dan perubahan skema air.
Faktor-fakor yang mempengaruhi Besarnya kerusakan dan Banyaknya
Korban Akibat Gempa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
F.
G.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Banyaknya korban jiwa yang diakibatkan gempa bumi terjadi karena pusat-pusat
kepadatan diperkotaan besar dan daerah industri. Kebanyakan terjadi akibat dari
besarnya getaran yang menyebabkan runtuh Nya bangunan dengan struktur yang
lemah.
Faktor lain yang mempengaruhi kerusakan akibat gempa adalah lokasi, misalnya
longsoran, batuan/tanah yang mengembang, struktur geologi, goncangan air
didanau/waduk, patahan dan likuifaksi. Gempa yang besar ini dapat menimbulkan
terjadinya longsoran, retakan, patahan, likuifaksi, serta tsunami yang dahsyat pula
dan banyak memakan korban.
Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, banyaknya kerusakan dan
kerugian akibat gempa juga ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
Skala atau magnitudo gempa
Durasi dan kekuatan getaran
Jarak dan sumber gempa terhadap perkotaan.
Kedalaman sumber gempa.
Kualitas tanah dan bangunan
Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai
Upaya Dalam Mitigasi Gempa Bumi
Untuk mengurangi dan meredam korban dan kerugian harta benda akibat
fenomena alam yang berasal dari proses geologi yang menyebabkan terjadinya
gempa bumi, perlu dilakukan upaya Mitigasi. Mitigasi adalah istilah gabungan yang
digunakan untuk semua tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu
bencana (tindakan-tindakan pra-bencana) yang meliputi kesiapan, dan tindakantindakan pengurangan resiko.
Penanggulangan Sesudah Terjadi Bencana Gempa Bumi
Dalam tahapan penanggulangan bencana, pemulihan merupakan salah satu
komponen penting setelah terjadinya bencana. Sesudah bencana terjadi, biasanya
korban perlu ditangani dengan cepat.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada tahap pemulihan bencana gempa,
adalah sebagai berikut :
Melakukan evakuasi dan mendirikan tenda-tenta pengungsian bagi korban.
Melakukan penyelamatan
Menyediakan bantuan medis
Menyediakan MCK, air minum dan makanan
Menyediakan pendidikan darurat
Melakukan upaya pemulihan psikologis para korban
Memperbaiki dan membanun kembali gedung, sarana dan6 failitas lainnya.
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
a.
Gempa bumi adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan oleh
tenaga dari dalam bumi. Gempa bumi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu gempa
Vulkanik, gempa runtuhan dan gempa tektonik.
b.
Skala untuk mengukur kekuatan gempa (Magnitudo) adalah Skala Richter.
Skala yang dibuat oleh Richter bukan satu-satunya ukuran yang digunaakn untuk
mengetahui kekuatan gempa. Disamping skala kekuatan gempa yang dibuat
Richterm ada skala yang bernama skala intensitas.
c.
Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi dpat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1.
2.
3.
f.
g.
Mitigasi adalah istilah gabungan yang digunakan untuk semua tindakan yang
dilakukan sebelum munculnya suatu bencana (tindakan-tindakan pra-bencana) yang
meliputi kesiapan dan tindakan-tindakan penanggulangan resiko.
h.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada tahap pemulihan bencana
gempa bumi adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Syafrezani, sampaguita. (2010). Tanggap Bencana Alam Gempa Bumi.
Bandung:Angkasa.
Watt, Fiona.(2009). Gempa Bumi Dan Gunung Api.Bandung:Felicity Brooks.
ww.google.com
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng
9 bagian utara dan
Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di
Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan
saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke
bawah lempeng Euro-Asia. Penunjaman lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke utara dengan lempeng Euro- Asia yang bergerak ke selatan
menimbulkan jalur gempabumi dan rangkaian gunungapi aktif sepanjang
Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, belok ke utara ke Maluku
dan Sulawesi Utara, sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng.
No.
1.
2.
3.
Tahun Magnitudo
(Mw)
1896
1926
7,8
1943
-
4.
5.
6.
7.
1994
2000
2005
2006
7
7,
8,
6,
2
MMI
VIII
I
I
I
X
VII
VII
I
Korban
Daerah
Jiwa (org)
25
Pulau Timor
35
Sumatra Barat
21
Yogyakarta
Jawa Tengah
l.207
Liwa,
100
Bengkulu
> 1.000 Pulau Nias
> 5.700 Yogyakarta
Jawa Tengah
2. Mitigasi
Gempabumi sampai saat ini belum dapat diperkirakan saat
kejadiannya kapan, dimana dan berapa besarannya. Dapat terjadi siang
hari pada saat kita bekerja ataupun malam pada saat sedang tidur lelap,
sehingga tidak dapat menyelamatkan diri karena kejadiannya berlangsung
sangat cepat tertimpa runtuhan bangunan,longsoran bukit ataupun tersapu
badai tsunami.
Upaya untuk mengurangi ke h i l a n g a n n ya wa d a n h a rt a b e n d a
d e n g a n me m p e rke ci l dampak bencana sering kali disebut sebagai
Mitigasi Bencana sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana untuk menghadapi kemungkinan
bencana yang akan datang. Salah satu bentuk mitigasi untuk meminimisasi
dampak korban gempabumi yaitu dengan mengetahui karakteristik setiap
wilayah untuk mengetahui tingkat kerawanannya terhadap bencana, sebagai
pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana gempabumi
sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
3. Peran PJ dan SIG dalam mitigasi bencana
1
1
1
2
3.2.
Satelit-satelit membuat kemungkinan untuk memonitor kejadian dari
bencana
Ketika suatu bencana terjadi, kecepatan pengumpulan informasi dari wahana
udara dan wahana ruang angkasa dapat digunakan merekam dan diperoleh
informasi wilayah bencana dengan cepat tanpa kendala sehingga dapat digunakan
untuk memonitor kejadian dari bencana. Banyak bencana mempengaruhi daerah
yang luas dan tidak ada sistem atau teknologi yang se-efektif teknlogi penginderaan
jauh untuk merekam secara spasial liputan daerah bencana. Data penginderaan
jauh dapat untuk monitoring peristiwa selama waktu kejadian bencana (Gambar 3).
Kemarau 1994
Kemarau 1997
Penghujan 2002
Kemarau 2002
1
3
O Rusak Berat
O Rusak Sedang
O Rusak Ringan
banjir,
a.
Data yang dihasilkan berbagai organisasi pada dasarnya dapat digunakan dan
dibagi bersama.
b.
Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG dapat digunakan dalam mengelola dan
visualisasi data
-
Mitigasi bencana gempabumi adalah hal yang paling sulit diatasi, hal ini
dikarenakan berbagai faktor yang sangat komplek seperti: 1
6
i. Interval kejadian yang tidak pasti. Karena interval kejadian gempa yang
tidak pasti disepanjang suatu patahan sehingga menyulitkan dalam
perencanaan. Data yang sangat minim akan menyulitkan dalam
penyesuaian peruntukan lahan secara spesifik serta dalam pembuatan
aturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan di sekitar dan di
gempa.
1
8