Anda di halaman 1dari 8

GONORE

Selama dekade terakhir ini insiden Penyakit Menular Seksual (PMS) cukup cepat meningkat di
berbagai negeri di dunia. Secara kesuluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor dapat
mempengaruhi meningkatnya insiden PMS, yang paling berperan adalah perubahan demografik
yang luar biasa akibat pergerakan masyarakat yang bertambah dan kemajuan sosial; perubahan
sikap dan tindakan akibat perubahan demografik tersebut.
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul tidak hanya terbatas daerah genital
saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. Salah satu di antara PMS ini adalah
penyakit gonore yang disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing,
leher rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir yang dikenal dengan nama awam
kencing nanah.
A. Definisi
Gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrehoeae (N.
gonnorhoeae). (kapita Selekta Kedokteran jilid 2, 2000); Gonore adalah infeksi menular
seksual di saluran genitourinaria bawah yang disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoae.(buku
ajar patologi edisi 7, 2007).
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae.
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitor-genital,
orogenital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui
alat-alat, pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar
dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.
B. Epidemiologi
Gonore telah menyebar ke seluruh dunia. Laporan WHO pada tahun 1999 secara global
terdapat 62 juta kasus baru gonorrhea, 27,2 juta diantaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia
Tenggara,Di Amerika Serikat, Di Jepang terdapat peningkatan kasus infeksi oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae yang sudah resisten terhadap Ciprofloxacin,dan di Indonesia, data dari
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1988, angka insidensi gonorrhea adalah 316 kasus per
1

100.000 penduduk. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap PSK
wanita menunjukkan bahwa prevalensi gonorrhea berkisar antara 7,4 50%.
Tahun 1980 an sampai pada tahun 2005 di laporkan terjadi 339.593 kasus,di mana
angka ini menunjukan peningkatan, terutama pada Negara berkembang ( termaksuk Amerika
Serikat).
C. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Albert Neisser pada tahun 1879 dan
baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut masuk dalam grup Neisseria sebagai
Neisseria gonorrhoeae yang bersifat komensal.
Morfologi
Neisseria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negative, berukuran 0,8 dan
panjang 1,6, bersifat tahan asam, gram negatif, terlihat di dalam dan di luar leukosit, tidak
tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C,
dan tidak tahan zat desinfektan. Secara morfologik terdiri dari 4 c tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang sangat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan
nonvirulen. Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan
Neisseeria lainnya. Koloni yang pekat berhubungan dengan keberadaan protein yang berada
di permuakaan, yang disebut opa. Makin kecil N. gonorrheae makin tinggi virulensinya,
karena sel bakteri ini memiliki ili yang memudahkan perlekatan dengan dinding sel selaput
lendir.
Mikrobiologi
Dengan mikroskop electron, dinding N. gonorrheae terlihat mempunyai komponenkomponen permukaan yang diduga berperan pada pathogenesis virulensinya. Komponen
permukaan tersebut mulai dari lapisan dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut.
1. Membrane sitoplasma. Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat
dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP ase.
2. Lapisan peptidoglikan. Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada
kuman gram negative lainnya. Lapisan ini mengandung penicillin binding component
yang merupakan sasaran antibiotic penisilin dalam proses kematian kuman. Terjadi
hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati.
3. Membrane luar (dinding sel). Membrane ini terdiri atas beberapa komponen yang
terpenting:
a. Lapisan polisakarida yang memegang peranan dalam virulensi dan pathogenesis
kuman N. gonorrheaea.
2

b. Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai rambut, berbentuk
batang dan terdiri dari sub unit protein sekitar 1800 dalton. Pili ini dihubungkan
dengan patogenesitas kuman yang sangat berperan dalam perlekatan pada sel mukosa
dan penyebaran kuman dalam inang.
c. Protein. (1) porin protein (por) berfungsi sebagai penghubung anion spesifik ke
dalam lapisan yang banyak mengandung lemak pada membrane luar; (2) opacity
protein (Opa) banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel antar sel dalam koloni
atau sel dengan epitel yang mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan panas
sel; (3)Reduction Modifiable Protein (RMP) yang dapat memblokade antibody yang
ada dalam serum. Semua Neisseria pathogen mempunyai protein RMP; H8 protein.
4. Lipo oligosakarida (LOS). Komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel dengan
cara memproduksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel mukosa.
5. Ig A1 protease. Komponen ini berperan dalam inaktifasi pertahanan imun mukosa.
Hilangnya Ig A1 protease akan menyebabkan hilangnya kemampuan gonokokus untuk
tumbuh dalam sel epitel.
D. Pathogenesis
Meskipun teah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang pathogenesis
dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke
dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam
mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam
pathogenesis gonorre.
Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Tidak semua
orang yang terpajan gonore akan terjangkit, dan resiko penularan laki-laki ke perempuan
lebih besar terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang
berdiam lama di vagina. Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae tidak timbul imunitas
alami, sehingga infeksi dapat terjadi lebih dari satu kali. Ada masa tenggang (masa inkubasi)
selama 2-10 hari setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
Pili meningkatkan adhesi ke sel host, hal ini merupakan alasan mengapa gonokok yang
tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia.tetapi dalam tubuh juga terdapat
antibody antipili yang memblok epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan
endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar bartolini,
konjungtivita mata dan rectum.
3

E. Manifestasi Klinis
Pada Laki-Laki
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore dan 5 %
berupa uretritis yang akut. Setelah masa tunas yang berlangsung antara 2-10 hati,
penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti
keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan.
Pada keadaan ini umumnya penderita tetap merasa sehat, hanya kadang-kadang dapat
diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak 10% pada laki-laki dapat memberikan gejala
klinis sama sekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan stadium
presimtomatik dari gonore. Oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang
(1-47 hari) dengan rata-rata 8 hari dari laporan sebelumnya. Bila keadaan ini tidak segera
diobat, maka dalam beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan
komplikasi local berupa epididimitis, seminal vesikulitis dan prostatitis, yang didahului
oleh gejala klinis yang lebih berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing
meningkat, dan keluarnya tetes darah pada akhir kencing.
Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada wanita selain
pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol berupa cervicitis
dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya ringan, seringkali
disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis sain, sehingga tidak merangsang
penderita untuk berobat.
Dengan demikian wanita sering kali menjadi carier dan akan menjadi sumber
penularan yang tersembunyi. Pada kasus-kasus yang simptomatis dengan keluhan
keputihan harus dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis,
vaginosis, candidiasis, maupun uretritis non gonore lainnya.
Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke arah uretra dan
vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukourulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uretrine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidak suburban
(infertilitas) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci.
Pada bayi
Ophtalmia neonatum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi
yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi.
Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan
4

kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian tetracycline atau


eritromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan.
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu
yang terdiri atas 5 tahapan.
A. Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negative-gram,
intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, servix,
dan rectum.
B. Kultur
untuk identifikasi perlu diakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan:
1. Media transport
2. Media pertumbuhan
Contoh media transport:
- Media Stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam pada media pertumbuhan.
- Media Transgrow
Media ini selektif dan nutrisif untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitides; dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transport
dan media pertumbuhan , sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan.
Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
Contoh media pertumbuhan:
- Mc leods chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-

kuman lain juga dapat tumbuh.


Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk
menekan

pertumbuhan

kuman

gram-positif,

kolestimetat

untuk

menekan

pertumbuhan bakteri negative-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.


Modified Thayer Martin
Isinya ditambahkan dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
Proteus spp.

C. Tes definitif
1. Tes oksidasi
5

Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiamin hidroklorida 1%


ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria member reaksi positif
dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose, dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim betalaktamase
E. Tes Thomson
Tes Thomson iniberguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah berlangsung. Pada
tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2.
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas 2 sukar dinilai karena baru
menguras uretea anterior.
G. Pengobatan
Pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektifitas, harga dan sedikit mungkin efek
toksiknya. Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insiden
Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilin. Secara epidemiologis pengobatan yang
dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara
lain:
1. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4, 8 juta unit + 1 gram probenesid.
Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontra indikasinya adalah alergi penisilin.
2. Ampisilin dan amoxicillin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoxicillin 3 gram + 1 gram
probenesid. Kontra indikasinya ialah alergi penisilin. Untuk daerahdengan Neisseria
gonorrhoeae penghasil penisilinase yang tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoxicillin tidak
dianjurkan.
3. Sefalosporin
6

Seftriakson (generasi ketiga) cukup efektif dengan dosis 250mg IM. Sefoperason denga
dosis 0,50-1,00 gram secara intramuscular.
4. Spektinomisin
Dosisnyaialah 2 gram intramuscular baik untuk penderita yang aergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga
tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
5. Kanamisin
Dosisnya 2gram i.m. Angka kesembuhan pada tahun 19585 ialah 85 %. Baik untuk
penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan terangka sifilis.
6. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah 97,7 %. Tidak
dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
7. Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi piihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800mg secara oral.
Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi ialah tetrasiklin, streptomisin, dan
spiramisin.
H. Pencegahan
Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan
pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi
komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas.
Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan
yang beresiko. Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Serta penanaman
pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan.
I. Prognosis
Bila didiagnosis dini dan diobati secara tepat dan segera, gonore akan memberikan prognosis
yang baik. Tetapi bila terinfeksi sampai tahap lanjut atau terlambat ditangani akan
menunjukan prognosis yang buruk yaitu infertilitas.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Daili S. F. Gonore. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-4. hal 367-378. FKUI:
Jakarta.2005.
Ernawati. Uretritis Gonore. FK UKSW: Surabaya. Diakses tanggal 10 Maret 2013. Tersedia dari
http://www.fk.uksw.ac.id/
Geo F. Brooks, Janet S. Butel, dkk. Mikrobiologi Kedokteran. Buku 1. Jakarta: Salemba
Medika.2005.

Anda mungkin juga menyukai