Anda di halaman 1dari 123

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN

KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA


MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT
KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

JALALUDDIN
057023007/AKK

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN


KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA
MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT
KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)


dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
JALALUDDIN
057023007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Judul Tesis

: PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL


HYGIENE DAN KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP
INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH
DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT KOTA
LHOKSEUMAWE
Nama Mahasiswa : Jalaluddin
Nomor Pokok
: 057023007
Program Studi
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi
: Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Erman Munir, MSc)


Ketua

(Ir. Evi Naria, MKes)


Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

Tanggal lulus : 23 Juni 2009


Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Telah diuji pada


Tanggal : 23 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua

: Prof. Dr. Erman Munir, MSc

Anggota

: 1. Ir. Evi Naria, M.Kes


2. dr. Surya Dharma, MPH
3. dr. Taufik Ashar, MKM

41

PERNYATAAN

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN


KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA
MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT
KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Juni 2009

Jalaluddin
057023007/AKK

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

ABSTRAK

Penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Keadaan sanitasi lingkungan yang belum
memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung oleh iklim yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor
penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing. Penyakit kecacingan di Propinsi NAD
khususnya Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di mana tahun 2006 dijumpai pada 65 murid SD yang diperiksa
35 murid (53.8 %) di antaranya positif menderita penyakit kecacingan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan,
personal hygiene dan karakteristik anak terhadap kejadian infeksi kecacingan pada
murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Propinsi NAD. Jenis
penelitian ini adalah desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
murid kelas V dan VI dari 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri sebanyak 240 orang, sampel
berjumlah 150 orang, diambil secara proportional sampling. Data diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis menggunakan regresi logistik
berganda pada =0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan meliputi sanitasi
rumah dan sekolah 50.7% tidak memenuhi syarat. Personal hygiene meliputi;
kebersihan kuku (46.7%), penggunaan alas kaki (52.7%) dan kebiasaan cuci tangan
(53.3%) kategori tidak baik. Karakteristik individu Anak meliputi; pengetahuan
(36.0%), sikap (41.3%) buruk. Jenis kelamin (52,0%) perempuan dan penghasilan
orangtua (60.0%) kategori rendah. Infeksi kecacingan positif (52.7%). Variabel yang
memengaruhi terjadinya infeksi kecacingan adalah kebersihan kuku, pemakaian alas
kaki, kebiasaan cuci tangan, jenis kelamin dan penghasilan orangtua.
Disarankan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat bekerjasama
dengan Instansi swasta untuk memperbaiki sanitasi lingkungan di Kecamatan Blang
Mangat. Kepada dinas kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan promosi
kesehatan khususnya pada kebersihan diri murid Sekolah Dasar. Petugas Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) agar terus melakukan pembinaan kepada semua Sekolah
Dasar terutama untuk ketiga sekolah lokasi penelitian.
Kata kunci

: Sanitasi lingkungan, Personal hygiene, Infeksi kecacingan

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

ABSTRACT

Helminthes is still one of the health problems, especially in rural areas


in Indonesia. Inadequate environmental condition, low socio-economic condition, and
appropriate climate for the growth and development of worm are several of the
factors that cause the high prevalence of helminthes. Helminthes still becomes a
health problem especially in Blang Mangat Sub-district, Lhokseumawe, the Province
of Nanggroe Aceh Darrussalam. In 2006, 35 (53%) out of the 65 elementary school
students examined were positively suffering from helminthes.
The purpose of this cross-sectional study is to analyze the influence of
environmental sanitation (home and school environment), personal hygiene (the
cleanliness of fingger nails, wearing footwear, and the habit of washing hands), and
Chlid characteristics (knowledge, attitude, sex, and parent's income) on the incident
of in the helminthes in the elementary school students in Blang Mangat Sub-district,
Lhokseumawe, the Province of Nanggroe Aceh Darrussalam. The population for this
study were 240 elementary school students of grade V and grade VI from 3 Public
Elementary school, and 150 of them were selected to be the samples for this study
through proportional sampling technique. The data for this study were obtained
through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through
through multiple logistic regression test at = 0.05.
The result of this study shows that environmental sanitation including home
and school sanitation (50.7%) does not meet the requirement, personal hygene
including the cleanliness of finger nails (46.7%), weaming footwears (52.7%), and
the habit of washing hands (53%) belongs to poor category, and chlid characteristics
including knowledge (36.0%), and attitude (41.3%) belongs to poor category, and
Parents' income (60.0%) belong to low category. The helminthes rate (52.7%) is
positive. The variables that influenced the incident of helminthes were home
environmental sanitation, the cleanliness of fingger nails, wearing footwear, the habit
of washing hands, sex, and the income of the parents of the elementary school
students.
It is suggested that the Government of Lhokseumawe could cooperate with
the private agencies or institutions to improve basic sanitation in Blang Mangat subdistrik. Lhokseumawe Distrik Health Office and Blang Mangat Health Center need
to improve the health promotion especially the personal health of the elementary
school students. The working staff of School Health Initiative (UKS) is suggested to
keep developing of all of the elementary school especially the three elementary
schools which are located in research location.
Key words: Environmental Sanitation, Personal Hygiene, Helminthes
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunianya kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul " Pengaruh Sanitasi Lingkungan,
Personal Hygiene dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid
Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe".
Penulisan

ini

merupakan

salah

satu

persyaratan

akademik

untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan


Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan komunitas/Epedemiologi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua dan Ibu Prof. Dr.Dra. Ida
Yustina, MSi sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Prof. Dr. Erman Munir, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sejak dari persiapan peenelitian
sampai selesainya tesis ini..
Bapak Dr. Surya Dharma,MPH dan bapak dr. Taufik Ashar, MKM sebagai
Dosen Penguji Tesis yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan
penelitian ini.
Bapak Bupati Aceh Utara, Ilyas A.Hamid yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan
izin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Saifuddin Saleh, SH selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin untuk melakukan penelitian


ini.
Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Komunitas/Epidemiologi.
Keluarga besar jajaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, yang telah
memberikan motivasi, dukungan moril kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Istri Cut
Nurmalawati, SKM yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan waktu dan
tenaga serta doa dan ananda tercinta Aulia Amira, Aulia Assyfa, Aulia Raja Aufhar,
Aulia Putroe Harifa. harapan tesis ini menjadi pendorong bagi ananda untuk menjadi
anak yang lebih baik, lebih bijak dan lebih sukses di masa depan.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi Administrasi
dan

Kebijakan

Kesehatan

khususnya

Konsentrasi

Administrasi

Kesehatan

Komunitas/Epidemiologi, khususnya, dr.Irawati, Yusnidaryani,SKM, Salbiah.M.Kes,


dr. Susan C.Hutagalung, Hamdani, SKM, Linda K.Bangun,SKM, Safrizal, SKM,
Rizkie, SKM.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Mei 2009


Penulis

Jalaluddin

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

RIWAYAT HIDUP

Jalaluddin lahir di Bambi 19 Juli 1969, anak keempat dari enam bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Guci Rumpong lulus
pada tahun 1983, melanjutkan ke SMP N. 1 Caleu dan lulus pada tahun 1986, Masuk
SMA Negeri 1 Beureunuen lulus pada tahun 1989, kemudian mengikuti pendidikan
pada SPAG Depkes RI Banda Aceh lulus pada tahun 1990, pada tahun 1995 tugas
belajar pada AKZI Depkes RI Jakarta lulus tahun 1999 kemudian mengikuti tugas
belajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2000
dan selesai pada tahun 2002.
Pengalaman bekerja penulis dimulai dari pengagkatan jadi CPNS pada
tanggal 1 Maret 1993 ditempatkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara.
Tugas belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi mulai tahun 2005 sampai 2009.
Menikah Pada tahun 1999 dengan Cut Nurmalawati, SKM dan dikaruniai
anak 4 orang, anak pertama Aulia Amira dan anak kedua Aulia Assifa , Anak ketiga
Aulia Raja Aufhar dan anak keempat Aulia Putroe Hariva.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...........................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................

i
ii
iii
vi
vii
ix
xii
xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................

1.1. Latar Belakang ..................................................................................


1.2. Permasalahan......................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
1.4. Hipotesis ............................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................

1
5
5
6
6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan ....................


2.1.1. Faktor Sanitasi Lingkungan ....................................................
2.1.2. Faktor Manusia .......................................................................
2.2. Infeksi Cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-Transmited
Helminths).........................................................................................
2.2.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) ...................................
2.2.2. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura ) ...................................
2.2.3. Cacing Tambang Ancylostoma Duodenale dan Necator
Americanus) ............................................................................
2.3. Dampak Infeksi Kecacingan Pada Anak............................................
2.4. Transmisi Telur Cacing ke Tubuh Manusia.......................................
2.5. Pencegahan dan Pemberantasan Infeksi Kecacingan.........................
2.6. Landasan Teori...................................................................................
2.7. Kerangka Konsep ..............................................................................

7
7
12

18
20
21
22
24
28

BAB 3 METODE PENELITIAN .....................................................................

29

3.1. Jenis Penelitian.................................................................................


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................

29
29
29

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

16
16
17

3.3.1. Populasi .................................................................................


3.3.2. Sampel...................................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................................
3.4.1. Pengumpulan Data ................................................................
3.4.2. Metode Pemeriksaan Faeses .................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional...................................................
3.5.1. Variabel .................................................................................
3.5.2. Definisi Operasional..............................................................
3.5.3. Aspek Pengukuran ................................................................
3.6. Metode Pengukuran Variabel ..........................................................
3.6.1.Variabel Lingkungan..............................................................
3.6.2.Variabel Personal Hygiene.....................................................
3.6.3.Variabel Kararteristik Individu ..............................................
3.7 Metode Analisis Data .......................................................................

29
30
30
31
33
34
34
34
35
36
36
37
38
39

BAB 4 HASIL PENELITIAN ..........................................................................

41

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................


4.1.1. Kondisi Geografi.......................................................................
4.1.2. Demografi .................................................................................
4.2. Sanitasi Lingkungan...........................................................................
4.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah .....................................................
4.2.2. Sanitasi Lingkungan Sekolah....................................................
4.3. Personal Higiene ................................................................................
4.3.1. Kebersihan Kuku.......................................................................
4.3.2. Penggunaan Alas Kaki ..............................................................
4.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan ............................................................
4.4. Karakteristik anak ..............................................................................
4.4.1. Pengetahuan ..............................................................................
4.4.2. Sikap ........................................................................................
4.4.3. Jenis Kelamin .........................................................................
4.5. Infeksi Kecacingan.............................................................................
4.6. Analisis Bivariat.................................................................................
4.6.1. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan
Infeksi Kecacingan..................................................................
4.6.2. Analisis Hubungan Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi
Kecacingan..............................................................................
4.6.3. Analisis Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi
Kecacingan..............................................................................
4.6.4. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan.
4.6.5. Analisis Hubungan Sikap dengan Infeksi Kecacingan. ..........
4.6.6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi
Kecacingan..............................................................................

41
41
41
43
43
44
44
44
45
45
46
46
46
47
48
49

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

50
51
51
52
53
54

4.6.7. Analisis Hubungan Penghasilan Orangtua dengan Infeksi


Kecacingan..............................................................................
4.7. Analisis Multivariat (Regresi Logistik)..............................................

54
55

BAB 5 PEMBAHASAN .....................................................................................

59

5.1. Infeksi Kecacingan anak SD Negeri di Kecamatan Blang Mangat


Kota Lhokseumawe...........................................................................
5.2. Sanitasi Lingkungan...........................................................................
5.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Kecacingan.......
5.2.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan Sekolah dengan Infeksi
Kecacingan..............................................................................
5.3. Personal Higiene ...............................................................................
5.3.1. Kebersihan Kuku dengan Infeksi Kecacingan ........................
5.3.2. Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan..................
5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan ..............
5.4. Karakteristik anak .............................................................................
5.4.1. Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan................................
5.4.2. Sikap dengan Infeksi Kecacingan ...........................................
5.4.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi Kecacingan............
5.4.4. Penghasilan Orangtua dengan Infeksi Kecacingan .................
5.5. Keterbatasan Penelitian......................................................................

64
65
65
66
67
68
68
68
69
69
70

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

72

6.1. Kesimpulan .......................................................................................


6.2. Saran..................................................................................................

72
73

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

74

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

59
61
61

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1.

Distribusi Sampel pada Setiap Sekolah Menurut Proporsi ........................

31

3.2.

Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ............

36

4.1.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


di Kecamatan Blang Mangat tahun 2009 ....................................................

41

4.2

Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Blang Mangat Tahun 2009 ...

42

4.3

Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Blang Mangat


Tahun 2009 .................................................................................................

43

Distribusi Sanitasi Lingkungan Rumah Siswa SD di Kecamatan Blang


Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ...................................................

43

Distribusi Kebersihan Kuku Siswa SDN di Kecamatan Blang Mangat


Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................

44

Distribusi Penggunaan Alas Kaki Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat


Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ...............................................................

45

Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Siswa SD di Kecamatan


Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.........................................

45

Distribusi Pengetahuan Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe Tahun 2009 .........................................................................

46

Distribusi Sikap Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe Tahun 2009 .........................................................................

47

4.10. Distribusi Jenis Kelamin Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe Tahun 2009 .........................................................................

47

4.11. Distribusi Penghasilan Orang Tua Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat


Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................

48

4.12. Distribusi Infeksi Kecacingan Siswa SDN di Kecamatan Blang Mangat


Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................

48

4.13. Distribusi Infeksi Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing Siswa SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009....................

49

4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.14. Hasil Uji Chi-square antara Sanitasi Lingkungan Rumah Siswa SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009..............................................................................

50

4.15. Hasil Uji Chi-square antara Kebersihan Kuku di Kecamatan Blang


Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009

50

4.16. Hasil Uji Chi-square antara Pemakaian Alas Kaki Siswa SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009..............................................................................

51

4.17. Hasil Uji Chi-square antara Kebiasaan Cuci Tangan Siswa SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009..............................................................................

52

4.18. Hasil Uji Chi-square antara Pengetahuan Siswa SD di Kecamatan


Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan
Tahun 2009 .................................................................................................

51

4.19. Hasil Uji Chi-square antara Sikap Siswa SD di Kecamatan Blang


Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009

53

4.20. Hasil Uji Chi-square antara Jenis Kelamin Siswa SD di Kecamatan


Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan
Tahun 2009 .................................................................................................

54

4.21. Hasil Uji Chi-square antara Penghasilan Orangtua Siswa SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009..............................................................................

55

4.22. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise..........

57

4.23. Hasil Uji Regresi Multivariat Logistik Metode Backward Stepwise..........

57

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides................................................................

16

2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura .....................................................................

17

2.3. Siklus hidup Hookworm Ancylostoma duodenale dan Necator americanus ..

19

2.4. Memperlihatkan keseimbangan antara agen dan pejamu ditentukan oleh


posisi lingkungan terhadap keduanya ............................................................

25

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................................

28

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Judul

Halaman

1.

Kuesioner Penelitian ......................................................................................

79

2.

Uji validitas dan reliabilitas ...........................................................................

84

3.

Hasil Tabulasi Silang .....................................................................................

91

4.

Hasil Uji Regresi ........................................................................................... 100

5.

Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 102

6.

Peta Lokasi Penelitian

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut,
maka manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat dipisahkan.
Keadaan sanitasi lingkungan yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi
yang masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi
infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).
Salah satu penyakit cacingan adalah penyakit cacingan usus yang ditularkan
melalui tanah atau sering disebut Soil Transmitted Helminths yang sering dijumpai
pada anak usia Sekolah Dasar di mana pada usia ini anak masih sering kontak dengan
tanah. Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
dan cacing cambuk (Trichuris trichiura), (Depkes RI, 2004)
Dari hasil survey tahun 2002 di 10 Propinsi di Indonesia dengan sasaran anak
Sekolah Dasar, Prevalensi kecacingan di Indonesia antara 4,8 % sampai dengan

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

83,0 %, Prevalensi tertinggi di propinsi Nusa Tenggara Barat diikuti Propinsi


Sumatera Barat dan yang terendah di Propinsi Jawa Timur. Hasil survey prevalensi
kecacingan tahun 2003 dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun 2002
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi kecacingan keseluruhan 33,1
%, cacing gelang 22, 26 %, cacing cambuk 20,30 % dan cacing tambang 0,75 %
(Dirjen P2M & PL, 2004).
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Dari hasil penelitian ternyata prevalensi penyakit cacingan masih tinggi,
yaitu 60-70%. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban
udara tinggi di Indonesia, yang merupakan lingkungan yang baik untuk
perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan higyene yang buruk. (Depkes, 2004)
Penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor
menyebabkan telur cacing terselip. Penyebaran penyakit cacing salah satu
penyebabnya adalah kebersihan perorangan yang masih buruk. Penyakit cacing dapat
menular di antara murid sekolah yang sering berpegang tangan sewaktu bermain
dengan murid lain yang kukunya tercemar telur cacing (Hendrawan, 1997).
Infeksi cacing

menyebabkan kehilangan darah murid sekolah dasar di

Indonesia sebanyak 16.863.000 liter darah per tahun. Infeksi cacing tambang
misalnya dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Infeksi ini dapat menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,0005 cc 0,34 cc/hari. Pada infeksi berat, kadar
hemoglobin dapat mencapai angka 4 gr % dari kadar hemoglobin normal (11 gr % )
(FKUI, 2002)
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Sampai saat ini penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat Indonesia, terutama di daerah pendesaan, ada beberapa faktor

yang

mempengaruhi diantaranya adalah sanitasi lingkungan yang belum memadai,


kebersihan pribadi (Personal Hygiene), tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
rendah dan perilaku hidup sehat yang belum memadai (Rampengan, 1997).
Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan perilaku
hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan
terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang
makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang jatuh
ke lantai (Lilisari, 2007)
Wisnungsih (2004) penelitian pada siswa SDN Keburuhan Kecamatan
Ngombol Kabupaten Purwerejo menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
mencuci tangan dengan kejadian infeksi cacing. Selanjutnya Widyaningsih (2004)
menemukan bahwa perbedaan kejadian infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar
di Desa Tertinggal dan non Tertinggal Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara mencuci
tangan sebelum makan, kebiasan memakai sandal, keadaan kuku dan frekuensi
potong kuku terhadap kejadian infeksi cacing. Sejalan dengan Sutanto (1992) di SD
jarakan dan SD Ngoto Kecamatan sewon Bantul Yogyakarta tentang infeksi cacing
yang ditularkan melalui tanah menunjukan bahwa intensitas infeksi Ascaris dan
trichuris berpengaruh status gizi anak. Wachidanijah (2002) melanjutkan bahwa
pengetahuan ada hubungan dengan kejadian infeksi cacing pada murid sekolah dasar.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular di Indonesia seperti cacingan,


antara lain dipengaruhi oleh tidak tersedianya air bersih, tidak adanya sarana
pembuangan air limbah dan kurangnya kebersihan lingkungan perumahan
(Meriyati, 1994)
Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat
tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang
sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik
maupun intelektualnya, dalam hubungan dengan infeksi kecacingan, beberapa
peneliti ternyata menunjukan bahwa usia sekolah merupakan golongan yang sering
terkena infeksi kecacingan karena sering berhubungan dengan tanah (Depkes RI,
2004)
Hasil kegiatan survei yang dilakukan dari beberapa kabupaten di Provinsi
NAD tahun 2006 didapatkan persentase kecacingan yang tertinggi di Kabupaten
Aceh Barat (56,60 %), Aceh Besar (50.75 %), Pidie (45,65 %) Bireun ( 43.53 % ) dan
Kota Lhokseumawe (41.75 % )(World Food Programe, 2006)
Pada tahun 2006 survei yang dilakukan oleh Wold Food Programe (WFP)
bekerjasama dengan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa kejadian infeksi
kecacingan di Kecamatan Blang Mangat pada 65 murid SD yang diperiksa 35 murid
(53.8 %) positif cacing. Jika dibandingkan dengan angka Nasional adalah 30,35 %
(Dirjen P2M & PL, 2004) angka ini masih sangat tinggi hal ini menunjukkan bahwa
penyakit infeksi kecacingan masih sangat tinggi di kota Lhokseumawe.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Kota Lhokseumawe mempunyai 4 Kecamatan salah satu diantaranya adalah


Kecamatan Blang Mangat terdapat 11 sekolah dasar dan 1 Madrasah Ibtidaiyah
Swasta, dimana masih banyak dijumpai murid-murid sekolah dasar yang tidak
memakai alas kaki pergi ke sekolah. Daerah tersebut masih banyak dijumpai
pemukiman penduduk sanitasi lingkungannya belum memadai (BPS, Kota
Lhokseumawe, 2008).
Berdasarkan Uraian diatas maka penulis ingin menganalisa pengaruh sanitasi
lingkungan, Personal Hygiene dan karakteristik anak dengan infeksi kecacingan anak
SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah tingginya angka prevalensi kecacingan anak SD dan
belum diketahui apakah sanitasi lingkungan, personal hygiene dan karakteristik anak
berpengaruh terhadap Infeksi kecacingan pada murid Sekolah Dasar di Kecamatan
Blang Mangat.
1.3. Tujuan Penelitian.
Untuk menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan (lingkungan rumah,
lingkungan sekolah), personal hygiene (kebersihan kuku, pemakaian alas kaki dan
kebiasaan cuci tangan) serta karakteristik anak (pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan
penghasilan orang tua) terhadap kejadian infeksi kecacingan pada murid Sekolah
Dasar di Kecamatan Blang Mangat.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
2. Ada pengaruh personal hygiene terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
3. Ada pengaruh karakteristik anak terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
1.5. Manfaat Penelitian.
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe dan Puskesmas Blang Mangat.
2. Dari hasil penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan kegiatan promosi
kesehatan bagi siswa SD Negeri di Kecamatan Blang Mangat.
3. Sebagai pengembangan konsep-konsep dalam bidang Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan.
Secara epidemiologik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
kecacingan, yaitu faktor sanitasi lingkungan dan faktor manusia (Soedarto, 1991)
dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1. Faktor Sanitasi Lingkungan
Mawardi dalam Riyadi (1994) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu
yang berada disekitar manusia secara lebih teperinci dapat dikatagorikan dalam
beberapa kelompok :
a.

Lingkungan Fisik, yang ternasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara
serta interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut.

b.

Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme
hidup baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia
sendiri.

c.

Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial.
Berdasarkan kategori diatas diartikan pula bahwa lingkungan adalah kumpulan

dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan dari suatu organisme hidup (manusia)

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Kesehatan lingkungan merupakan salah satu displin ilmu kesehatan


masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatannya, WHO
mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik
saja tetapi juga sehat mental dan hubungan sosial yang optimal di dalam
lingkungannya (Mawardi, 1992)
Dalam penanggulangan cacingan, pengawasan sanitasi air dan makanan sangat
penting, karena penularan cacing terjadi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi oleh telur dan larva cacing (Riyadi, 1994).
Paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor dimana lingkungan
mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial,
linkungan rekreasi, lingkungan kerja.
2.1.1.1. Lingkungan Rumah.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu usaha untuk mencapai lingkungan
sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang
mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto (1986) adalah usaha
kesehatan yang menitikberatkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan fisik
yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan
besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak
dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Disamping lingkungan rumah tempat tinggal, anak Sekolah
Dasar juga membutuhkan lingkungan sekolah tempat belajar yang sehat baik untuk
perkembangan fisik, mental dan spiritualnya. Sebagian besar waktu anak sekolah
dasar dihabiskan dengan bermain baik di rumah maupun di sekolah sehingga anak
sekolah dasar mempunyai potensi untuk terjangkit penyakit infeksi kecacingan
(Poespoprodjo dan Sadjimin, 2002).
Sanitasi lingkungan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Oleh
karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarakat, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
(Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari
seperti :
Syarat kualitas air secara fisik adalah tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau dan jernih. Secara kimia air yang baik tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia ataupun mineral terutama zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Dan
syarat bakteriologis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi bakteri terutama bakteri pathogen. Mengingat bahwa tidak mungkin
air yang dikonsumsi seratus persen sesuai dengan persyaratan kesehatan, namun air
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

yang ada diusahakan sedemikian rupa mendekati syarat-syarat yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.
b. Toilet dan Kamar Mandi
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran/najis yang lazim disebut WC, sehingga kotoran atau najis
tersebut berada dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau
penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Dirjen P2M & PLP,
1998).
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti : Diare, Cholera, Dysentri, Poliomyelitis, Ascariasis dan sebagainya.
Kotoran manusia merupakan buangan padat. Selain menimbulkan bau, mengotori
lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat.
Perjalanan agent penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan,
maupun melalui peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya.
Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi
masuk melalui saluran pencernaan.
Untuk itu persyaratan toilet dan kamar mandi harus memenuhi persyaratan :
i. Toilet selalu dalam keadaan bersih
ii. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
iii. Ada pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi, dilengkapi dengan
penahan bau

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

iv. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan tempat
pengelolaan makanan (dapur, ruang makan)
v. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
vi. Harus dilengkapi dengan slogan untuk memelihara kebersihan
vii. Tidak terdapat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan binatang pengerat dan serangga.
c. Pengelolaan Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai
dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit. (Notoatmodjo,
2003).
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO2. Masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena kotoran manusia
adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Notoatmodjo, 2003).
Darmayanti, dalam Hidayat (2002) menunjukkan adanya hubungan yang erat
antara faktor lingkungan tempat tinggal dengan prevalensi cacing pada anak sekolah
dasar. Tinggi angka prevalensi A.lumbricoides pada anak sekolah dasar di desa
dibandingkan dengan di kota menunjukan adanya perbedaan higiene dan sanitasi
lingkungan. Penelitian tersebut juga menggambrakan bahwa adanya infeksi ganda
A.lumbricoides di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Hal ini menunjukan bahwa
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

lingkungan pedesaan merupakan faktor predisposisi untuk anak-anak sekolah dasar di


desa.
2.1.1.2. Lingkungan Sekolah
Di samping lingkungan rumah tempat tinggal, lingkungan sekolah secara
tidak langsung mempunyai sumbangan terhadap terjadinya penularan penyakit infeksi
cacingan. Sebagian besar waktu anak sekolah dasar dihabiskan dengan bermain baik
dirumah maupun di sekolah sehingga anak sekolah dasar mempunyai potensial untuk
terjangkit penyakit infeksi kecacingan (Poespoprodjo dan Sadjimin, 2002)
2.1.2. Faktor Manusia
2.1.2.1. Hygiene Perorangan
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Azwar, 1993).
Entjang (2001) usaha kesehatan pribadi (Hygiene perorangan) adalah upaya
dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri
meliputi
a.

Memelihara kebersihan

b.

Makanan yang sehat

c.

Cara hidup yang teratur

d.

Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani

e.

Menghindari terjadinya penyakit

f.

Meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

g.

Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat

h.

Pemeriksaan kesehatan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kecacingan pada umumnya adalah

dengan pemutusan rantai penularan, yang antara lain dilakukan dengan pengobatan
massal, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta penddikan
kesehatan (Soedarto, 1991)
Azwar (1993) pada prakteknya upaya higiene antara lain meminum air yang
sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 100C selama 5 menit, mandi dua kali
sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum
memegang makanan, mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau
penjepit dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang.
Onggowaluyo (2002) kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan
kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat
melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan mikro organisme
diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan kecacingan diantaranya melalui
tangan yang kotor, kuku yang kotor yang kemungkinan terselip telur cacing akan
tertelan ketika makan, hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci tangan
memakai sabun sebelum makan.
Hygiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan, artinya
apabila melakukan hygiene perorangan harus diikuti atau didukung oleh sanitasi
lingkungan yang baik, kaitan keduanya dapat dilihat misalnya pada saat mencuci
tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih, yang harus memenuhi syarat kesehatan.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

2.1.2.2. Perilaku
Notoatmodjo (1993) menyatakan perilaku manusia dapat dilihat dari 3 (tiga)
aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara rinci merupakan refleksi dari
gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagian yang
ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisk dan
sosial budaya masyarakat.
Perilaku dapat diukur dengan cara mengukur unsur-unsur perilaku dimana
salah satu adalah pengetahuan, dengan cara memperoleh data atau informasi tentang
indikatorindikator pengetahuan tersebut. Untuk dapat menentukan tingkat
pengetahuan

terhadap

sanitasi

lingkungan

dilakukan

melalui

wawancara

(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sehat pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Sebagai contoh perilaku yang berkaitan dengan
lingkungan misalnya perilaku seseorang berhubugan dengan pembuangan air kotor
yang menyangkut segi-segi hygiene, pemeliharaan teknik dan penggunaannya.
Menurut Azwar (1993) perilaku sehat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti :
-

Latar belakang seseorang yang meliputi norma-norma yang ada, kebiasaan, nilai
budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dimasyarakat.

Kepercayaan meliputi manfaat yang didapat, hambatan yang ada, kerugian dan
kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit.

Sarana merupakan tersedia atau tidaknya fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Depkes RI (1998), salah satu aspek yang penting dalam penanggulangan infeksi
kecacingan adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan dan perilaku keluarga
tentang hygiene perorangan serta sanitasi lingkungan dan makanan meliputi :
-

Mandi pakai sabun 2 kali sehari

Memotong dan membersihkan kuku.

Cuci tangan sebelum makan dan sehabis buang air besar.

Memasak makanan dan minuman

Buang air besar di jamban yang memenuhi syarat.

Menjaga kebersihan lingkungan rumah

Menggunakan air bersih

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penularan infeksi kecacingan


adalah kurangnya pengetahuan tentang infeksi kecacingan. Wachidanijah (2002)
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan makin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik perilaku dalam hubungan dengan penyakit kecacingan. Perilaku
masyarakat untuk buang air besar di sembarang tempat dan kebiasaan tidak memakai
alas kaki mempunyai intensitas infeksi cacing tambang pada penduduk di Desa
Jagapati Bali, dengan pola transmisi infeksi cacing tersebut pada umumnya terjadi
disekitar rumah (Bakta, 1995). Kebiasaan buang air besar di sungai secara menetap
ternyata menyebabkan tinggi infeksi oleh Soil-Transmited Helminths

pada

masyarakat.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

2.2. Infeksi Cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-Transmited Helminths)


2.2.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran
10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga
usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari, terdiri
dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai,
telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3
minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus
halus. Gambaran umum siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides


Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina mampu
menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar bersama feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective setelah 18 hari
sampai beberpa minggu di tanah.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab, hangat, tempat


teduh)
4. Telur infective tertelan
5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian menembus
mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah dan terbawa sampai ke
paru-paru
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10 14), menembus dinding
alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan kembali. Ketika mencapai
usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai
tertelan telur infeksi sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan. Cacing
dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun dalam tubuh (Bruckner , 2006)

2.2.2. Trichuris trichiura ( Cacing Cambuk )


Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cara infeksi adalah
langsung, tidak diperlukan hospes perantara. Bila telur yang telah berisi embrio
tertelan manusia, larva yang menjadi aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus
besar dan menjadi dewasa dan menetap. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun di
usus besar hospes. Telur yang infektif bila tertelan manusia menetes menjadi larva di
usus halus. Larva menembus dinding usuu halus menuju pembuluh darah atau saluran
limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru
(Onggowaluyo, 2002). Siklus hidup cacing Trichuris trichiura digambarkan sebagai
berikut (Albert, 2006):
Gambar 2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura

Gambar 2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura


Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena
kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi. Keadaan ini erat
hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan umum
dari hospes (penderita). Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa
gejala pada infeksi ringan. Pada infeksi menahun dapat menimbulkan anemia, diare,
sakit perut, mual dan berat badan turun (Onggowaluyo, 2002).
Penyebaran geografis T.trichuira sama A. lumbricoides sehingga seringkali
kedua cacing ini ditemukan bersama-sama dalam satu hospes. Frekuensinya di
Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, frekuensinya antara 30% - 90 %.
Angka infeksi tertinggi ditemukan pada anakanak. Faktor terpenting dalam
penyebaran trikuriasis adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur.
Telur berkembang baik pada tanah liat, lembab dan teduh (Onggowaluyo, 2002).
Di Daerah hiperentemik, laju infeksi dapat dicegah dengan pengobatan,
pembuatan MCK (mandi, cuci dan kakus) yang sehat dan teratur, penyuluhan,
pendidikan tentang hygienis dan sanitasi pada masyarakat (Onggowaluyo, 2002).
2.2.3.Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang)
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, Cacing melekat pada
mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik. Infeksi pada
manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah.
Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina
mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa
berbentuk seperti hurup S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur
hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses, setelah
1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus
kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva
ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh
darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan
dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva
filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Gandahusada dkk,
2004). Gambaran umum siklus hidup cacing Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar

2.3. Siklus hidup Hookworm Ancylostoma duodenale dan Necator


americanus
Keterangan :

Larva cacing tambang pada suhu hangat dan lembab mengalami pertumbuhan
dalam 3 tahap. Pada tahap ahir, larva-larva ini akan naik ke permukaan tanah. Dengan
bentuk tubuh yang runcing di bagian atas, larva ini akan masuk menembus kulit dan ikut ke
dalam aliran darah sampai ke organ hati. Melalui pembuluh darah larva ini akan terbawa ke
paru-paru. Larva cacing tambang kemudian bermigrasi ke bagian kerongkongan dan
kemudian tertelan. Larva kemudian menuju usus halus dan menjadi dewasa dengan
menghisap darah penderita. Cacing tambang bertelur di usus halus yang kemudian
dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan akan menyebar kemana-mana (Albert,
2006).
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung untuk


memastikan untuk dapat membedakan dengan anemia karena defisiensi makanan atau
karena infeksi cacing lainnya. Diagnosa terakhir ditegakkan dengan menemukan telur
cacing pada feses penderita. Secara praktis telur cacing Ancylostoma duodenale tidak
dapat dibedakan dengan telur Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies
ini biasanya dilakukan tekhnik pembiakan larva (Onggowaluyo, 2002).
2.3. Dampak Infeksi Kecacingan pada Anak
Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing gelang yang berat
akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak-anak. Infeksi cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) mengakibatkan anemia defesiensi besi, sedangkan Trichuris trichiura
menimbulkan morbiditas yang tinggi (Soedarto, 1999).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa sebagian kalori yang dikonsumsi
manusia tidak dimanfaatkan badan karena adanya parasit dalam tubuh. Pada infeksi
ringan akan menyebabkan gangguan penyerapan nutrien lebih kurang 3% dari kalori
yang dicerna, pada infeksi berat 25% dari kalori yang dicerna tidak dapat
dimanfaatkan oleh badan. Infeksi Ascaris lumbricoides yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kekurangan kalori protein dan diduga dapat mengakibatkan defisiensi
vitamin A (Hidayat, 2002).

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Pada infeksi Trichuris trichiura berat sering dijumpai diare darah, turunnya
berat badan dan anemia. Diare pada umumnya berat sedangkan eritrosit di bawah 2,5
juta dan hemoglobin 30% di bawah normal. Anemia berat ini dapat terjadi karena
infeksi Trichuris trichiura mampu menghisap darah sekitar 0,005 ml/hari/cacing
(Gandahusada dkk, 2004).
Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun, cacing tambang
ini sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing tambang mampu
menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi berat, maka penderita akan
kehilangan darah secara perlahan dan dapat menyebabkan anemia berat
(Gandahusada dkk, 2004).
Gejala kecacingan jika penderita yang ditumpangi cacing sudah kekurangan
gizi terjadi karena sebagian makanan dimakan oleh cacing, tanda-tandanya : berat
badan turun, wajah pucat, kulit dan rambut jering, keadaan tubuh lemah, lesu dan
mudah sakit. Selera makan berkurang , kulit telapak tangan tidak merah, kurang darah
dan mungkin jantung berdebar-debar, sesak nafas dan sering pening (Hendrawan,
2007)
2.4. Transmisi Telur Cacing ke Tubuh Manusia
Pencemaran tanah dengan tinja manusia merupakan penyebab transmisi telur
A.lumbricoides dan T.trichiura dari tanah kepada manusia melalui tangan dan kuku
yang tercemar telur cacing, lalu masuk kemulut melalui makanan (Mahfuddin, 1994).

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Agustina (2000) mendapatkan bahwa ada hubungan yang erat antara tanah dan
kuku yang tercemar telur A.lumbricoides dan kejadian askariasis pada anak balita di
Kecamatan Paseh Jawa Barat.
Selain melalui tangan, transmisi telur cacing ini dapat juga melalui makanan
dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup rapat.
Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada makanan tersebut, jika
diterbangkan oleh angin, atau dapat juga melalui lalat yang sebelumnya hinggap di
tanah/selokan/air limbah sehingga kaki-kakinya membawa telur cacing tersebut
(Helmy, 2000).
Transmisi melalui sayuran yang dimakan mentah (tidak dimasak) dan proses
membersihkannya tidak sempurna juga dapat terjadi, terlebih jika sayuran tersebut
diberi pupuk dengan tinja segar. Di beberapa negara penggunaan tinja sebagai pupuk
harus diolah dahulu dengan bahan kimia tertentu berupa desinfestasi (Brown, 1979).
2.5. Pencegahan dan Pemberantasan Infeksi Kecacingan
Secara Nasional di Indonesia upaya pencegahan dan pemberantasan Infeksi
Kecacingan sudah dilakukan sejak tahun 1975 dengan kebijakan pemberantasan
terbatas pada daerah tertentu karena biaya yang tersedia terbatas. Pada Pelita V dan
VI Program pemberantasan penyakit kecacingan meningkat kembali karena pada
periode ini lebih memperhatikan pada peningkatan perkembangan dan kualitas hidup
anak (Dirjen P2M & PL, 1998).
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kecacingan pada umumnya adalah
dengan pemutusan rantai penularan, yang antara lain dilakukan dengan pengobatan
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

massal, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta pendidikan


kesehatan (Soedarto, 1991).
Hal-hal yang perlu dibiasakan agar tercegah dari penyakit kecacingan adalah
sebagai berikut (Nadesul, 1997).
-

Biasakan mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan, gunakan


sabun dan bersihkan bagian kuku yang kotor.

Biasakan menggunting kuku secara teratur seminggu sekali.

Tidak membiasakan diri menggigit kuku jemari tangan atau menghisap jempol.

Tidak membiasakan bayi dan anak-anak bermain-main di tanah.

Tidak membuang kotoran di kebun, parit, sungai atau danau dan biasakan buang
kotoran di jamban.

Biasakan membasuh tangan dengan sabun sehabis dari jamban

Biasakan tidak jajan penganan yang tidak tertutup atau terpegang-pegang tangan.

Di wilayah yang banyak terjangkit penyakit kecacingan, periksakan diri ke


puskesmas terlebih ada tanda gejala kecacingan.

Segera mengobati penyakit cacing sampai tuntas

Penyakit cacing berasal dari telur cacing yang tertelan dan kurangnya kebersihan
diri dan lingkungan yang tidak baik.

Biasakan makan daging yang sudah benar-benar matang dan bukan yang mentah
atau setengah matang.

Biasakan berjalan kaki kemana-mana dengan memakai alas kaki.

Obat cacing hanya diberikan kepada orang yang benar-benar mengidap penyakit
kecacingan

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Biasakan makan lalap mentah yang sudah dicuci dengan air bersih yang mengalir.
Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan dengan

masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak


memutuskan mata rantai penularan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan terpadu yang mencakup pengobatan massal, penyuluhan
kesehatan, peningkatan status gizi, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene
perorangan serta partisipasi masyarakat (Hadidjaja, 1994).
Menurut Sasongko (2007) kunci pemberantasan cacingan adalah memperbaiki
higiene dan sanitasi lingkungan. Misalnya, tidak menyiram jalanan dengan air got.
Sebaiknya, bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa
detik ke dalam air mendidih. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan
yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah
makan. Dengan begitu, rantai penularan cacingan bisa diputus.Pada saat bersamaan,
anak-anak yang menderita cacingan harus segera diobati. Namun, meski semua anak
sudah minum obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga.
Pemberantasan kecacingan adalah kerja gotong royong yang butuh waktu bertahuntahun. Negara maju sepenti Jepang pun pernah dibuat sibuk oleh ulah para cacing
perut ini. Setelah kalah oleh Sekutu saat Perang Dunia II, Jepang jatuh menjadi
negara miskin. Karena miskin, mereka menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk
pertanian. Akibatnya, penularan cacing menjadi tak terkendali, sampai menyerang
80% penduduk. Butuh waktu 10 tahun untuk menurunkan angka kecacingan hingga
di bawah 10%. Pada kasus cacingan ringan sampai sedang, gejalanya sulit dikenali.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Untuk memastikan, anak-anak harus diperiksa tinjanya dengan mikroskop. Jika


terbukti mengandung telur cacing, ia harus segera diobati.
2.6. Landasan teori
Kejadian kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar selain disebabkan oleh
perilaku si anak itu sendiri, juga bisa disebabkan oleh perilaku orangtuanya yang
tidak sehat serta kondisi lingkungan yang tidak sehat. Dengan demikian kejadian
kecacingan pada anak di duga berkaitan pula dengan pendidikan dan pengetahuan
orangtuanya, terutama pendidikan dan pengetahuan ibu dan lingkungan.
Proses terjadinya penyakit menurut John Gordon atau lebih dikenal dengan
Model Gordon menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang
pengungkit, yang mempunyai titik tumpu ditengah-tengahnya. Pada kedua ujung
batang tadi terdapat pemberat, yakni A (Agent), H (Host), dan tumpuannya adalah L
(Lingkungan). A,H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam
interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit (Soemirat, 2005).
A = Agent/penyebab penyakit
H = Host/pejamu/populasi beresiko tinggi
L = Lingkungan
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Agen

Host

Fisika
Kimia
Biologi
Sosial
Lingkungan

Gambar 2.4. Memperlihatkan keseimbangan antara agen dan pejamu


ditentukan oleh posisi lingkungan terhadap keduanya
Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.
Apabila interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka
didapat keadaan yang tidak sehat atau keadaan sakit.
H

A
L

Keadaan ke-1

H
L

Keadaan ke-2

Interaksi antar faktor-faktor penyebab penyakit, serta serangkaian prosesnya


merupakan lingkaran keseimbangan dari ke tiga unsur / faktor. Faktor lingkungan
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

sangat berperan dalam keseimbangan tersebut. Pengeseran faktor lingkngan ke arah


yang menguntungkan agen pada keadaan tertentu akan menyebabkan pejamu agen
berkembang biak (bahan penyubur) pada genangan air yang tidak dibersihkan, maka
pejamu rentan dalam lingkungan

tersebut akan terserang agen. Sebaiknya bila

keadaan lingkungan bergeser ke arah yang menurunkan kerentanan pejamu, misalnya


tidak mengalami penurunan berat badan dan sebagainya, maka pengeseran
lingkungan tersebut meningkatkan daya tahan pejamu terhadap serangan agen
(model2). Keseimbangan antara agen-pejamu-lingkungan akan dapat dicapai apabila
lingkungan sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan peluang bagi agen untuk
menjadi ganas, dan sebaliknya pejamu memilki daya tahan terhadap serangan agen,
apabila terjadi keseimbangan yang menguntungkan sifat khusus agen, maka pejamu
yang rentan akan lebih mudah dipengaruhi agen, dan akhirnya penjamu menjadi
sakit/terganggu kesehatannya.
Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik (temperatur, cahaya, pertukaran
udara, perumahan, pakaian, air, tanah dan sebagainya), lingkungan biologis (setiap
flora dan fauna), Lingkungan sosial (penduduk, kebudayaan, adat istiadat, agama,
pendidikan, kepercayaan, pendapatan dan sebagainya)
Dari segi lingkungan, misalnya lingkungan mungkin berperan sebagai bahan
penyubur agen atau pada keadaan tertentu, membuat pejamu menjadi rentan terhadap
serangan serta keganasan agen yang bersangkutan. Seseorang yang berada dalam
lingkungan

dengan

suhu

dan

kelembaban

tertentu,

yang

memungkinkan

perkembangbiakan atau pertumbuhan dengan cepat agen di dalam penjamu.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Usaha-usaha kesehatan ditujukan untuk mengendalikan ketiga faktor yang


mempengaruhi kesehatan tersebut sehingga manusia dapat tetap hidup sehat, yaitu :
a. Terhadap faktor penyebab penyakit.
1. Memberantas sumber penularan penyakit.
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Menigkatkan taraf hidup rakyat
b. Terhadap faktor manusia
Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam prinsip- prinsip kesehatan perorangan.
c. Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor yang
tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan
manusia.
Infeksi kecacingan pada anak SD sering terjadi karena perilaku sehari-hari yang
kurang sehat. Perilaku bermain, tidak memakai alas kaki, menggunakan tangan ketika
bermain dan tidak mencuci tangan setelah bermain, tidak mencuci tangan waktu akan
makan dan setelah buang air besar dan perilaku buang air besar sembarang tempat
adalah contoh perilaku yang kurang sehat.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

2.7. Kerangka Konsep


Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL DEPENDEN

Sanitasi Lingkungan
- Lingkungan Rumah
- Lingkungan Sekolah

Personal Hygiene
- Kebersihan Kuku
- Pemakaian Alas Kaki
- Kebiasaan Cuci Tangan

Karakteristik Anak
- Pengetahuan
- Sikap
- Jenis Kelamin
- Penghasilan Orangtua

Kejadian Infeksi
Kecacingan

Pemeriksaan
Laboratorium

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross secsional yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan pada suatu
saat tertentu terhadap objek yang berubah, berkembang atau tumbuh menurut waktu
(Budiarto, 2003). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory
research (penjelasan) yaitu mencari seberapa besar pengaruh faktor sanitasi
lingkungan, personal hygiene dan karakteristik anak terhadap infeksi kecacingan
pada murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokeumawe.
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan deskriftip yaitu
melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokeumawem, bulan Pebruari sampai dengan Maret 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas V dan VI dari 3 (tiga) Sekolah
Dasar Negeri terpilih dengan pertimbangan sebagai berikut :

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

a. Sekolah Dasar tersebut berada di wilayah pesisir pantai yang merupakan


daerah pasang surut sehingga sering digenangi air.
b. Sekolah Dasar tersebut

bekas bencana gempa bumi dan gelombang

tsunami.
c. Dari survei awal ditemukan banyak murid memiliki sanitasi lingkungan dan
hygiene personal yang buruk.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Notoatmodjo
(1997) sebagai berikut :
n

1 + N (d )

Keterangan:
N

= Besar Populasi.

= Besar Sampel.

= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)

n =

n =

n =
n

{240}

(1 + 240(0,05)2

{240}
1 + 0.6

240
1.6

= 150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dari 250 murid (total populasi) , maka
diperoleh 150 murid untuk dijadikan sampel.
Pengambilan sampel menggunakan cara proportional sampling (Arikunto,S,
2002)
Tabel 3.1. Distribusi Sampel pada Setiap Sekolah Menurut Proporsi
No.
1.
2.
3.

Sekolah
SDN. 3
SDN 7
SDN 9
Jumlah

Jumlah Murid
75
80
85
240

(%)
30,9
34,2
34.9
100,0

Jumlah Sampel
46
51
53
150

3.4. Metode Pengumpulan Data


3.4.1. Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara :


a. Pengisian Kuesioner.
b. Observasi terhadap sanitasi lingkungan sekolah.
c. Pemeriksaan Faeces
d. Data Sekunder yang meliputi :
Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan
Puskesmas Blang Mangat yang berhubungan dengan penelitian.
Data primer yang dikumpulkan dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa
item-item pertanyaan pada variabel lingkungan rumah, kebiasaan cuci tangan,
penggunaan alas kaki, kebersihan kuku, pengetahuan dan sikap valid dan reliabel
untuk digunakan dalam penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

a. Variabel lingkungan rumah dengan 4 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien


korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8223 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan). (lampiran. 2)
b. Variabel Kebiasaan Cuci Tangan dengan 6 item pertanyaan, diperoleh nilai
koefisien korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8188 > 0,6 (memenuhi syarat
yang telah ditetapkan) (lampiran. 2)
c. Variabel Penggunaan alas kaki dengan 3 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,6724 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
d. Variabel kebersihan kuku dengan 3 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,7854 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
e. Variabel pengetahuan dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi
>0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8620 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
f. Variabel sikap dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi >0,3
dan nilai alpha cronbach 0,8532 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah ditetapkan)
(lampiran. 2).

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

3.4.2. Metode Pemeriksaan Faeses

Sebelum pemeriksaan faeces dilakukan terlebih dahulu pot faeces dibagikan


kepada responden sehari sebelum dilakukan pemeriksaan kemudian pagi harinya
dikumpulkan kembali lalu faeses di bawa ke laboratorium. Metode yang digunakan
memeriksa faeces untuk menentukan seseorang terinfeksi kecacingan atau tidak
digunakan metode Tebal Kato Katz, prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Gelas Objek yang biasa
2. Kertas cellophane yang hydropilik,ukuran 22 x 40 mm direndam dalam
larutan kato untuk waktu paling sedikit 24 jam lamanya sebelum dapat
dipakai.
3. Larutan kato (50 ml glycerin, 50 ml phenol 6%, 0.6 ml larutan malchite green
dalam air 3%).
2. Cara Kerja :
-

Letakkan tinja sebesar biji kacang kedelai (100 mg) di atas objek yang bersih.

Tutup tinja dengan sepotong kertas Cellophone yang telah disiapkan.

Ratakan dengan cara menekan tinja dengan benda yang tumpul sampai
tersebar rata dibawah kertas Cellophone tersebut, jagalah jangan sampai ada
tinja yang keluar dari tepi kertas Cellophone tersebut.

Biarkan preparat tersebut selama 15 menit dalam suhu kamar (28 32 C)


kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali atau
400 kali.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

3. Hasil.
a. Faeces : Positif (+) ditemukan telur cacing
b. Faeces : Negatif (-) tidak ditemukan telur cacing.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan (rumah,


dan sekolah), personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan cuci tangan, penggunaan
alas kaki) karakteristik anak (pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin dan
penghasilan orang tua) dan Variabel dependen adalah Infeksi Kecacingan.
3.5.2. Definisi Operasional

a. Sanitasi lingkungan rumah adalah kondisi kesehatan rumah yang berhubungan


dengan penularan infeksi cacingan dengan indikator ketersedian air bersih,
ketersedian jamban, adanya sarana pembuang sampah dan adanya SPAL.
b. Sanitasi lingkungan sekolah adalah fisik sekolah dengan indikator halaman
sekolah, sumber air bersih, kepemilikan jamban, sarana pembuang sampah dan
SPAL.
c. Kebersihan kuku adalah upaya yang dilakukan oleh murid dalam memelihara
kebersihan kuku.
d. Penggunaan alas kaki adalah sering atau jarang murid menggunakan alas kaki
pada saat keluar dari rumah.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

e. Kebiasaan cuci tangan adalah cara yang dilakukan oleh murid untuk
membersihkan tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan setelah
bermain tanah, yang akan dilihat apakah anak mencuci tangan atau tidak dan
apakah anak yang mencuci tangan memakai sabun atau tidak.
f. Pengetahuan murid sekolah dasar tentang infeksi cacingan adalah kemampuan
murid sekolah dasar menjawab pertanyaan tentang penyakit cacingan.
g. Sikap adalah tanggapan atau persepsi murid sekolah dasar terhadap infeksi
cacingan.
h. Jenis kelamin dibedakan atas laki-laki dan perempuan.
i. Penghasilan orang tua murid adalah pendapatan yang diperoleh orang tua murid
dalam satu bulan.
j. Infeksi kecacingan adalah ditemukannya satu atau lebih telur cacing usus pada
murid sekolah dasar melalui pemeriksaan feses
3.5.3. Aspek Pengukuran

1. Aspek Pengukuran Variabel Independen


Pengukuran variabel bebas adalah Sanitasi lingkungan, Personal hygiene dan
karakteristik anak secara rinci dapat dilihat pada tabel Tabel 3.2 :

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen


No
Nama Variabel
1. Lingkungan rumah

Alat ukur
Kuesioner

2.

Lingkungan Sekolah

Kuesioner

3.

Penggunaan alas kaki

Kuesioner

4.

Kebersihan kuku

Kuesioner

Penggunaan alas kaki

Kuesioner

Kebiasaan
tangan

cuci Kuesioner

Pengetahuan

Kuesioner

Sikap

Kuesioner

Jenis Kelamin

Pengahsilan orang tua Kuesioner

10

Infeksi Cacing

Pemeriksaan
Laboratorium

Hasil Ukur
a. Memenuhi syarat.
b. Tidak Memenuhi syarat
a. Memenuhi syarat.
b. Tidak Memenuhi syarat
Sering
Jarang
Baik
Tidak Baik
Sering
Jarang
Tidak cuci tangan
Cuci tangan dengan air
Cuci tangan pakai air dan
sabun
a. baik
b. Sedang
c. Kurang
a. baik
b. Sedang
c. Kurang
1. Laki-laki
2. perempuan
a. Rendah
b. Tinggi
a. Positif telur cacing
b. Negatif telur cacing

Skala
Ordinal

Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal

Ordinal
Ordinal
Nominal
Ordinal
Nominal

3.6. Metode Pengukuran Variabel


3.6.1.Variabel Lingkungan

3.6.1.1 Variabel Lingkungan Rumah


Kriteria rumah sehat diambil dari Pedoman Penanggulangan Program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penilaian kategori dibagi menjadi 2 :

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Memenuhi syarat kesehatan: Jika semua indikator terpenuhi.

Tidak Memenuhi syarat kesehatan: Jika satu atau lebih indikator tidak

terpenuhi
3.6.1.2. Variabel Lingkungan Sekolah.
Lingkungan sekolah meliputi halaman bersih, ketersedian air bersih,
kebersihan jamban, adanya sarana pembuang sampah dan adanya SPAL, penilaian
kategori dibagi menjadi 2:
-

Memenuhi syarat kesehatan: Jika semua indikator terpenuhi.

Tidak Memenuhi syarat kesehatan: Jika satu atau lebih indikator tidak

terpenuhi
3.6.2.Variabel Personal Hygiene

Pengukuran variabel kebiasaan cuci tangan yaitu tidak cuci tangan, cuci
tangan dengan air saja atau cuci tangan pakai air dan sabun. penggunaan alas kaki,
kebersihan kuku dikategorikan menjadi dua yaitu :
1. Baik jika jawaban Ya 75% atau apabila responden menjawab pertanyaan
2 3 benar
4. Buruk, jika jawaban Tidak < 75 % atau apabila responden menjawab
pertanyaan 1 benar

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

3.6.3.Variabel Kararteristik Anak

3.6.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan ini diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang
telah diberi nilai (skor). Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai nilai 1 dengan
kriteria :
- Jawaban benar

=1

- Jawaban salah

=0

Berdasarkan jumlah tersebut, pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori :


a. Baik, Jika jawaban benar responden 75% atau apabila responden menjawab
pertanyaan benar 8 10.
b. Sedang, Jika jawaban benar responden 40 75% atau apabila responden
menjawab pertanyaan benar 4 7.
c. Buruk , jika jawaban tidak 40% atau apabila responden menjawab pertanyaan
<4
3.6.3.2. Sikap
Sikap diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi
nilai (skor), tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai nilai 1 dengan kriteria :
- Jawaban setuju

=1

- Jawaban tidak setuju

=0

Berdasarkan jumlah tersebut, sikap diklasifikasikan dalam 3 kategori :


a. Baik, Jika jawaban setuju oleh responden

75% atau apabila responden

menjawab pertanyaan setuju 8 10


Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

b. Sedang, Jika jawaban setuju oleh responden 40 75% atau apabila responden
menjawab pertanyaan setuju 4 - 7
c. Buruk Jika jawaban setuju oleh responden

40%

atau apabila responden

menjawab pertanyaan setuju < 4


3.6.3.3. Jenis kelamin
Jenis kelamin di kategorikan :
- Laki-laki

=1

- Perempuan

=2

3.6.3.4. Penghasilan orang tua


Pengukuran tingkat penghasilan orang tua diukur berdasarkan upah minimum
Kabupaten/Provinsi NAD. Pengkategorian penghasilan orang tua adalah (peraturan
Gebernur Provinsi Nanggroe Aceh darussalam No. 67 Tahun 2007)
1. Rendah, jika penghasilan Rp.1.000.000,-/bulan
2. Tinggi, jika penghasilan > Rp.1.000.000,-/bulan.
3.7. Metode Analisa Data

Analisa univariat dilakukan untuk mendapat gambaran tentang distribusi


frekuensi responden untuk masing-masing variabel meliputi, faktor lingkungan
(lingkungan rumah, lingkungan sekolah) Personl hygiene (kebersihan

kuku,

penggunaan alas kaki, kebersihan cuci tangan) dan karakteristik anak (pengetahuan,
sikap, jenis kelamin dan penghasilan orang tua) serta infeksi kecacingan.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen


dengan variabel dependen yaitu : faktor lingkungan (lingkungan rumah, lingkungan
sekolah) Personal hygiene (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci
tangan) dan karakteristik anak (pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan penghasilan
orang tua) terhadap infeksi kecacingan.
Analisis multivariat untuk melihat pengaruh antara faktor lingkungan, pesonal
hygiene dan karakteristik anak terhadap infeksi cacing dengan melakukan uji statistik
(analisis regresi logistik) yang dapat dijadikan variabel yang terpengaruh terhadap
infeksi cacing. Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling
dominan pengaruhnya terhadap infeksi kecacingan, dengan persamaan regresi ebagai
berikut:
Y = + IX1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 +

Keterangan:
Y

X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
1-7

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

Variabel Dependen (Kejadian Infeksi Kecacingan)


Konstanta Regresi
Sanitasi Lingkungan Rumah
Kebersihan Kuku
Pemakaian Alas Kaki
Kebiasaan Cuci Tangan
Sikap
Jenis Kelamin
Penghasilan Orangtua
Koefisien Regresi
Error term

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografi

Kecamatan Blang Mangat berada di Wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe,


Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Luas Wilayah Kecamatan Blang Mangat 5.612
Km, dengan ketinggian 30 m dari permukaan laut. Terdiri dari dataran tinggi dan
daratan rendah (BPS Kota Lhokseumawe, 2008). Adapun batas-batas Wilayah
Kecamatan Blang Mangat adalah sebagai berikut :
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan.Geureudong Pasee

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Dua

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira bayu

4.1.2. Demografi

a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data BPS Kecamatan Blang Mangat 2008 distribusi penduduk
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Blang Mangat tahun 2009
Jenis Kelamin
Golongan Umur
No.
Jumlah
%
(Tahun)
Laki-laki Perempuan
1.
0-4
915
709
1.624
8,8
2.
5-14
2.187
1.882
4.069
21,1
3.
15-29
2.654
3.254
5.908
32,1
4.
30-49
2.524
2.605
5.129
27,9
5.
50-74
824
773
1.597
8,7
6.
> 74
28
49
77
0,4
Jumlah
9.279
9.273
18.552
100,0
Sumber : Koordinator Statistik Kec. Blang Mangat 2008
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Jumlah penduduk di Kecamatan Blang Mangat 18.552 jiwa yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 9.279 jiwa dan perempuan 9.273 jiwa, dan paling banyak adalah
golongan umur 15-29 tahun.
b. Sarana Kesehatan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Blang Mangat 2008 distribusi sarana
kesehatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Sarana
Tahun 2009
No.

Kesehatan

di

Kecamatan

Sarana Kesehatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Posyandu
Balai Pengobatan
Praktek Dokter Spesialis
Praktek Dokter Umum
Praktek Dokter Gigi
Bidan Praktek
Apotik
Toko Obat
Jumlah

Blang

Mangat

Jumlah

1
1
28
3
1
2
1
3
1
6
47

Sumber : Profil Puskesmas Blang Mangat, 2008

Sarana pelayanan kesehatan yang paling banyak di Kecamatan Blang Mangat


adalah Posyandu.
Berdasarkan data Profil Puskesmas Blang Mangat 2008 Jumlah

Tenaga

Kesehatan di Puskesmas dapat dilihat sebagai berikut :

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Blang Mangat
Tahun 2009
No.
Jenis Tenaga Kesehatan
Jumlah
1. Dokter Umum
3
2. Dokter Gigi
1
3. Akademi Bidan
2
4. Akademi Perawat
5
5. Akademi Analis
2
6. Akademi Penilik Kesehatan
5
7. Bidan
11
8. Perawat
1
9. Perawat Gigi
2
10. Asisten Apoteker
1
11. Gizi
1
12. Pekarya Kesehatan
Jumlah
35
Sumber : Puskesmas Kecamatan Blang Mangat , 2008

Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak di Kecamatan Blang
Mangat adalah Perawat dan yang paling sedikit adalah Pekarya kesehatan
4.2. Sanitasi Lingkungan
4.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah

Sanitasi lingkungan rumah responden di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe yang tidak memenuhi syarat sebesar 50,7%, Jamban tidak berfungsi
dengan baik, tidak adanya sumber air bersih dan tida adanya saluran pembuangan air
limbah.
Tabel 4.4. Distribusi Sanitasi Lingkungan Rumah Murid SD di Kecamatan
Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Lingkungan Rumah
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Jumlah

Jumlah
74
76
150

Persentase (%)
49.3
50.7
100,0

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.2.2. Sanitasi Lingkungan Sekolah

Hasil pengamatan atau observasi terhadap lingkungan sekolah menunjukkan


lingkungan sekolah cenderung tidak memenuhi syarat sanitasi lingkungan yang
ditetapkan. Hal ini terlihat dari :
a. Halaman sekolah yang bersih di SDN 9 sedangkan SDN 3 dan SDN 7 tidak bersih
b. Air bersih tersedia di SDN 9 sedangkan SDN 3 dan SDN 7 tidak tersedia
c. Tempat pembuangan sampah tarsedia di SDN 9 sedangkan SDN 3 dan SDN 7
tidak tersedia
c. SPAL tidak tarsedia di SDN 9, SDN 3 maupun SDN 7
4.3. Personal Hygiene
4.3.1. Kebersihan Kuku

Pada penelitian ini kebersihan kuku murid Sekolah Dasar dapat dilihat pada
uraian berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Kebersihan Kuku Murid SDN di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Kebersihan Kuku

Jumlah
Persentase (%)
Baik
80
53.3
Tidak baik
70
46.7
Jumlah
150
100,0
Persentase kebersihan kuku murid Sekolah Dasar yang baik 53,3% lebih

banyak daripada kebersihan kuku yang tidak baik.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.3.2. Penggunaan Alas Kaki

Penggunaan alas kaki oleh murid Sekolah Dasar dan kategorinya dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Penggunaan Alas Kaki Murid SD di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Penggunaan Alas Kaki
Baik
Tidak baik
Jumlah

Jumlah
71
79
150

Persentase (%)
47.3
52.7
100,0

Persentase murid SD menggunakan alas kaki (sepatu atau sandal) saat keluar
rumah, saat sekolah lebih besar pada kategori tidak baik yaitu 52,7%.
4.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan

Kebiasaan cuci tangan oleh murid Sekolah Dasar dan kategorinya dapat
dilihat pada uraian berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Murid SD di
Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Kebiasaan Cuci Tangan

Baik
Tidak baik
Jumlah

Jumlah
70
80
150

Kecamatan

Persentase (%)
46.7
53.3
100,0

Persentase murid yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan kategori tidak


baik sebesar 53,3%, yaitu saat mau makan, setelah buang air besar, cuci tangan pakai
air dan sabun dan setelah bermain dengan tanah.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.4. Karakteristik Individu

Pada penelitian ini, karakteristik individu yang dilihat meliputi: Pengetahuan,


Sikap, Jenis kelamin, Penghasilan orangtua. Jumlah dan persentase responden
berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada uraian berikut :
4.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan Murid tentang penyakit infeksi kecacingan meliputi : tertular


apabila bermain dengan tanah, cacing masuk ketubuh melalui tangan, memotong
kuku untuk terhindar dari penyakit kecacingan, gejala penyakit kecacingan adalah
malas, kurus, perut buncit dan kurang darah, apabila bermain dengan dengan tanah
harus pakai sandal, setelah bermain harus cuci tangan, minum obat cacing enam
bulan sekali, harus mencuci tangan dengan air bersih dan tidak boleh buang air besar
sembarangan.
Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Murid SD di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Pengetahuan

Baik
Sedang
Buruk
Jumlah

Jumlah
45
51
54
150

Persentase (%)
30.0
34.0
36.0
100,0

Hasil penelitian tentang pengetahuan menunjukkan sebagian besar Murid


mempunyai pengetahuan yang buruk, yaitu 36,0%.
4.4.2. Sikap

Sikap Murid tentang penyakit infeksi kecacingan meliputi : anak-anak mudah


tertular karena perilaku mereka belum bersih dan sehat, memcuci tangan setelah BAB
supaya tidak terkena penyakit kecacingan, BAB di WC dapat mencegah kecacingan,
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

tanda penyakit kecacingan perut buncit, sering ngantuk waktu belajar, dan menjadi
malas, penyakit kecacingan menganggu prestasi belajar, anak kecacingan harus
minum obat cacing, memotong kuku supaya terhindar dari kecacingan, setelah
bermain harus mencuci tangan dengan air bersih dan pakai sabun, kebiasaan bermain
dengan tanah menyebabkan kecacingan, sebaiknya memakai sandal ketika bermain
supaya terhindar dari cacingan.
Tabel 4.9. Distribusi Sikap Murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota
Lhokseumawe Tahun 2009.
Sikap

Baik
Sedang
Buruk
Jumlah

Jumlah
34
54
62
150

Persentase (%)
22.7
36.0
41.3
100,0

Hasil penelitian tentang sikap menunjukkan sebagian besar murid SD 41,3%


mempunyai sikap yang buruk
4.4.3. Jenis Kelamin

Distribusi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat sebagai berikut:


Tabel 4.10. Distribusi Jenis Kelamin murid SD di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jumlah

Jumlah
78
72
150

Persentase (%)
52.0
48.0
100,0

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar murid SD 52,0% mempunyai


jenis kelamin perempuan.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.4.4. Penghasilan Orang Tua


Penjelasan mengenai distribusi pendapatan orangtua murid SD dapat dilihat
dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 4.11. Distribusi Penghasilan Orangtua murid SD di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
Penghasilan Orangtua
Tinggi
Rendah
Jumlah

Jumlah
60
90
150

Persentase (%)
40.0
60.0
100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua murid SD


mempunyai penghasilan 60,0%.pada kategori rendah.
4.5. Infeksi Kecacingan

Infeksi kecacingan pada murid Sekolah Dasar dapat dilihat dengan distribusi
sebagai berikut:
Tabel 4.12. Distribusi Infeksi Kecacingan murid SD
Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.
No.

Infeksi Kecacingan

1. Positif
2. Negatif
Jumlah

di Kecamatan Blang

Jumlah
n
79
71
150

%
52.7
47.3
100,0

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium mengenai infeksi kecacingan


murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe menunjukkan bahwa
yang positif menderita infeksi kecacingan sebanyak 52,7%.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.5.1. Infeksi Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing


Hasil pemeriksaan laboratorium atas jenis cacing pada murid SD dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.13. Distribusi Infeksi Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing murid SD
di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.

No.

Jenis infeksi

1. Ascaris
2. Trichiuris

Infeksi Kecacingan
Positif
Negatif
n
%
n
%
65
43,3
85
56,7
31
20,6
119
79,4

Jumlah Total
n
150
150

%
100,0
100,0

Distribusi infeksi kecacingan murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe berdasarkan jenis cacing persentase yang paling banyak adalah positif
infeksi kecacingan gelang (Ascaris lumbricoides) 43,3%. Sedangkan yang mengalami
positif infeksi kecacingan jenis Trichiuris hanya 20,6%. Dari 96 penderita infeksi
kecacingan 17 murid diantaranya menderita infeksi kecacingan kedua jenis telur
cacing.
4.6. Analisis Bivariat

Pada penelitian ini, analisis bivariat yang dilihat meliputi: Sanitasi lingkungan
rumah, Personal Hygiene (Kebersihan kuku, Pemakaian alas kaki dan Kebiasaan cuci
tangan) dan Karakteristik Anak (pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan penghasilan
orang tua) dengan Infeksi kecacingan dapat dilihat pada uraian berikut :

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

4.6.1. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi


Kecacingan.
Tabel 4.14. Hasil Uji
Chi-square
antara
Sanitasi Lingkungan Rumah
murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe
dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009.
Infeksi Kecacingan
Sanitasi Lingkungan
OR
P
No.
Positif
Negatif
Rumah
95% CI
Value
n
%
n
%
1. Tidak Memenuhi Syarat 62
81,6
14
18,4
14,849
0,000
2. Memenuhi Syarat
17
23,0
57
77,0 6,715-32,834
Jumlah
79
52,7
71
47,3

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada Murid yang sanitasi lingkungan
rumahnya tidak memenuhi syarat yaitu 81,6 % dibandingkan dengan Murid yang
sanitasi lingkungan rumahnya yang memenuhi syarat yaitu 23,0%. Hasil Uji Chisquare diperoleh p = 0,000, artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna
antara sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi kecacingan dengan nilai OR 14,849
(95% CI : 6,715-32,834) dimana sanitasi lingkungan rumah murid SD yang tidak
memenuhi syarat berpeluang 14,849 kali terinfeksi kecacingan dibandingkan sanitasi
lingkungan rumah yang memenuhi syarat.
Selanjutnya untuk kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.15. Hasil Uji Chi-square antara Kebersihan Kuku di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun
2009.
Infeksi Kecacingan
OR
P
No.
Kebersihan Kuku
Positif
Negatif
95% CI
Value
n
%
n
%
1. Tidak baik
46
65,7
24
34,3
2,730
0,005
2. Baik
33
41,2
47
58,8 1,404-5,306
Jumlah
79
52,7
71
47,3
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid yang mempunyai


kebersihan kuku yang tidak baik yaitu 65,7 % dibandingkan dengan murid yang
kebersihan kukunya baik yaitu 41,2%. Hasil Uji Chi-square diperoleh p = 0,005,
artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku dengan
infeksi kecacingan dengan nilai OR 2,730 (95% CI : 1,404-5,306) dimana kebersihan
kuku murid SD tidak baik berpeluang 2,730 kali terinfeksi kecacingan dibandingkan
kebersihan kuku yang baik.
4.6.2. Analisis Hubungan Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan.

Pemakaian alas kaki dengan infeksi kecacingan dapat dilihat denan kategori
sebagai berikut :
Tabel 4.16. Hasil Uji Chi-square antara Pemakaian Alas Kaki murid SD di
Kecamatan
Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009.
Infeksi Kecacingan
OR
P
No. Pemakaian Alas Kaki
Positif
Negatif
95% CI
Value
n
%
n
%
1. Tidak baik
51
64,6
28
35,4
2,797
0,004
2. Baik
28
39,4
43
60,6 4,556 -5,426
Jumlah
79
52,7
71
47,3

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid SD yang mempunyai


kebiasaan menggunakan alas kaki tidak baik yaitu 64,6 % dibandingkan dengan
murid yang kebiasaan memakai alas kaki yang baik yaitu 39,4%. Hasil Uji Chisquare diperoleh p = 0,004, artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna
antara pemakaian Alas Kaki dengan infeksi kecacingan dengan nilai OR 2,797 (95%
CI : 4,556-5,426) dimana kebiasaan memakai alas kaki murid SD tidak baik

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

berpeluang 2,797 kali terinfeksi kecacingan dibandingkan memakai alas kaki yang
baik.
4.6.3. Analisis Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan.

Kebiasaan cuci tangan dengan terjadinya infeksi kecacingan pada murid


Sekolah Dasar dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.17. Hasil Uji Chi-square antara Kebiasaan Cuci Tangan murid SD
di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009.
No.

Kebiasaan Cuci
Tangan

1. Tidak baik
2. Baik
Jumlah

Infeksi Kecacingan
Positif
Negatif
n
%
n
%
50
62,5
30
37,5
29
41,4
41
58,6
79
52,7
71
47,3

OR
95% CI

P
Value

2,958
1,521 -5,753

0,002

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid SD yang mempunyai


kebiasaan cuci tangan tidak baik yaitu 62,5 % dibandingkan dengan Murid yang
kebiasaan cuci tangannya baik yaitu 41,4%. Hasil Uji Chi-square diperoleh
p = 0,002, artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
cuci tangan dengan infeksi kecacingan dengan nilai OR 2,958 (95% CI : 1,521-5,753)
dimana kebiasaan cuci tangan murid SD tidak baik berpeluang 2,958 kali terinfeksi
kecacingan dibandingkan kebiasaan cuci tangan yang baik.
4.6.4. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan.

Pengetahuan murid SD dengan terjadinya infeksi kecacingan dapat dilihat


sebagai berikut:

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Tabel 4.18. Hasil Uji Chi-square antara Pengetahuan murid SD di Kecamatan


Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan
Tahun 2009.
No.

Pengetahuan

1. Buruk
2. Sedang
3. Baik
Jumlah

Infeksi Kecacingan
Positif
Negatif
n
%
n
%
38
70,4
16
29,6
40
78,4
11
21,6
1
2,2
4
97,8
79
52,7
71
47,3

p
0,000

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid yang mempunyai


pengetahuan buruk yaitu 70,4 % dibandingkan dengan murid yang pengetahuan yang
baik yaitu 2,2%. Hasil Uji Chi-square diperoleh p = 0,000, berarti dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan dengan
infeksi kecacingan.
4.6.5. Analisis Hubungan Sikap dengan Infeksi Kecacingan.

Sikap murid SD dengan terjadinya infeksi kecacingan dapat dilihat sebagai


berikut:
Tabel 4.19. Hasil Uji Chi-square antara Sikap murid SD di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun
2009.
No.

Sikap

1. Buruk
2. Sedang
3. Baik
Jumlah

Infeksi Kecacingan
Positif
Negatif
n
%
n
%
41
66,1
21
33,9
36
66,7
18
33,3
2
5,9
32
94,1
79
52,7
71
47,3

p
0,000

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid SD yang mempunyai sikap
buruk yaitu 66,1 % dibandingkan dengan murid yang sikapnya baik yaitu 5,9%. Hasil
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Uji Chi-square diperoleh p= 0,000, berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna secara statistik antara sikap dengan infeksi kecacingan.
4.6.6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi Kecacingan.

Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin dengan terjadinya infeksi


kecacingan pada murid Sekolah Dasar sebagai berikut:
Tabel 4.20. Hasil Uji Chi-square antara Jenis Kelamin murid SD di Kecamatan
Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan
Tahun 2009.
Infeksi Kecacingan
OR
P
No.
Jenis kelamin
Positif
Negatif
95% CI
Value
n
%
n
%
1. Perempuan
57
79,2
15
20,8
9,673
0,000
2. Laki-laki
22
28,2
56
71,8 4,556-20,534
Jumlah
79
52,7
71
47,3

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid SD yang jenis kelaminnya
perempuan yaitu 79,2 % dibandingkan dengan murid yang jenis kelamin laki-laki
yaitu 28,2%. Hasil Uji Chi-square diperoleh p = 0,000, artinya secara statistik ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi kecacingan. Nilai OR
9,673 (95% CI 4,556-20,534)
4.6.7. Analisis Hubungan Penghasilan Orangtua dengan Infeksi Kecacingan.

Apabila dilihat berdasarkan penghasilan orang tua murid SD dengan


terjadinya infeksi kecacingan adalah sebagai berikut:

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Tabel 4.21. Hasil Uji Chi-square antara Penghasilan Orangtua murid SD di


Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi
Kecacingan Tahun 2009.
No. Penghasilan Orangtua

1. Rendah
2. Tinggi
Jumlah

Infeksi Kecacingan
Positif
Negatif
n
%
n
%
59
65,6
31
34,4
20
33,3
40
66,7
79
52,7
71
47,3

OR
95% CI

P
Value

3,806
1,908-7,595

0,000

Positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada murid yang jenis penghasilan
orangtuanya kategori rendah yaitu 65,6% dibandingkan dengan murid yang
penghasilan orangtuanya kategori tinggi yaitu 33,3%. Hasil Uji Chi-square diperoleh
p = 0,000, artinya secara statistik ada hubungan yang bermakna antara penghasilan
orangtua dengan infeksi kecacingan dengan nilai OR 3,806 (95% CI : 1,908-7,595)
dimana penghasilan orangtua murid SD rendah berpeluang 3,806 kali terinfeksi
kecacingan dibandingkan penghasilan orangtua yang tinggi.
4.7. Analisis Multivariat (Regresi Logistik)

Analisis dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) untuk


mencari faktor yang dominan yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan pada
Siwa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, dengan melalui beberapa
langkah yaitu:
1. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
untuk mengestimasi peranan masing-masing variabel.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

2. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model.


Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu variabel yang
mempunyai nilai p kurang dari 0,005.
3. Setelah diidentifikasi variabel yang signifikan, selanjutnya dilakukan
pengujian secara bersamaan dengan metode stepwise untuk mengidentifikasi
faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi
kecacingan pada Siwa SD Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dan
dimasukkan dalam metode persamaan regersi logistik.
Dalam penelitian ini terdapat 8 variabel yang diduga berpengaruh terhadap
terjadinya infeksi kecacingan pada murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota
Lhokseumawe, yaitu sanitasi lingkungan rumah, kebersihan kuku, pemakaian alas
kaki, kebiasaan cuci tangan, pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan penghasilan
orangtua. Tahap selanjutnya kedelapan variabel ini dimasukkan sebagai kandidat
untuk dilakukan analisis regresi logistik.
Analisis multivariat bertujuan mendapatkan model yang terbaik dalam
menentukan variabel dominan.

Dalam permodelan ini menggunakan metode

backward stepwise. Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel pengetahuan


tidak berpengaruh (p>0,005) terhadap terjadinya infeksi kecacingan pada murid SD
di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Dapat dilihat pada Tabel 4.22
berikut ini

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Tabel 4.22. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise
Variabel Independen
Sanitasi Lingkungan Rumah
Kebersihan Kuku
Pemakaian Alas Kaki
Kebiasaan Cuci Tangan
Pengetahuan
Sikap
Jenis Kelamin
Penghasilan Orangtua
Constant
Overall percentage = 84,0%

Berdasarkan

hasil

uji

Exp()
18,471
3,691
3,287
3,195
2,836
2,999
3,155
4,476
0,003

regresi

logistik

setelah

p
0,000
0,024
0.041
0,043
0,065
0,045
0.044
0,008
0.000

dikeluarkan

variabel

pengetahuan, yang masuk ke dalam model adalah sanitasi lingkungan rumah,


kebersihan kuku, pemakaian alas kaki, kebiasaan cuci tangan, sikap, jenis kelamin
dan penghasilan orangtua yang digunakan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.23. Hasil Uji Regresi Multivariat Logistik Metode Backward Stepwise
Variabel Independen
Sanitasi Lingkungan Rumah
Kebersihan Kuku
Pemakaian Alas Kaki
Kebiasaan Cuci Tangan
Sikap
Jenis Kelamin
Penghasilan Orangtua
Constant
Overall percentage = 85,3%

Exp()
27,929
3,809
3,471
3,386
3,194
3,870
4,355
0,003

P
0,000
0,020
0.029
0,029
0,030
0,013
0,008
0.000

Berdasarkan hasil akhir uji regresi logistik diperolah variabel yang yang
dominan mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan pada murid SD di Kecamatan
Blang Mangat Kota Lhokseumawe adalah sanitasi lingkungan rumah, kebersihan
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

kuku, pemakaian alas kaki, kebiasaan cuci tangan, sikap, jenis kelamin dan
penghasilan orangtua. Dimana dari keseluruhan variabel tersebut yang paling
dominan adalah variabel sanitasi lingkungan rumah dengan nilai koefisien (Exp .)
27.929 (lampiran).
Berdasarkan nilai koefisien regresi () masing-masing variabel independen
dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut:
Y=

IX1

+ 2X2

+ 3X3

4X4

5X5 +

6X6 +

7X7

Y = 0,003+27,929 (X1)+3,809(X2) +3,471(X3) +3,386(X4) +3,194(X5) +3,870(X6) +4,355(X7)

Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh variabel


sanitasi lingkungan rumah, kebersihan kuku, pemakaian alas kaki, kebiasaan cuci
tangan, pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan penghasilan orangtua terhadap
terjadinya infeksi kecacingan pada murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota
Lhokseumawe sebesar 85,3% (overall percentage), sedangkan 14,7% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam uji regresi logistik ini.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Infeksi Kecacingan Murid SD Negeri di Kecamatan Blang Mangat Kota
Lhokseumawe

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 150 anak SD kelas V dan VI di
SDN 3, SDN 7 dan SDN 9 yang dilakukan pemeriksaan feses secara laboratorium
didapatkan sebanyak 79 orang (52,7%) positif infeksi kecacingan dengan rincian
cacing gelang 65 orang (43,3%), cacing cambuk 31 orang (20,6%). Dari 96 murid SD
17 murid diantaranya menderita infeksi kecacingan kedua jenis telur cacing.
Persentase infeksi kecacingan pada murid SD di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokseumawe berada di atas Angka Nasional infeksi kecacingan sebesar
30,35%. Perbedaan angka infeksi kecacingan pada masing-masing hasil penelitian ini
merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan faktor risiko di beberapa lokasi
penelitian, terutama yang berhubungan dengan kondisi sanitasi lingkungan, higiene
perorangan murid dan kondisi alam atau geografi (Wachidaniyah,2002)
Penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak - anak SD dikarenakan
aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing
tersebut yang sering dtemui pada ank-anak adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan
parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak
dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anakanak
yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami gejala: lesu, pucat/anemia, berat badan
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang dan kadang disertai batuk
batuk (Nadesul H. 1997)
Hasil ini mendukung penelitian Ginting (2005) pada anak SD di Kabupaten
Langkat tahun 2005 menunjukkan angka 77,6 % positif infeksi kecacingan. Hasil
Survey Dinas Kesehatan Sumatera Utara pada anak SD di Kabupaten/Kota tahun
2005 menunjukkan angka rata-rata infeksi kecacingan 49,2%. Hasil penelitian
Pasaribu pada anak SD di Kabupaten Karo tahun 2004 menunjukkan angka 91,3%
yang positif infeksi kecacingan.
Mendukung pendapat Brown (1983) cacing gelang dan cacing cambuk
ditemukan pada semua umur, tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak golongan
umur 5 sampai 9 tahun yang belum sekolah dan anak-anak yang sudah sekolah, yaitu
yang lebih sering berhubungan dengan tanah.
Siklus hidup cacing tambang menurut Albert (2006) pada tahap akhir larva
dengan tubuh yang runcing dibagian atas akan menembus kulit dan ikut ke dalam
aliran darah.
Infeksi cacing masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pendesaan atau
daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah
terkena infeksi cacing, pada umumnya memang tidak menyebabkan penyakit berat
dan tidak mematikan sehingga sering kali diabaikan, tetapi dalam jangka panjang
dapat menurunkan derajat kesehatan (Rasmaliah, 2001).

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

5.2. Sanitasi Lingkungan


5.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Kecacingan

Hasil Chi square Test hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi
kecacingan menunjukkan p = 0,000, berarti ada hubungan yang bermakna antara
sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi kecacingan. Dari 74 orang murid yang
mempunyai sanitasi lingkungan rumah tidak memenuhi syarat terdapat 62 orang
positif infeksi kecacingan. Setelah dilakukan uji multivariat (regresi logistik)
menunjukkan faktor sanitasi lingkungan rumah termasuk variabel yang paling
dominan mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan.
Hasil wawancara dengan murid, sebanyak 77 rumah (51.3%) tidak memiliki
sumber air bersih milik sendiri baik PDAM ataupun sumur gali untuk keperluan
sehari-hari. Mereka memperoleh air dari sumur bor milik umum. Data kepemilikan
jamban sangat rendah hanya 64 rumah (42,7%) sedangkan 86 rumah lainnya (57,3%)
tidak memiliki jamban. Sebagaian diantaranya memanfaatkan jamban umum untuk
BAB dan sebagian lagi dikebun.
Secara umum keadaan ini menggambarkan bahwa kondisi lingkungan rumah
murid SD di Kecamatan Blang Mangat masih belum memenuhi standar sebagai
lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini tentu saja dapat sebagai
rantai penyebaran penyakit Infeksi kecacingan
Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa secara statistik diperoleh hasil bahwa
kondisi sanitasi lingkungan rumah dan kejadian infeksi kecacingan pada murid SD
berpengaruh signifikan, terlihat dari nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

0,05. artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan sanitasi lingkungan
dengan kejadian infeksi kecacingan.
Pada tabel 4.23. Koefisien =27,929 hal ini menunjukkan bahwa faktor
sanitasi lingkungan dominan mempengaruhi infeksi kecacingan.dari 8 variabel yang
diteliti Hal ini menggambarkan bahwa semakin buruk kondisi sanitasi lingkungan,
maka angka kejadian infeksi kecacingan pada murid SD semakin tinggi.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan masalah utama dalam
usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Masalah lingkungan ini meliputi
kurangnya penyediaan air bersih, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat,
keadaan rumah yang tidak sehat, usaha hygiene yang belum menyeluruh,
pembuangan sampah dan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik. Kondisi ini
dipicu oleh multifaktor, diantaranya tingkat kemampuan ekonomi masyarakat,
kurangnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan yang baik, kurangnya kesadaran
dalam pemeliharaan lingkungan dan masih kurangnya kebijakan-kebijakan dari
pemerintah yang mendukung peningkatan kualitas kesehatan lingkungan ini. (Anies,
2005)
Keadaan sehat merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya
yang serasi dan dinamis. Lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan
diketahui merupakan faktor resiko timbulnya gangguan kesehatan masyarakat. Infeksi
kecacingan merupakan salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan hygiene
dan sanitasi lingkungan seperti penggunaan air minum yang tidak bersih, tidak
memadainya sarana pembuangan kotoran, limbah, sampah, dan perumahan yang
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

tidak memenuhi standar kesehatan. Kurangnya kebersihan lingkungan ini


menyebabkan angka kejadian infeksi kecacingan semakin meningkat. Berarti semakin
baik kondisi lingkungan seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
infeksi kecacingan pada murid SD.
Sarana Pembuangan sampah di lingkungan rumah tidak tertata dengan baik,
responden yang memiliki sarana pembuangan sampah hanya 48 rumah (32,2%)
sedangkan 112 rumah (67,8%). Sarana pembuangan limbah juga belum tertata
dengan baik.
Entjang (2001) bahwa pembuangan tinja merupakan bagian yang penting
dalam kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak saniter dari tinja manusia
dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap tanah dan sumber air. Kondisi
ini mengakibatkan agen penyakit dapat berkembang biak dan menyebarkan infeksi
terhadap manusia. Faktor manusia untuk menjaga kebersihan sanitasi jamban
merupakan hal yang harus diperhatikan, contohnya yang harus dihindari adalah jarak
dari lubang penampungan kotoran atau dinding resapan jamban < 10 meter dari
SPT/SGL, air buangan dari septik tank/lubang penampungan kotoran dialirkan ke
sungai/got. Dilantai dalam/sekitar jamban terdapat lalat/kecoa, lantai jamban kotor,
luas slap <1m2.
Penanggulangan infeksi kecacingan tidak mudah karena berkaitan dengan
masalah lingkungan, pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak
memutuskan mata rantai penularan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan yang mencakup pengobatan massal, penyuluhan
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

kesehatan, peningkatan status gizi, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene


perorangan serta partisipasi masyarakat (Hadidjaja, 1994)
5.2.2. Sanitasi Lingkungan Sekolah dan Infeksi Kecacingan

Sanitasi lingkungan sekolah berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada


saat penelitian menunjukkan ketiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian ketigatiganya dikategorikan tidak baik, karena jamban tidak berfungsi dengan baik dan
tidak bersih, sumber air tidak berfungsi dengan baik untuk keperluan sekolah,
pekarangan/halaman sekolah kurang bersih dan tidak ada tempat pembuangan
sampah yang ditetapkan, lokasi untuk jajan murid kurang bersih, makanan dan
minuman di kantin sekolah tidak tertutup dan banyak lalat pada makanan dan
minuman di kantin sekolah, tidak ada sabun yang tersedia di jamban/WC ketiga
sekolah tersebut. Lingkungan sekolah yang tidak memenuhi syarat tersebut rentan
terhadap risiko penularan infeksi kecacingan .
Keadaan lingkungan sekolah dan rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menyebabkan tingginya prevalensi cacingan pada murid sekolah dasar di
daerah ini. Hal ini sesuai dengan teori Blum yang menyatakan bahwa faktor
lingkungan mempunyai kontribusi yang paling besar di dalam mempengaruhi status
kesehatan individu maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2003)

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

5.3. Personal Hygiene


5.3.1. Kebersihan Kuku dengan Infeksi Kecacingan

Hasil Chi square Test hubungan kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan
menunjukkan p = 0,003, berarti ada hubungan yang bermakna antara

kebersihan

kuku dengan infeksi kecacingan. Dari 70 orang murid yang mempunyai kebersihan
kuku buruk terdapat 46 orang (65%) positif infeksi kecacingan dengan keadaan kuku
panjang dan tidak bersih.
Setelah dilakukan uji multivariat (regresi logistik) menunjukkan faktor
kebersihan kuku termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi
kecacingan.
Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh karena murid sering bermain
ditanah, sehingga lebih mudah terinfeksi kecacingan. Personal higiene seperti
kebersihan kuku merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terinfeksi
kecacingan. Sebagian responden yang tidak menjaga kebersihan kuku dan kuku kotor
kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan responden. Infeksi kecacingan
kebanyakan ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku jemari tangan yang kotor dan
panjang sering tersimpan telur cacing, jika kuku jemari tangan tidak dicuci dengan
bersih maka telur cacing yang tersimpan dikuku akan ikut tertelan sewaktu makan
(Nadesul,1997)
Menurut Azwar (1993) pada prakteknya upaya higiene antara lain meminum
air yang sudah direbus sampai mendidih, mandi dua kali sehari, mengambil makanan

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit dan menjaga kebersihan kuku serta
memotongnya apabila panjang.
Onggowaluyo (2002) kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan
kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat
melekat berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan mikro organisme
diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan kecacingan diantaranya melalui
tangan yang kotor, kuku jari tangan yang kotor yang kemungkinan terselip telur
cacing akan tertelan ketika makan.
5.3.2. Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan

Hasil Chi square Test hubungan pemakaian alas kaki dengan infeksi kecacingan
menunjukkan p = 0,002, berarti ada hubungan yang bermakna antara

pemakaian

alas kaki dengan infeksi kecacingan. Dari 79 orang murid yang menggunakan alas
kaki yang tidak baik terdapat 51 orang (64,56%) positif infeksi kecacingan. Setelah
dilakukan uji multivariat (regresi logistik) menunjukkan faktor pemakaian alas kaki
termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan.
Apabila dilihat dari perilaku bermain sebagian murid setiap harinya bermain
dengan tanah dan melepas alas kaki, yang merupakan salah satu penyebab tingginya
risiko infeksi kecacingan.
Sesuai dengan hasil penelitian Agustina (2000) di Kecamatan Paseh Jawa
Barat menjumpai bahwa ada hubungan yang erat antara tanah yang tercemar telur
A.lumbricoides dengan kejadian Askaris pada anak balita.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan

Hasil Chi square Test hubungan kebiasaan cuci tangan dengan infeksi
kecacingan menunjukkan p = 0,010, berarti ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan cuci tangan dengan infeksi kecacingan. Dari 80 orang murid yang
mempunyai kebiasaan cuci tangan yang tidak baik terdapat 50 orang (62,5%) positif
infeksi kecacingan. Setelah dilakukan uji multivariat (regresi logistik) menunjukkan
faktor kebiasaan cuci tangan termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi
kecacingan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Fatmandini (1998) di Sleman bahwa
ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan dengan infeksi
kecacingan.
Demikian juga dengan penelitian Mahfuddin, dkk (1994) pada murid Sekolah
Dasar di Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur bahwa mencuci tangan yang benar
dan menggunakan sabun sebelum makan dapat mengurangi infeksi cacing gelang.
Menurut Majid (2001), bahwa cara yang paling baik dalam memutus mata
rantai penularan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, antara lain dengan
menjaga kebersihan pribadi misalnya mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
dan menggunting kuku secara rutin.
Penelitian Bakta (1995) di Desa Jagapati Bali menemukan bahwa intensitas
infeksi cacing tambang juga dipengaruhi kebiasaan tidak memakai alas kaki.
Penelitian Hayimi pada SD di Bekasi menemukan bahwa 63,52% anak yang
terinfeksi cacing, 14,8% diantaranya tidak menggunakan alas kaki.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

5.4. Karakteristik Anak


5.4.1. Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan

Hasil Chi square Test hubungan pengetahuan dengan infeksi kecacingan


menunjukkan p = 0,000, berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan infeksi kecacingan. Dari 79 orang murid yang mempunyai pengetahuan
yang tidak baik terdapat 60 orang (75,95%) positif infeksi kecacingan. Setelah
dilakukan uji multivariat (regresi logistik) menunjukkan faktor pengetahuan termasuk
variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan. Hal ini terjadi karena
murid masih belum memahami penyebab, gejala, cara penularan dan uapaya-upaya
pencegahan penyakit kecacingan. Disamping itu sarana Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) tidak berjalan dengan baik Secara garis besar hasil wawancara tersebut
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan murid SD tentang masalah kecacingan masih
kurang. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya materi pelajaran khusus
tentang penyakit cacingan pada sekolah dasar khususnya untuk kelas V dan VI.
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
5.4.2. Sikap dengan Infeksi Kecacingan

Hasil chi square test hubungan sikap dengan infeksi kecacingan menunjukkan
p = 0,000, berarti ada hubungan yang bermakna antara

sikap dengan infeksi

kecacingan. Dari 82 orang murid yang mempunyai sikap yang tidak baik terdapat 54
orang (65,85%) positif infeksi kecacingan. Setelah dilakukan uji multivariat (regresi

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

logistik) menunjukkan faktor sikap termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya


infeksi kecacingan. Ini terjadi karena mereka tidak bersikap sesuai pengetahuannya.
Azwar (1998), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas tetapi adalah prediposisi suatu prilaku.
5.4.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi Kecacingan

Hasil chi square test hubungan jenis kelamin dengan infeksi kecacingan
menunjukkan p = 0,000, berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan infeksi kecacingan. Dari 72 orang murid yang jenis kelamin laki-laki
terdapat 57 orang (72.2%) positif infeksi kecacingan. Setelah dilakukan uji
multivariat (regresi logistik) menunjukkan faktor jenis kelamin termasuk variabel
yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Pasaribu (2004) di Kabupaten
Karo dan Hidayat (2002) di Mataram, bahwa infeksi kecacingan tidak dipengaruhi
oleh faktor hormonal sehingga murid laki-laki maupun perempuan dapat mengalami
infeksi kecacingan
5.4.4. Penghasilan Orangtua dengan Infeksi Kecacingan

Hasil chi square test hubungan penghasilan orangtua dengan infeksi kecacingan
menunjukkan p = 0,000, berarti ada hubungan yang bermakna antara penghasilan
orangtua dengan

infeksi

kecacingan.

Dari 90 orang murid yang penghasilan

orangtuanya kategori rendah terdapat 59 orang positif infeksi kecacingan. Setelah

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

dilakukan uji multivariat (regresi logistik) menunjukkan faktor penghasilan orangtua


termasuk variabel yang dominan mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan.
Sanitasi dasar lingkungan yang masih buruk salah satu penyebabnya adalah
faktor kemiskinan. Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan bukan semata-mata kekurangan
dalam ukuran ekonomi, tapi juga melibatkan kekurangan dalam ukuran lingkungan
dan kebudayaan serta kejiwaan. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang
ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua
untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga anak yang
miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua
penyakit (Suburratno, 2004)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah harus memiliki informasi
atau peta kemiskinan agar dapat membuat kebijakan-kebijakan yang tepat dalam
pengentasan kemiskinan ini, menentukan target penduduk miskin sehingga dapat
memperbaiki keadaan seperti sanitasi lingkungan dan dapat mengevaluasi programprogram yang berkenaan dengan penanggulangan kemiskinan.
5.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan


cross secsional yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan pada suatu
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

saat tertentu terhadap objek yang berubah, berkembang atau tumbuh menurut waktu,
oleh karena penelitian ini tidak dapat memberikan penjelasan sebab akibat, tetapi
hubungan yang ada hanya menunjukkan besarnya kemaknaan variabel independen
dalam hubungannya dengan variabel dependen.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian Pengaruh

Sanitasi

Lingkungan,

Personal

Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah
Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi rumah dan sekolah tidak memenuhi
syarat (50.7%)
2. Personal Hygiene meliputi; kebersihan kuku (46.7%), penggunaan alas kaki
(52.7%) dan Kebiasaan Cuci Tangan (53.3%) kategori tidak baik
3. Karakteristik anak meliputi; pengetahuan (36.0%), sikap (41.3%) buruk ,
dengan jenis kelamin perempuan (52.0%) dan penghasilan orangtua kategori
Rendah (60.0%)
4. Infeksi kecacingan positif (52.7%), jenis infeksi kecacingan gelang (Ascaris
lumbricoides) (43,3%)
5. Variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan murid SD Negeri
di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe adalah sanitasi lingkungan
rumah dengan OR 14,849 (95% CI : 6,715-32,834), kebersihan kuku OR
2,730 (95% CI : 1,404-5,306), pemakaian alas kaki OR 2,797 (95% CI :
4,556-5,426), kebiasaan cuci tangan OR 2,958 (95% CI : 1,521-5,753), sikap,
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

jenis kelamin OR 9,673 (95% CI 4,556-20,534) dan penghasilan orangtua


OR 3,806 (95% CI : 1,908-7,595). Dimana yang paling dominan pengaruhnya
adalah sanitasi lingkungan rumah p=<0,05

6.1. Saran

1. Untuk Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat bekerjasama dengan Instansi


swasta untuk memperbaiki santasi lingkungan di Kecamatan Blang Mangat.
2. Untuk Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan Puskesmas Blang Mangat,
dengan

tingginya

angka

infeksi

kecacingan

sebesar

52,7%

perlu

meningkatkan promosi kesehatan khususnya pada kebersihan diri murid


Sekolah Dasar.
3. Untuk petugas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Puskesmas Blang Mangat
agar terus melakukan pembinaan kepada semua Sekolah Dasar terutama untuk
ketiga sekolah lokasi penelitian dengan mitra kerjasama sehingga kegiatan
UKS berjalan dengan baik.
4. Perlu dilakksanakan pemberian obat cacing secara berkala kemudian
dilakukan pemeriksaan faeses secara berkelanjutan.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Albert B. 2006. Sabin Vaccine Institute 1889 F Street. N W Suite 200S.


Washington DC. www//http; DPDx, the Parasitology Website, 2007
Agustina. 2000. Telur Cacing Ascaris Lumbricoides pada Tinja dan Kuku Anak
Balita serta pada tanah di Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Jawa
Barat
Anies. 2005. Mewaspadai penyakit lingkungan.. Elex Media Komputindo. Jakarta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta
Azwar A 1993. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta
________ 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe, 2008.
Bakta IM. 1995. Aspek Epidemiologi Infeksi Cacing Tambang Pada Penduduk
Dewasa Desa Jagapati Bali, Jurnal Medika, Jakarta
Brown 1983. Dasar Parasitologi Klinis, Penerjemah Rukmono, Jakarta
_________ 1979. Dasar Parasitologi Klinis, Gramedia, Jakarta
Budiarto E 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta
Bruckner, 1996. Diagnostik Kedokteran, Alih Bahasa Mahimin, Cetakan I, EGC,
Jakarta
Depkes RI, 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan,
Jakarta
_________ 2001. Indonesia Sehat 2010, Depkes RI, Jakarta
_________ 2004. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan Cacingan
di Era Desentralisasi, Depkes RI, Jakarta

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Dirjen P2M & PL 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit


Kecacingan, Depkes RI, Jakarta
_________ 2004. Profile P2M & PL tahun 2004, Ditjend PPM-PL, Jakarta
Entjang I 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung
Fatmandini A.S 1998. Infeksi Cacingan Usus yang Ditularkan Melalui Tanah
Kaitannya dengan Perilaku Anak dan Status Gizinya di SD Negeri
Sleman, Program Pasca sarjana, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta
FKUI, 2002. Parasitologi Kedokteran, Jakarta.
Gandahusada S. Ilahude H, Herry D dan Pribadi W 2004, Parasitologi Kedokteran.
FK UI, Jakarta
Ginting L. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi Infestasi Kecacingan anak
SD di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, Program Pasca sarjana,
Universitas Indonesia, Jakarta
Gunawan. A.T 2002. Profil Infeksi Telur Cacing pada Balita di Kecamatan
Banyumas, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta
Hadidjaja P 1994. Masalah Penyakit Kecacingan di Indonesia
Penanggulangannya, Majalah Kedokteran Indonesia, Jakarta

dan

Hasyimi, M, Sumarti dan Hasyimi R, 1996. Hubungan Malnutrisi dan Infeksi


Kecacingan pada anak SD di Daerah Sriamur, Bekasi, Jurnal Jaringan
Epidemiologi Nasional, II, (35-40)
Helmy D. 2000. Penyakit cacing di Unit Pemukiman Transmigrasi Propinsi
Bengkulu Pada Anak Sekolah Dasar, Media Litbang Kesehatan, Jakarta
Hendrawan. N, 1997. Infeksi Cacing, Raneka Cipta, Jakarta.
Hidayat,T., 2002. Kesehatan Lingkungan Higine perseorangan dan Intensitas
penyakit kecacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar di kota
Mataram. Thesis Program Pasca Sarjana, UGM, Yokyakarta.
Ismid IS. 1985. Peran serta masyarakat dalam Program Integrasi Keluarga
Berencana, Pemberantasan Penyakit Cacing dan perbaikan Gizi di
Kelurahan Jembatan Besi, Jakarta Barat, Seminar Parasitologi Nasional IV,
Yogjakarta

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Jawetz E, Melnick LJ, Adelberg AE, Brooks FG, Butel SJ, and Ornston NL. 1996.
Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah Nugroho E dan Maulany FT, Edisi
20, EGC, Jakarta
Kusnoputranto, H, 1986. Kesehatan Lingkungan, FKM UI, Jakarta.
Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, and Lwanga SK. 1997. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta
Lilisari, M.. 2007. Cacingan dalam Health Messenger, Aide Medical Internationale
Mahfuddin H. 1994. Infeksi Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah Khususnya
Trichuris Trichiura dengan Albendazole dan Mebendazole, Majalah
Parasitologi, Jakarta. 9.(1).
Mahzumi W. 2000. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka
Kecacingan
Dalam Program Pemberian Obat Cacing Anak Usia
Sekolah, Program Pasca Sarjana UGM, Yogjakarta
Majid, A, 2001. Mencegah Jangkitan Cacing. Pusat Racun Negara, USM.
(http://prn.usm.mv/bulletin/kosmik/2000)
Margono SS. 1988. Pelaksanaan Penanggulangan Cacing Usus pada Program
Terpadu di DKI Jakarta, Majalah kedokteran, Jakarta, 2.(22)
Mawardi MS,. 1992. Kesehatan Lingkungan. FPOK IKIP Padang .
Meriyati S ,1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius, Jakarta
Nadesul H. 1997. Bagaimana Kalau Kecacingan, Puspa Swara, Jakarta
Nokes C. 1992. Moderate to Heavy Infections of Trichiura Affect Cognitive
Function in Jamaica School Children, Parasitologi
Notoatmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Andi Offset, Yogyakarta.
____________ 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
____________ 2005. Metodologi Penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Onggowaluyo J.S.Parasitologi Medik I (Helmintologi), EGC, Jakarta

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Pasaribu. 2004. Penentuan Frekuensi Optimal Pengobatan Massal Ascaris


dengan Albendazol pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Suka
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun 2004. Disertasi, Program
Pascasarjana USU, Medan.
Pawlowski ZS. 1991. Hookworm Infection and Anemia, Approaches to
Prevention and Control, WHO, Jenewa
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Kualitas Fisika, Kimia, Mikrobiologi, Dan Radioaktivitas, Air,
Jakarta.
Poespoprodjo, JR dan Sadjimin,T.2002. Hubungan antara tanda dan gejala
penyakit cacing dan kejadian kecacingan pada anak usia sekolah dasar di
kecamatan Ampama kota kabupaten Poso Sulawesi Tengah, Jurnal
epidemiologi Indonesia 4 (1) 9 15.
Rampengan, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, EGC, Jakarta : 1997
Rasmaliah. 2001. Info Kesehatan Masyarakat. Volume V No.1 Fakuktas Kesehatan
Masyarakat USU Medan.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta,
Bandung
Riyadi S. 1994. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Usana Offset Printing, Surabaya.
Sarwono, Solita. 2000. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep dan Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Sasongko. A. 2007. Kuncinya Hidup Bersih. Http://www.Depkes.go.id , diakses
16 Desember 2008
Slamet, JS, 1996. Kesehatan Lingkungan, Gadjah University Press, Yogyakarta.
Suburratno, 2004. Riau dalam arus perubahan. Pekanbaru: Alaf Riau
Soedarto. 1991. Helmintologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Soemirat J. 2005. Epidemiologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Sutanto, 1992. Pengaruh Infeksi Kecacingan Dengan Status Gizi Anak. Thesis
Program pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Wachidanijah. 2002. Pengetahun, sikap dan perilaku anak serta lingkungan
rumah dan sekolah dengan kejadian infeksi cacing anak SD, Program
Pascasarjana UGM, Yogjakarta
Wartomo H. 1985. Prevalensi dan Intensitas Soil-Transmitted Helminth pada
penduduk yang menggunakan Pupuk Tinja Manusia di Desa Batur,
Program Pasca Sarjana UGM, Yogjakarta
Widyaningsih, 2004. Penelitian Perbedaan Kejadian Infeksi Cacing Usus Pada
anak sekolag Dasar di Desa Tertinggal dan Non Tertinggal Kecamatan
Tasik Madu Kabupaten Karang Anyar Jawa Barat. Thesis Program Pasca
Sarjana, UGM, Yokyakarta
Wisnungsih, 2004. Penelitian Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Keburuhan
Kecamatan Ngombol Kab. Purworejo.
World Food Programme, 2006, Pemberantasan Kecacingan Anak Usia Sekolah
Dasar, Banda Aceh
Zit Z. 2000. Pengobatan Infeksi Cacing yang Ditularkan melalui Tanah dengan
Kombinasi Mebendazol dan Pirantel Pada Anak, Majalah Kedokteran
Sriwijaya. 32.(1). 46-50.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Lampiran-1

LEMBAR PERTANYAAN /KUESIONER


PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN PERSONAL HIGIENE DAN
KARAKTERISTIK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN
PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE

Nomor Sampel
A. Identitas Responden

1. Nama Responden : ..
2. Umur

: ..

3. Alamat

: ..

4. Jenis Kelamin

: ..

5. Pekerjaan Orang tua:..


6. Asal SD

: ..

B. Sanitasi Lingkungan Rumah

1. Darimana Sumber air untuk keperluan di rumah ?


a. Ledeng/PAM
b. Sungai

(1)
(0)

2. Apakah dirumah ada Jamban/WC yang di pakai oleh anggota keluarga


a.Ya
(1)
b.Tidak
(0)
3. Apakah ada tempat pembuangan sampah
a.Ya
b.Tidak

(1)
(0)

4. Apakah ada sarana pembuangan air limbah


a. Ya
b. Tidak

(1)
(0)

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

C. Sanitasi Lingkungan Sekolah (Observasi)

No

Observasi

1.

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Lingkungan Sekolah
a. Halaman Sekolah bersih.
b. Ketersedian air bersih
- Cukup
- Kusalitas Baik
c. Tersedia pembuangan
sampah
d. Tersedia SPAL

D. Personal Hygeine

No

Kebersihan kuku (observasi)


Observasi

1.

Kuku Siswa
a. Pendek
b. Bersih.
c. Dipotong.
-

Penggunaan alas kaki

1. Apakah adik menggunakan alas kaki (sepatu, sandal) setiap keluar rumah ?
(1)
a. Ya
(0)
b. Tidak
2. Apakah adik kalau lagi bermain menggunakan alas kaki (sepatu, sandal) ?
(1)
a. Ya
(0)
b. Tidak
3. Pada waktu istirahat sekolah apakah adik bermain sambil membuka sepatu ?
(1)
a. Tidak
(0)
b. Ya

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Kebiasaan cuci tangan :

1. Apakah setiap mau makan adik mencuci tangan ?


a. Ya
b. Tidak

(1)
(0)

Bila ya teruskan dengan pertanyaan no. 2


2. Dengan apakah adik mencuci tangan sewaktu mau makan ?
(1)
a. Air dan sabun
(0)
b. Air saja
3. Apakah setelah buang air besar (berak) adik mencuci tangan ?
(1)
a. Ya
(0)
b. Tidak
Bila ya teruskan dengan pertanyaan no. 4
4. Dengan apakah adik mencuci tangan setelah buang air besar (berak) ?
(1)
a. Air dan sabun
(0)
b. Air saja
5. Apakah setelah bermain dengan tanah adik mencuci tangan ?
(1)
a. Ya
(0)
b. Tidak
Bila ya teruskan dengan pertanyaan no. 6
6. Dengan apakah adik mencuci tangan setelah bermain dengan tanah ?
(1)
a. Air dan sabun
(0)
b. Air saja

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

E. Pengetahuan Siswa tentang penyakit infeksi cacingan


No
Pertanyaan
1
Anak yang sering bermain dengan
tanah akan tertular penyakit
cacingan
2
Cacing dapat masuk ke dalam
tubuh anak melalui tangan yang
kotor
3
Saya memotong kuku tangan
supaya terhindar dari penyakit
kecacingan
4
Gejala penyakit cacingan pada
anak-anak antara lain adalah anak
menjadi malas.
5
Gejala penyakit cacingan pada
anak-anak antaralain adalah anak
menjadi kurus, perut buncit dan
kurang darah
6
Apabila anak bermain di tanah
harus menggunakan sandal
7
Setelah bermain anak-anak harus
mencuci tangan dan kaki.
8
Anak-anak sebaiknya minum obat
cacing enam bulan sekali
9
Sebelum makan anak-anak harus
mencuci tangan dengan air bersih
10 Buang air besar tidak boleh di
sembarang tempat karena dapat
menyebabkan cacingan

Jawaban
a. Benar
b. Salah

Skor

a. Benar
b. Salah
a. Benar
b. Salah
a. Benar
b. Salah
a. Benar
b. Salah
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.
a.
b.

Benar
Salah
Benar
Salah
Benar
Salah
Benar
Salah
Benar
Salah

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

F. Sikap Siswa tentang Penyakit Cacingan


No
Pertanyaan
1
Anak-anak
mudah
terkena
penyakit
kecacingan
karena
perilaku mareka belum bersih dan
sehat..
2
Saya mencuci tangan setelah
BAB supaya tidak terkena
penyakit kecacingan.
3
BAB di WC berarti dapat
mencegah penularan penyakit
kecacingan.
4
Tanda-tanda penyakit cacingan
pada anak-anak antara lain adalah
perut buncit sering ngantuk waktu
belajar dan anak menjadi malas
5
Penyakit kecacingan pada anakanak harus dicegah karena dapat
mengganggu pretasi belajar.
6
Anak yang cacingan harus minum
obat cacing
7
Saya memotong kuku tangan
supaya terhindar dari penyakit
cacingan
8
Setalah bermain sebaiknya saya
mencuci tangan dan kaki dengan
sabun.
9
Di sekolah saya selalu memakai
sepatu meskipun sedang bermain
di tanah
10 Anak-naka sebaiknya memakai
sandal ketika bermain supaya
terhindar dari kecacingan.

Jawaban
a. Setuju
b. Tidak Setuju

Skor

a. Setuju
b. Tidak Setuju
a. Setuju
b. Tidak Setuju
a. Setuju
b. Tidak Setuju
a. Setuju
b. Tidak Setuju
a.
b.
a.
b.

Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju

a. Setuju
b. Tidak Setuju
a. Setuju
b. Tidak Setuju
a. Setuju
b. Tidak Setuju

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Lampiran-2

Validitas dan Reliabilitas Variabel Lingkungan Rumah


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

SAN1
SAN2
SAN3
SAN4
SAN5
SAN6
SAN7
SAN8
SAN9

Statistics for
SCALE

Mean
4.9000

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

Mean

Std Dev

Cases

.4500
.5000
.5000
.5500
.6000
.5500
.6000
.4000
.7500

.5104
.5130
.5130
.5104
.5026
.5104
.5026
.5026
.4443

20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
9

Variance
8.4105

Std Dev
2.9001

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

4.4500
4.4000
4.4000
4.3500
4.3000
4.3500
4.3000
4.5000
4.1500

6.5763
6.9895
7.3053
7.0816
6.7474
6.0289
6.5368
7.1053
6.7658

Item-total Statistics

SAN1
SAN2
SAN3
SAN4
SAN5
SAN6
SAN7
SAN8
SAN9

R E L I A B I L I T Y
A)

A N A L Y S I S

Alpha
if Item
Deleted

.6011
.4269
.3037
.3933
.5402
.8462
.6307
.3928
.6263

.7948
.8158
.8300
.8197
.8023
.7632
.7914
.8195
.7939

(A L P H

S C A L E

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items =

.8223

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Lingkungan Sekolah


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

SEK1
SEK2
SEK3
SEK4

SEK1
SEK2
SEK3
SEK4

Statistics for
SCALE

Mean
1.8500

Mean

Std Dev

Cases

.5500
.5000
.2500
.5500

.5104
.5130
.4443
.5104

20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
4

Variance
2.2395

Std Dev
1.4965

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

1.3000
1.3500
1.6000
1.3000

1.2737
1.3974
1.6211
1.1684

Item-total Statistics

SEK1
SEK2
SEK3
SEK4

Alpha
if Item
Deleted

.6122
.4774
.3722
.7345

.6508
.7288
.7744
.5743

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items =

.7489

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Kebiasaan Cuci Tangan


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y
A)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

CT1
CT2
CT3
CT4
CT5
CT6

CT1
CT2
CT3
CT4
CT5
CT6

Statistics for
SCALE

Mean
3.1000

Mean

Std Dev

Cases

.5000
.4500
.5500
.5500
.5000
.5500

.5130
.5104
.5104
.5104
.5130
.5104

20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
6

Variance
4.9368

Std Dev
2.2219

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

2.6000
2.6500
2.5500
2.5500
2.6000
2.5500

3.4105
3.9237
3.5237
3.8395
3.0947
3.5237

Item-total Statistics

CT1
CT2
CT3
CT4
CT5
CT6

Alpha
if Item
Deleted

.6667
.3722
.6015
.4184
.8748
.6015

.7716
.8333
.7860
.8242
.7228
.7860

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items =

.8188

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Penggunaan Alas kaki


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)
1.
2.
3.

1.
2.
3.

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

AL1
AL2
AL3

AL1
AL2
AL3

Statistics for
SCALE

Mean
1.8000

Mean

Std Dev

Cases

.6000
.4000
.8000

.5026
.5026
.4104

20.0
20.0
20.0
N of
Variables
3

Variance
1.2211

Std Dev
1.1050

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

1.2000
1.4000
1.0000

.5895
.6737
.6316

Item-total Statistics

AL1
AL2
AL3

Alpha
if Item
Deleted

.4910
.3572
.6455

.5714
.7500
.4000

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items =

.6724

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Kebersihan Kuku


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

KK1
KK2
KK3
KK4
KK5

KK1
KK2
KK3
KK4
KK5

Statistics for
SCALE

Mean
2.5000

Mean

Std Dev

Cases

.5000
.4500
.5000
.5000
.5500

.5130
.5104
.5130
.5130
.5104

20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
5

Variance
3.5263

Std Dev
1.8778

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

2.0000
2.0500
2.0000
2.0000
1.9500

2.3158
2.4711
2.1053
2.3158
2.6816

Item-total Statistics

KK1
KK2
KK3
KK4
KK5

Alpha
if Item
Deleted

.6068
.4953
.7778
.6068
.3495

.7303
.7668
.6700
.7303
.8113

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items =

.7854

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Murid tentang


penyakit infeksi cacingan
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
T10

Statistics for
SCALE

Mean
5.5000

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H

Mean

Std Dev

Cases

.7500
.5500
.5500
.3000
.5500
.5000
.5500
.5500
.6000
.6000

.4443
.5104
.5104
.4702
.5104
.5130
.5104
.5104
.5026
.5026

20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
10

Variance
11.1053

Std Dev
3.3325

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

4.7500
4.9500
4.9500
5.2000
4.9500
5.0000
4.9500
4.9500
4.9000
4.9000

9.4605
8.7868
9.1026
9.8526
8.8921
8.9474
9.2079
8.8921
9.2526
8.9368

Item-total Statistics

T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
T10

R E L I A B I L I T Y
A)

A N A L Y S I S

Alpha
if Item
Deleted

.5296
.6801
.5656
.3495
.6414
.6174
.5284
.6414
.5233
.6375

.8524
.8396
.8495
.8660
.8430
.8451
.8527
.8430
.8530
.8434

(A L P H

S C A L E

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items = 10

.8620

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap Murid tentang


Penyakit Cacingan
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A)

A N A L Y S I S
Mean

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10

Mean
5.1000

S C A L E

Std Dev

.5000
.3000
.5500
.5000
.4500
.5500
.5500
.5500
.5500
.6000

Statistics for
SCALE

(A L P H

Cases

.5130
.4702
.5104
.5130
.5104
.5104
.5104
.5104
.5104
.5026

20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
20.0
N of
Variables
10

Variance
11.0421

Std Dev
3.3230

Scale
Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance
if Item
Deleted

Corrected
ItemTotal
Correlation

4.6000
4.8000
4.5500
4.6000
4.6500
4.5500
4.5500
4.5500
4.5500
4.5000

8.4632
9.7474
9.1026
8.9895
9.5026
8.9974
9.1026
8.9974
8.6816
9.3158

Item-total Statistics

S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10

R E L I A B I L I T Y
A)

A N A L Y S I S

Alpha
if Item
Deleted

.7759
.3657
.5451
.5817
.4064
.5827
.5451
.5827
.6982
.4803

.8193
.8547
.8404
.8372
.8524
.8371
.8404
.8371
.8266
.8460

(A L P H

S C A L E

Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha =

20.0

N of Items = 10

.8532

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Lampiran-3

Crosstabs
lingkungan rumah * kejadian infeksi kecacingan
lingkungan rumah * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

lingkungan
rumah

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
62
14
40.0
36.0

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Total
76
76.0

78.5%

19.7%

50.7%

41.3%
17
39.0

9.3%
57
35.0

50.7%
74
74.0

21.5%

80.3%

49.3%

11.3%
79
79.0

38.0%
71
71.0

49.3%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
51.658b
49.334
55.140

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

df
1
1
1

Exact Sig.
(2-sided)

.000
51.313

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
35.03.

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper

Value
Odds Ratio for
lingkungan rumah (Tidak
memenuhi syarat /
Memenuhi syarat)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Negatif
N of Valid Cases

14.849

6.715

32.834

3.551

2.308

5.463

.239

.147

.390

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

lingkungan sekolah * kejadian infeksi kecacingan


lingkungan sekolah * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

lingkungan
sekolah

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
64
20
44.2
39.8

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Total
84
84.0

81.0%

28.2%

56.0%

42.7%
15
34.8

13.3%
51
31.2

56.0%
66
66.0

19.0%

71.8%

44.0%

10.0%
79
79.0

34.0%
71
71.0

44.0%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
42.378b
40.260
44.560

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

df
1
1
1

Exact Sig.
(2-sided)

.000
42.095

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
31.24.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
lingkungan sekolah
(Tidak memenuhi syarat
/ Memenuhi syarat)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

10.880

5.068

23.355

3.352

2.115

5.314

.308

.206

.462

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

kebersihan kuku * kejadian infeksi kecacingan


kebersihan kuku * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

kebersihan
kuku

Buruk

Baik

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
46
24
36.9
33.1

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Total
70
70.0

58.2%

33.8%

46.7%

30.7%
33
42.1

16.0%
47
37.9

46.7%
80
80.0

41.8%

66.2%

53.3%

22.0%
79
79.0

31.3%
71
71.0

53.3%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
8.963b
8.009
9.069

df
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.003
.005
.003

Exact Sig.
(2-sided)

.003
8.903

Exact Sig.
(1-sided)

.002

.003

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
33.13.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
kebersihan kuku
(Buruk / Baik)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan
= Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan
= Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

2.730

1.404

5.306

1.593

1.167

2.175

.584

.402

.847

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

pemakaian alas kaki * kejadian infeksi kecacingan


pemakaian alas kaki * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

pemakaian
alas kaki

Buruk

Baik

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
51
28
41.6
37.4

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Total
79
79.0

64.6%

39.4%

52.7%

34.0%
28
37.4

18.7%
43
33.6

52.7%
71
71.0

35.4%

60.6%

47.3%

18.7%
79
79.0

28.7%
71
71.0

47.3%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
9.465b
8.485
9.560

df
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.002
.004
.002

Exact Sig.
(2-sided)

.003
9.402

Exact Sig.
(1-sided)

.002

.002

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
33.61.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
pemakaian alas
kaki (Buruk / Baik)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan
= Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan
= Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

2.797

1.442

5.426

1.637

1.175

2.280

.585

.412

.832

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

kebiasaan cuci tangan * kejadian infeksi kecacingan


kebiasaan cuci tangan * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

kebiasaan cuci
tangan

Buruk

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
52
28
42.1
37.9

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Baik

Total

Total
80
80.0

65.8%

39.4%

53.3%

34.7%
27
36.9

18.7%
43
33.1

53.3%
70
70.0

34.2%

60.6%

46.7%

18.0%
79
79.0

28.7%
71
71.0

46.7%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
10.460b
9.427
10.575

1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.001
.002
.001

.001

df

Exact Sig.
(2-sided)

.002
10.390

Exact Sig.
(1-sided)

.001

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
33.13.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for kebiasaan
cuci tangan (Buruk / Baik)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

2.958

1.521

5.753

1.685

1.204

2.359

.570

.401

.810

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

pengetahuan * kejadian infeksi kecacingan


Crosstab

pengetahuan

Baik

Sedang

Buruk

Total

Count
Expected Count
% within pengetahuan
Count
Expected Count
% within pengetahuan
Count
Expected Count
% within pengetahuan
Count
Expected Count
% within pengetahuan

kejadian infeksi
kecacingan
Negatif
Positif
44
1
21.3
23.7
97.8%
2.2%
11
40
24.1
26.9
21.6%
78.4%
16
38
25.6
28.4
29.6%
70.4%
71
79
71.0
79.0
47.3%
52.7%

Total
45
45.0
100.0%
51
51.0
100.0%
54
54.0
100.0%
150
150.0
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
66.304a
79.113
42.117

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000

.000

df

150

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 21.30.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

sikap * kejadian infeksi kecacingan


Crosstab

sikap

Baik

Sedang

Buruk

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Negatif
Positif
32
2
16.1
17.9
94.1%
5.9%
18
36
25.6
28.4
33.3%
66.7%
21
41
29.3
32.7
33.9%
66.1%
71
79
71.0
79.0
47.3%
52.7%

Count
Expected Count
% within sikap
Count
Expected Count
% within sikap
Count
Expected Count
% within sikap
Count
Expected Count
% within sikap

Total
34
34.0
100.0%
54
54.0
100.0%
62
62.0
100.0%
150
150.0
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
38.605a
44.179
25.821

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000

.000

df

150

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 16.09.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

jenis kelamin * kejadian infeksi kecacingan


jenis kelamin * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

jenis kelamin

Perempuan

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
57
15
37.9
34.1

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Laki-laki

Total

Total
72
72.0

72.2%

21.1%

48.0%

38.0%
22
41.1

10.0%
56
36.9

48.0%
78
78.0

27.8%

78.9%

52.0%

14.7%
79
79.0

37.3%
71
71.0

52.0%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
39.005b
36.987
41.025

df
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

Exact Sig.
(2-sided)

.000
38.745

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
34.08.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for jenis
kelamin (Perempuan /
Laki-laki)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

9.673

4.556

20.534

2.807

1.932

4.077

.290

.181

.465

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

penghasilan orang tua * kejadian infeksi kecacingan


penghasilan orang tua * kejadian infeksi kecacingan Crosstabulation

penghasilan
orang tua

Rendah

Tinggi

Total

kejadian infeksi
kecacingan
Positif
Negatif
59
31
47.4
42.6

Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total
Count
Expected Count
% within kejadian
infeksi kecacingan
% of Total

Total
90
90.0

74.7%

43.7%

60.0%

39.3%
20
31.6

20.7%
40
28.4

60.0%
60
60.0

25.3%

56.3%

40.0%

13.3%
79
79.0

26.7%
71
71.0

40.0%
150
150.0

100.0%

100.0%

100.0%

52.7%

47.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
14.994b
13.729
15.226

df
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

Exact Sig.
(2-sided)

.000
14.894

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

150

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
28.40.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
penghasilan orang
tua (Rendah / Tinggi)
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Positif
For cohort kejadian
infeksi kecacingan =
Negatif
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

3.806

1.908

7.595

1.967

1.334

2.899

.517

.369

.723

150

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Lampiran-4

Logistic Regression
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients

Step 1

Step
Block
Model

Chi-square
114.544
114.544
114.544

df

Sig.
.000
.000
.000

8
8
8

Model Summary
-2 Log
likelihood
92.973

Step
1

Cox & Snell


R Square
.534

Nagelkerke
R Square
.713

Classification Tablea

Step 1

Observed
kejadian infeksi
kecacingan

Negatif
Positif

Predicted
kejadian infeksi
kecacingan
Negatif
Positif
59
12
12
67

Overall Percentage

Percentage
Correct
83.1
84.8
84.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

Step
a
1

LINGRMH
KEBKUKU
ALASKAKI
KEBCUTA
TAHU
SIKAP
GENDER
PNGHSLN
Constant

B
2.916
1.306
1.190
1.158
1.042
1.098
1.149
1.499
-5.801

S.E.
.650
.580
.583
.572
.565
.548
.570
.566
1.030

Wald
20.129
5.075
4.173
4.097
3.399
4.014
4.061
7.005
31.711

df
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Sig.
.000
.024
.041
.043
.065
.045
.044
.008
.000

Exp(B)
18.471
3.691
3.287
3.185
2.836
2.999
3.155
4.476
.003

a. Variable(s) entered on step 1: LINGRMH, KEBKUKU, ALASKAKI, KEBCUTA, TAHU, SIKAP,


GENDER, PNGHSLN.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Logistic Regression
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1

Step
Block
Model

Chi-square
111.187
111.187
111.187

df

Sig.
.000
.000
.000

7
7
7

Model Summary
-2 Log
likelihood
96.331

Step
1

Cox & Snell


R Square
.523

Nagelkerke
R Square
.699

Classification Tablea

Step 1

Observed
kejadian infeksi
kecacingan

Negatif
Positif

Predicted
kejadian infeksi
kecacingan
Negatif
Positif
58
13
9
70

Overall Percentage

Percentage
Correct
81.7
88.6
85.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

Step
a
1

LINGRMH
KEBKUKU
ALASKAKI
KEBCUTA
SIKAP
GENDER
PNGHSLN
Constant

B
3.330
1.337
1.244
1.220
1.161
1.353
1.471
-5.713

S.E.
.636
.573
.570
.560
.537
.546
.552
1.028

Wald
27.374
5.440
4.761
4.751
4.684
6.149
7.113
30.897

df
1
1
1
1
1
1
1
1

Sig.
.000
.020
.029
.029
.030
.013
.008
.000

Exp(B)
27.929
3.809
3.471
3.386
3.194
3.870
4.355
.003

a. Variable(s) entered on step 1: LINGRMH, KEBKUKU, ALASKAKI, KEBCUTA, SIKAP,


GENDER, PNGHSLN.

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Lampiran- 5 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Kondisi Ruang Belajar Murid SD Blang Mangat

Gambar 2. Kondisi Lingkungan Sekolah Murid SD Blang Mangat

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Gambar 3. Kondisi Murid SD Blang Mangat waktu istirahat

Gambar 4. Wawancara dan Pemberian Label Sampel

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

TELUR CACING GELANG


Ascaris Lumbricuides

Gambar 5. Telur Cacing Gelang

Gambar 5. Telur Cacing Cambuk

Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap
Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository 2008

Infeksi

Anda mungkin juga menyukai