Abstrak: Uji jalan enam menit merupakan uji fungsional yang dapat memberikan gambaran
terbaik dalam kemampuan fisik. Selama ini uji jalan enam menit digunakan pada anak sakit.
Nilai jarak tempuh jalan enam menit pada anak sehat sesungguhnya penting sebagai acuan
untuk menilai progresivitas penyakit. Namun demikian, saat ini masih sangat sedikit yang
melakukan penelitian uji jalan enam menit pada anak yang sehat. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan nilai rerata normal jarak tempuh uji jalan enam menit pada anak usia 9-10 tahun,
serta hubungan jenis kelamin, tinggi, dan berat badan dengan jarak tempuh. Subjek terdiri dari
194 anak laki-laki dan 198 anak perempuan sehat berusia 9-10 tahun dari beberapa sekolah
dasar negeri di Jakarta Pusat. Sebelum uji, subjek diperiksa tinggi, berat badan, tanda vital,
pemeriksaan fisik standar, dan status gizi, serta diberikan instruksi cara berjalan. Setelah uji,
tanda vital diukur kembali dan jarak tempuh dihitung. Karakteristik antropometri tidak berbeda
bermakna antara anak laki-laki dan perempuan. Jarak tempuh anak laki-laki 500,08 meter
dan anak perempuan 481,82 meter. Terdapat perbedaan bermakna jarak tempuh antara anak
laki-laki dan perempuan. Di antara berat, tinggi badan, dan indeks massa, hanya tinggi badan
anak perempuan yang berkorelasi bermakna terhadap jarak tempuh.
Kata Kunci: anak, uji jalan enam menit, uji latih
213
Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak
Abstract: Six-minute-walking test is a functional test which may give the best description in
physical capacity. Commonly, it was used for children with disease. The normal value of six minute
walking test is actually important to evaluate the progressivity of a disease. But, there is only few
studies that measured the value in healthy children population. The aim of this study is to obtain
the standard value of six-minute-walk test for children aged 9-10 years,and to explore its correlation with sex, body weight, and height with walking distances. The subjects consist of 194 boys
and 198 girls aged 9-10 years from public elementary schools in Central Jakarta. Baseline
examinations comprise body weight measurement, body height measurement, vital signs measurement, standard physical examination, and nutritional state assessment. Walking instructions
were given prior to the test. Vital signs and walking distance were re-measured afterward. No
significant difference is found in the subjects anthropometric characteristics. Consecutively, boys
and girls walking distances were 500.08 meter and 481,82 meter. There was significant difference in walking distance between both sexes. From body height, body weight, body mass index,
only for girls body height which correlate significantly with walking distance.
Keywords: children, six-minute-walk test, exercise testing
Pendahuluan
Respons individu terhadap latihan menggambarkan
kapasitas fungsional dari sistem respirasi, jantung dan
metabolisme. Baku emas dalam mengukur respons latihan
aerobik pada setiap orang adalah dengan uji latih maksimal
jantung paru secara inkremental.1,2 Selama ini uji latih
bertujuan untuk menentukan kebugaran fisik yang lebih
terfokus kepada aktivitas yang berhubungan dengan ketrampilan aktivitas tersebut daripada kesehatan kebugaran.3
Beberapa modalitas uji latih telah digunakan secara
objektif untuk mengevaluasi kapasitas fungsional. Beberapa
di antaranya memberikan hasil yang lengkap pada performa
aktivitas fisik dengan menggunakan teknologi yang tinggi
dan mahal, sedangkan yang lain memberikan hasil yang
mendasar dengan menggunakan teknologi yang sederhana
dan mudah dilakukan. Uji klinis yang banyak digunakan
untuk menilai kapasitas fungsional tubuh melalui aktivitas
fisik meliputi uji naik tangga, uji jalan enam menit, shuttle
walk test, cardiac stress test (seperti metode Bruce atau
Naughton) dan cardiopulmonary exercise test.4
Pada akhir dekade ini, protokol latihan pada anak telah
berkembang secara bermakna. Anak dengan kelainan bawaan
pada jantung, paru, gastrointestinal, metabolik, dan organ
lainnya perlu dievaluasi secara rutin. Jenis dan modalitas uji
kapasitas fungsional pada anak selalu disesuaikan dengan
usia, ukuran tubuh, dan keadaan medis saat itu. Selama ini
214
Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak
submaksimal dapat memberikan gambaran yang terbaik dalam
kemampuan fisik. Beberapa penelitian terakhir mengatakan
bahwa uji jalan enam menit mudah dilaksanakan, mempunyai
toleransi yang baik, cepat, tidak mahal, lebih menggambarkan
aktivitas sehari-hari dan merupakan indikator terbaik diantara
uji submaksimal lainnya untuk menguji kapasitas
fungsional.1-4 Saat ini semua pasien yang akan mendapatkan
program rehabilitasi selayaknya dilakukan tes submaksimal
a
terlebih dahulu.7
Selama ini uji jalan enam menit dilakukan pada pasien
dewasa dengan penyakit jantung dan paru sedang-berat,4
seperti pada gagal jantung,8,9 penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), 10 dan pada usia lanjut.11 Namun demikian, akhirakhir ini penggunaan uji jalan enam menit juga dilakukan
pada anak untuk menguji kapasitas fungsional kardiovaskular, terutama yang problematik.12 Selama ini uji
b
submaksimal dapat digunakan pada anak yang menderita
penyakit yang tidak mampu melakukan tes maksimal karena
terlalu berat.5,3,15 Contohnya adalah penyakit jantung paru
sedang-berat,1,2 hipertensi pulmonal,12 kistik fibrotik,13,14 juvenile idiopatic arthritis,15,16 penyakit yang berat pada
anak,17 penyakit kronik (hemofilia, spina bifida),16 post infectious bronchiolitis obliterans,19 cerebral palsy,19,20 fibromyalgia21 dan penyakit kardiopulmonar berat yang akan
dilakukan tranplantasi,1,2,12 Sayangnya, penelitian-penelitian
tersebut hanya menguji anak yang menderita suatu penyakit
tanpa membandingkannya dengan anak sehat.
Nilai jarak tempuh jalan enam menit pada anak sehat
sesungguhnya penting untuk diketahui sebelum dilakukan
uji pada anak yang sakit, agar dapat dibandingkan pada anak
yang menderita penyakit. Namun demikian, saat ini masih
sangat sedikit yang melakukan penelitian uji jalan enam menit
ini pada anak yang sehat.1-3,15
Uji jalan enam menit berguna sebagai alat ukur, karena
berjalan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak
anak berjalan paling kurang enam menit dalam sehari,
sehingga tidak diperlukan suatu persiapan untuk melakukan
tes ini. Tes submaksimal lebih berguna untuk anak daripada
tes maksimal karena anak jarang menggunakan usaha yang
maksimal dalam kehidupan sehari-hari mengingat bahwa
jantung dan tubuh anak belum dapat menanggung beban
yang begitu berat.3-5 Uji tersebut juga dapat mengevaluasi
progresivitas penyakit dan melihat adanya respons penanganan medis yang telah diberikan. 5 Jadi, anak yang
mengalami penurunan performa kardiovaskular seharusnya
melaksanakan uji jalan enam menit karena usaha yang
dibutuhkan tidak terlalu berat dan dapat mengurangi risiko
yang mungkin terjadi.3,15
Pada penelitian Li et al.1 ditemukan keandalan terhadap
uji jalan enam menit pada anak sehat. Tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna pada jarak tempuh yang diperoleh
dalam dua kali pengujian dengan uji kedua dilakukan 18 hari
setelah uji yang pertama. Uji tersebut juga sahih dengan
ditemukan hubungan yang bermakna antara jarak tempuh
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak
berakhir.
Saat berjalan anak mengenakan alat pulse oxymetry
yang dikenakan di jari telunjuk tangan yang lebih kuat, yang
mengarah ke lantai untuk memonitor denyut nadi dan saturasi
oksigen. Saat berjalan melewati peneliti, maka jari telunjuk
anak yang terdapat pulse oxymetry ini harus diangkat dan
diperlihatkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
memantau dan mempertimbangkan apakah uji dapat
diteruskan atau dihentikan. Dalam pelaksanaan uji jalan enam
menit, peneliti dapat memotivasi anak.1,2,12,15
Setelah anak menyelesaikan uji jalan enam menit, peneliti
memberi tanda dengan spidol hitam tepat pada titik anak
berhenti. Setelah itu dilakukan kembali pengukuran tekanan
darah, denyut nadi, dan saturasi oksigen. Saat anak
diistirahatkan pada kursi, peneliti melakukan pengukuran
jarak yang ditempuh yang diukur mulai dari tempat awal
berjalan sampai di titik terakhir anak berhenti.
Analisis statistik dilakukan dengan uji t-berpasangan
untuk menilai perbedaan jarak tempuh jalan enam menit anak
laki-laki dan perempuan dan uji korelasi untuk menilai
hubungan berat badan dan tinggi badan dengan jarak tempuh
jalan enam menit pada anak laki-laki dan perempuan.
Hasil
Subjek penelitian yang memenuhi syarat adalah 194
laki-laki dan 198 perempuan. Jumlah subjek penelitian pada
setiap SD dicantumkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian di tiap SD
Laki-laki
Kecamatan Menteng
SDN Gondangdia 01
SDN Menteng 02
SDN Pegangsaan 01
Kecamatan Johar Baru
SDN Galur 01
SDN Johar Baru 17
SDN Tanah Tinggi 09
Kecamatan Cemapaka Putih
SDN Cempaka Putih
Timur 05
Total
Perempuan
Variabel
Jenis
Kelamin
TB (cm)
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
BB (kg)
IMT (kg/cm2)
Z-skor IMT
29
40
33
22
46
31
51
86
64
20
31
24
18
31
29
38
62
53
17
21
38
194
198
392
Rerata + Simpang
Baku
138,08 + 8,49
137,53 + 7,81
30,36 + 7,44
31,90 + 16,10
15,81 + 2,74
16,26 + 3,09
-0,7463 + 11,388
-1,46 + 12,02
0,502
0,564
0,058
0,468
Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
216
Rerata + Simpang
Baku
481,82 + 47,20
500,08 + 53,70
0.000*
*Bermakna
R
-0,004
0,086
-0,046
P
0,955
0,235
0,527
Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak
Hasil korelasi antara berat badan, tinggi badan dan
indeks massa tubuh pada anak perempuan ini, tersaji dalam
tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Antara Jarak Tempuh Uji Jalan Enam
Menit dengan BB, TB dan IMT pada Anak Perempuan
Variabel
BB
TB
IMT
R
0,01
0,184
0,028
P
0,157
0,010*
0,699
*Bermakna
Diskusi
Lammers dan Hislop mengatakan jarak tempuh juga
dipengaruhi oleh usia. Pada penelitiannya ditemukan jarak
tempuh meningkat 37 meter antara usia 4 - 5 tahun, 43 meter
antara usia 5-6 tahun dan 25 meter antara usia 6-7 tahun, dan
di atas usia 7 tahun tidak ada peningkatan yang berarti sampai
usia 11 tahun.13 Namun, Li et al.2 membantah dengan
menyatakan bahwa tinggi badan merupakan faktor yang kuat
dibandingkan usia terhadap jarak tempuh karena individu
dengan usia yang sama dapat mempunyai tinggi yang
berbeda akibat latar belakang kehidupannya dan genetik.
Meningkatnya jarak tempuh berjalan antara lain
dipengaruhi oleh kecepatan berjalan. Kecepatan berjalan
dipengaruhi oleh karakteristik fisik, misalnya tinggi badan
dan berat badan. Sebagaimana kita ketahui, tinggi badan
akan menentukan besarnya jarak satu siklus berjalan dan
jarak berjalan.2,22 Peneliti tidak mengukur lebar panggul dan
panjang kaki, yang mungkin bisa menjadi suatu prediksi
penting dalam menentukan jarak tempuh pada uji jalan enam
menit, karena panjang kaki adalah penentu utama satu siklus
berjalan. Menurut American Thoracic Society (ATS) Guideline,4 beberapa faktor yang mempengaruhi panjang dan
pendeknya jarak tempuh pada uji jalan enam menit adalah
tinggi tubuh, usia, berat badan, jenis kelamin, motivasi,
kognisi, dan penyakit penyertanya.
Tidak didapatkan adanya hubungan antara tinggi badan
anak laki-laki dengan jarak tempuh uji jalan enam menit pada
penelitian ini diperkirakan karena sulitnya koordinasi,
kurangnya motivasi pada anak laki-laki, dan kecilnya sampel.
Kematangan emosi dan kognisi yang belum begitu stabil
pada kelompok usia tersebut dapat membuat anak cepat sekali
merasa bosan. Sulitnya koordinasi terutama terjadi pada anak
laki-laki yang cenderung ekspresif, mereka mencoba
menetralisir rasa bosan dengan bergerak lebih banyak seperti
berjalan sambil melompat-lompat dan terkadang mencoba
untuk melanggar aturan seperti berlari, dibandingkan dengan
anak perempuan yang lebih patuh dan sabar saat berjalan.
Hal itu mengakibatkan jarak tempuh yang didapat tidak sesuai
dengan tinggi badan anak laki-laki.
Beberapa penelitian oleh Lammers et al.3 dan Roush et
al12 menyatakan bahwa keterbatasan uji jalan enam menit
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
217
Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak
walk test in healthy children: reliability and validity. Eur Respir J.
2005;25:1057-60.
2.
Li AM., Yin J, Jun T, Tsang T, So HK, Wong E. Standard reference for the six minute walk test in healthy children aged 7 to 16
years. Am J Respir Crit Care Med. 2007;176:174-80.
3. Roush J, Guy J, Purvis M. Reference values and relationship of
the six minute walk test and body mass index in healthy third
grade school children. 2006;4:1-6.
4. American Thoracic Society Statement Guidelines for the six
minute walk test. Am J Respir Crit Care Med. 2002;(166):111-7.
5. Paridon SM, Alpert BS, Boas SR, Cabrera ME, Caldarera LL,
Daniels SR. Clinical stress testing in the pediatric age group: a
statement from American Heart Association Council on Cardiovascular Disease in the young committee on atherosclerosis,
hypertension and obesity in youth. Circulation. 2006;113;190520.
6. Calzolari A, Pastore E. Exercise testing as a rehabilitative/training tool. Pediatr Cardiol.1999;20:85-7
7. Butland RJA, Pang J, Gross ER, Woodcock AA, Geddes DM. Two,
six and twelve minute walking test in respiratory disease. Br Med
J. 1982;284:1607-8
8. Bittner V. Six minute walk test in patients with cardiac dysfunction [abstract]. Cardiologia. 1997;42:897-902
9. Zugock C, Kruger C, Durr S, Gerber SH, Haunstetter A, Hornig K.
Is the 6 minute walk test a reliable substitute for peak oxygen
uptake in patients with dilated cardiomyopathy?. Eur Heart J.
2002;21:540-9
10. Bernstein ML, Despars JA, Singh NP, Avalos K, Stansbury DW,
Light RW. Reanalysis of the 12 minute walk in patients with
COPD. Chest. 1994;105:163-7.
11. Enright PL, McBurnie MA, Bittner V, Tracy RP, McNamara R,
Newman AB. The Cardiovascular Heart Study The six minute
walk test: a quick measure of functional status in elderly adults.
Chest. 2003;123:387-98.
12. Lammers AE, Hislop AA, Flynn Y, Haworth SG. The six minute
218
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
walt test: normal values for children of 4-11 years of age. Arch
Dis Child. 2008;93:455-6.
Gulmans VA, Van VDH, deMeer K. The six minute walking test in
children with cystic fibrosis: reliability and validity. Pediatr
Pulmonol. 1996;22:80.
Cunha MT, Rozov T, Olievera RC, Jardim JR. Six minute walk
test in children and adolescent with cystic fibrosis. Pulmonology.
2006;41:618-22.
Paap E, Net VD, Helders PJM, Takken T. Physiologic response
of six minute walk test in children with juvenile idiophatic arthritis. Arthritis & Rheumatism. 2005;53:351-6.
Hassan J, Net VD, Helders PJM, Prakken BJ, Takken T. Six
minute walk test in children with chronic conditions. Br J Sport
Med [abstract]. 2008:44:270-4.
Nixon PA, Soswial ML, Fricker FJ. A six minute walk test for
assessing exercise tolerance in severely ill children. J Pediatr.
1996;(129):362-6.
Mattielo R, Sarria EE, Stein R, Fischer GB, Mocelin HT, Barreto
SSM. Functional capacity assessment in children and adolescents
with post infectious bronchiolitis obliterans. J Pediatr. 2008;
84(4):337-43.
Thompson P, Beath T, Bell J, Jacobson G, Phair T, Salbach NM.
Test-retest reliability of the 10 metre fast walk test and 6 minute
walk test in ambulatory school aged children with cerebral palsy.
Develop Med & Child Neurol. 2008;50(5):370-6.
Carol MA, Marrie TW, Tim SO. The six minute walk test for
children cerebral palsy. International J of Rehab.2008;31:185-8.
Pankoff BA, Overend TJ, Lucy SD, White KP. Reliability of the
six minute walk test in people with fibromyalgia. Arthritis Care
Res. 2000;13:2991-5.
Simoneau GG. Kinesiology of Walking. Wisconsin: Mosby; 2002.
Reyes TM, Reyes OB. Kinesiology: Normal Human Locomotion. The Philippines: C&E publishing.Inc.;1978.
FS