Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
Dosen : MH. Asiana Gabril. YD.,SKM
213.C.0006
213.C.0023
213.C.0028
213.C.0030
213.C.0012
213.C.0034
213.C.0036
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun
hewan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat 38.000 jenis tumbuhan
termasuk
27.500
spesies
tumbuhan
di dunia). Disamping
itu Indonesia
mempunyai
tumbuhan palma sebanyak 477 spesies (47% endemik) dan 3.000 jenis
spesies tumbuhan penghasil
memberikan
gambaran
bahan berkhasiat
betapa Indonesia
kekayaan keanekaragaman
hayati
dunia.
obat. Hal
menjadi
Selain
tersebut
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki hutan yang sangat luas
yaitu 130 juta hektar (Kementrian Kehutanan RI, 2010) dengan 3,02
juta hektar merupakan hutan bakau/mangrove atau 19% dari luas
hutan mangrove di dunia, melebihi Australia (10%) dan.Brasil (7%) (FAO,
2007).
B.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penjelasan makalah ini, menyinggung
tentang Biodiversity and Forests (Keanekaragaman Hayati dan Kelestarian
Hutan (Lingkungan). Di antaranya :
1. Apa definisi dari keanekaragaman hayati ?
2. Bagaimana nilai keankeragaman hayati terkait pelestariannya ?
3. Apa saja faktor yang akan mempengaruhi keanekaragaman hayati di
Indonesia ?
1
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan memahami apa saja pembahasan yang ada
pada materi Biodiversity and Forests (Keanekaragaman Hayati dan
Kelestarian Hutan (Lingkungan).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definsi dari keanekaragaman hayati itu sendiri.
b. Memahami nilai keanekaragaman hayati terkait pelestariannya.
c. Mengetahui faktor yang mampu memicu terjadinya kerusakan
keanekaragaman hayati.
d. Mengetahui keanekaragaman hayati antara pesisir dan laut.
e. Mengetahui dan memahami keanekaragaman dalam pelestarian
hutan.
f. Mengetahui segala bentuk tindakan yang dapat merusak lingkungan
hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keanekaragaman Hayati
1. Definisi
Pengertian atau definisi Keanekaragaman hayati dapat diartikan
dari berbagai aspek, uraian dibawah ini setidaknya mewakili beberapa
diantaranya :
a. Keanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi di
antara berbagai makhluk hidup serta antara mereka dengan
lingkungannya.
b. Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di
muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan
bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia.
c. Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau layanan
alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau
ekosistem (ruang hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain
termasuk manusia.
d. Keanekaragaman hayati merujuk pada aspek keseluruhan dari
sistem penopang kehidupan, yaitu mencakup aspek sosial, ekonomi
dan lingkungan serta aspek sistem pengtahuan dan etika, dan kaitan
di antara berbagai aspek ini.
e. Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga
terkait erat dengan keanekaragaman hayati.
Terdapat tiga pendekatan membaca keanekaragaman hayati,
yakni (1) tingkat tingkat ekosistem, (2) tingkat taksonomik atau
spesies, dan (3) tingkat genetik. Berikut uraiannya:
a. Keanekaragaman ekosistem
Mencakup keanekaan bentuk dan susunan bentang alam,
daratan maupun perairan, di mana makhluk atau organisme hidup
(tumbuhan,
hewan
dan
mikroorganisme)
berinteraksi
dan
B.
produk dan jasa saja (aspek ekonomi) karena keanekargaman hayati juga
mencakup aspek sosial, lingkungan, aspek sistem pengtahuan, dan etika
serta kaitan di antara berbagai aspek ini.
Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini setidaknya ada 6 nilai
keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan:
1. Nilai Eksistensi
Nilai
eksistensi
merupakan
nilai
yang
dimiliki
oleh
hayati
dalam
memberikan
keuntungan
bagi
lokal
dan
global
berbeda.
Pada
umumnya,
nilai
Lokal
langsung dan
penting
nonpemanfaatan adalah
prioritas
dengan atau
berkelanjutan
tanpa pemanfaatan
berkelanjutan
pengguna
Khusus
Spesies endemik dan langka
diberi nilai
sama
Tinggi
Fokus pada genotip (informasi Fokus pada fenotip (sifat yang dapat
genetis)
dilihat)
liar dan
budidaya (pertanian)
hasil
diperlakukan berbeda
budidaya
C.
kehidupan
sehari-hari
maupun
sebagai
aset
tanpa
mempertimbangkan
daya
dukung
lingkungan.
3) Pemungutan dan perdagangan ilegal : Contoh jelas tentang
hal ini adalah penebangan liar, serta perdagangan flora dan
fauna, yang dilindungi maupun yang tidak, juga marak di
Indonesia. Di kawasan laut, terjadi pencurian ikan, sebagian
besar oleh kapal asing yang nilainya diperkirakan antara US$
3 sampai 4 miliar atau Rp. 36 triliun (Kwik, 2002 ; Kompas
15 Februari 2003).
8
keanekaragaman
hayati
laut
dan
pesisir.
jenis
teknologi,
keanekaragaman
teknik
hayati
dan
dapat
alat
untuk
menimbulkan
10
hayati dilakukan dengan prinsip keruk habis, jual murah dan jual
mentah. Oleh sebab itu, kerusakan dan kepunahan keanekaragaman
hayati meningkat seiring dengan melajunya pertumbuhan ekonomi.
Pemanfaatan dan pengelolaan KH yang lestari dan berkelanjutan
memerlukan tata kelola (good governance) yang baik. Tata kelola yang
baik dicirikan oleh pemerintah yang bersih, bertanggung gugat,
representatif dan demokratis. (KLH, 2002). Kedua pangkal persoalan
tersebut menimbulkan masalah struktural di bawah ini:
a. Kebijakan Eksploitatif, Sentralistik, Sektoral dan Tidak Partisipatif
Paradigma pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah
untuk melakukan sentralisasi pelaksanaan pembangunan dan
penguasaan sumber daya untuk pembangunan, termasuk sumber
daya alam.
b. Sistem Kelembagaan yang Lemah
Indonesia belum mempunyai sistem yang kuat dan efektif
untuk
pengelolaan
keanekaragaman
hayati.
Akibatnya,
hayati
belum
terpadu.
Pengelolaan
dengan
sektor
lainnya
(Wetlands
Indonesia
Programme, 2003).
Kelemahan di segi kelembagaan juga mempengaruhi
koordinasi pelaksanaan kewajiban terhadap berbagai konvensi
internasional, misalnya KKH, Konvensi Ramsar dan CITES.
Koordinasi dan integrasi program di antara para pengelola amat
lemah, salah satunya karena tidak ada arahan nasional yang kuat
12
D.
13
14
b. Terumbu karang
Terumbu karang merupakan ekosistem kompleks dengan
keanekaragaman hayati tinggi yang, ditemukan di perairan dangkal di
seluruh wilayah tropis. Terumbu karang mendukung perikanan
produktif
sebagai
pemasok
sumber
protein
utama.
Dibalik
tempat pembesaran dan sumber pakan serta nutrisi bagi spesies penting
hewan-hewan laut.
Meskipun perannya dianggap tidak terlalu dominan dibanding
terumbu karang dan mangrove, padang lamun mewakili salah satu dari
tiga unsur penting ekologi lingkungan laut dan pesisir. Peran padang
lamun secara fisik maupun biologis sekarang mulai dipahami sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari kesatuan wilayah ekologi dan
keutuhan pantai. Areal padang lamun berperan sebagai penghubung
dan penyangga diantara mangrove dan terumbu karang. Hubungan
ketiganya membentuk ekosistem pantai tropis yang sangat tinggi
tingkat keanekaragaman hayatinya.
Padang lamun bisa terdiri dari satu jenis spesies atau komunitas
dari banyak spesies hingga mencapai 12 jenis. Diseluruh dunia hanya
ditemukan 58 speises rumput laut yang menckup 12 genus, 4 famili,
dan 2 ordo.
Selain fungsi yang telah disebutkan sebelumnya, areal padang
lamun membantu mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut,
memisahkan air dan endapan sedimen, dan menetralisir endapan di
dasar permukaan. Kompleksitas habitat di areal padang lamun
meningkatkan keanekaragaman dan jumlah hewan-hewan laut.
Rumput laut di atas hamparan karang dan didekat estuarin, juga
mengendapkan nutrien, menyaring atau menahan kandungan kimia
yang terbawa air bagi lingkungan laut.
2. Kondisi saat ini
Kekayaan keanekaragaman hayati pesisir laut Indonesia. Karakter
geologis kepulauan Nusantara merupakan penyumbang terbesar tingginya
keanekaragaman ekosistem tropikal di Indonesia. Keanekaragaman
ekosistem bertanggungjawab atas tingginya keanekaragaman spesies (dan
tentu saja genetik). Dinamika geologik di sekujur kepulauan (terutama
rantai pulau-pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusatenggara; wilayah IndoPasifik yang meliputi Sulawesi, Maluku dan Papua) memperkaya
keanekaragaman bentuk hidupan tropikal. Keanekaragaman ekosistem
16
17
E.
F.
19
20
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Upaya Pelestarian
Pelestarian lingkunagn hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu
pada UU No.23 1997. UU ini berisi tentang rangkaian upaya untuk
melindungi kemampuanlingkungan hidup terhadap terhadap tekanan
perubahan dan dampak negative yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya
ini dilakukan agar kekayaan sumberdaya alam yang ada dapat berlanjut
selama ada kehidupan.
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang
mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986,
tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian
Lingkungan
Tujuan pokok Badan Pengendalian Lingkungan:
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
d. Mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
22
bagi
manusia.
oksigen
melalui
Tanaman
proses
mampu
fotosintesis.
pembakaran,
baik
pembakaran
hutan
maupun
23
karena
mampu
memantulkan
kembali
sinar
dan
menyebabkan
meningkatnya
suhu
udara.
24
25
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi di antara
berbagai makhluk hidup serta antara mereka dengan lingkungannya.
Kekayaan sumberdaya hayati Indonesia saat ini diperkiraan sedang
mengalami penurunan dan kerusakan. Krisis keanekaragaman hayati ini
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, yang satu dengan yang lainnya
saling berkaitan. Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu faktor teknis dan faktor struktural. Hutan pula merupakan tempat
memasaknya makanan bagi tanaman-tanaman, dimana di dalam hutan ini
terjadi daur unsur haranya (nutrien, makanan bagi tanaman) dan melalui
aliran permukaan tanahnya, dapat mengalirkan makanannya ke area
sekitarnya. Bayangkan jika kita tak punya lagi dapur alami bagi tanamantanaman sekitarnya ataupun bagi tanaman-tanaman air yaang ada di
sungai-sungai, maka bumi Minahasa akan merana.
B.
Saran
Semoga makin banyak lagi manusia yang memperdulikan tentang
kelesetarian hayati dan hutan, sehingga lingkungan atau bumi yang kita
pijaki tetap terjaga dan tetap dapat dilihat pada saat anak cucu kita kelak.
26
DAFTAR PUSTAKA