Mada
Yogyakart
a
2011
2011
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian tentang Perencanaan?
Perencanaan adalah rangkaian tindakan sistematis yang didasarkan
pada
kerangka
pemikiran
tertentu
dengan
mempertimbangkan perkembangan kondisi hingga
saat ini untuk mencapai tujuan atau penyelesaian
persoalan-persoalan di masa datang
Menurut Friedman:
"Perencanaan adalah suatu cara berpikir mengenai persoalan-persoalan
sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa
mendatang, sangat berhubungan antara tujuan dan
keputusan-keputusan kolektif, dan mengusahakan
kebijakan dan program yang menyeluruh.
3. Tipe Perencanaan
A. Perencanaan Fisik dan Ekonomi
Perencanaan wilayah biasanya mencakup perencanaan fisik
dan
ekonomi:
1. Perencanaan
Fisik (physical planning) adalah
perencanaan struktur fisik suatu daerah (area) yang
meliputi: tataguna tanah, utilitas, komunikasi, dan
sebagainya, serta berasal dari penataan dan/atau
pengendalian pengembangan wilayah
2. Perencanaan Ekonomi (economic planning) lebih
berkenaan dengan struktur ekonomi suatu daerah dan
tingkat kemakmurannya secara keseluruhan. Perencanaan
ekonomi lebih bertumpu pada mekanis-me pasar kebijakan
pengendalian yang bersifat langsung
4. Tingkatan perencanaan
Perencanaan wilayah merupakan proses perumusan dan
penegasan tujuan-tujuan sosial dalam penataan kegiatankegiatan dalam ruang di atas tingkat perkotaan (Supra Urban)
- Perencanaan tingkat wilayah merupakan penghubung
tingkat nasional dan tingkat lokal.
- Kurang efektifnya perencanaan di tingkat atas akan
menimbulkan implikasi-implikasi pada tingkat perencanaan
yang lebih rendah
- Perencanaan tingkat pemerintah nasional umumnya
bersifat ekonomi, yakni:
a. alokatif jangka pendek yang berkenaan dengan
stabilisasi fluktu-asi perekonomian
b. bentuk inovatif jangka panjang yang terutama
berkenaan dengan pencapaian tingkat laju pertumbuhan
ekonomi yang tertentu.
Merupakan
pengelompokan unit-unit
lokal
yang
menunjukkan tingkat interdependensi yang cukup besar.
- Lebih ditekankan pada arus yang terkait dengan suatu titik
sentral dan bukan pada keseragaman daerah sebagai
suatu kesatuan
40
A
B
10
60
30
60
10
40
30
10
20
F
G
50
20
20
C
D
10
10
20
30
40
A
D
H
G
B
E
Tij
Pij
2
dij
.Keterangan:
Tij
= kekuatan gravitasional antara kota i dan kota j
Pi & Pj = massa dari kedua pusat yang bersangkutan
dij
= jarak antara kedua kota (konstan)
Y = C + I + G + X -M
Tk
Upah
Rumahtangg
a
Industri
Ekspor
I
Impor
Tax
Tax
Subsidi
Pemerinta
h
Gx
Tax
Y = C + I + G + X -M
Konsumsi:
Impor:
C = C0 + c Yd
M = M0 + m Yd
Pendptn yg dibelanjakan:
Yd = Y - t Y = (1 t) Y
Investasi:
I = I0
Belanja Pemerintah:
G = G0
Ekspor:
X = X0
maka :
dengan:
Y = k (C + I0 + G0 + X0 - M)
k =
1
1 (1 t) (c m)
Catatan Penting :
- Akuntansi regional memerlukan data yang bersifat makro
- Secara konseptual, daerah bukanlah negara sehingga diperlukan
bentuk akuntansi yang berbeda dengan akuntansi nasional.
- Untuk tujuan perbandingan antar-daerah diperlukan akuntansi
standar
Permintaan Akhir
Industri
Jasa
Peme
rinta
h
Ekspor
Investasi
Total
Outpu
t
Nomina
l
Perse
n
Nomina
l
Perse
n
Nomin
al
Perse
n
Ruma
h
tangg
a
- Pertanian
20
0,200
40
0,200
0,000
20
20
100
- Industri
20
0,200
20
0,100
10
0,100
75
10
55
10
200
- Jasa
0,000
40
0,200
10
0,100
25
20
100
- Jasa Rumahtangga
40
0,400
45
0,225
70
0,700
160
- Jasa Pemerintah
10
0,100
15
0,075
0,050
30
- Impor barang
10
0,100
40
0,200
0,050
60
15
650
Uraian
Output dari:
Pembayaran untuk:
Total Input
100 Domestic
1,000
200
1,000 (Produk
100
1,000Domestik
125
30
80
Perhitungan
Gross
Product
Bruto):
Konsumsi Rumahtangga
= 125
Belanja Pemerintah
= 30
Ekspor daerah
= 80
Investasi daerah
= 15
Pembayaran jasa Pemerintah
(pajak,dll)
= - 30
Impor barang
= - 60
PDB daerah
= 160
Apabila terjadi kenaikan permintaan akhir untuk hasil Pertanian senilai Rp 10 M, maka
sektor pertanian memerlukan (lihat kolom-1 pada tabel-1):
0,2 x
0,2 x
0,0 x
0,1 x
0,1 x
Rp 10 M
Rp 10 M
Rp 10 M
Rp 10 M
Rp 10 M
=
=
=
=
=
2
2
0
1
1
M
M
M
M
M
Permintaan naik 10 M
Pertanian
0,2 x 2 = 0,4
Pertanian
Industri
Jasa
0,2 x 10 = 2
0,2 x 10 = 2
0,0 x 10 = 0
Industri
0,2 x 2 = 0,4
Jasa
0,0 x 2 = 0
Pertanian
0,2 x 2 = 0,4
Industri
0,1 x 2 = 0,2
Jasa
0,2 x 2 = 0,4
Tahap-1 :
Pertanian = 2
Industri = 2
Tahap-2 :
Pertanian = 0,8
Industri = 0,6
Jasa
= 0,4
Tahap-3 :
P
I
J
0,08 0,08 0,00
P
I
J
0,08 0,08 0,00
P
I
J
0,08 0,04 0,08
P
I
J
0,04 0,02 0,04
P
I
J
0,00 0,04 0,04
Pertanian = 0,28
Industri = 0,26
Jasa
= 0,16
Permintaan Akhir
Pertanian
Industri
Jasa
RT
Pem.
Ekspor
Investasi
Total
Output
- Pertanian
2,6520
0,6040
0,0000
10
13,26
- Industri
2,6520
0,3020
0,0670
3,02
- Jasa
0,0000
0,6040
0,0670
0,67
- Jasa Rumahtangga
5,3040
0,6795
0,4690
6,45
- Jasa Pemerintah
1.3260
0,2265
0,0335
1,59
- Impor barang
1.3260
0,6040
0,0335
1,96
13,2600
3.0200
0,6700
26,95
Uraian
Output dari:
Pembayaran untuk:
Total Input
Jadi setiap kenaikan Rp 1 M permintaan hasil Pertanian akan meningkatkan total output sebesar Rp 1,645 M dari:
Pertanian = 1,326 M
Industri = 0,302 M
Jasa
= 0,067 M
Uraian
untuk
Daerah A
Permintaan Akhir
Daerah B
Total
Output
Pertanian
Industri
Jasa
Pertanian
Industri
Jasa
- Pertanian
10
50
10
30
100
- Industri
20
30
50
- Industri
20
20
- Jasa
20
50
- Rumahtangga A
40
20
20
80
- Rumahtangga B
80
110
100
50
200
Output dari A:
- Jasa
Output dari B:
- Pertanian
60
20
80
200
30
100
Pembayaran untuk:
Total Input
100
80
110
640
Tabel 4. Koefisien Input-Output inter-regional untuk dua daerah A dan B (Milyar Rupiah)
Input
Uraian
untuk
Daerah A
Permintaan Akhir
Daerah B
Pertanian
Industri
Jasa
Pertanian
Industri
Jasa
- Pertanian
0,20
0,25
0,10
0,375
- Industri
0,20
0,375
- Industri
0,20
0,40
0,60
0,250
0,73
- Jasa
0,20
0,25
0,27
- Rumahtangga A
0,40
0,40
0,10
- Rumahtangga B
0,40
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Output dari A:
- Jasa
Output dari B:
- Pertanian
Pembayaran untuk:
Total Input
Misalkan: Permintaan akhir daerah B untuk output Industri dan Jasa menjadi dua kali lipat (100%) berarti
bertambah dengan 80 M untuk Industri dan 30 M untuk Jasa maka dengan menggunakan koefisien I-O
tersebut dapat dihitung dengan kira-kira tujuh tahap perhitungan (dengan komputer) akan diperoleh
hasil akhir nilai output :
LQr =
PDRBir / TPDRBr
PDRBin /
TPDRBn
dengan : i = sektor ; r = regional ; n = nasional
LQr
= Location Quotient daerah
rPDRB = PDRB sektor i di
ir
daerah
PDRB r= PDRB total daerah r
r
Sektor
Ekonomi
Location Quotient
1983
1992
1993
2002
Ratarata
Ket.
1.
Pertanian
0,881
0,919
0,964
0,980
0,957
N-Basis
2.
Pertambangan
0,095
0,150
0,153
0,122
0,136
N-Basis
3.
Industri
0,613
0,571
0,565
0,494
0,529
N-Basis
4.
Listrik
0,565
0,681
0,598
0,430
0,581
N-Basis
5.
Bangunan
2,079
1,620
1,524
1,435
1,688
Basis
6.
Perdagangan
0,842
0,916
0,916
0,992
0,916
N-Basis
7.
Pengangkutan
1,482
1,660
1,633
1,673
1,584
Basis
8.
Keuangan
1,557
1,201
1,204
1,605
1,408
Basis
1,821
1,977
2,033
2,186
2,054
Basis
Jasa
Sumber: Hakim, 2004
9.
Kriteria
Laju
Pertumbuha
n
dengan :
Yi > Y
Yi < Y
ri > r
Sektor berkembang
cepat
ri < r
Sektor relatif
tertinggal
ri
r
yi
yi
=
=
=
=
Tabel 5. Klasifikasi Sektor Ekonomi Provinsi DIY dengan Klassen Typologi, 1983 - 2002
Klasifikasi
ri > r
ri < r
Sumber: Hakim, 2004
yi > y
Sektor maju dan tumbuh
cepat:
yi > y
Sektor berkembang cepat:
- Pengangkutan
- Jasa
- Pertanian
- Pertambangan
- Perdagangan
- Bangunan
- Keuangan
- Industri
- Listrik
Tabel 1. Klasifikasi Sektor Unggulan berdasarkan Location Quotient (LQ) di Jawa Tengah
Location Quotient (LQ)
No
Lapangan Usaha
(1)
(2)
1.
2007
2008
Ratarata
Kriteria
(8)
(9)
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan
1.46
1.37
1.41
1.44
1.45
1.45
1.46
1.43
Basis
2.07
1.99
2.06
2.09
2.09
2.06
2.05
2.06
Basis
b. Tanaman Perkebunan
0.84
0.79
0.83
0.84
0.85
0.87
0.88
0.83
c. Peternakan
1.35
1.22
1.19
1.25
1.32
1.45
1.53
1.26
Basis
d. Kehutanan
0.41
0.24
0.33
0.49
0.43
0.44
0.42
0.38
e. Perikanan
0.65
0.58
0.58
0.53
0.56
0.53
0.53
0.58
2.
Pertambangan &
Penggalian
0.09
0.09
0.10
0.11
0.12
0.13
0.13
0.10
3.
Industri Pengolahan
1.14
1.14
1.14
1.15
1.15
1.17
1.18
1.15
Basis
4.
1.21
1.15
1.19
1.25
1.26
1.22
1.16
1.21
Basis
5.
Konstruksi
0.89
0.94
0.94
0.94
0.92
0.92
0.92
0.93
6.
1.32
1.32
1.28
1.25
1.25
1.23
1.22
1.28
Basis
7.
Pengangkutan dan
Komunikasi
0.94
0.90
0.82
0.78
0.73
0.70
0.65
0.83
0.41
0.39
0.38
0.39
0.39
0.39
0.40
1.10
1.09
1.09
1.11
1.12
1.14
1.07
Basis
8.
Tabel 2. Klasifikasi Sektor Ekonomi Jawa Tengah dengan Klassen Typologi, 2002-2008
Kriteria
Sektor Tertinggal
(Yi > )
L
a
j
u
P
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n
Tumbuh Cepat
(Yi )
- Industri Pengolahan
- Kehutanan
- Jasa-jasa
(ri > )
Tumbuh
Lambat
(ri )
- Perkebunan
- Peternakan
- Perikanan
- Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan