Anda di halaman 1dari 3

UPAYA PENANGGULANGAN FLU BURUNG DI JAWA TIMUR

A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1997 infeksi flu burung telah menular dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus
influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali
ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang,
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun
2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini
merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai sekarang.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka disimpulkan bahwa flu
burung selain menyerang unggas dapat juga menyerang manusia.
Berdasarkan kajian pakar, virus H5N1 merupakan salah satu virus
yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang
diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan
juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini
Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu ada
infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan dari manusia ke
manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas hanya pada
kontak erat.
Surveilans Flu Burung merupakan upaya kewaspadaan dini KLB
Flu Burung dan sekaligus kewaspadaan dini pandemic influenza
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan
tindakan penanggulangannya yang cepat dan tepat.
B. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Memantau penyebaran dan perkembangan virus Flu Burung yang
dimanfaatkan untuk identifikasi ancaman KLB Flu Burung, deteksi dan
peringatan dini KLB Flu Burung, gambaran epidemiologi KLB Flu
Burung, gambaran klinis, laboratorium dan penatalaksanaan kasus Flu
Burung dan deteksi dan peringatan dini perubahan fase pandemic
influenza.
TUJUAN KHUSUS
1. Deteksi dan peringatan dini serta respon cepat kasus Flu Burung
pada manusia
2. Mendapatkan gambaran epidemiologi Flu Burung (klinis dan
virologi), sumber dan cara penularan serta rumusan
penanggulangannya
3. Deteksi dini risiko penularan Flu Burung unggas manusia
4. Mendapatkan gambaran patofisiologi dan penatalaksanaan kasus
serta resistensi obat.
C. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KEBIJAKAN
Pengendalian Flu Burung dan antisipasi pandemi dilakukan dalam
kerangka desentralisasi.
Pelaksanaan pengendalian Flu Burung merupakan langkah
terintegrasi, lintas sektor, lintas program dan terpadu secara
vertikal maupun horizontal.
Pengembangan jejaring pengendalian flu dan kesiapsiagaan
pandemi influenza dilakukan pada setiap tingkat unit operasional,
baik nasional, regional dan internasional.

STRATEGI
1. Pengendalian penyakit pada hewan
2. Penatalaksanaan kasus manusia.
3. Perlindungan kelompok risiko tinggi.
4. Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia.
5. Restrukturisasi sistem perunggasan.
6. KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi).
7. Penguatan dukungan peraturan (Law Inforcement).
8. Peningkatan kapasitas (Capacity building).
9. Research and Development.
10. Monitor dan Evaluasi.
D. KEGIATAN
Adanya SK tim penggulangan Flu Burung
Adanya SK pembentukan Komda Flu Burung Jawa Timur dan
Pergub tentang penanganan Flu Burung
Berkoordinasi dengan dinas peternakan pada saat kematian
unggas melalui telpon dan surat
Sosialisasi
Pelatihan
Penatalaksanaan kasus, baik seseorang dalam investigasi maupun
suspek
a. Penemuan kasus baik seseorang dalam penyelidikan ataupun
suspek di Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas,
Rumah Sakit.
b. Koordinasi dengan BBLK Surabaya dalam pengambilan
spesimen kasus Flu Burung
c. Pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium Rujukan
yaitu BBLK Surabaya dan dikirim ke Litbang Kemenkes RI
d. Penetapan diagnosa dilakukan di Rumah Sakit Rujukan.
e. Penatalaksanaan semua kasus suspek Flu Burung di Rumah
Sakit Rujukan
Surveilans Epidemiologi :
a. Penyelidikan Epidemiologi (pelacakan ke lapangan) dengan
melakukan pelacakan kasus ke rumah penderita suspek Flu
Burung, ke Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Kesehatan lain
dan masyarakat disekitar rumah penderita.
b. Pemantauan ketat terhadap kontak erat dari penderita suspek
Flu Burung selama 10 hari sejak kontak terakhir dengan
penderita.
c. Melakukan Surveilans ILI (Influenza Like Illness) yaitu
melakukan pengamatan secara ketat terhadap orang-orang
dengan gejala influenza di daerah kasus suspek Flu Burung.
d. Melakukan surveilans influenza dan pneumonia melalui
pelaporan STP setiap bulan, baik puskesmas maupun RS oleh
38 kab/kota se Jawa Timur
Logistik :
Mendistribusikan tamiflu bagi kab/kota yang ada kematian unggas
dan kasus pada manusia sesuai dengan permintaan / kebutuhan:
Monev
a. Laporan kasus Flu Burung <24 jam dari Dinkes
Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi Jatim
b. Konfirmasi, Koordinasi dengan Kemenkes RI, Dinkes
Kabupaten/Kota, Rumah Sakit ataupun Puskesmas.
c. Pemantauan kasus yang dirawat di Rumah Sakit.
d. Laporan hasil dari penyelidikan lapangan.

DATA KASUS
Distribusi Kasus Flu Burung Konfirmasi pada manusia di Jawa Timur
berdasarkan waktu
Tahun
Kasus
Meninggal
2006
5
3
2007
2
2
2008
0
0
2009
1
1
2010
1
0
2011
0
0
Total
9
6

Peta Penyebaran Flu Burung pada Manusia di


Provinsi Jawa Timur tahun 2006-2011

2
2
1

33

Manusia konfirm H5N1

E. RENCANA TINDAK LANJUT


1. Intensifikasi penyuluhan flu burung melalui berbagai media
yang sudah ada, termasuk pemanfaatan desa siaga yang
sudah terbentuk
2. Perlunya evaluasi hasil pelatihan dan refreshing pelatihan
3. Mengadakan pelatihan untuk rumah sakit non rujukan
termasuk penyiapan sarana dan prasarananya
4. On the job training ke kab/kota pada saat ada kasus Flu
Burung pada manusia.

Anda mungkin juga menyukai