Disusun Oleh:
Adzka Muchdi Labib
(1204015013)
Eko Mulya NG
(1204015144)
Febri Suciyanto
(1204015169)
(1204015347)
Rizka Mutiara
(1204015367)
Kelas: D3
Kelompok: 1
28 NOVEMBER 2014
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Tawis
: 85 tahun
Berat Badan
: 50 kg
22/1
n
Kesadaran
TD
(mmHg)
FN (x/mnt)
FP (x/mnt)
Suhu (oC)
VAS
23/1
24/1
25/1
26/1
27/1
28/1
29/1
0
delirium
150
160
90
90
0
CM
180
90
120
70
110
70
120
80
140
100
130
90
90
20
36
2
90
24
88
20
37,5
88
20
36
90
20
36,8
84
18
90
24
36
88
24
afebris
27/10/2013
28/10/2013
29/10/2013
Jam
06.00
11.00
18.00
06.00
11.00
18.00
06.00
11.00
18.00
Kadar GD
109
118
120
121
105
127
159
130
150
80
88
24
afebris
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
30/10
Unit
31/10/2013
28/10/2013
24/10/2013
g/dL
%
10^6/L
00:43:18
12.3
37.8
4.69
13:01:41
8.7
34.2
4.25
07:48:26
12.5
38.3
4.68
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Jumlah
fL
Pg
g/dL
10^3/ L
Trombosit
Jumlah Leukosit
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Laju
Endap
80.6
26.2
32.5
6.00
80.5
20.5
25.4
206
81.8
26.7
32.6
225
10^3/ L
8.07
11.60
%
%
%
%
%
mm
0.7
2.6
66.9
20.3
9.5
25
0.1
2.8
76.4
14.0
6.7
10
Darah
3. Elektrolit
Test
Unit
28/10/2013
13:01:41
Natrium (Na) Darah mEq/L 131
Kalium (K) Darah
mEq/L 5.36
Klorida (Cl) Darah mEq/L 88.4
24/10/2013
07:48:26
137
3.91
92.2
4. Kolesterol
Test
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Kolesterol Total
Trigliserida
Unit
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
24/10/2013 07:48:26
27
79
145
106
5. Enzim Transaminase
Test
Uni
28/10/2013
24/10/2013
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
t
U/L
U/L
13:01:41
42
29
07:48:26
117
86
6. Ureum Darah
Test
Ureum Darah
Unit
28/10/2013
24/10/2013
mg/dL
13:01:41
78
07:48:26
49
unit
28/10/2013
24/10/2013
13:01:41
kuning
Keruh
07:48:26
Kuning
Keruh
5-6
40-45
negatif
1+
Negatif
Negatif
Negatif
1+
Negatif
Negatif
1,010
6,0
1+
Negatif
Negatif
3+
Negatif
3,2
Negatif
trace
1,010
6,0
1+
Negatif
Negatif
3+
Negatif
3,2
Negatif
Trace
7. Urin Lengkap
test
Warna
Kejernihan
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Lain-lain
Berat jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Darah/Hb
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit
/LPB
/LPB
mol/L
esterase
8. Albuminuria
Test
Unit
24/10/2013
Mikroalbuminurin
mg/g Kreatinin
07:48:26
83125,0
sewaktu
Kreatinin Urin
mg/dL
16,0
9. eGFR
Test
Kreatinin darah
eGFR
Unit
28/10/2013
24/10/2013
mg/dL
ml/min/1,73m^2
13:01:41
1,70
27,1
07:48:26
1,90
23,7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Acute Confusional State
Delirium merupakan sindrome otak organik (SOO), yang ditandai
dengan fluktuasi kesadaran, apatis, somnolen, spoor, koma, sensitif,
gangguan proses berfikir. Konsentrasi pada lanjut usia akan mengalami
kebingungan dan persepsi halusinasi visual (pada umumnya). Psikomotor
akan mengikuti gangguan berfikir dan halusinasi (Hartono dan
Kusumawati, 2010). Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, yang
ditandai dengan kekacauan kesadaran yang meliputi salah satu persepsi
dan perubahan proses pikir ( Stuart dan Laria, 2006).
Patofisiologi
Gejala klinis
Adapun tanda dan gejala dari delirium adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kesadaran. Penurunan kesadaran terhadap lingkungan
sekitar, dengan penurunan kemampuan untuk focus, mempertahankan
atau mengganti perhatian.
2. Gangguan atensi. Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk
memperhatikan. Mereka mudah melupakan instruksi dan mungkin
dapat menanyakan instruksi dan pertanyan untuk diulang berkali kali.
Metode untuk mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan
meningkatkan
kontraktilitas
serta
vasokons-triksi
perifer
dengan
kekakuan
dinding
ventrikel
dan
berkurangnya
pengisian
(metronidazol,
makrolid),
obat
diabetes
(metformin,
penghambat alfa glukosidase, analog amylin, antagonis reseptor GLP1), obat antihipertensi (ACE inhibitor, angiotensin reseptor bloker), agen
penurun kolesterol (niasin, fibrat), obat-obat neuropsikiatrik (penghambat
kolinestrasedonepezil, rivastigmine), SSRIs (fluoxetine, sertraline),
penghambat serotonin-norepinefrin-reuptake (venlafaxine, duloxetine),
obat Parkinson (agonis dopamine, monoamine oxidase (MAO-B)
inhibitor), kortikosteroid, estrogen, digoxin, zat besi, dan opioids.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organic, misalnya penyakit pada
hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
Gejala klinis
a
Perut kembung,
sensor glukosa
yang
akan
menghambat
peningkatan
a.
Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan
lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam,
sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
b.
c.
Dispnea
d.
e.
Komplikasi
Pemeriksaan
a
Tes Tradmill atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan
beban). Tes ini merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena penyakit jantung dan
juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu,
tes ini juga dapat dipakai untuk mengukur kapasistas jantung,
gangguan irama, dan lain-lain.
Echocardiography.
Echocardiography
adalah
prosedur
yang
salah
satu
teknik
pemeriksaan
diagnostic
yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radiofrekuensi dalam medan magnet untuk menghasilkan tampilan
penampang (irisan) tubuh.
g
6. Immobilisasi
Petofisiologis
Semakin bertambahnya usia manusia dapat menimbulkan beberapa
penyakit degenerasi, seperti mengalami gangguan pergerakan. Berbagai
penyakit kronik yang diderita orang tua, membuat mereka menjadi
IMMOBILE yaitu suatu keadaan tidak dapat bergerak yang dikarenakan
akibat akibat yang ditimbulkan oleh kondisi berbaring lama. Jadi bisa
dikatakan bahwa immobilitas secara garis besar merupakan sindrom
kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh penurunan aktivitas dan
ketidakberdayaan.
Penyebab immobilisasi yaitu istirahat di tempat tidur lama dan
inaktivitas
menurunkan
aktivitas
metabolisme
umum.
Hal
ini
Hal ini bisa disebabkan oleh salah satu dari yang disebutkan dibawah ini:
1
Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau
berbaring.
Gejala klinis
Gejalan klinis yang sering timbul pada pasien dengan immobilisasi
ialah pusing atau pingsan saat mencoba untuk berdiri (tegak), adanya sisa
urine karena posisi baring pasien ini tidak dapat mengosongkan kandung
kemih secara sempurna, adanya Infeksi Saluran Kemih (ISK) karena
keadaan stagnasi urine maupun karena batu saluran kencing, konstipasi
karena tirah baring lama, nyeri pada tulang dan sendi, kaku/susah
digerakkan, nyeri leher, arthritis pasca trauma, osteoporosis.
Pemeriksaan
a. Tulang dan Sendi
Pemeriksaan Radiologis
Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang servikal
pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat. Radiograf yang
diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga
adanya cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi
termasuk tampilan oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal)
dengan leher pada fleksi serta ekstensi bila diindikasikan.
Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk memperlihatkan
proses odontoid pada bidang antero posterior.
b. Saraf
CT Scan
c. Kardiovaskular
Laboratorium darah
Kurangnya bergerak juga dapat menyebabkan aliran darah di
extremitas bawah tidak lancar (stasis) yang mengganggu faktor
faktor pembekuan pada endotel pembuluh darah. Bila faktor
pembekuan terganggu maka akan timbul bekuan darah (trombus)
di katub katub vena extremitas bawah.
Foto Rontgen
d. Kulit
Tes hemogoblin
denyut
jantung
kronik
sering
menyertai
keadaan
fungsi
ginjal
dan
penentuan
adanya
Ny. Tawis menderita penyakit DM sejak 15 tahun yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, namun selama 15 tahun itu pengobatannya tidak teratur. Tetapi masalah
medis yang timbul menyatakan penderita mengalami DM tipe II terkendali diet,
untuk memastikan bahwa diagnosa DM tipe II terkendali diet itu benar maka pasien
harus melakukan pemerikasaan dengan dua tahap waktu yaitu pada saat puasa dan 2
jam setelah makan, dimana kadar glukosa darah pada saat puasa dibawah 100 dan
kadar pada saat 2 jam sesudah makan dibawah 130. Kedua kadar ini adalah kadar
normal yang terkontrol baik untuk pasien DM.
Immobilisasi adalah keadaan tidak dapat bergerak sehingga pasien hanya
berbaring dan kurang melakukan gerakan-gerakan pada persendiaanya seperti pada
bagian tulang. Karena mengalami immobilisasi pasien sulit melakukan aktifitas
normal seperti memgunyah akibat dari kurangnya asupan makanan ke dalam tubuh,
sehingga mengalami dispepsia intake atau biasa yang disebut maag akibat kurang.
Karena kurangnya gerakan pasien mengalami dispepsia sulit atau disebut juga maag
akibat kurangnya asupan makanan karena pasien.
Acute confusional state yaitu gangguan psikosomatis atau gangguan kejiwaan
dan pikiran penyebabnya antara lain karena tekanan psikis yang berlebihan atau
gangguan syaraf. Immobilisasi yang terjadi pada pasien menyebabkan gangguan
syaraf yang menimbulkan penyakit baru yaitu
CHF FC III ec CAD adalah penyakit gagal jantung kronik
OMI anterior yaitu dimana jantung penderita sudah kaku, maka untuk
mengetahui apakah fungsi otot jantung masih berfungsi atau tidak perlu dilakukan
pemeriksaan troponin
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kapas, alkohol
Lanset steril
Fotometer klinikal
Mikro pipet
3.2 Saran
Sampel darah
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
dan Proses-Proses Penyakit Volume.2 Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Anonym.
2014.
Askep
Kardiovaskular
http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com
AMI
OMI.