Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah penilaian atau
evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa
kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan,
tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang
diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau
evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses
pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan
pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari
program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang
digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan
data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil
belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal
dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian;
sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif
dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah,menjodohkan dan pilihan ganda
dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus,
grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif
dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya
untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, seorang guru harus mengacu pada
pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar

instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat
pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk
mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian
kompetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan
tentang Langkah-langkah Penyusunan Tes Tertulis sehingga kita bisa
mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengembangan instrumen tes tulis?
2. Kompenen atau kelengkapan beserta hal-hal apa saja yang harus dilakukan
sebelum tes tulis berlangsung?
3. Apakah tes tulis itu?
4. Kompenen dan langkah-langkah apa saja dalam pembuatan kisi-kisi tes
tulis?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari tes tulis?
6. Sebutkan fungsi tes dan bagaimana cara penilaiannya?
7. Bagaimana cara penyusunan bentuk tes tulis itu?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana
pengembangan dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapat
mengetahui berbagai aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal dan cara
penilaian dalam tes tulis. Dan diharapkan makalah ini dapat membantu dalam
pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara menentukan penilaiannya untuk kita
sebagai calon pendidik. Dalam makalah ini juga membahas tentang masingmasing kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis. Semoga malakah
ini bisa bermanfaat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS


1. Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.
b. Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi testee untuk
mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan
lembaran nomer dan huruf a, b, c, d. Menurut banyaknya alternatif yang
disediakan.
c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci
jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes bentuk
uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat
untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya kunci
jawaban ini adalah agar :
Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
Pemeriksaannya benar.
Dapat dilakukan dengan mudah.
Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d. Pedoman penilaian (pedoman skoring), berisi keterangan perincian tentang
skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan.
2. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum menulis soal tes tulis
Sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:
menentukan tujuan tes
menyusun kisi-kisi soal
penulisan soal
pemberian skor
pelaporan hasil tes
Contoh pedoman penilaiaan :
Tiap soal diberi skor 1.
Jumlah skor : 1x10 = 10.

Tiap soal diberi skor 2.


Julah skor : 2x5 = 10
Jumlah skor 20
Skor maksimum 40

B. TES TULIS
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno testum artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus
dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur
aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik
tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain
sebagainya. Tes tulis merupakan suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis.
Tes tertulis mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes obyektif (tes
tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau
memberikan jawaban singkat dan terbatas), yang kedua yaitu Tes
Subjektif/Essai (tes tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban berupa
uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah
relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes).
2. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan
adalah menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of

specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam


penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :

Jenis sekolah/kelas/semester

Mata pelajaran

Kurikulum yang diacu

Alokasi waktu

Jumlah soal

Bentuk soal

Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur

Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan,


analisis, sintesis, evaluasi)

Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan


pengajaran dan kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.

Bentuk soal

Tingkat kesukaran masing-masing soal.

3. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi


Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :

Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan


silabus)

Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok


materi (berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)

Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap


materi.

Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual


yang diukur bagi setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas
dan heterogenitas bahan).

Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi

Pemberian nomor item.

C. FUNGSI TES DAN CARA PENILAIANNYA


1. Tes Formatif
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada murid-murid pada
setiap akhir program satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui
sampai dimana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau
materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional
khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus
telah dirumuskan dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item
tes) dan daya pembeda masing-masing soal tidak begitu penting. Yang
penting adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional
yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di dalam progam satuan
pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar
mutlak. Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan instruksional khusus
telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui status setiap siswa
dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini,
yaitu :
1) Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam
setiap soal, misalnya :
Soal Nomer
1
2
3
dan sebagainya

% siswa yang gagal


30 %
85 %
60 %
dan seterusnya

Untuk soal bentuk uraian, pengertian siswa yang gagal di atas dapat pula
diartikan sebagai siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang
kurang memuaskan.

2) Pengolahan untuk mendapatkan hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes
secara keseluruhan ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan,
misalnya :
Nama Siswa
1. Iswa
2. Jamilah
3. Nurwiyatsih
dan seterusnya

Hasil yang dicapai


( % jawaban yang memuaskan)
90 %
60 %
75 %
dan seterusnya

Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes
adalah 60, angka yang dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages
correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban
yang benar).
Keteranagan :
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar

Dilakukan secara periodik

Mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan

Bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses


belajar mengajar

Dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses


belajar mengajar.

2. Tes Sumatif
Tes sumatif biasanya diadakan setiap semester (yang baik adalah
setiap jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan pelajaran
telah selesai diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes sumatif
ialah untuk menilai prestasi siswa, sampai dimana penguasaan siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam jangka waktu tertentu.

Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan kenaikan kelas, dan


penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah. Oleh karena itu
pada umumnya jumlah item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak
daripada item tes formatif, dan bentuk soalnya pun dapat terdiri atas
campuran beberapa bentuk item tes (seperti true-false, multiple, choice,
completion, matching, dan essay).
Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan
yaitu nilai-nilai standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z),
atau persentile. Skor mentah yang diperoleh seorang siswa dari suatu tes
sumatif yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes merupakan jumlah
skor dari tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus
masing-masing. Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan
kedalam nilai skala 1-10 dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Materi yang di ujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan


pengajaran

Dalam satu program tahunan atau semester dilakukan pada akhir


program dalam satu tahun atau semester

Bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan belajar peserta didik secara


menyeluruh

Hasil penilaian sumatuf di gunakan antara lain untuk menentukan


kenaikan kelas, kelulusan sekolah dan lain-lain.

D. CIRI-CIRI TES TULIS


Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
a. Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
dengan kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga
valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur
apa yang hendak diukur.
b. Reliabilitas

Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability


dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah
ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.
c. Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan
dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan dalam
hasil tes.
d. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah
pemeriksaannya), mudah pengadministrasiaanya.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan
tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga
yang banyak dan waktu yang lama.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES TULIS
1. Kelebihan Tes tulis (Tes obyektif ) yaitu :
a.

Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas

b.

Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa
maupun segi guru yang memeriksa

c.

Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat


menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

d.

Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.

e. Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

2. Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :


a. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahankelemahan yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat
rendah)
b.

Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya


pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi.

c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.


d.

Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

e.

Tidak menuntut penalaran siswa.

f.

Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.

3. Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :


a. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b.

Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untunguntungan (menebak jawaban).

c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta


menyusun dalan bentuk kalimat yang bagus
d.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya


dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

e.

Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang


diteskan.

f.

Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.

4. KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :


a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b.

Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran


yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).

c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

10

d.

Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual


lebih banyak dari penilai.

e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
f.

Cakupan materi terbatas atau sempit.

g.

Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi

Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam
tes subjektif dan sebaliknya.

11

BAB III
PENERAPAN DALAM EVALUASI PROSES DAN HASIL
BELAJAR EKONOMI DI SMA
A. PENYUSUNAN SOAL BENTUK TES TULIS
1. Dasar-Dasar Penyusunan Tes Tertulis
o Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan instruksional ynag tercantum di dalam
kurikulum yang berlaku.
o Tes yang tersusun benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
o Tes hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang
diharapkan.
o Tes hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri,
karena tes dapat disusun untuk keperluan : pretes/postes, materi tes, tes
diagnostic, tes prestasi belajar, tes formatif, dan tes sumatif.
o Tes hendaknya dapat diguankan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar.
o Tes yang disusun mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan
kesesuaiannya dengan taraf kemampuan siswa.
o Petunjuk pengerjaan soal jelas dan sesuai dengan persoalan yang
disajikan.
o Tes disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan
soal pada masing-masing jenis soal.
o Penulisan soal menggunakan bahasa yang benar.

2. Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes Tulis


Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban. Seperti pilihan ganda, dua pilihan
(benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan.
a. Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

12

Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan


mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan,
yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik
tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan
menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak
belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya
dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan
peserta didik yang sesungguhnya.Keunggulan soal bentuk pilihan
ganda diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan / perilaku
secara objektif. Contoh soal pilihan ganda :
Berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Kelangkaan sumber alam, tenaga kerja, serta modal dan teknologi
menyebabkan terjadinya kelangkaan
a.
b.
c.
d.
e.

Sumber daya peralatan


Sumber Ekonomi
Seumber Penerimaan
Sumber Pengeluaran
Sumber Daya Manusia

Bentuk tes pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif
yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang
dapat dicakup. Bentuk-bentuk soal yang digunakan yang ada dalam
SNMPTN yaitu :
Pilihan ganda.
Hubungan antar hal (pernyataan-SEBAB-pernyataan).
Contoh soal bentuk hubungan antarhal yang terdiri dari dua buah
pernyataan dengan kata sebab di antara keduanya, sudah
disajaikan sebagai contoh soal analisis.
Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk).
Diagram, gambar, tabel, dan sebagainya.
Asosiasi. Contoh soal bentuk asosiasi yaitu :
Petunjuk pilihan :
(a) Jika (1), (2), dan (3) betul
13

(b) Jika (1) dan (3) betul


(c) Jika (2) dan (4) betul
(d) Jika hanya (4) yang betul
(e) Jika semuanya betul
Soal :
Kurvapermintaansebuahprodukakanbergeserkekanansebagaiakibatad
anya :
(1) Penurunan penawaran
(2) Peningkatan harga barang komplementer
(3) Penurunanharga barang subtitusi dari produk tersebut
(4) Penurunan harga produk
Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara :
a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar
b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar)
c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf didepan jawaban yang
dianggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf di depan
jawaban yang dianggap benar.
d) Membubuhkan tanda kali (X) atau tanda (-) di dalam kotak atau tanda
kurung didepan jawaban yang yang telah disediakan.
e) Menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda diantaranya yaitu :
1) Instruksi pengerjaanya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai
contoh mengerjakannya.
2) Dalam pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar. Jadi tidak
mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomer satu, benar
nomer dua, dan sebagainya.
3) Kalimat pokoknyan hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian
manapun yang dapat dipilih.
4) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
5) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat
pokoknya.
6) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan telalu sukar.

14

7) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa


dengan kalimat pokoknya.
8) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak seragamdalam
panjangnya, sifat uraianya maupun taraf teknis dan agak bersifat
homogen mengenai mengenai isinya dan bentuknya.
9) Hindarkan pengulangan suara atau penglangan kata pada kalimat pokok
di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih
alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan
karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
10) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran . karena
yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
11) Soal harus sesuai dengan indicator
12) Pilihan jawaban harus homogen da logis dari segi materi
13) Menggunakan bahasa baku
14) Menggunakan bahasa komunikatif, lugas dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
b. Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)
Bentuk soal dua pilihan jawaban (true-false) ini menuntut peserta tes untuk
memilih dua kemungkinan jawaban yaitu benar dan salah atau ya dan
tidak. Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi
mengerjakan/menjawab soal), yakni :
Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila
ia memilih jawaban yang salah.
Tampa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari
huruf B atau tanpa memberikan jawaban yang benar.
Kaedah penulisan soal dengan dua pilihan yaitu :
a) Hindari penggunaan kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya sebagian
besar dan kata lainnya yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta
tes.
b) Jumlah rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatife sama.
c) Hindari pernyataan negative.

15

d) Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.


e) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks, hal ini cenderung
membuat peserta tes untuk menghafal daripada memahami dan menguasai
konsep.
Kebaikan tes benar salah :
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena
biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
Mudah menyusunnya.
Dapat digunakan berkali-kali.
Dapat dilihat secara cepat dan objektif
Petunjuk cara mengerjakaannya mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar salah :
Sering membingungkan.
Mudah ditebak atau diduga.
Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan
benar atau salah.
Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenlan kembali.
Contoh soal :
Mana diantara bentuk soal di bawah ini yang tepat!
B

S Perusahaan termasuk pelaku kegiatan ekonomi

S Peranan masyarakat luar negeri sebagai pelaku ekonomi tidak penting.

Cara mengolah skor


a. Dengan denda

S=RW
S = skor yang diperoleh
R = jawaban benar
W = jawaban salah
Contoh :Jumlah soal = 10 buah
Iswa menjawab betul 8 soal, maka skor yang diperoleh berlian 8 2 = 6
Atau menggunakan rumus kedua yaitu :

S=T-2W

16

Ket : T singkatan dari total (jumlah soal dalam tes)


Contoh : iswa menjawab soal yang salah sebanyak 4 soal dari 20 soal. Maka skor
yang diperoleh isawa adalah s=10-(2x2)=6

c. Bentuk Soal Menjodohkan (matching)


Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat
satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki
hubungan satu sama lain). Soal bentuk menjodohkan (matching) adalah bentuk
soal yang terdiri atas dua kelompok pernyataan. Lajur sebelah kiri merupakan soal
atau pernyataan, sedangkan lajur sebelah kanan merupakan jawaban atau respon.
Kaidah penulisan soal menjodohkan adalah sebagai berikut :
Tulislah seluruh pernyataan soal disebelah kiri!
Tuliskan seluruh pernyataan jawaban disebelah kanan!
Beri petunjuk yang baik berdasarkan pencocokan!
Buat semua jawaban masuk akal!
Jawaban harus pendek
Pernyataan jawaban harus lebih banyak daripada pernyataan soal
Contoh soal :
Pasangkan pertanyaan di lajur kiri dengan jawaban di sebelah kanan
1. Kebutuhan yang dipenuhi, tanpa harus mempertimbangkan
keberlangsungan hidup
2. Kebutuhan yang harus segera dipenuhi, karena menyangkut
keberlangsungan hidup

a. Premier
b. Sekunder
c. Tersier

2. Soal dengan mensuplai-jawaban. Seperti isian atau melengkapi,jawaban


singkat atau pendek, dan soal uraian.
a. Bentuk Soal melengkapi
Soal melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban atau melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan soal melengkapi :
Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata yang dihilangkan
Jawaban yang diinginkan benar-benar dibatasi

17

Jika pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakan dalam satuansatuan tertentu
Jangan mengambil langsung dari buku teks
Contoh soal :
1. .. adalah kebutuhan yang meliputi tidur, istirahat, dan
olahraga
2. Demokrasi .. adalah sistem ekonomi di Indonesia

b. Bentuk Soal Uraian


Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau halhal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini
antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas serta sulit untuk menyusun
pedoman penskorannya.
Menulis soal uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskan soalnya.
Berdasarkan penskorannya, tes uraian dibagi menjadi dua:
1. Soal uraian terikat, yaitu soal atau pertanyaan yang menuntut jawaban
dengan pengertian/konsep tertentu.
2. Soal uraian bebas, yaitu soal yang menuntut jawaban
berupapengertian/konsep menurut pendapat setiap peserta tes sehingga
penskorannya sukar dilakukan secara objektif.
Kaidah penulisan soal uraian:
Mengacu pada kompetensi
Pertanyaan harus menggunakan kata Tanya yang menuntut jawaban terurai,
seperti mengapa, jelaskan, bandingkan, hubungkan, buktikan dan hitunglah
Petunjuk harus jelas sehingga peserta didik mudah mengerjakannya
Dilengkapi dengan pedoman penskoran

18

Hal-hal yang menyertai soal, seperti tabel, bambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya harus disajikan dengan jelas
Bahasa harus komunikasi
Rumusan kata-kata tidak boleh menimbulkan penafsiran ganda
Menggunakan bahasa baku
Perhatikan contoh berikut
Contoh 1 soal uraikan terikat
Dalam situasi krisis ekonomi saat ini, apakah sistem ekonomi Pancasila
dapat memberi solusi yang tepat bagi bangsa Indonesia?Sertakan alasanalasan Anda!
Level
0
1

Diskripsi dan contoh jawaban peserta didik


Jawaban yang sesuai. Tidak disertakan alasan Ya
Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba
dikemukakan. Sebagian dijawab benar tetapi penalarannya

salah.
Jawaban benar, tetapi penalarannnya tidak lengkap atau

tidak jelas.
Jawaban benar, tetapi penalarannya baik. Penjelasannya
lebih lengkap dari level 2, tetapi mengandalkan pada
pengetahuan kongkret atau visual daripada pengetahuan

abstrak.
Jawaban yang sempurna, peserta didik menggunakan
pengetahuan dari sistem ekonomi Pancasila sekaligus
bentuk/ contoh penerapannya.

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal


berikut.
materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.

19

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komponen atau kelengkapan sebelum tes terdiri atas: buku tes, lembaran
jawaban tes, dan kunci jawaban tes. Sebelum menulis soal maka hal-hal yang
harus di lakukan diantaranya yaitu: menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi
soal, penulisan soal, pemberian skor, pelaporan hasil tes

20

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes tertulis
mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes obyektif (tes tertulis yang
menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan
jawaban singkat dan terbatas), yang kedua yaitu Tes Subjektif/Essai (tes
tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban berupa uraian atau kalimat
yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai
kemampuan si penjawab tes).
Komponen kisi-kisi tes yaitu: jenis sekolah/kelas/semester, mata pelajaran,
kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal, bentuk soal, bahan-bahan
pengajaran yang akan diukur, jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi), banyaknya soal yang akan
disusun untuk masing-masing bahan pengajaran dan kompetensi/aspel
intelektual yang akan diukur, bentuk soal, dan tingkat kesukaran masingmasing soal.
Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu: mendaftar pokokpokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus), memberikan
imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan
pada luas dan tingkat kedalaman materi), merinci banyaknya butir soal
(proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi, menentukan proporsi/prosentase
untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap pokok-pokok
materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan), mengisi sel-sel
dalam kisi-kisi, dan pemberian nomor item
Kelebihan Tes tulis (Tes obyektif ) yaitu:
8. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
9. Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun
segi guru yang memeriksa
10. Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
11. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
12. Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :

21

1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah)
2. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Tidak menuntut penalaran siswa.
Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.
Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
1. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung3.
4.
5.
6.

untungan (menebak jawaban).


3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalan bentuk kalimat yang bagus
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang
diteskan.
6. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
1. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
2. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4. Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
lebih banyak dari penilai.
5. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
6. Cakupan materi terbatas atau sempit.
7. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi

A. SARAN
Dalam penyusunan tes tertulis dalam bentuk uraian, perlu diketahui bahwa
untuk menghasilkan soal yang berkualitas dan benar-benar mengevaluasi
peserta didik maka guru perlu menerapkan prinsip dan tata cara penyusunan
tes uraian dengan baik dan terstruktur.
22

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Reverensi).
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002.
Sukardi.Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. 2009.
Nurhadijah, Ijah. Pengembangan Instrument Penilaian
Tes.http://ijahnurhadijah.blogspot.com/2013/03/pengembangan-instrumen-penilaiantes.html, diakses pada20 September 2014
Umy.Langkah-langkahdan Komponen-komponen.http://paiumy.blogspot.com/2011/09/langkah-langkah-dan-komponen-komponen.html, diakses
pada 20 September 2014

23

Anda mungkin juga menyukai