Anda di halaman 1dari 1

Bisnis Indonesia, Jumat, 3 Desember 2010

TEKNOLOGI INFORMASI

i3

SOSOK

Fokus kembangkan
teknologi baru
OLEH SEPUDIN ZUHRI
Bisnis Indonesia

ersaingan pasar televisi semakin ketat


dan terus bertumbuh dengan cepat.
Tiap-tiap pabrikan terus mengeluarkan produk dengan teknologi terbaru untuk
merebut pangsa pasar.
Toshiba, produsen elektronik asal Jepang,
belum lama ini memaparkan strategi bisnis
TV untuk pasar Asia Tenggara serta meluncurkan beberapa jenis produk terbarunya,
seperti seri Power TV.
Shigenori Tokumitsu, Vice President of
Visual Products Company Toshiba Corp, sebagai petinggi Toshiba yang bertanggung jawab dalam bisnis produk visual seperti TV,
menargetkan penjualan 1,2 juta unit atau
20% dari total pangsa pasar televisi di Asia
Tenggara.
Pria kelahiran Oita, Jepang, pada 17 Juli
1955 itu menilai pasar TV di Asia Tenggara
masih bisa bertumbuh, sehingga Toshiba tidak ingin ketinggalan dari vendor lain untuk
menggarap pasar tersebut.
Saya harap Anda mengetahui bahwa
Toshiba memiliki posisi yang penting secara
internasional dan diakui di antara perusahaan yang menguasai pasar global TV dan
PC, ujarnya saat pemaparan strategi bisnis
Toshiba di Singapura baru-baru ini.
Menurut pria lulusan Universitas Kyushu
pada 1981 ini, kekuatan Toshiba terletak
pada penguasaan teknologi terdepan dan
teknologi semikonduktor berkelas dunia. Gabungan dari berbagai teknologi itu, paparnya, memungkinkan perusahaan itu membuat produk-produk inovatif yang mampu
memimpin zaman.
Kami memadukan teknologi semikonduktor dan perangkat lunak
milik kami dalam sesuatu yang dinamakan mesin, sehingga
mesin tersebut dapat
menghasilkan kualitas
gambar yang tinggi
dan mendukung
fungsi yang
memiliki nilai
tambah, yang
memungkinkan
kami untuk dapat menguasai
pasar TV,
tutur ToShigenori
Tokumitsu
kumitsu.

KLIK
Cloud computing belum booming
SINGAPURA: Tren komputer awan (cloud
computing) diperkirakan belum mencapai
masa booming di Indonesia pada tahun
depan.
Arry Ahmad Arman, Peneliti Sharing
Vision, mengatakan pemahaman terhadap
komputer awan di Tanah Air hingga kini
relatif belum merata, sehingga menyulitkan
sosialisasi mengenai layanan tersebut.
Cloud computing itu bicara layanan yang
tidak terlihat. Anda beli jasa itu, tetapi wujudnya tidak ada di kantor Anda, katanya di
sela-sela Sharing Vision: Visiting World
Class Data Center di Royal Plaza on Scotts,
Singapura, kemarin.
Komputasi awan memungkinkan semua
layanan berbasis peranti lunak diakses oleh
pengguna tanpa perlu instalasi ataupun
pemeliharaan berkala, karena layanan dan
data disimpan dalam server vendor.

PONSEL ANDROID
ACER: Seorang model
memperlihatkan produk
ponsel Acer Smart pada
roadshow di Istana Plasa
Bandung, Jabar, kemarin.
Acer fokus menggarap
ponsel berbasis Android
tersebut hingga akhir tahun
mengingat pasar handset
dengan sistem operasi itu
tumbuh pesat hingga
mencapai 15.000 aplikasi
per bulan.
BISNIS/LUKMAN GUSMANTO

HSPA masih kuasai pasar broadband


Operator tidak terburu-buru imigrasi ke LTE
OLEH RONI YUNIANTO
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Investasi
teknologi high speed
packet access (HSPA)
diperkirakan masih mendominasi dalam 5 tahun
ke depan meski perhatian terhadap teknologi
pita lebar long term evolution (LTE) semakin
tinggi.
Julien Grivolas, Analis dari
lembaga riset Ovum, mengatakan
perhatian terhadap LTE akan besar, tetapi faktanya HSPA saat ini
merupakan teknologi yang sudah
maju dengan infrastruktur dan
ekosistem perangkat yang matang.
Kami perkirakan LTE akan
benar-benar take off pada 2012.
HSPA tidak akan ketinggalan dan
operator seluler tidak akan berpaling dalam waktu dekat. Teknologi ini berlanjut dan operator
akan tetap melakukan penyempurnaan pada jaringan mereka selama masuk dalam hitungan ekonomis, ujarnya, Rabu.
Menurut Grivolas, keunggulan
lain HSPA adalah adanya tahapan
penyempurnaan HSPA+, yang
tengah dibangun dalam volume
besar, bahkan terbesar yang pernah ada pada tahun ini dan akan
terus meningkat.
HSPA+ dan penyempurnaan
ke depannya diklaim akan memadai bagi banyak kebutuhan
operator dalam 5 tahun ke depan.
Analis independen memperkirakan konektivitas HSPA akan
menyentuh 1,87 miliar pada 2015
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 46% per tahun.
Pangsa teknologi dari konektivitas berkecepatan tinggi itu
diprediksi juga meningkat pesat
dari 31% pada 2009 menjadi

59% pada 2015. Adapun, proporsi dari total koneksi global itu
akan tumbuh dari 4% pada 2009
menjadi 25% pada 2015.
Di Asia Pasifik, koneksi HSPA
akan menyentuh lebih dari 829
juta sambungan, sedangkan LTE
hanya akan mencapai hit lebih
dari 121 juta. Kebanyakan koneksi LTE di Asia berlokasi di pasar
negara maju seperti di area perkotaan utama di Jepang, Korea
Selatan, dan China.
Di sisi lain, HSPA/HSPA+
diyakini tetap menjadi teknologi
akses yang paling banyak digunakan untuk mobile Internet di
Asia, terutama di negara-negara
berkembang karena skala ekonomi dari teknologi yang semakin
matang.
Berdasarkan laporannya, Ovum
memposisikan LTE sebagai teknologi yang akan dominan pada
masa depan, tetapi HSPA tidak akan
hilang dan banyak operator tidak
akan terburu-buru bermigrasi.
Grivolas mengatakan HSPA+
dan evolusi penyempurnaannya
tidak akan dianggap sebagai pesaing bagi LTE, tetapi justru sebagai teknologi pelengkap.
Dia mencontohkan di Australia, operator Telstra yang telah
menggelar layanan HSPA+ dengan kecepatan 42 megabit per
second (Mbps) melihat banyaknya peluang dalam menjaga penyempurnaan performansi jaringan HSPA NextG mereka.
Seiring dengan langkah itu,
operator tersebut juga menyiapkan LTE sebagai pelengkap solusi
hotspot saat frekuensi tersedia.
Hebatnya, ketersediaan spektrum tentu saja menjadi isu yang
akan memengaruhi kekuatan
kesuksesan komersial dari LTE,
mengingat faktor ketersediaan
frekuensi adalah fundamental
untuk peluncuran layanan, tutur
Grivolas.
Namun, menurut Werner Sutanto, Managing Director WiMax
Program Intel Corporation untuk

Proyeksi penyebaran teknologi mobile


di Asia Pasifik (ribu)
Tahun

HSPA

LTE

2010

151.299

116

2011

257.873

954

Sumber: Ovum
BISNIS/T. PURNAMA

Asia Tenggara, peningkatan kecanggihan teknologi akses dari


3G ke HSPA akan menyerap biaya
ekonomi yang begitu besar.
Seberapa besar tingkat kecanggihan akan meningkat? HSPA dipush bagaimanapun juga tidak
akan begitu banyak memberikan
peningkatan yang berarti, mungkin 1,4 kali atau 1,3 kali, ujarnya
di sela-sela paparan WiMax Forum di Jakarta pekan lalu.
Werner mengungkapkan harga
untuk upgrade teknologi akses
dari 3G ke HSPA+ lumayan besar
karena ternyata ada perangkat
dari teknologi derivatif code division multiple acccess (CDMA) itu,
di antaranya antena yang juga harus diganti ke multiple input,
multiple output (MIMO).

Pilihan ekonomis
Dia menambahkan pilihan
ekonomis hanya langsung beralih dari 3G ke orthogonal frequency division multiple access
(OFDMA), yaitu LTE jika operator seluler 3G berencana meningkatkan bisnis broadband (pita le-

bar) mereka.
Jadi, lupakan CDMA atau pilihlah teknologi yang memang dikhususkan untuk data [WiMax],
tegasnya.
Werner memperkirakan penggelaran asymmetric digital subscriber line (ADSL) sebagai alternatif perluasan infrastruktur
broadband memakan waktu lama
dan mahal karena banyak kabel
tembaga di Indonesia yang sudah
berusia tua.
Broadband nirkabel lebih menjanjikan karena lebih murah dan
tidak terbatas kapasitasnya. Saat
ini, sejumlah operator seluler 3G
di Indonesia menanam modal
menggelar HSPA dan HSPA+.
Telkomsel, misalnya, tengah
mempercepat target penggelaran
di 25 kota. Tahun ini, Indosat juga menargetkan melayani HSPA
di 26 kota, sementara XL menargetkan HSPA di 25 kota.
GSM Association pada kuartal
I/2010, memproyeksikan Indonesia akan tumbuh 193% dan mampu menjaring 9,3 juta sambungan
Internet pita lebar dari layanan

HSPA hingga akhir tahun ini


dibandingkan dengan 3 juta sambungan pada akhir tahun lalu.
Organisasi itu mengklaim
WiMax tidak memiliki keunggulan mobilitas untuk menyediakan
sambungan broadband hingga ke
desa-desa terpencil di Indonesia.
Sebelumnya, Werner menegaskan Indonesia terancam kehilangan peluang menikmati kontribusi ekonomi dari broadband
jika penggelaran jaringan pita lebar itu terus tertunda karena perdebatan teknologi.
Dia mengungkapkan setiap peningkatan 10% dari penertasi
broadband memberikan dampak
1,21% bagi negara-negara maju
dan 1,38% bagi negara berkembang. Werner menjelaskan pendorong broadband adalah trafik
data yang terus meningkat setiap
saat. Sayangnya, menurut dia,
persepsi broadband di Indonesia
belum sama, karena masih dipersepsikan minimal 256 Mbps,
padahal di dunia rata-rata broadband sudah 1 Gbps. (roni.yunianto
@bisnis.co.id)

(BISNIS/MSU)

RUU Konvergensi akan atur K3


JAKARTA: Kementerian Komunikasi dan
Informatika akan memasukkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang disebut sebagai jaring K3 telekomunikasi ke
dalam Rancangan Undang-Undang Konvergensi.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan kendati telah memasuki tahap finalisasi di kementeriannya, RUU Konvergensi
masih harus melalui proses yang cukup panjang, sehingga masih ada kemungkinan untuk memasukkan aspek K3 telekomunikasi.
Ini [aspek K3 telekomunikasi] masih usulan dari saya, nanti akan disampaikan kepada
menteri, kalau menteri setuju ya bisa dimasukkan, ujarnya kepada Bisnis kemarin.
Gatot menjelaskan ada kemungkinan
untuk memasukkan aspek K3 di dalam RUU
tersebut seperti halnya soal bencana yang
telah dimasukkan di rancangan peraturan
itu. (BISNIS/SEP/ROY)

Telkom bidik Rp12 miliar per bulan dari musik digital


OLEH RONI YUNIANTO
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menargetkan pendapatan bisnis


konten musik digital yang digarap bersama SK Telecom Korea
pada tahun depan sekitar Rp12
miliar per bulan.
Dirut PT Telkom Rinaldi Firmansyah mengatakan pihaknya
memproyeksikan bisnis musik
yang dikelola oleh PT MelOn Indonesia, hasil patungan bersama SK Telecom, akan memberikan arus kas positif pada tahun
ke-3.
Kami harapkan akan mencatat cash flow positif pada tahun
ke-3 [2013]. Pada tahun pertama
kami berharap akan ada 800.000

anggota yang mengunduh [musik digital dari MelOn], ujarnya


di sela-sela peluncuran layanan
download musik tanpa batas
MelOn, kemarin.
MelOn yang saat ini menyediakan 400.000 musik dan lagu
menargetkan menambah sekitar
1 juta musik/lagu lagi baik dari
internasional maupun lokal pada
2011.
Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi dan Suplai Telkom,
menambahkan strategi paket pilihan sesuai dengan keinginan
pengguna dengan harga terjangkau dan sistem paket dengan denominasi per 7 hari, per 15 hari
atau bulananan itu sekaligus
untuk menguji pasar.
Layanan yang membidik pengguna kartu simcard Telkomsel

dan Flexi itu menawarkan download lagu tanpa batas secara


gratis selama sebulan.
MelOn juga memperkenalkan
MelOn player atau aplikasi pemutar lagu yang dapat diunduh
melalui PC di situs http://www.
melon.co.id.
Dengan MelOn player, pengguna bisa melakukan aktivitas pencarian, streaming, download, dan
membuat playlist.
Pasar download lagu masih di
bawah Rp100 miliar, yang jelas
pembedanya adalah kualitas dan
pengalaman. Telkom sendiri menyediakan musik dari layanan
Speedytrek, Fulltrek, LangitMusik [Telkomsel], dan Flexi Musik, tutur Indra.
Manajemen Telkom memperkirakan dari total target 800.000

anggota dan biaya berlangganan


Rp30.000 per bulan maka tahun
depan paling tidak dalam sebulan
dapat meraih pemasukan sekitar
Rp12 miliar.

Tekan pembajakan
Rinaldi menambahkan Telkom
ingin mengambil pelajaran dari
keberhasilan dan rekam jejak
MelOn di bisnis musik digital
Korea Selatan agar prosesnya berjalan efektif dan efisien.
Di Korsel, lanjutnya, pembajakan di industri musiknya juga
tinggi. Namun, SK Telecom dan
MelOn diklaim berhasil mengatasi pembajakan itu dengan layanan yang memungkinkan musik menjadi lebih terjangkau dan
mudah diunduh.
Di sisi lain, tren ke depan toko-

toko cakram digital musik semakin sedikit dan seiring dengan


perkembangan itu, semakin banyak orang yang online.
Budi Setyawan, Chief Financial
Officer PT MelOn Indonesia,
mengatakan tingkat pembajakan
musik di Korsel mencapai 80%
dan di Indonesia mencapai 94%,
tetapi Korsel telah berhasil menekan pembajakan jadi 60%.
Menurut Budi, pada tahun lalu
MelOn di Korsel telah meraup
pendapatan Rp1 triliun dari bisnis musik.
Menurut rencana, layanan
yang dapat diakses dengan berbagai jenis handset standar open
mobile alliance itu akan dikembangkan untuk dapat diakses lewat peranti Blackberry yang diluncurkan pada kuartal I/2011.

Anda mungkin juga menyukai