Bisnis 2010-12-03 143
Bisnis 2010-12-03 143
TEKNOLOGI INFORMASI
i3
SOSOK
Fokus kembangkan
teknologi baru
OLEH SEPUDIN ZUHRI
Bisnis Indonesia
KLIK
Cloud computing belum booming
SINGAPURA: Tren komputer awan (cloud
computing) diperkirakan belum mencapai
masa booming di Indonesia pada tahun
depan.
Arry Ahmad Arman, Peneliti Sharing
Vision, mengatakan pemahaman terhadap
komputer awan di Tanah Air hingga kini
relatif belum merata, sehingga menyulitkan
sosialisasi mengenai layanan tersebut.
Cloud computing itu bicara layanan yang
tidak terlihat. Anda beli jasa itu, tetapi wujudnya tidak ada di kantor Anda, katanya di
sela-sela Sharing Vision: Visiting World
Class Data Center di Royal Plaza on Scotts,
Singapura, kemarin.
Komputasi awan memungkinkan semua
layanan berbasis peranti lunak diakses oleh
pengguna tanpa perlu instalasi ataupun
pemeliharaan berkala, karena layanan dan
data disimpan dalam server vendor.
PONSEL ANDROID
ACER: Seorang model
memperlihatkan produk
ponsel Acer Smart pada
roadshow di Istana Plasa
Bandung, Jabar, kemarin.
Acer fokus menggarap
ponsel berbasis Android
tersebut hingga akhir tahun
mengingat pasar handset
dengan sistem operasi itu
tumbuh pesat hingga
mencapai 15.000 aplikasi
per bulan.
BISNIS/LUKMAN GUSMANTO
JAKARTA: Investasi
teknologi high speed
packet access (HSPA)
diperkirakan masih mendominasi dalam 5 tahun
ke depan meski perhatian terhadap teknologi
pita lebar long term evolution (LTE) semakin
tinggi.
Julien Grivolas, Analis dari
lembaga riset Ovum, mengatakan
perhatian terhadap LTE akan besar, tetapi faktanya HSPA saat ini
merupakan teknologi yang sudah
maju dengan infrastruktur dan
ekosistem perangkat yang matang.
Kami perkirakan LTE akan
benar-benar take off pada 2012.
HSPA tidak akan ketinggalan dan
operator seluler tidak akan berpaling dalam waktu dekat. Teknologi ini berlanjut dan operator
akan tetap melakukan penyempurnaan pada jaringan mereka selama masuk dalam hitungan ekonomis, ujarnya, Rabu.
Menurut Grivolas, keunggulan
lain HSPA adalah adanya tahapan
penyempurnaan HSPA+, yang
tengah dibangun dalam volume
besar, bahkan terbesar yang pernah ada pada tahun ini dan akan
terus meningkat.
HSPA+ dan penyempurnaan
ke depannya diklaim akan memadai bagi banyak kebutuhan
operator dalam 5 tahun ke depan.
Analis independen memperkirakan konektivitas HSPA akan
menyentuh 1,87 miliar pada 2015
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 46% per tahun.
Pangsa teknologi dari konektivitas berkecepatan tinggi itu
diprediksi juga meningkat pesat
dari 31% pada 2009 menjadi
59% pada 2015. Adapun, proporsi dari total koneksi global itu
akan tumbuh dari 4% pada 2009
menjadi 25% pada 2015.
Di Asia Pasifik, koneksi HSPA
akan menyentuh lebih dari 829
juta sambungan, sedangkan LTE
hanya akan mencapai hit lebih
dari 121 juta. Kebanyakan koneksi LTE di Asia berlokasi di pasar
negara maju seperti di area perkotaan utama di Jepang, Korea
Selatan, dan China.
Di sisi lain, HSPA/HSPA+
diyakini tetap menjadi teknologi
akses yang paling banyak digunakan untuk mobile Internet di
Asia, terutama di negara-negara
berkembang karena skala ekonomi dari teknologi yang semakin
matang.
Berdasarkan laporannya, Ovum
memposisikan LTE sebagai teknologi yang akan dominan pada
masa depan, tetapi HSPA tidak akan
hilang dan banyak operator tidak
akan terburu-buru bermigrasi.
Grivolas mengatakan HSPA+
dan evolusi penyempurnaannya
tidak akan dianggap sebagai pesaing bagi LTE, tetapi justru sebagai teknologi pelengkap.
Dia mencontohkan di Australia, operator Telstra yang telah
menggelar layanan HSPA+ dengan kecepatan 42 megabit per
second (Mbps) melihat banyaknya peluang dalam menjaga penyempurnaan performansi jaringan HSPA NextG mereka.
Seiring dengan langkah itu,
operator tersebut juga menyiapkan LTE sebagai pelengkap solusi
hotspot saat frekuensi tersedia.
Hebatnya, ketersediaan spektrum tentu saja menjadi isu yang
akan memengaruhi kekuatan
kesuksesan komersial dari LTE,
mengingat faktor ketersediaan
frekuensi adalah fundamental
untuk peluncuran layanan, tutur
Grivolas.
Namun, menurut Werner Sutanto, Managing Director WiMax
Program Intel Corporation untuk
HSPA
LTE
2010
151.299
116
2011
257.873
954
Sumber: Ovum
BISNIS/T. PURNAMA
Pilihan ekonomis
Dia menambahkan pilihan
ekonomis hanya langsung beralih dari 3G ke orthogonal frequency division multiple access
(OFDMA), yaitu LTE jika operator seluler 3G berencana meningkatkan bisnis broadband (pita le-
bar) mereka.
Jadi, lupakan CDMA atau pilihlah teknologi yang memang dikhususkan untuk data [WiMax],
tegasnya.
Werner memperkirakan penggelaran asymmetric digital subscriber line (ADSL) sebagai alternatif perluasan infrastruktur
broadband memakan waktu lama
dan mahal karena banyak kabel
tembaga di Indonesia yang sudah
berusia tua.
Broadband nirkabel lebih menjanjikan karena lebih murah dan
tidak terbatas kapasitasnya. Saat
ini, sejumlah operator seluler 3G
di Indonesia menanam modal
menggelar HSPA dan HSPA+.
Telkomsel, misalnya, tengah
mempercepat target penggelaran
di 25 kota. Tahun ini, Indosat juga menargetkan melayani HSPA
di 26 kota, sementara XL menargetkan HSPA di 25 kota.
GSM Association pada kuartal
I/2010, memproyeksikan Indonesia akan tumbuh 193% dan mampu menjaring 9,3 juta sambungan
Internet pita lebar dari layanan
(BISNIS/MSU)
Tekan pembajakan
Rinaldi menambahkan Telkom
ingin mengambil pelajaran dari
keberhasilan dan rekam jejak
MelOn di bisnis musik digital
Korea Selatan agar prosesnya berjalan efektif dan efisien.
Di Korsel, lanjutnya, pembajakan di industri musiknya juga
tinggi. Namun, SK Telecom dan
MelOn diklaim berhasil mengatasi pembajakan itu dengan layanan yang memungkinkan musik menjadi lebih terjangkau dan
mudah diunduh.
Di sisi lain, tren ke depan toko-