Anda di halaman 1dari 21

Modul Fisika: Listrik Dinamis

III. PEMBELAJARAN 2

Listrik Dinamis
Sebuah lampu ketika dinyalakan, maka filament kawat dalam bola lampu terhubungkan ke suatu
beda potensial yang menyebabkan muatan listrik mengalir pada kawat, yang analogi dengan beda
tekanan dalam pipa air yang menyebabkan air mengalir melalui pipa. Aliran muatan listrik
merupakan suatu arus listrik. Arus listrik tidak hanya terjadi dalam kawat penghantar saja seperti
yang biasa dikenal, tetapi arus listrik juga mengalir melalui medium yang lain. Contohnya berkas
elektron yang mengalir dari "electron gun" menuju ke layar dalam sebuah tabung sinar katoda,
seperti pada monitor, atau suatu berkas ion-ion bermuatan dari pemercepat partikel. Dalam kegiatan
belajar ini, akan mendefinisikan arus listrik dan menghubungkannya dengan gerak partikel-partikel
bermuatan, pembahasan resistansi listrik dan hukum ohm, serta meninjau aspek-aspek energi dari
arus listrik.

1. Arus Listrik dan Kerapatan Arus


Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan penampang
lintang. Arah arus listrik diperjanjikan sebagai arah gerakan muatan positif. Jika pada suatu
penampang konduktor lewat muatan positif 10 C ke kanan dan muatan negatif 20 C ke kiri, maka
dikatakan pada penampang tersebut lewat muatan positif sebesar 30 C ke kanan. Bentuk sederhana
pernyataan matematis dari definisi arus dituliskan sebagai:
Q
(1)
t
tetapi dengan mempertimbangkan besaran-besaran dalam media transmisi (kawat penghantar) dan
besaran-besaran gerak lainnya, maka perhatikan suatu konduktor dengan luas penampang A yang
dikenai medan listrik E (seperti Gambar 1.). Karena medan listrik E ke arah kanan maka
menyebabkan muatan-muatan positif dalam konduktor bergerak ke kanan dengan kecepatan v. Bila
dalam selang waktu dt telah mengalir melewati luasan A sejumlah muatan positif sebesar dQ, maka
dQ adalah jumlah muatan total yang terdapat di dalam tabung bervolume (A.v.dt), dengan v adalah
kecepatan rata-rata partikel pembawa muatan.
i=

II.1

Modul Fisika: Listrik Dinamis

Segmen dari sebuah kawat penghantar arus listrik.


Gambar 1.
Bila jumlah partikel persatuan volume n, dan muatan tiap-tiap partikel q, maka dQ = A.v.dt.n.q.
Kuat arus i yang didefinisikan sebagai jumlah muatan positif yang lewat penampang dalam satu
satuan waktu adalah:

i=

dQ
= Avnq
dt

(2)

Bila satuan muatan adalah coulomb, dan satuan waktu adalah detik, maka satuan arus listrik disebut
ampere (A). Kalau muatan yang lewat terdiri dari bermacam-macam partikel dengan jumlah
partikel persatuan volume, kecepatan, dan muatan yang berlainan, maka

dQ = Adt(n1v1q1 + n2v2q2 + ...) dan


dQ
i=

= Ani v iqi

(3)

dt

Rapat arus J didefinisikan sebagai kuat arus i dibagi luas penampang A, yaitu

J=

i
A

(4)

CONTOH 1
Pada suatu konduktor mengalir arus sebesar 1 A. Berapa coulomb muatan listrik dan berapa
elektron yang mengalir dalam konduktor selama 1 menit?
Penyelesaian
Dari definisi arus (Pers. 1) didapatkan besarnya muatan listrik yang mengalir selama 1 menit (60
sekon):

i=

Q = i x t = 1 x 60 = 60 C

t
II.2

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Satu muatan elektron sama dengan satu muatan dasar, sehingga

Q
Q = ne n =
e

60 C
=

19

1,6 x10 C

n = 3,75 x1020 buah

CONTOH 2
Dalam suatu berkas elektron, terdapat 5 x 106 elektron per sentimeter kubik. Misalkan energi
kinetik masing-masing elektron sebesar 10 keV dan berkas berbentuk silinder dengan diameter
1 mm. (a). berapakah kecepatan elektron?, (b). carilah arus berkas elektron?

Penyelesaian
(a). Kecepatan elektron dapat dihitung dari besarnya energi kinetik masing-masing elektron.

Ek =

mv 2 1 eV =1,6 x 1019
v

= 2Ek

, melektron = 9,1x 1031 kg

m
2.(10.10 31,6x1019 )
0,3510 31
2

16

v= =

9,1 x 10 v = 0,5910 8 m/s


(b). Besarnya arus dihitung menggunakan Pers.(2) i =

Avnq, A luas penampang = r2 n rapat


muatan persatuan volume

i = Avnq =(r 2 )vnq

i = 1023 (0,59108 )510106 6 (1,61019 )

i = 3,7105 A

II.3

Modul Fisika: Listrik Dinamis

2. Konduktivitas dan Resistivitas


Kuat medan listrik yang dikenakan pada kawat konduktor (Gambar 1) umumnya disebabkan oleh
adanya beda potensial antara kedua ujung konduktor. Misalkan ada dua jenis bahan (tembaga dan
besi) yang mempunyai luas penampang dan panjang yang sama serta diberi beda potensial yang
sama pada kedua ujung bahan tadi, maka kemungkinan kedua bahan tersebut mengalirkan arus
listrik yang berbeda besarnya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua bahan tersebut mempunyai sifat
penghantaran listrik yang tida sama. Untuk membedakan sifat penghantar arus listrik dari
bahanbahan, didefinisikan pengertian konduktivitas listrik sebagai perbandingan antara rapat
arus J dengan kuat medan listrik E yang menimbulkan arus, yaitu:

=
(5)

E
dV

Karena E = dan J =

, maka dx

dV
i = JA = AE =A
dx

i dx =A dV

(6)

Bila kawat mempunyai panjang L dengan beda potensial antara kedua ujung kawat adalah V ab dan
konstan, maka dengan mengintegrasi Pers.(6) didapatkan:
L
Vab = i
A
dengan besarnya L, A, dan konstan maka bila Vab diperbesar akan mengalirkan arus I yang besar
dan sebaliknya, sehingga (L / A) yang merupakan karakteristik kawat yang disebut hambatan
listrik/resistansi dari kawat tersebut, dan diberi notasi R,

L
R=

(7)

A
II.4

Modul Fisika: Listrik Dinamis


dan

ab

= iR
(8)

Persamaan (8) inilah yang disebut dengan Hukum Ohm. Bila arus i dalam ampere, beda potensial V
dalam volt, maka hambatan listrik tersebut dinyatakan dalam ohm (). Satuan konduktivitas
adalah 1/ m atau mho/m.

Kebalikan dari konduktivitas didefinisikan sebagai resistivitas ,

sehingga =1/ dengan satuan .m (ohm.m). Jadi hambatan listrik dari kawat yang panjang L,
luas penampang A, dan resistivitas adalah:

R =

L
A

(9)

CONTOH 3
Suatu kawat nikron (resistivitas 10-6 .m) memiliki jari-jari 0,65 mm. Berapakah panjang kawat
yang dibutuhkan untuk memperoleh resistansi 2,0 ?

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (9), dapat kita
peroleh: 4
2L
RA
(2)(3,14)

(6,5x10 m)

R = -- L =

=
6

= 2,66m

10 .m

CONTOH 4
Hitung /A dalam ohm per meter untuk kawat tembaga gauge-14, yang berdiameter d = 1, 63
mm.
Penyelesaian:
Luas penampang lintang kawat gauge-14 adalah

A=

d 2 (0.00163 m) 2
=
= 2,1x10
4

Sehingga

1,7 x108 .m

II.5

Modul Fisika: Listrik Dinamis

2,1 x 10 m

=8,1 x 10 / m

Di alam tidak semua bahan mempunyai resistivitas yang selalu memenuhi hukum Ohm, yang
bersifat linier antara hubungan beda potensial dan arus listrik. Suatu konduktor yang memenuhi
Persamaan (8) disebut konduktor linier/ bahan ohmik atau konduktor yang memenuhi hukum ohm.
Hal ini secara grafik ditunjukkan pada Gambar 2(a). Disamping konduktor yang memenuhi hukum
ohm, ada juga konduktor yang tak linier, misalnya konduktor dari tabung vakum (Gambar 2(b))

Gambar 2. Grafik hubungan antara I (arus) dan V (tegangan).

3. Energi dalam Rangkaian Listrik


Beda potensial yang diberikan pada suatu rangkaian listrik berhubungan dengan energi potensial
listrik yang didapatkan dari sumber energi listrik. Perubahan energi potensial menunjukkan kerja
yang dilakukan untuk memindahkan partikel bermuatan dalam rangkaian. Berapa besarnya kerja
yang telah dilakukan tersebut? Perhatikan suatu "kotak" yang merupakan sebagian dari rangkaian
listrik (Gambar 3).

Gambar 3. Kotak hitam yang mewrupakan sebagian dari rangkaian listrik


Arus i masuk ke-kotak pada tegangan Va dan keluar dari kotak pada tegangan V b (Va > Vb), sehingga
terjadi aliran muatan dari a ke b. Dalam waktu dt muatan yang masuk pada jepitan a adalah dq (dq =
i dt), dan dalam waktu yang sama muatan yang keluar dari b adalah dq juga. Jadi dalam waktu dt
ada perpindahan muatan dq adalah Va ke potensial Vb. Muatan dq ini kehilangan energi potensial
listrik sebesar dW, dan

II.6

Modul Fisika: Listrik Dinamis


dW = dq ( Va Vb ) = i dt Vab

(10)

Daya yang dihasilkan oleh perpindahan muatan tersebut,

dW
P=

= i Vab

(11)

dt
Bila di dalam kotak hitam ada suatu hambatan listrik sebesar R, maka
P = i2 R
(12)
atau
2

P=

Vab
R

(13)

Tenaga diberikan oleh perpindahan muatan tersebut seluruhnya diubah menjadi panas, sehingga
panas yang timbul dalam hambatan R persatuan waktu adalah i 2 R. Energi ini disebut dengan energi
yang hilang atau energi dissipasi.

CONTOH 5
Kawat pemanas terbuat dari campuran nikron ( N i Ci ) panjangnya 10 m dan mempunyai
hambatan 24 ohm, dibuat kumparan untuk suatu alat pemanas listrik. Berapakah daya yang
dihasilkan bila kedua ujung kumparan tersebut dihubungkan pada jaringan listrik dengan beda
potensial 110 volt ? Bila kawat kumparan diputus di tengah-tengah, dan salah satu dari
kumparan setengah panjang ini dihubungkan dengan beda potensial 110 volt. Berapakah daya
yang dihasilkan kawat sekarang ?.

Penyelesaian: untuk kumparan yang utuh :

P=

ohm

V2
=

(110 V)

= 504 watt. R

Untuk

satu

setengah panjang : 2

24

kawat
2

(110 V)

P=
1008 watt. R

=
12 ohm

II.7

Modul Fisika: Listrik Dinamis

Dapatkah kita potong terus menerus kawat tersebut untuk mendapatkan daya yang lebih tinggi ?

4. Gaya Gerak Listrik (GGL) dan Baterai


Untuk memperoleh arus yang konstan dalam konduktor, diperlukan sumber penghasil energi listrik
yang konstan. Alat yang menyalurkan energi listrik disebut sumber gaya gerak listrik atau
disingkat sumber ggl (atau EMF electromotive force). Sumber ggl mengubah energi kimia, energi
mekanik atau bentuk energi lainnya menjadi energi listrik. Contohnya adalah baterai yang
mengubah energi kimia menjadi energi listrik dan sebuah generator yang mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik.
Sumber ggl melakukan kerja pada muatan yang melewatinya dengan meningkatkan energi potensial
muatan. Kerja per satuan muatan disebut ggl () sumber. Ketika muatan Q. Satuan ggl adalah volt,
sama seperti satuan untuk beda potensial. Suatu baterai ideal adalah sumber ggl yang menjaga beda
potensialnya tetap antar kedua terminalnya, tidak bergantung pada laju aliran muatan antara mereka.
Beda potensial antar terminal baterai ideal besarnya sama dengan ggl baterai.
Suatu baterai mempunyai EMF 6 volt. Untuk setiap coulomb yang keluar dari baterai (ketika baterai
dilucuti "discharging"), baterai tersebut mengubah 6 joule energinya menjadi energi listrik. Jadi
untuk suatu muatan sebesar dq yang dikeluarkan sumber dalam waktu dt, tenaga yang diubah
menjadi tenaga listrik adalah dW sehingga EMF ,
=

dW
(14)

dq
dan daya yang dikeluarkan sumber EMF,
P=

dW
dq
= i
=
dt
dt

(15 )

Perhatikan suatu rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (,r) dan hambatan luar R (Gambar
4).

II.8

Modul Fisika: Listrik Dinamis

(, r)
i

Gambar 4. Rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (,r) dan hambatan luar R.
Diperjanjikan arah EMF di dalam sumber adalah dari kutub negatip ke kutub positip, sedangkan
diluar sumber dari kutub positif menuju kutub negatif. Panas yang dalam hambatan R persatuan
waktu adalah (r i2), sedang tenaga yang diubah menjadi tenaga listrik persatuan waktu adalah ( I).
Jadi
i = R i2 + r i2

(16)

atau

i =
(17)

R+r
Tegangan Vab sepanjang R disebut tegangan jepit yang besarnya
Vab = Va - Vb = i R

(18)

Suatu rangkaian tertutup yang satu sumber EMF (,r) berupa baterai dan sebuah motor yang
dihubungkan seri dengan hambatan luar R (Gambar 5).

(, r)
i

+
(, r)

Gambar 5. Rangkaian tertutup yang satu sumber EMF ( , r ) berupa baterai


dan sebuah motor yang dihubungkan seri dengan hambatan luar R.
Pada sumber EMF berupa baterai muatan yang bergerak menghasilkan daya listrik dari baterai, pada
motor dihasilkan daya mekanis, dan pada hambatan-hambatan r, r, dan R daya panas. Jadi bila ( I)
adalah daya mekanis yang timbul pada motor, maka daya yang dikeluarkan oleh sumber EMF baterai
i = R i2 + r i2 + r i2 + i
(18)
II.9

Modul Fisika: Listrik Dinamis


dan arus yang mengalir dalam rangkaian

- '
i =

=
(19)

R + r + r'

CONTOH 6
Sebuah resistansi 11 dihubungkan ke sebuah baterai yang memiliki ggl 6 V dan resistansi
internal (hambatan dalam) 1 . Tentukan: a. Arus
b. Tegangan terminal baterai
c. Daya yang dihantarkan oleh ggl
d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal.
Penyelesaian:
a. Dari Persamaan 16, arus

I=

6V
=
= 0,5 A R + r
(11+1)

b. Tegangan baterai

Va Vb = Ir = 6V (0,5 A)(1) = 5,5V


c. Daya yang dihantarkan oleh sumber ggl

P =I = (6V)(11) = 3W
d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal

I 2R = (0,5 A)2 (11) = 2,75W


5. Rangkaian Arus Searah
Dalam kegiatan belajar ini, akan dianalisa beberapa rangkaian sederhana yang terdiri dari baterai,
hambatan (resistor) dan kapasitor dalam berbagai kombinasi dengannya kita akan memperoleh nilai
V dan I dan nilai lain yang diperoleh dari rangkaian tersebut. Rangkaian demikian disebut dengan
rangkaian arus searah (DC), karena arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut selalu memiliki
arah yang sama.

a. Kombinasi Resistor
Kombinasi Seri

II.10

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan yang sama harus
mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu terhubungkan secara seri. Resistor R 1 dan
R2 pada Gambar 6.a merupakan contoh resistor yang dihubungkan seri. Karena muatan tidak
terkumpul pada satu titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan Q mengalir ke
R1 selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan Q harus mengalir keluar R 2 selama interval
waktu yang sama. Kedua resitor haruslah membawa arus I yang sama. Kita sering menyederhanakan
analisa rangkaian dari resistor yang tersusun secara seri dengan menggantikan resitor tersebut
dengan resistor tunggal ekivalen Req yang memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika
membawa arus I yang sama (lihat Gambar 6.b). Tegangan jatuh pada R 1 adalah IR1 dan yang jatuh
pada R2 adalah IR2.
Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah sama jumlah tegangan jatuh pada masing-masing resitor:
V = IR1 + IR2 = I (R1 + R2)
(20)
Dengan membuat tegangan jatuh sama dengan IReq, maka diperoleh:
Req = R1 + R2
(21)
Jadi, resitansi ekivalen untuk resistor yang tersusun seri adalah penjumlahan resistansi awal. Ketika
terdapat lebih dari dua atau lebih resistor yang disusun secara seri, resistansi ekivalennya adalah:
Req = R1 + R2 + R3 + . . .

(22)

Gambar 6.(a) Dua resistor disusun seri membawa arus yang sama.
(b) Resistor-resistor pada (a) dapat digantikan oleh resistor ekivalen R eq = R1 + R2 yang memberikan
tegangan jatuh total yang sama ketika membawa arus yang sama seperti dalam (a)

Resistor Paralel
Dua resistor yang dihubungkan seperti dalam Gambar 7.a sedemikian rupa sehingga memiliki beda
potensial yang sama antara keduanya yang dikatakan bahwa mereka dibungkan secara paralel. Catat
bahwa resistor-resistor dihubungkan pada kedua ujungnya dengan sebuah kawat. Misalkan I adalah
arus dari titik a ke b. Pada titik a arus terpecah menjadi dua bagian, I 1 dalam resistor R1 dan I2 dalam
resistor R2. Arus total adalah jumlah arus-arus tadi:
II.11

Modul Fisika: Listrik Dinamis

I = I 1 + I2
(23)
Misalkan V = Va Vb adalah tegangan jatuh pada kedua resistor. Dalam bentuk arus resitansi,
V = I1 R 1 = I 2 R 2
(24)
Resistansi ekivalen dari kombinasi resistor paralel didefinisikan sebagai resitansi R eq tersebut, di
mana arus total I menghasilkan tegangan jatuh V (Gambar 7.b),
V
Req =
(25)
I
Dengan memecahkan Persamaan ini untuk I dan dengan menggunakan I = I1 + I2, kita dapatkan
V
I=

= I1 +I2
(26)

R eq
Tetapi menurut Persamaan 24, I1 = V/R1 dan I2 = V/R2. Persamaan 26 lalu dapat ditulis menjadi:
V
I=

V
=

V
+
(27)

Req

R1

R2

Resistansi ekivalen untuk dua resistor paralel dengan demikian dapat ditulis menjadi:
11
=

1
+
(28)

Req R1

R2

Hasil ini dapat diperluas untuk beberapa kombinasi resistor lebih dari dua buah yang disusun secara
paralel, sehingga Persamaan umumnya dapat ditulis menjadi:

II.12

Modul Fisika: Listrik Dinamis


1
1
1
1
= +
+
+. . .
Req R1 R2 R3

(29)

Gambar 7. (a) Dua resistor disusun parallel (b) resitor ekivalen Req dari susunan (a)
CONTOH 7
Resistor 4 dan 6 disusun paralel tampak pada Gambar 8, dan dikenakan beda potensial 12 V
pada kombinasi tersebut.
Tentukan:
a. resistansi ekivalen
b. arus total
c. arus pada masing-masing resistor
d. daya yang didisipasi oleh masing-masing resistor.

I2

12V

I1

Gambar 8. Dua resistor disusun secara paralel pada suatu beda potensial 12 V
Penyelesaian
a. Pertama, kita hitung resistansi ekivalen dari Persamaan 29,
1 1
=

1
+

3
=

2
+

5
=

Req 4 6 12 12 12

Req =

= 2,4

b. Sehingga arus totalnya: I =

V 12V
=

= 5A Req

2,4

II.13

Modul Fisika: Listrik Dinamis


c. Kita peroleh arus pada masing-masing resistor dari fakta bahwa tegangan jatuhnya adalah 12
V pada masing-masing resistor (Persamaan 24). Dengan menyebut arus pada resistor 4
dengan I1, dan pada resistor 6 dengan I2, kita dapatkan
V = I1R1 = I1(4) = 12V
12V 12V
I1 =
I2 =
= 2A

= 3A

dan

4 6
d. Daya yang didisipasikan dalam resistor 4 adalah:
P = I2R = (3A)2 (4) = 36 W
Daya yang didisipasikan dalam resistor 6 adalah:
P = I2R = (2A)2(6) = 24 W
Daya ini berasal dari sumber ggl yang menjaga beda potensial 12 V pada kombinasi resistor.
Daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan arus 5 A pada 12 V adalah :
P = IV = (5A)(12V) = 60 W

CONTOH 8
Tentukan resistansi ekivalen antara titik a dan b untuk kombinasi resistor yang ditunjukkan oleh
Gambar 9.

Gambar 9.Jaringan resistor untuk contoh soal 2.2


Penyelesaian:
Untuk mengerjakan permasalahan di atas maka kita harus dapat menyederhanakan dulu

II.14

Modul Fisika: Listrik Dinamis


rangkaian pada Gambar 9 menjadi Gambar 10.a, 10.b, dan 10.c. Sehingga diperoleh:

Gambar 10.Rangkaian penyederhanaan dari


gambar 9

1
1
1
3
1
4
= +
=
+
=
(Gambar 10.a)
R' eq 4 12 12 12 12
R'eq

R '' eq = 5 + R ' eq = 5 + 3 = 8 (Gambar 10.b)


11
'''

= 24 + R''eq = 24 + 8 = 24 (Gambar 10.c)

R eq
R'''eq =

= 6

Jadi resistansi ekivalen antara titik a dan b adalah 6

5. Hukum Kirchhoff
Pada Gambar 11 memberikan satu contoh dari rangkaian. Kedua resistor R 1 dan R2 pada rangkaian
ini terlihat seperti dihubungkan secara paralel, padahal tidak demikian. Tegangan jatuh pada kedua
resistor tersebut tidaklah sama, karena adanya ggl (gaya gerak listrik) 2 yang diserikan dengan R2.
Juga karena arus yang mengalir pada R 1 dan R2 tidaklah sama, maka R1 dan R2 juga tidak dapat
dikatakan dirangkai secara seri.

R2
1

R1

+
-

2
R3

II.15

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Gambar 11. Suatu contoh rangkaian sederhana yang tidak bisa dianalisa dengan mengganti kombinasi
resitor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.
Ketika suatu rangkaian tidak dapat dibentuk menjadi rangkaian sederhana dengan kombinasi seri
dan/ atau paralel untuk menentukan arus yang mengalir dalam rangkaian, maka dapat digunakan
hukum-hukum yang dikemukakan oleh G.R. Kirchhoff (18241887). Hukum Kirchhoff merupakan
aplikasi sederhana dari hukum kekekalan momentum dan energi. Ada dua hukum yang berlaku bagi
rangkaian yang memiliki arus tetap (tunak) kedua hukum ini yaitu:
1. Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol.
2. Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
Hukum pertama Kirchhoff juga bisa disebut hukum simpal, karena pada kenyataannya beda
potensial di antara dua titik dalam satu rangkaian pada keadaan tunak selalu konstan. Hukum ini
didasarkan pada kekekalan energi.
Hukum kedua Kirchhoff, dikenal dengan hukum percabangan, karena hukum ini memenuhi
kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian multisimpal yang mengandung titik-titik
percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada
setiap titik dalam rangkaian, dengan demikian jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dalam jumlah yang sama.
I2
I1

I3

Gambar 12. Ilustrasi dari hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I1 yang mengalir melalui
titik a sama dengan jumlah I2 + I3 yang mengalir keluar dari tiik a.
Gambar 12 menunjukkan suatu titik percabangan dari 3 buah kawat yang dialiri arus I 1, I2, dan I3.
Dalam rentang waktu t, muatan I1t mengalir melalui titik percabangan dari arah kiri. Dalam
rentang waktu t juga, muatan I2t dan I3t bergerak kearah kanan meninggalkan titik percabangan.
Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan dan tidak juga menumpuk pada titik
tersebut dalam keadaan tunak, dengan demikian muatan akan terkonversi dititik percabangan
tersebut yaitu:
I1 = I 2 + I 3
(30)

Gambar 13 memperlihatkan sautu rangkaian yang terdiri dari 2 buah baterai dengan hambatan dalam
r1 dan r2 beserta 3 buah resistor luar. Kita mengharapkan dapat menentukan arus yang mengalir
dalam rangkaian tersebut sebagi fungsi dari ggl dan hambatan, yang kita anggap nilainya telah
diketahui. Kita tidak dapat memperkirakan arah arusnya kecuali kita telah mengetahui baterai mana
yang memiliki nilai ggl terbesar, namun sebenarnya kita tidak perlu mengetahui arah arus dalam
II.16

Modul Fisika: Listrik Dinamis


rangkaian untuk menganalisisnya. Kita dapat
menganggap arus mengalir ke arah mana saja, dan
memecahkan persoalan tersebut berdasarkan suatu
asumsi. Jika asumsi kita salah, kita akan memperoleh
nilai arus yang negatif, yang menandakan bahwa arah
arus sebenarnya berlawanan arah dengan asumsi
semula.

R1

r2

R2
2

r1

Gambar 13. Rangkaian berisi dua baterai dan tiga


resistor eksternal tanda plus minus pada reistor
digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada
tiap resistor yang berada pada potensial lebih tinggi
untuk arah arus yang diasumsikan.

R3

Dengan menganggap bahwa arus I mengalir searah jarum jam, seperti yang terlihat pada gambar,
maka dengan menggunakan hukum pertama Kirchhoff saat kita melintas simpal dengan arah yang
telah diasumsikan semula berawal dari titik a. Tinggi rendahnya potensial pada sisi resistor untuk
arah yang dipilih ditandai dengan tanda plus dan minus pada gambar. Turun naiknya potensial
dipelihatkan pada Tabel 1. Perhatikan bahwa potensial turun saat kita melintasi sumber ggl pada titik
c dan d dan potensial naik saat kita melintasi sumber ggl antara f dan g. Mulai dari titik a dengan
menerapkan hukum Kirchhoff 1, kita peroleh:
-IR1 IR2 2 Ir2 IR3 + 1 Ir1 = 0
31)
dengan demikian untuk arus I kita
peroleh:
I=

(32)
R 1 + R 2 + R 3 + r1 + r 2
Tabel 1. Perubahan potensial antara titik yang ditandai
pada rangkaian dalam Gambar 8
ab
bc
cd
de
ef

Berkurang IR1
Berkurang IR2
Berkurang 2
Berkurang Ir2
Berkurang IR3
II.17

Modul Fisika: Listrik Dinamis


fg
gh

Bertambah 1
Bertambah Ir1

Ingat bahwa jika 2 lebih besar daripada 1, kita peroleh nilai negatif untuk arus I, yang menunjukkan
bahwa kita telah mengasumsikan arah I yang salah. Yaitu, jika 2 lebih besar daripada 1, arus akan
berlawanan dengan arah jarum jam.
Kita dapat menghitung keseimbangan energi dalam rangkaian ini dengan menyusun kembali
Persamaan 21 dan mengalikan setiap terminal dengan I:
1I = 2I + I2R1 + I2R2 + I2r2 + I2R3 + I2r1
(33)

Suku 1I adalah laju di mana baterai 1 menimbulkan energi ke dalam rangkaian. Energi ini berasal
dari energi kimia internal baterai. Suku 2I adalah laju di mana energi listrik diubah menjadi energi
kimia dalam baterai 2. Suku I2R1 adalah laju di mana panas joule dihasilkan dalam resistor R 1.
Dengan cara yang sama, suku-suku untuk resistansi lainnya memberikan laju pemanasan joule di
dalamnya.
CONTOH 9
Suatu baterai dengan = 20 volt, r = 0,5 ohm, dihubungkan seri dengan suatu motor yang
bekerja pada tegangan EMF = 12 volt (ini bukan tegangan jepit motor) dan hambatan dalam
motor r = 1 . Kawat-kawat penghantar
memberikan hambatan luar R = 2,5 ohm
(Gambar 14). a. Berapa besar arus yang
mengalir ?.
b. Berapa tegangan jepit baterai Vab ,
tegangan jepit motor Vac , tegangan jepit
hambatan luar R,
Vcb ?.
c. Berapa besar panas yang timbul dalam
baterai, kotor dan hambatan R dalam
selang waktu t = 1 detik ?
d. Berapa kerja listrik yang dihasilkan baterai
dan kerja mekanis yang dihasilkan motor?

Gambar 14. Rangkaian tertutup yang satu sumber


EMF ( , r ) berupa baterai dan sebuah motor yang
dihubungkan seri dengan hambatan luar R.
Penyelesaian
a. Arus yang mengalir dalam rangkaian :

II.18

Modul Fisika: Listrik Dinamis

- ' 20 - 12 i = = Amp = 2 Amp.


R + r + r'

2,5 + 0,5 + 1

b. Tegangan jepit baterai :


Vab = ( 20 2 x 0,5 ) volt = 19 volt.
Tegangan jepit motor :
Vac = ( 12 + 2 x 1 ) volt = 14 volt
Tegangan jepit hambatan luar R :
Vcb = 2 x 2,5 volt = 5 volt
c. Selama 1 detik panas yang timbul,
dalam baterai
: W1 = i2 r t = 22 x 0,5 x 1
Joule = 2 Joule,
dalam motor
: W2 = 22 x 1 x 1 = 4 Joule
dalam
2
hambatan luar R : W3 = 2 x 2,5 x 1 = 10 Joule
d. Kerja listrik yang dihasilkan baterai selama 1 detik :
Wo = 20 x 2 x 1 Joule = 40 Joule
Kerja mekanis yang dihasilkan motor :
W4 = 12 x 2 x 1 = 24 Joule

CONTOH 10
Gambar 15 menunjukkan suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua loop. Besar hambatan
luar, hambatan dalam, dan sumber-sumber EMF ditunjukkan pada gambar. Tentukan besar dan
arah arus yang melewati R1 , R2 , dan R3.

i2

i3

R3 =4

i1

2 =12V , r2 =0

R2 =3

R1 =5

1 =20V , r1 =0

Gambar 15. Rangkaian perhitungan menggunakan hukum Kirchhoff 1 dan 2


dalam contoh soal 2.4
Penyelesaian
Misalkan arah arus dan arah loop seperti ditunjukkan pada gambar.
II.19

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Loop I : 1 - i1 R1 + i2 R2 = 0 atau
20 5 i1 + 3 i2 = 0
(a)
Loop II

: -1 - i2 R2 - i3 R3 = 0 atau
-12 3 i2 - 4 i3 = 0
(b) dan dari hukum Kirchhoff I, i di titik d

adalah nol, yaitu


i1 + i2 - i3 = 0
(c )
Dari Persamaan (a), (b), dan (c ) dapat dicari i 1 , i2 , i3 yaitu i1 = 2,213 A, i2 = 2,979 A, dan i3 =
2,766 A.
Tanda negatif untuk i2 dan i3 berarti bahwa arah arus sebenarnya melawan arah arus pada Gambar
1

II.20

Modul Fisika: Optika Terapan

VII.1

Anda mungkin juga menyukai