Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN
Gypsum (CaSO4.2H2O) merupakan senyawa kalsium sulfat anhydrous. Fungsi dari
penambahan gypsum pada pembuatan semen adalah sebagai retarder (dapat memperlambat
waktu pengerasan semen). Gypsum yang berada di alam merupakan gypsum yang stabil karena
didalam gypsum mengandung air yang bersatu dengan molekulnya sehingga bersifat stabil.
Gypsum pada suhu 97C menghasilkan gypsum hemi hydrat (CaSO 4.0.5 H2O). Gypsum hemi
hydrat memiliki sifat yang tidak stabil. Pemanasan gypsum pada suhu 170C merubah gypsum
menjadi hemihidrat(CaSO4 0,5 H2O dan 1,5 H2O), pada suhu 200C akan terbentuk plaster
anhidrous kalsium sulfat (CaSO4) yang bersifat kurang plastis, keras dan kuat karena kehilangan
molekul air dan akan sulit menarik kembali molekul air, pada suhu 500C dihasilkan insoluble
anhidrit atau dead burning gypsum dimana pada suhu 900 oC dihasilkan masa sangat padat, keras,
ketahanan tinggi senyawa yang dihasilkan adalah CaO ,SO 3, dan 2 H2O hal ini dimana gypsum
telah kehilangan sifat nya sebagai retarder. Pada umumnya semua industri semen menambahkan
gypsum dibagian semen mill/finish mill. Penambahan gypsum pada proses akhir/finsh mill
dapat menyebabkan perhitungan total moisture selalu tinggi. Namun berdasarkan perhitungan
neraca massa gypsum dapat ditambahkan diproses awal (raw mill).Dari perhitungan neraca
massa didapatkan umpan masuk 781 ton/jam dengan komposisi raw mix 89.621%,lime stone
5.41%, coper slag 0.87%, silica 0.1% dan gypsum 4% didapatkan parameter LSF,SM dan AM
pada produk raw mill mendekati dengan syarat yang ditentukan yaitu LSF 98.5, SM 2.201, AM
1.778. Pada proses ini, Raw mill berfungsi sebagai pencampur (mixing) tanpa terjadinya reaksi
selama pencampuran berlangsung. Salah satu dari komposisi gypsum adalah sulfur, sulfur
bersifat korosif sehingga apabila sulfur masuk kedalam kiln terutama pada bagian buring proses
akan berpengaruh besar pada proses yang terjadi selama pembakaran berlangsung. Kiln
merupakan bagian yang paling penting dalam industri semen, pada rotary kiln dibagi kedalam
empat zona, yaitu zona kalsinasi pada suhu (900-1000 oC), zona transisi pada suhu (1000-1250
o

C), zona pembakaran/burning pada suhu (1250-1450oC) dan zona pendinginan/cooling pada

suhu (1450-1300oC). Sulfur sangat berpengaruh pada proses pembakaran/buring. Burning proses
adalah proses yang paling utama dalam pabrik semen. Karena burning proses akan menghasilkan
produk berupa klinker yang nantinya digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan semen.

Burning proses terjadi pada area Kiln dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar
utama. Gypsum dapat menghasilkan sulfur, Dimana sulfur mampu bereaksi dengan alkali yang
terdapat di kiln membentuk padatan coating yang akan menempel pada permukaan dalam kiln.
Dalam jumlah yang banyak coating akan sangat mengganggu proses operasi karena
mengakibatkan kiln load tinggi, terjadinya penyempitan jalur material, coating menyerap panas
dalam pembentukannya dan membuat kualitas klinker menjadi fluktuatif. Pada suhu yang tinggi
sulfur akan menguap bersama dengan gas hasil pembakaran. Selain itu alkali dan sulfur yang
saling berikatan akan turun kembali masuk ke preheter dan menghambat kerja preheter. Sulfur
yang berasal dari gypsum pun dapat masuk ke bagian sel sel kiln yang akan menyebabkan
pengikisan kiln dimana suhu pada bagian dalam kiln yang telah dilapisi oleh batu api lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu antara batu api dengan sel kiln sendiri. Oleh sebab itu lebih baik
penambahan gypsum dilakukan di akhir karena gypsum tidak boleh kehilangan sifatnya sebagai
retarder dalam pembuatan semen.Penambahan gypsum di akhir tidak akan menghilangakan sifat
gypsum sebagai retarder karena pada suhu finish mill gypsum akan berubah menjadi gypsum
hemi hydrat yang tidak stabil dan akan stabil saat semen ditambahkan dengan air akan
membentuk kembali gypsum alam yang bersifat stabil. Sehingga dapat memperlambat proses
pengerasan semen hingga didapatkan proses pengerasan yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai