LBP Debora Mandagi
LBP Debora Mandagi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah umum terjadi, di Inggris sekitar 6080% orang pernah mengalami nyeri punggung bawah. LBP merupakan salah satu alasan
utama untuk tidak bekerja, dan setiap tahunnya jutaan hari kerja hilang akibat LBP. Di Inggris
dan Amerika Serikat kejadian LBP telah mencapai proporsi endemik. Survei yang telah
dilakukan melaporkan bahwa 17,3 juta orang di Inggris pernah mengalami LBP. Dari jumlah
ini 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan akibat nyeri punggung.1 Low back pain (LBP)
adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan
akibat dari berbagai sebab. Nyeri yang berasal dari punggung bagian bawah ini dapat
menjalar ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (referred pain). Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja,
terutama pada mereka yang beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah. Saat ini, 90% kasus
Low back pain (LBP) bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan
posisi tubuh dalam bekerja. Low back pain (LBP) akut merupakan bentuk yang paling sering
ditemui, 9 dari 10 penderita low back pain (LBP) akut akan sembuh dengan sendirinya dalam
kurun waktu 8-12 minggu. Namun, tidak sedikit yang kemudian akan menjadi kronis dan
menimbulkan disabilitas (cacat).2
Low back pain (LBP) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negaranegara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini
selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence
rata-rata 30%. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan
40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita low back pain
(LBP), prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. Low back
pain (LBP) dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler atau keduanya yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks pada satu atau beberapa radiks lumbosakral yang
dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks
fisiologik.3 Penyebab low back pain (LBP) yang paling umum adalah keregangan otot atau
postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP adalah
kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan
1
mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal,
atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif. Aktivitas sehari-hari yang menuntut
banyak gerak ke depan maupun membungkuk di banding ke belakang, duduk, berdiri terlalu
lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal akan mengakibatkan nyeri pinggang non
spesifik. Puncak insidensi LBP adalah usia 45-60 tahun (Bratton,1999). Pada penderita
dewasa tua, LBP dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan gangguan
tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis
dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan
sekitarnya.l Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.5
b. Anatomi dan Fisiologi
Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada LBP maka harus
dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan tulang lumbosakral
pada khususnya.
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh
korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainya oleh diskus
intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior
dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai
arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik.
Mulai dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus.
Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5 S1 lebar ligamen
hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat
daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus, daerah tak
terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa
tingkat L5 S1 merupakan daerah paling rawan.6
Anterior column
posterior column
2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan LBP
adalah diskus intervertebra. Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, diskus
berfungsi sebagai peredam kejut. Diskus dibentuk oleh anulus fibrosus yang
merupakan anyaman seratserat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip
silinder. Tepi atas dan bawah melekat pada end plate vertebra sedemikian rupa hingga
terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan
mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua,
mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik menyangkut nukleus pulposus maupun
anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian
rusak, sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu
hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.6 (lihat gambar 1).
terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki). Sedangkan di Australia angka
kejadian LBP lebih sering terjadi pada usia dewasa. Dimana 20,7% dari populasi
perempuan dan 21% dari populasi di Australia mengalami LBP. Data epidemiologi
mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa
Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung, prevalensi pada lakilaki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa
rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.7
d. Etiologi
Dalam klinik LBP dibagi dalam 4 kelompok :8
1. LBP oleh faktor mekanik
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui
batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu
terlampau lama.
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang
membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB)
tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap
terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan
terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit
tinggi.
2. LBP oleh faktor organik
a. LBP osteogenik
1) Radang
2) Trauma
3) Keganasan
4) Kongenital
b. LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis. Bentuk dan
gangguan yang sering dijumpai ialah:
1) Spondilosis: suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebralis.
Keadaan ini menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber:
a) Osteoartritis
b) Radikulus jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati
foramen intervertebra yang menyempit, sebenarnya nyeri tidak
bersumber pada tekanan radiks secara langsung, melainkan dari tekanan
sarung duramater yang mengakibatkan iskemik dan inflamasi.
6
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan
berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
5. Aktivitas atau olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan low back pain (LBP), misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang
belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang
bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas
dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi
duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari
10 anak tangga dalam sehari dapat meningkatkan resiko timbulnya LBP.
6. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya. Kebiasaan ini dapat menyebabkan
vasokonstriksi pada jaringan lunak sekitar tulang vertebra.
7. Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lorodosis, maupun
kifosis, merupakan faktor risiko untuk terjadinya LBP.9
8. Riwayat trauma tulang belakang.
Ada hubungan riwayat trauma tulang belakang dengan angka kejadian LBP. fraktur
vertebra pada segmen vertebra lumbal dan sakralis yang pernah terjadi semakin
memperbesar angka kejadian LBP dikemudian hari
f. Gambaran Klinik
Pada umumnya para penderita berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar
dan tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah
pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau
8
hanya pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah
pinggang dapat menjalar ke arah leher atau pun ke arah bokong, paha, belakang tumit
dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher dapat dipikirkan adanya
spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan
menghilang saat melakukan pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha,
belakang tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang
khas pada penderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP).10
g. Diagnosis
Diagnosis klinis LBP meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis
serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:11
1. Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang salah. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
2. Lama dan frekuensi serangan
Low back pain (LBP) akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya.
Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi
selama 2-4 minggu.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat
disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola
penyebaran yang tetap.
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas.
Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau
manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat
atau menetap jika berbaring.
5. Kualitas atau intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
9
merupakan nyeri radikuler. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi
oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya
secara mekanis. Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,
yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang ringan. Harus diketahui
pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya LBP, yaitu duduk
dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan
setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan
dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain
nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari
bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi
terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk, dan inspeksi daerah punggung. Perhatikan
lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, jalur spasme otot para vertebral, deformitas,
atau kifosis.12
2. Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu
procesus spinosus, atau gibus atau deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau
adanya spasme otot para vertebral).12
Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus low back pain (LBP)
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan motorik
Periksa apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Bila ada kelumpuhan, segmen
mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan sensorik
Meliputi sensasi nyeri, suhu, sikap, getar dan rasa tekan yang dalam.
Tes Provokasi
Percobaan Lasegue atau SLR, percobaan Braggard, percobaan Sicard, percobaan
Naffziger, Valsalva, Patrick atau Fabere, kontra Patrick.
10
Tes lasegue (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan
sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang
perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
Bragards sign. Bragards sign merupakan tes alnjutan dari tes lasegue. Jika positif
(nyeri), turunkan kaki sedikit dibawah titik ketika dirasakan rasa nyeri dan secaraa
cepat dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nteri (+) atau bertambah maka
Bragards sign (+)
Sicards sign. Sicards sign merupakan tes lanjutan dari tes lasegue. Jika positif
(nyeri), turunkan kaki sedikit dibawah titik ketika dirasakan rasa nyeri dan secara
cepat dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah maka
sicards sign (+)
Tes naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul
rasa nyeri.
Tes valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup
sekuat-kuatnya.
11
Patrick sign (FABERE sign). FABARE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi
dan external rotasi. dilakukan dengan memfleksikan lutut salah satu tungkai dan
merotasikan sendi panggul ke arah luar sehingga pergelangan kaki dapat
diletakkan di atas tungkai lainnya membentuk angka 4. Selanjutnya tekan tungkai
yang tertekuk ke arah bawah. Pada tes Patrick, gangguan pada sendi panggul akan
membangkitkan nyeri di daerah lipat paha. Bila nyeri terasa di bokong atau sendi
sakroiliaka, maka proses patologisnya berasal dari sendi sakroiliaka.
Kontra patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi sendi
lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi
sakroiliaka ada kelainan, maka disitu akan terasa nyeri.8,12
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab
LBP :13
1. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
2. Pemeriksaan Elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya
keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
3. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
h. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penanganan Low back pain (LBP) terdiri dari:8
1. Medikamentosa. Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar:13
a. Analgetik narkotik
b. Analgetik antipiretik
2. Program Rehabilitasi Medik
12
Terapi panas superfisial. Pada jenis terapi ini, panas hanya mengenai kutis atau
subkutis saja seperti Infra Red, hot pack, kompres air hangat, paraffin bath.
Terapi panas dalam. Pada jenis terapi ini, panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi yaitu Micro
Wave Diathermy, Short Wave Diathermy, dan Ultra Sound Diathermy.
b. Terapi dingin
Paling sering digunakan pada cedera muskuloskeletal akut. Teknik terapi dingin yaitu
dengan cara masase es, kompres es selama 20 menit, menggunakan vapocoolant
spray, dan cryokinetics
c. Traksi
Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu bagian tubuh
untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi. Kekuatan tarikan
dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban dan sistem katrol, maupun secara
elektromekanis.
d. Stimulasi Listrik
Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.
e. Terapi Exercise / Latihan
Beberapa latihan yang dapat diberikan pada penderita Low Back Pain yaitu sebagai
berikut :
13
2. Okupasi Terapi
14
3. Ortotik Prostetik
Lumbal Korset (LSO Korset) dipakai penderita untuk mengurangi nyeri punggung
bawah.
4. Tindakan Operatif
Tindakan operatif:
a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif kelemahan otot.
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. VS
Umur
: 68 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan Pegawai Fak. Kedokteran Unsrat
Alamat
: Karame Lingkungan II, Manado
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Minahasa
Kebangsaan
: Indonesia
Tanggal periksa: 21 Oktober 2014
II.
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
16
bisoprolol)
Asam urat sejak 10 tahun, tidak rutin minum obat.
Tidak terdapat riwayat penyakit DM, Jantung, Ginjal, Hati, Kolesterol dan Paru-paru.
Riwayat kebiasaan:
Penderita merupakan pensiunan pegawai salah satu fakultas dimana memiliki
kebiasaan duduk berjam-jam, begitupun di rumah sering duduk lama di sofa sambil
menonton Televisi. Setelah pensiun, penderita terbiasa melakukan pekerjaan rumah
tangga, merapikan tempat tidur, menyapu halaman dan membersihkan taman bersama
istri. Penderita memiliki riwayat merokok 2 bungkus/ hari, dan sudah berhenti sejak 25
tahun yang lalu. Alkohol (-).
Riwayat sosial ekonomi:
Penderita sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Penderita merupakan
pensiunan pegawai Fakultas Kedokteran Unsrat. Biaya untuk pengobatan menggunakan
BPJS askes. Memiliki rumah dua lantai, beratap seng, berdinding beton, lantai keramik
dan kayu, terdapat 15 anak tangga. Kloset jongkok, sumber penerangan listrik PLN
(Perusahaan Listrik Negara), sumber air PAM (Perusahaan Air Minum).
17
III.
PemeriksaanFisik
Status generalis
Kesadaran
:
GCS
:
TB
:
BB
:
IMT
:
Tanda vital
:
Compos Mentis
E4V5M6
157 cm
55 kg
22,17 (Normal)
Tekanan Darah= 120/70 mmHg; Nadi= 80 x/menit, Respirasi=
22x/menit, Suhu= 36,8o C
Visual Analogue Scale (VAS):
21/10/2014
0
Kepala
10
Leher
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Hepar/Lien
: Tidak teraba
Renal
Ekstremitas
Status lokalis
Regio Lumbosakral
a. Inspeksi
b. Palpasi
lamina vertebral.
ROM Trunkus :
LGS Trunkus
Fleksi /Ekstensi
Laterofleksi D/S
Rotasi D/S
Dekstra
Sinistra
60o - 0o 30o
0o - 30o
0o - 30o
o
o
0 - 40
0o - 40o
Normal
0-90o
0-45o
0-60o
18
ROM HIP :
LGS Hip
Fleksi
Ekstensi
Internal rotasi
Eksternal rotasi
Abduksi
Adduksi
Dextra
Sinistra
Normal
0o - 80o
0o - 20o
0o - 30o
0o - 40o
0o - 30o
0o 25o
0o - 80o
0o - 20o
0o-30o
0o -40o
0o - 30o
0o - 25o
0-120o
0- 30o
0-40o
0-45o
0-40o
0-35o
Tes Provokasi :
Tes
Laseque / SLR
Braggard
Sicard
Patrick
Kontra Patrick
Valsava
Dekstra
(-) / 80o
(-)
(-)
(-)
(-)
Sinistra
(-) / 80o
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
No
1
2
3
4
5
6
Gerakan
Tonus otot
Atrofi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Sensibilitas
Protopatik
Proprioseptif
Dextra
5
5
5
5
5
Ekstremitas superior
Dextra
Sinistra
(+) normal
Normal
Normal
++
++
N
N
N
N
Sinistra
5
5
5
5
5
Ekstremitas inferior
Dextra
Sinistra
(+) normal
Normal
Normal
++
++
N
N
N
N
19
IV.
V.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah (11 Oktober 2014)
No.
Parameter
Hasil
Satuan
Normal
Leukosit
8.800
/uL
4.000-10.000
Eritrosit
4,8
106/uL
4,25-5,40
Hemoglobin
15,5
g/dL
12,0-16,0
Hematokrit
44,1
37,0-47,0
Trombosit
298
103/uL
150-450
Natrium
141
mmol/L
135-153
Kalium
4,97
mmol/L
3-5
Chlorida
101,3
mmol/L
98-109
GDS
92
mg/dL
80-125
10
Ureum
30
mg/dL
20-40
11
Creatinin
1,1
mg/dL
1,6-1,1
12
Asam urat
5,7
mg/dl
2-6
Resume
Laki-laki 68 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah dirasakan penderita
sejak 10 hari yang lalu. Nyeri muncul secara tiba-tiba saat penderita sedang
membungkuk merapikan tempat tidur. Nyeri terlokalisir di punggung bawah, bersifat
tajam seperti ditusuk. Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Nyeri bertambah saat
penderita beraktivitas terutama saat berjalan jauh, dalam posisi membungkuk, berdiri
lama dan menghilang saat penderita duduk atau tidur terlentang. Nyeri tidak menjalar ke
daerah tungkai. Penderita merupakan pensiunan pegawai salah satu fakultas dimana
memiliki kebiasaan duduk berjam-jam, begitupun di rumah sering duduk lama di sofa
sambil menonton Televisi. Setelah pensiun, penderita terbiasa melakukan pekerjaan
rumah tangga, merapikan tempat tidur, menyapu halaman dan membersihkan taman
bersama istri dan terbiasa menaiki 15 anak tangga per hari. Pada status lokalis didapati
spasme (+) paralumbal muscle. Tes provokasi negatif. Tanda vital dalam batas normal.
TB: 157 cm; BB: 55 kg; IMT: 22,17 kg/ m2, nilai VAS 4.
VI.
Diagnosis
20
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Topis
Diagnosis Fungsional
:
:
:
:
VII.
VIII.
Problem Rehabilitasi
- Nyeri punggung bawah (VAS 4)
- Spasme di muskulus paralumbal
- Gangguan AKS
Penatalaksanaan
Rencana program :
1. Fisioterapi
Evaluasi : nyeri punggung bawah dan spasme muskulus paralumbal
Program:
- MWD regio punggung bawah
- Massage regio punggung bawah
- Proper back mechanism
- Back exercise
2. Okupasi terapi
Evaluasi : nyeri punggung bawah dan gangguan AKS seperti butuh bantuan untuk
makan, ketergantungan untuk merawat dan membersihkan diri
Program : proper back mechanism
3. Ortotik prostetik
Evaluasi : nyeri punggung bawah
Program : Rencana pemakaian LSO (Lumbosacral orthose), belum diperlukan saat ini
4. Psikologik
Evaluasi : Kontak, pengertian dan pemahaman pasien baik
Program : Berikan dukungan dan motivasi
5. Sosial medik
21
Evaluasi : Biaya pengobatan oleh BPJS Askes, penderita adalah pensiunan Pegawai
fakultas kedokteran.
Program : Edukasi untuk tetap datang teratur
6. Edukasi Home program
Proper Back Mechanism
Waktu berdiri :
-
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut.
Waktu berjalan :
-
Waktu tidur :
-
Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya yang
lembek.
22
Prognosa:
Qua ad vitam
: dubia ad bonam
Qua ad sanationam
: dubia ad bonam
Qua ad functionam
: dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
23
Rakyat. 2006.
P: 34-41.
11. Tunjung R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah di Puskesmas.
Mei
2009
(Diakses
03
Maret
2014).
Available
from:
http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalaksanaan-nyeripunggung-bawah-di-puskesmas/
12. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Fusco C, Trevisan C. Rehabilitation of
Lumbar Spine disorders. In: Frontera WR, Delisa JA, Grans BM, Etau, editors.
Physical Medicine Rehabilitation.5th. Philadelpia: Lippincolt; 2010; 33:861
13. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
24
14. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59.
15. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low
http://www.fkunsri.wordpress.com
Back
/2007/09/01/nyeri-
Pain. Available
from:
pinggang-low-back-pain/
Agustus 2008.
25