OBAT
FARMAKOLOGI
studi
TERMINOLOGI UMUM
(lanjutan)
FARMAKOLOGI KLINIK
FARMAKOLOGI TERAPEUTIK
TERMINOLOGI UMUM
(lanjutan)
FARMAKOKINETIK
studi tentang nasib obat di dalam tubuh
I. Absorbsi
II. Distribusi
III. Metabolisme/ biotransformasi
IV. Ekskresi
TERMINOLOGI UMUM
(lanjutan)
FARMAKODINAMIK
PRINSIP PENGOBATAN
PERTIMBANGAN :
- DIAGNOSA DITEGAKKAN DG TEPAT
- OBAT DIBERIKAN SESUAI DG AGEN
PENYAKIT
- DOSIS, CARA DAN FREKUENSI PEMBERIAN
SESUAI ATURAN
TUJUAN PENGOBATAN
memberikan manfaat maksimal dengan
bahaya minimal
OBAT IDEAL
Efektif
Aman
Selektif
Mudah dalam pemberian
Bebas dari interaksi obat
Biaya murah
Stabil scr kimia
Memiliki nama generik yang simpel
Absorbsi (1)
Respon
farmakologis
Distribusi (2)
Interaksi dg reseptor (3)
Dengan/tanpa metabolisme (4)
Ekskresi (5)
NASIB OBAT
DALAM TUBUH (ABSORBSI)
ABSORPSI =>
SUATU PROSES DIMANA OBAT
MASUK/MENCAPAI ALIRAN DARAH.
penyerapan/ masuknya obat dari tempat
pemberian ke jaringan target, meliputi
transformasinya dari bentuk saat diberikan (a
dosage form) menjadi bentuk yang dapat
digunakan scr biologis (a biologically usable
form)
Absorbsi
Absorbsi
Rute pemberian
Absorbsi
Mekanisme absorbsi
1. Difusi pasif
= perpindahan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah dg cara difusi mll
membran sel tanpa energi
konsentrasi obat & kelarutannya dlm
lemak
2. difusi terfasilitasi= suetu proses yang terjadi
dengan bantuan suatu faktor pembawa
(carier).
Lebih serign untuk makanan. Ex glukosa
masuk ke dalam sel
Absorbsi
3. Transport aktif
= perpindahan molekul terionisasi yg
menggunakan energi sel
contoh: Levodopa (L-dopa) transport
asam amino
4. Pinositosis =cara transport dengan
membentuk vesikel, misalnya untuk
makromolekul seperti protein => sangat
jarang
NASIB OBAT
DALAM TUBUH (ABSORBSI)
Distribusi
Proses sehingga obat berada di cairan
tubuh dan jaringan tubuh
I. Aliran darah
II. Afinitas thd jaringan
III. Efek ikatan protein
Distribusi
TERDIRI DARI 2 FASE
1. FASE I ; terjadi segera setelah
penyerapan, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik. (jantug, hati,
ginjal, otak)
2. FASE II ; Jauh lebih luas mencakup
daerah yang perfusinya rendah (otot,
visera, kulit, dan jaringan lemak)
NASIB OBAT
DALAM TUBUH (METABOLISME)
3. METABOLISME (BIOTRANSFORMASI)
OBAT POLAR
tanpa reabsorbsi
OBAT LARUT LEMAK
MUDAH DIREABSORBSI
OLEH TUBULI GINJAL
ELIMINASI LEBIH
CEPAT
ekskresi cepat
MELEWATI MEMBRAN SEL :
KEMBALI KE
SIRKULASI DARAH
Metabolisme/
Biotransformasi
Proses kimia yang mengubah bentuk
aslinya menjadi bentuk yang larut-air
(metabolit) sehingga dapat diekskresikan
Jenis reaksi biotransformasi
1.
2.
Biotransformasi
Peran enzim:
NASIB OBAT
DALAM TUBUH (EKSKRESI)
4. EKSKRESI
FARMAKODINAMIK
studi tentang pengaruh obat terhadap
jaringan tubuh
Katabolisme protein
Distribusi albumin antara ruang intra dan akstra
vaskuler
Eliminasi protein plasma yang berlebih afinitas
terutama
obat
albumin
terhadap protein berubah
Perubahan kualitas protein plasma
Kualitas protein
Contoh : penyakit hati/ginjal
plasma berubah
Kapasitas protein plasma thd obat berubah
Obat bebas :
Kerja obat:
Onset (mula kerja), Peak (puncak),
duration (lama kerja); waktu paruh
Mekanisme kerja: reseptor, enzim,
hormon
efek sedatif
- Bersifat sinergis
- Mencapai efek terapeutik tidak bisa dengan obat
tunggal
Merugikan
- Efek samping (meningkatnya kadar suatu obat
karena obat lain)
- Efek toksik
- Kegagalan terapi karena aksi antar obat yang berla
wanan untuk organ tertentu
INTERAKSI OBAT
Interaksi farmakodinamik
- Indifference:
Indifference efek kombinasi = komponen yg
plg aktif
- Additive: efek kombinasi= jumlah efek setiap
obat
- Synergistic: efek kombinasi> efek masing2
- Potentiation: satu obat kerja obat lain
- Antagonistic: satu obat kerja obat lain
INTERAKSI OBAT
Interaksi farmakokinetik
1. Oral
a. Oral
Pemberian obat melalui mulut,
merupakan cara paling mudah
dan paling sering digunakan.
Obat
yang
digunakan
biasanya memiliki onset yang
lama dan efek lebih lama.
b. Sublingual
1. Obat yang diberikan dirancang
agar segera diabsorbsi setelah
diletakan dibawah lidah.
2. Obat ini tidak boleh ditelan,
karena jika ditelan, efek yang
diharapkan tidak akan tercapai.
3. klien
tidak
diperkenankan
minum sebelum obat menjadi
larut.
4. Obat
yang biasa diberikan
antara lain nitroglyserin
c. Buccal
1. Obat yang diberikan pada mukosa
pipi hingga obat larut.
2. Bila obat diberikan beberapa kali,
klien diminta untuk menggunakan
sisi
pipi
bergantian,
untuk
mencegah terjadinya iritasi.
3. Klien tidak boleh mengunyah atau
menelan obat.
4. Obat ini hanya bekerja pada
murkosa dan jika tertelan akan
bekerja secara sistemik.
Kerugian
1.Nyaman
dan 1.Pemberian obat dihindari
seringkali cocok
bila
klien
mengalami
dengan klien
gangguan
pada
fungsi
gastrointestinal
(seperti
mual,
muntah),
berkurangnya mofilitas usus
(setelah
anestesi)
atau
peradangan
usus
dan
operasi pembedahan pada
bagian
saluran
gastrointestinal).
2. Parenteral
Pemberian
obat
melalui
parenteral
merupakan
pemberian
obat
melalui
jaringan tubuh
SUBCUTANEOUS INJECTION
IM INJECTION SITES
Deltoid
Dorsogluteal
Ventrogluteal
Vastus lateralis
IM Injection - Deltoid
1.
2.
3.
4.
Used primarily
forvaccinations with
smallvolumes (up to
1ml) because the
muscle is small
Can use 1 needle
Avoid hitting radial
nerve
Patient should be
sitting upright or lying
flat and should be told
to relax the arm
muscles
DELTOID MUSCLE
Dorsogluteal Method 1
Divide
buttocks on
one side into
imaginary
quadrants
Administer
medication
into upper
Dorsogluteal Method 2
GLUTEUS MAXIMUS
Up to 5 mL may be
injected into a well
developed adult
lthough more than 3 ml
may be painful
Acceptable volumes for
injection vary with
patient age and muscle
size
Vastus lateralis is
preferred injection site
for children (up to 2 ml)
VASTUS LATERALIS
IM Injection Ventrogluteal
Accessible when
patient lies in a
supine or lateral
recumbent position
Site is free of large
nerves and fat tissue
In the adult, may
accommodate up to
5mL of a drug
although more than
3 ml may be painful
GLUTEUS MEDIUS
Starting a Peripheral IV
Metacarpal Vessels
-Located between joints and
metacarpal bones (act
as natural splint)
-Formed by union of digital veins
-Geriatric patients often lack
enough connective / adipose tissue
and skin turgor to use this area
Digital
Basilic
- Originates from the
Medial Basilic
- Empties into the Basilic
vein running parallel to
tendons, so it is not
always well defined.
Accepts larger gauge
catheters.
- BEWARE of Brachial
Artery/Nerve
Infiltration/Extravasation
The most common cause is damage to
the wall during insertion or angle of
placement.
STOP INFUSION and
treat as indicated by
Pharmacy, Medication
package insert or drug
reference book.
Notify MD and
document
Phlebitis/Thrombophlebitis
Chemical
- Infusate chemically erodes
internal layers. Warm compresses
may help while the infusate is
stopped/changed. Antiinflammatory and analgesic
medications are often used no
matter what the cause
Mechanical
Bacterial
- Caused by introduction
of bacteria into the vein.
Remove the device
immediately and treat
w/antibiotics. The arm will be
painful, red and warm; edema
may accompany
Cellulitis
Inflammation of loose
connective tissue around
insertion site.
- Caused by poor insertion
technique
- Red swollen area spreads from
insertion site outwardly in a diffuse
circular pattern
- Treated w/antibiotics
Septicemia/Pulmonary Edema/
Embolism
Septicemia
- Severe infection that occurs to a system or entire body
- Most often caused by poor insertion technique or poor site
care
- Discontinue device immediately, culture and treat
appropriately
Pulmonary edema- caused by rapid infusion
Troubleshooting
VAD broken
- PICCs may be repaired. All other devices must be replaced
3. Topikal
a.
b.
c.
3. Topikal
Obat diberikan pada kulit atau
mukosa. Obat-obatan yang diberikan
biasanya memilki efek lokal. Obat
dapat diolesan di area yang diobati,
atau medicated baths. Efek sistemik
dapat timbul jika kulit klien tipis atau
konsentrasi obat tinggi atau ada
kontak lama dengan kulit.
Kerugian
Inhalasi
Jalan nafas memberikan tempat
yang luas untuk absorbsi obat.
Obat dapat diinhalasi melalui
mulut atau hidung. Obat yang
diberikan dapat menimbulkan
efek lokal, namun oksigen dan
obat anestesi memberikan efek
sistemik.
Intraokular
Bentuk obat mirip dengan lensa
kontak yang kemudian dimasukkan
ke mata klien. Kedua sisi obat ini
lunak. Obat dapat diberikan selama
satu minggu. Obat yang diberikan
melalui
cara
ini
antara
lain
Pilocarpine, yang merupakan obat
glukoma, dan obat lain untuk
mengobati infeksi jamur pada mata
BENAR OBAT
BENAR DOSIS
BENAR WAKTU
BENAR CARA
BENAR PASIEN
BENAR DOKUMENTASI
LAKUKAN 3X PENGECEKAN
BENAR OBAT
SAAT OBAT DIAMBIL DARI TEMPAT
PENYIMPANAN
2. SEELUM OBAT DIOPLOS/DISIAPKAN
3. SETELAH OBAT
DISIAPKAN/DIOPLOS=> SEBELUM
DIBERIKAN PADA KLIEN
1.