Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA SISWA

SMP AR-RAHMAN MEDAN TAHUN 2012

(DESCRIPTION OF MILK CONSUMPTION OF THE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL


AR-RAHMAN MEDAN IN 2012)
Maya Sari Hasibuan1, Evawany Y Aritonang2, Ernawati Nasution2
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2
Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
1

Abstract
Milk has the most complete nutrient source and it is good for all ages including school children.
School children age is in development and growth phase, hence it is necessary to increase milk
drinking behaviour. The objective of this research was to know the behaviour of milk consumption of
the students of Junior High School Ar-rahman Medan in 2012. The method used was survey with
descriptive and cross sectional approach. The samples of research were 70 students of the total 230
students. Sample taking technique was done with proportional sampling that was by seeing the
amount of the students from each class namely class VII for 21 students, class VIII for 22 students,
and class IX for 27 students. The results of research showed that 85.7% of the knowledge of students
were categorized good, 51.4% of the attitude of the students were categorized good, and 78.6% of
the actions of the students were categorized less good. Good knowledge and attitude do not
guarantee good action forever. Conversely, it may even that the action of the student was less good.
It is suggested for the management of Junior High School Ar-Rahman Medan to give information
and counseling regarding the consumption of milk in detail, better understanding about the type of
milk and this contents.

Keyword: Behaviour, Students and Milk Consumptio

PENDAHULUAN
Susu merupakan salah satu sumber zat
gizi yang paling lengkap dan diperlukan oleh
semua kelompok umur, terutama balita, anakanak dan remaja. Minuman ini mengandung
banyak zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh yaitu protein, lemak, vitamin, dan
mineral seperti kalsium. Pada susu juga
terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam
pembentukan tulang seperti protein, fosfor,
vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat
gizi tersebut, susu juga masih mengandung
zat-zat gizi penting lainnya yang dapat
meningkatkan status gizi. Oleh sebab itu, susu
sangat diperlukan oleh semua anak bangsa ini
tanpa terkecuali. Masa depan bangsa ini

ditentukan oleh genarasi muda yang sehat dan


cerdas dan susu merupakan salah satu faktor
yang penting untuk membentuk generasi yang
diharapkan tersebut.
Usia remaja merupakan masa yang
penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Masa ini merupakan masa transisi dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat baik fisik maupun mental, aktivitas yang
makin meningkat serta sering disertai dengan
perubahan pola konsumsi pangan. Menurut
WHO (1989) dalam Wall (1998), remaja
adalah mereka yang berusia antara 10 hingga
24 tahun. Untuk mengimbangi pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat, tubuh
memerlukan zat gizi yang lebih banyak dan

lebih berkualitas, sehingga apabila tidak


diimbangi dengan pola konsumsi pangan yang
sehat, masa remaja dapat menjadi masa yang
rawan gizi.
Masa remaja merupakan masa puncak
aktivitas. Pada masa ini umumnya sangat
sibuk dengan kegiatan baik yang bersifat
kurikuler (kegiatan akademis) maupun
kegiatan non-kurikuler (di luar kegiatan
akademis). Kegiatan kurikuler yang dilakukan
antara lain adalah kegiatan belajar,
mengerjakan tugas-tugas dan lain-lainnya,
sedangkan kegiatan non-kurikuler seperti
bermain, olah-raga serta kegiatan fisik lainnya.
Pada umumnya pada remaja pria porsinya
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja
wanita. Kondisi seperti ini tentunya sangat
memerlukan asupan gizi yang tinggi dan
berkualitas.
Susu merupakan sumber utama
kalsium masyarakat di negara-negara Barat,
sedangkan di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, susu masih dianggap
sebagai bahan pangan mahal, sehingga hanya
mampu dijangkau oleh masyarakat golongan
ekonomi menengah ke atas. Menurut
Khomsan (2004), di negara-negara Barat,
kebiasaan minum susu telah mendarah daging
sejak anak masih kecil hingga dewasa,
sedangkan di negara-negara berkembang
upaya penggalakan minum susu masih
menghadapi kendala status ekonomi penduduk
yang umumnya rendah.
Konsumsi susu di Indonesia masih
sangat rendah. Pada tahun 2005, konsumsi
susu di Indonesia hanya 6,8 liter perkapita.
Jumlah tersebut meningkat menjadi 7,7 liter
perkapita pada tahun 2006, dan pada tahu
2007 jumlahnya 9,0 liter perkapita. Angka
tersebut sangat rendah dibandingkan dengan
negara tetangga seperti Malaysia yang
mengkonsumsi 25,4 liter susu perkapita per
tahun dan Vietnam 10,7 liter perkapita per
tahun pada tahun 2007. Negara-negara di Asia
jumlah konsumsi susunya masih jauh lebih
sedikit dibandingkan negara lainnya didunia.
Cina mengkonsumsi 13,2 liter per ton per
tahun, Jerman mencapai 92,3 liter, Amerika
83,9 liter, diikuti belanda 122,9 liter, Swedia
145,5 liter dan Filandia 183,9 liter (Tempo, 26
September 2008). Berdasarkan data dari
Direktorat Jendral Bina Produksi, Departemen
Perternakan pada tahun 2010, provinsi yang

menempati 4 tingkat atas adalah Provinsi Jawa


Barat (715,350 liter), Jawa Timur (508,781
liter), Jawa Tengah (351,344 liter), dan
Sumatera Utara (224,864 liter).
Menurut Weaver (2000), perubahan
pola konsumsi pangan yang menonjol pada
remaja adalah perubahan konsumsi minuman.
Remaja, terutama remaja putra, cenderung
lebih suka mengonsumsi minuman yang
sedang populer atau digemari di kalangan
remaja dengan kurang bahkan tanpa
memperhatikan
pengaruhnya
terhadap
kesehatan. Selanjutkan dikatakan bahwa
sumber utama kalsium adalah susu dan produk
olahannya, akan tetapi terdapat kecenderungan
pada remaja untuk menggantikan susu sebagai
minuman utama dengan minuman ringan (soft
drink). Volek et al. (2003), melaporkan bahwa
perubahan konsumsi minuman di kalangan
remaja ini berkontribusi pada asupan yang
rendah gizi termasuk kalsium. Lebih dari
separuh remaja (di Amerika) mengonsumsi
susu kurang dari sekali sehari, sedangkan yang
dianjurkan adalah sebanyak tiga kali sehari. Di
Indonesia,
menurut
Khomsan
(2004),
konsumsi susu rata-rata hanya sekitar 0,5 gelas
per minggu setiap orang.
Rendahnya konsumsi susu di Indonesia
disebabkan oleh banyak faktor, misalnya, susu
dianggap mahal, sehingga daya beli
masyarakat kecil. Tetapi, bisa juga akibat
kurangnya pemahaman akan manfaat susu.
Mengingat usia anak sekolah pada masa
perkembangan dan pertumbuhan maka itu
perlu upaya untuk meningkatkan perilaku
minum susu pada anak sekolah. Karena kita
ketahui perilaku minum susu merupakan
perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan sudah
menjadi kebiasaan pada masa dini akan
menjadi dampak yang baik dan berguna di
masa yang akan datang. Berdasarkan
penelitian Utami (2009) didapat proporsi
riwayat konsumsi susu yang baik hanya
sebesar 53,3% dan konsumsi susu selama
masa sekolah mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan kelas.
Berdasarkan survei awal didapat ada
sebesar 40 siswa dari 68 siswa kelas VIII tidak
minum susu. Karena rendahnya konsumsi susu
pada anak sekolah, penulis ingin mengetahui
sejauh mana gambaran perilaku konsumsi susu
pada siswa SMP Ar-Rahman Medan tahun
2012.

Berdasarkan penjelasan di atas maka


penelitian ini berujuan untuk mengetahui
perilaku konsumsi susu pada siswa SMP ArRahman Medan tahun 2012.
Manfaat penelitian ini sebagai bahan
masukan pada pihak sekolah, terutama bagi
siswa SMP Ar-Rahman Medan agar
mengetahui tentang konsumsi susu, bahan
masukan bagi instansi pendidikan dalam
kegiatan proses belajar mengajar dan menjadi
sumber data bagi penelitian berikutnya, dan
memberikan pengetahuan bagi peneliti
terhadap manfaat tentang susu.

Tabel 1. Kategori Pengetahuan Siswa SMP


Ar-Rahman Medan Tahun 2012
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
Baik
60
85,7
Kurang baik
10
14,3
Total
70
100,0
Berdasarkan tabel 1. diatas dapat
dilihat bahwa jumlah siswa terbanyak
memiliki pengetahuan baik yaitu 60 orang atau
85,7% dan terkecil memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 10 orang atau 14,3%.
Tingkat sikap siswa dikategorikan baik
dan kurang baik seperti tertera pada tabel 2.
berikut ini.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
survei yang bersifat deskriptif dengan
rancangan crosssectional. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa SMP Ar-Rahman
Medan tahun 2012 yaitu sebanyak 230 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
siswa SMP Ar-Rahman Medan.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah
70 orang.
Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara proporsional sampling yaitu melihat
jumlah siswa dari masing-masing kelas yakni
kelas VII berjumlah 21 orang, kelas VIII
berjumlah 22 orang, dan kelas IX berjumlah
27 orang.
Data primer diperoleh dari observasi
dan wawancara langsung dengan siswa yang
terpilih yaitu berupa data nama, jenis kelamin,
kelas,
umur,
pekerjaan
orang
tua,
pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa
tentang konsumsi susu dengan menggunakan
kuesioner yang telah disediakan.
Data sekunder diperoleh dari pihak
sekolah yaitu berupa data jumlah siswa, baik
perkelas maupun secara keseluruhan dan juga
gambaran umum mengenai SMP Ar-Rahman.

Tabel 2. Kategori Sikap Siswa SMP ArRahman Medan Tahun 2012


Sikap
Jumlah
Persentase
Baik
36
51,4
Kurang baik
34
48,6
Total
70
100,0
Berdasarkan tabel 2. diatas dapat
dilihat bahwa jumlah siswa terbanyak
memiliki sikap baik yaitu 36 orang atau 51,4%
dan terkecil memiliki sikap kurang baik yaitu
34 orang atau 48,6%.
Tingkat tindakan siswa dikategorikan
baik dan kurang baik seperti tertera pada tabel
3. berikut ini.
Tabel 3. Kategori Tindakan Siswa SMP ArRahman Medan Tahun 2012
Tindakan
Jumlah
Persentase
Baik
15
21,4
Kurang baik
55
78,6
Total
70
100,0
Berdasarkan tabel 3. diatas dapat
dilihat bahwa jumlah siswa terbanyak
memiliki tindakan kurang baik yaitu 55 orang
atau 78,6% dan terkecil memiliki tindakan
baik yaitu 15 orang atau 21,4%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat
pengetahuan
siswa
dikategorikan baik dan kurang baik seperti
tertera pada tabel 1. berikut ini.

Pengetahuan Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar pengetahuan siswa SMP
AR-Rahman Medan termasuk dalam kategori
baik yaitu sebanyak 60 orang (85,7%) tetapi
siswa masih sebatas mengetahui, belum dapat
menginterpretasikan atau menjelaskan secara
lebih dalam tentang informasi yang pernah

siswa dapat sebelumnya. Dibandingkan


dengan penelitian Rizki (2012) bahwa
pengetahuan pada remaja diperoleh dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 41 orang
(51,2%) dari total siswa yaitu 80 orang.
Peneliti menyatakan penyebab pengetahuan
siswa pada tingkat sedang, pertama, siswa
memang mempunyai pengetahuan kurang
tentang khasiat susu bagi kesehatan, kedua,
karena siswa kurang mengerti maksud dari
pertanyaan yang diajukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 47 orang (67,1%) mengetahui
pengertian susu, sebanyak 50 orang (71,4%)
mengetahui kegunaan susu setiap hari,
sebanyak 48 orang (68,6%) mengetahui
kegunaan zat kalsium dan fosfor yang terdapat
dalam kandungan susu, sebanyak 62 orang
(88,6%) mengetahui kandungan nilai gizi
tertinggi yang terdapat dalam campuran susu,
sebanyak 40 orang (57,1%) mengetahui
kandungan mineral dalam susu, sebanyak 57
orang (81,4%) mengetahui peranan susu bagi
anak sekolah, dan sebanyak 49 orang (70%)
mengetahui produk susu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8
orang (11,4%) mengetahui kandungan dalam
susu, pada pertanyaan ini mayoritas siswa
menjawab protein, kalsium, vitamin A, dan
omega 3 padahal jawaban yang seharusnya
adalah kalsium, thiamin, asam folat, dan
lemak jenuh. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa 22 orang (31,4%)
mengetahui vitamin yang terkandung dalam
susu, pada pertanyaan ini mayoritas siswa
menjawab A, B, dan K padahal jawaban
yang seharusnya adalah A, D, E, dan K. Hal
ini terjadi dikarenakan siswa belum bisa
mengartikan yang mana termasuk kandungan
dan vitamin yang ada dalam susu. Serta
sebanyak 21 orang (30%) mengetahui jenis
jenis susu, pada pertanyaan ini mayoritas
siswa menjawab susu padat dan susu cair
padahal jawaban yang seharusnya adalah
susu cair, susu bubuk, dan susu kental
manis. Hal ini terjadi karena siswa belum
bisa mengartikan yang mana termasuk jenis jenis susu.
Sikap Siswa
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sebagian besar sikap siswa
SMP AR-Rahman Medan termasuk dalam

kategori baik yaitu sebanyak 36 orang


(51,4%), hal ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan siswa baik. Dibandingkan dengan
penelitian Utami (2009) bahwa sikap pada
siswa SMP Negeri 102 dan siswa SMPI PB
Sudirman diperoleh dalam kategori baik yaitu
sebanyak 48 orang (52,2%) dari total 92 siswa.
Peneliti menduga sikap siswa pada tingkat
baik karena penilaian siswa terhadap susu baik
sehingga siswa cenderung menyadari bahwa
susu merupakan minuman yang penting bagi
kesehatan.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa sebanyak 43 orang (61,4%) tidak setuju
bahwa susu mengandung berbagai macam zat
seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral,
pada pernyataan ini seharusnya siswa
menjawab setuju. Seperti yang telah dijelaskan
pada variabel pengetahuan siswa, hal ini
terjadi dikarenakan siswa kurang mengetahui
wawasan tentang kandungan susu sehingga
siswa beranggapan bahwa susu tidak
mengandung zat tersebut.
Tindakan Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar tindakan siswa SMP
AR-Rahman Medan termasuk dalam kategori
kurang baik yaitu sebanyak 55 orang (78,6%).
Susu merupakan minuman yang
bergizi tinggi karena mengandung protein
yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk
pertumbuhan dan daya tahan tubuh anak
sekolah. Seperti yang dinyatakan Khomsan
(2006) bahwa minum susu di pagi hari sangat
baik karena susu selain sumber vitamin atau
mineral juga kaya akan lemak. Apabila
mengonsumsi lemak, maka kita akan relatif
lebih tahan lapar karena di dalam tubuh lemak
dicerna lebih lama dibandingkan dengan
karbohidrat dan protein. Minum susu di malam
hari tepatnya sebelum tidur sangat dianjurkan
karena susu dapat mengoptimalisasi produk
melatonin yaitu hormon yang dihasilkan
kelenjar pineal pada malam hari. Melatonin ini
yang membuat kita merasa mengantuk dan
dapat tidur lebih nyenyak. Berdasarkan tabel
4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
minum susu setiap hari yaitu 42 orang (60%),
sebagian besar rasa susu yang paling disukai
siswa adalah coklat / vanila yaitu 51 orang
(72,9%), diketahui bahwa sebagian besar
siswa minum susu pada pagi hari yaitu 61

orang (87,1%), sebagian besar siswa minum


susu sebelum berangkat sekolah yaitu 50
orang (71,4%), diketahui sebagian besar yang
biasanya menyediakan minuman susu siswa
adalah ayah yaitu 37 orang (52,9%), sebagian
besar siswa minum susu sebelum tidur yaitu
42 orang (60%), dan diketahui sebagian besar
yang membuat siswa mau minum susu karena
susu bermanfaat yaitu 38 orang (54,3%).
Dari pembahasan tersebut peneliti
berpendapat bahwa tindakan minum susu
siswa setiap harinya dan minum susu pada
pagi hari / sebelum tidur sudah baik. Siswa
SMP AR-Rahman Medan telah menyadari
bahwa minum susu itu penting.
Minum susu minimal 2 kali sehari (2
gelas) dapat memenuhi sebagian kebutuhan
zat gizi anak, terutama protein, lemak dan
kalsium. Dari hasil penelitian, anak yang
umumnya minum susu 2 gelas sehari
cenderung akan memiliki tubuh normal. Hal
ini diduga karena minum susu akan membuat
perut merasa kenyang sehingga kebiasaan
makan cemilan pada anak jadi berkurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa minum susu sebanyak 1/2 gelas
sehari yaitu 43 orang (61,4%), sebagian besar
siswa tidak pernah minum susu yaitu 51 orang
(72,9%), dan sebagian besar jenis susu yang
disukai siswa adalah cair yaitu 59 orang
(84,3%).
Dari pembahasan tersebut peneliti
berpendapat bahwa tindakan minum susu
siswa sebanyak 1/2 gelas sehari kurang baik
karena minum susu yang dianjurkan dan baik
untuk kesehatan yaitu 2 kali (2 gelas) setiap
hari. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya
tingkat kesadaran siswa bahwa susu sangat
penting bagi kesehatan.
Sejalan dengan uraian di atas, peneliti
berasumsi bahwa dari tingkat pengetahuan
yang baik dan tingkat sikap yang baik tidak
selamanya akan menciptakan tindakan yang
baik, malah sebaliknya tindakan dari siswa
SMP AR-Rahman Medan pada tingkat kurang
baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan melalui pembahasan tentang
gambaran perilaku konsumsi susu pada siswa
SMP Ar-Rahman Medan tahun 2012, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan siswa dalam kategori baik
yaitu sebanyak 85,7% tetapi siswa masih
sebatas
mengetahui,
belum
dapat
menginterpretasikan atau menjelaskan
secara lebih dalam tentang informasi yang
pernah siswa dapat sebelumnya.
2. Sikap siswa dalam kategori baik yaitu
sebanyak 51,4%, hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan siswa yang baik.
3. Tingkat pengetahuan yang baik dan tingkat
sikap yang baik tidak selamanya akan
menciptakan tindakan yang baik, malah
sebaliknya tindakan siswa pada tingkat
kurang baik yaitu sebanyak 78,6%.
SARAN
1.

2.

Kepada pihak sekolah disarankan agar


memberikan
dan
meningkatkan
informasi mengenai susu yang terperinci
agar siswa menjadi lebih paham tentang
jenis dan kandungan yang terdapat
dalam susu.
Bagi siswa SMP AR-Rahman Medan di
sarankan supaya membiasakan untuk
minum susu karena susu itu penting dan
baik bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan gizi untuk
kualitas
hidup,
PT
Gramedia
Widiasarana, Jakarta
Rizki,

Leni
D.
2012.
Gambaran
Pengetahuan
Remaja
Tentang
Khasiat Susu Bagi Kesehatan,
Universitas Sumatera Utara, Medan

Utami,

Isni. 2009. Hubungan Antara


Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai
Susu Dan Faktor Lainnya Dengan
Riwayat Konsumsi Susu Selama
Masa Usia Sekolah Dasar Pada
Siswa Kelas 1 SMP Negeri 102 Dan
SMPI PB Sudirman Jakarta Timur
Tahun 2009, Skripsi FKM UI, Jakarta

Volek, Et Al. 2003. Increasing Fluid Milk


Favorably Affects Bone Mineral
Density Responses To Resistance
Training In Adolescent Boys, J am
Diet Assoc 103 : 1353 - 1356
Wall,

C. 1998. Food And Nutrition


Guidelines
For
Healthy
Adolesecents. Ministry Of Health,
Welington, New Zealand.

Weaver, C.M. 2000. The Growing Years


And Preventation Of Osteoporosis
In Later Life. Proceeding of the
nutrition society.

Anda mungkin juga menyukai