Anda di halaman 1dari 29

REFERAT DAN LAPORAN KASUS

OKTOBER 2013

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT
HALUSINASI AUDITORIK
LAPORAN KASUS
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

DISUSUN OLEH
Ulmi Fadillah Juniar
C11110156
PEMBIMBING
dr. Izak Yesaya Samay
SUPERVISOR
dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
1

HALUSINASI AUDITORIK
A.

PENDAHULUAN
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra dan
terjadi dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik
ataupun histerik. Halusinasi merupakan salah satu jenis gangguan persepsi. Persepsi
merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori. Definisi
lain persepsi adalah daya mengenal objek, kualitas atau hubungan serta perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca
indera mendapat rangsangan. Jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak (karena
kerusakan otak, keracunan obat halusinogenik), oleh gangguan jiwa atau pengaruh
lingkungan sosiobudaya. Gangguan persepsi di antaranya halusinasi, ilusi,
depersonalisasi,dan derealisasi. Halusinasi sendiri terbagi menjadi beberapa macam di
antaranya halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman,
halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinestetik, halusinasi visceral,
halusinasi hipnopompik, halusinasi histerik dan formication.1,2 Pada referat ini yang
akan dibahas adalah salah satu jenis halusinasi yaitu halusinasi auditorik.

B.

DEFINISI
Halusinasi auditorik adalah persepsi suara tanpa diidentifikasi eksternal rangsangan
juga dikenal sebagai paracusia, Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara
yang palsu. Digambarkan sebagai kata-kata internal atau suara-suara yang tidak
diketahui asalnya dan menurutnya nyata di dunia luar. Seseorang yang memiliki
halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di dengarnya adalah sebuah realita.1,3

C.

EPIDEMIOLOGI
Halusinasi pendengaran adalah persepsi yang salah pada suara. Ini adalah bentuk
halusinasi pendengaran yang paling umum. Prevalensi AHS lebih besar dari yang
diharapkan. Dalam sampel 18.572 warga masyarakat usia di atas 18 tahun, antara 2%
dan 3% mengatakan mereka telah mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi
pendengaran terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dan prevalensi
meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Sebuah studi yang mempelajari
2

prevalensi halusinasi auditorik pada orang tua melaporkan bahwa 32,8% dari kelompok
usia ini mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran paling sering
ditemukan dan merupakan gejala yang sering berulang pada pasien dengan skizofrenia,
dengan prevalensi 75 % pada populasi tersebut. Halusinasi pendengaran merupakan
bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa
(skizofrenia). Banyak halusinasi auditorik menonjol di dalam gangguan kejiwaan.
Telah diperkirakan bahwa sekitar 75% dari orang dengan skizofrenia mengalami
halusinasi pendengaran. Halusinasi auditorik juga relatif umum dalam gangguan
bipolar (20% sampai 50%), juga terdapat pada depresi berat dengan psikotik (10%),
dan gangguan stres pasca trauma (40%). 4,10

D.

ETIOLOGI
Adapun dari aspek biologis yang di mana terjadi gangguan perkembangan dan fungsi
otak, susunan saraf - saraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang
mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku menarik diri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan halusinasi
pendengaran yang non psikotik di alam. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti
kokain, LSD dan ganja juga dapat menyebabkan halusinasi pendengaran. Keluarga,
pengasuh dan lingkungan seseorang sangat mempengaruhi respons psikologis, sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan
atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup. Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. Gangguan
organik yang biasanya menyebabkan halusinasi pendengaran yaitu dengan adanya
gangguan pendengaran itu sendiri. Meskipun dapat disebabkan oleh gangguan
neurologis seperti epilepsi atau penyebab non psikotik seperti stres yang berlebihan,
halusinasi pendengaran yang paling sering terlihat pada pasien dengan skizofrenia.
Kebanyakan orang yang menderita skizofrenia atau menderita depresi bipolar juga
menunjukkan gejala halusinasi pendengaran. Oleh karena halusinasi pendengaran
cukup signifikan dalam mendiagnosis kondisi ini. Pasien skizofrenia yang sering
mengalami halusinasi tersebut tidak dapat mengenali bahwa "suara" mereka
3

mendengar tidak nyata. Penelitian telah menunjukkan bahwa halusinasi pendengaran


disebabkan oleh gangguan pada sel-sel saraf dan terkait erat dengan penggunaan
dopamin sebagai neurotransmitter6,11

E.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrana timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan
melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga menimbulkan gerak
relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.8

Telinga merupakan indera pendengaran, terbagi atas beberapa bagian yaitu: telinga
luar, tengah, dan dalam.

Telinga Luar merupakan bagian paling luar dari telinga.terdiri dari :


1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula, merupakan daun kartilago yang menangkap
gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit
yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran
timpani).

2. Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan telinga bagian luar


dengan tengah.

Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal,

dilapisi mukosa pada permukaan internal. Memiliki ketegangan, ukuran, dan


ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.

Gambar.1 Pembagian Telinga

Telinga Tengah, terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis
facialis) tulang temporal terdiri dari :
1. Tuba Eustachius, menghubungkan telinga tengah dengan faring. Normalnya tuba
ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap. Berfungsi
sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tuba
membuka suara akan teredam.
2. Osikel auditori (tulang pendengaran) terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) ,
Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) atau biasa disingkat MIS. Berfungsi sebagai
penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibule
3. Otot membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada
tinggi (peredam bunyi). M. stapedius apabila berkontraksi maka stapes menjadi
kaku yang menyebabkan suara dapat dipantulkan. M. tensor timpani berfungsi
menegangkan gendang telinga menyebabkan suara teredam
Telinga dalam, berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal. Terdiri dari :
Labirin tulang merupakan ruang berliku berisi perilimfe. Labirin tulang terdiri dari 3
bagian:
5

Vestibular yang merupakan bagian sentral labirin tulang. Fungsinya


menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular.

Saluran semisirkularis
o S. semisirkular anterior (superior) dan posterior mengarah pada bidang
vertical di setiap sudut kanannya.
o S. semisirkular lateral

Koklea, membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor


pendengaran cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi
tertinggi berada di bagian depan.8

Gambar.2 Neurotransmitter dengan lokasi diskrit pada otak


Dopamin (bahasa Inggris: dopamine, prolactin-inhibiting factor, prolactin-inhibiting hormone,
prolactostatin, PIF, PIH) adalah salah satu sel kimia dalam otak berbagai jenis hewan vertebrata
dan invertebrata, sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu saraf ke saraf
yang lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Dopamin
juga merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai
hormon ialah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis (lobus anterior hipofisis).

Ada 4 jalur utama dopamine.


1.

Jalur mesolimbik memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel didaerah


ventral tegmental batang otak terminal akson daerah limbic seperti nucleus
acumben. Jalur ini di duga sangat berperan terhadap perilaku emosional,
khususnya halusinasi audiotorik dan delusi. Hiperaktivitas dari jalur ini secara
hipotesis diduga berperan penting terhadap timbulnya gejala positif psikosis.

2.

Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel ke daerah


ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimnbic)
kedaerah korteks cerebri. Gangguan pada jalur ini di duga berperan terhadap
timbulnya gangguan kognitif dan timbulnya gangguan gejala negative
psikosis.

3.

Jalur nigrostriatal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel substansia


nigra batang otak yang menuju ke ganglia basal atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari ekstrapiramidal yang berfungsi mengontrol gerakan
motorik. Gangguan ini menyebabkan pergerakan seperti penyakit Parkinson.

4.

Jalur taberoinfindibular menghubungkan nucleus arkuatus dab neuron


preifentikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis
oleh neuron-neuron ini secara fisiologis menghambat sekresi prolaktin.12

F.

GAMBARAN KLINIS / MANIFESTASI KLINIS


Seseorang yang mengalami halusinasi auditorik akan menampakkan gejala seperti akan
mendengar suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, Tetapi paling sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu
seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga
bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh
perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Bentuk halusinasi
ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Bunyi barang- barang atau
siulan. 1,7
7

G.

DIAGNOSIS
Halusinasi pendengaran lebih menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi
halusinasi pendengaran banyak terjadi pada penderita skozifrenia, halusinasi juga
relatif umum dalam gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan
gangguan stres pasca trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan
dengan penyakit mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering
terjadi gejala halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga
berhubungan dengan halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium,
demensia, lesi otak fokal, neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors.
Intoksikasi atau penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga
berkaitan erat dengan halusinasi pendengaran.6
Skizofrenia (F.20) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai karakteristik yang
khas pada halusinasi. Skizofrenia dalam pedoman diagnosis gangguan jiwa
dimasukkan adalah deskripsi sindrom dengan variasi beberapa penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic,
fisik, dan sosial budaya. Gangguan persepsi yang utama pada skizofrenia adalah
halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh
kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri,
kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran
adalah paling utama pada skizoprenia, suara suara biasanya berasal dari Tuhan, setan,
tiruan atau relatif.
Adapun pedoman diagnostik pada skizofrenia menurut PPDGJ adalah sebagai berikut
(harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas)
1. Thought of echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal)

Thought of broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya
2. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat
3. Halusinasi auditorik
-

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara


yang berbicara) atau,

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.5
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini harus selalu ada secara jelas
o Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saha, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over values ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
o Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan, yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme
o Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu
atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor
o Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya

kinerja social: tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
-

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setia[ fase nonpsikotik
prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri dan penarikan secara social.5

Sedangkan menurut DSM IV kriteria diagnosis untuk skizofrenia


A. Terdapat gejala khas : Dua ( atau lebih ) berikut, masing-masing terjadi dalam porsi waktu
yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati)
B. ( 1 ) delusi
( 2 ) halusinasi
( 3 ) bicara kacau (contoh : sering melantur atau inkoherensi)
( 4 ) tingkah laku tidak teratur atau katatonik
( 5 ) gejala negatif , yaitu , afektif merata, alogia , atau avolition
Catatan : hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizar atau halusinasinya terdiri
atas suara yang terus menerus memberi komentarterhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua
atau lebih suara yang saling bercakap-cakap
B. Disfungsi sosial/okupasional. Selama satu porsi wajtu yang signifikan sejak awitan
gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah dicapao
sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan
mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan)
C. Durasi: tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan
ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil diobati) yang
memenuhi Kriteria A (yaitu gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala
10

prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan
dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar
dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood
dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif, manik
atau campuran mayor yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif: maupun (2)
jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya rekatif singkat
disbanding durasi periode aktif dan residual
E. Eksklusi kondisi medis umum/zat. Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis
langsung suatu zat contoh obat yang disalhgunakan, obat medis atau kondisi umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Jika terdapat riwayat gangguan
autisyik atau gangguan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia terdapat selama
setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati).9
Diagnosis banding dalam hal ini adalah diagnosis yang mempunyai gejala yang seruopa
yaitu gejala halusinasi audotorik. Menurut etiologi halusinasi auditorik sekitar 20- 50 %
pada gangguan bipolar cenderung menunjukkan gejala seperti ini.
Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya
dan gagasan bunuh diri.
Pedoman diagnostik gangguan depresif berat dengan gejala psikotik
1. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria F.32.2
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya

11

berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.
3. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau
halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).5
H.

PENATALAKSANAAN

A. TERAPI
Psikoterapi suportif yang membantu penderita yaitu psikoterapi suportif individual
atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan
penderita ke masyarakat. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong
penderita bergaul dengan orang lain, agar supaya pasien mampu berinteraksi dan
tidak berupaya untuk mengasingkan diri.1

B. PENGOBATAN
Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara
teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine
dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati
halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia
sering digunakan untuk halusinasi pendengaran.10

I.

PROGNOSIS
Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran yang disebebakan oleh skizofrenia atau
beberapa penyakit mental lainnya dapat dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan
memberikan hasil yang cukup baik.6

J.

KESIMPULAN
Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara yang palsu. Digambarkan sebagai
kata-kata internal atau suara-suara yang tidak diketahui asalnya dan menurutnya nyata
di dunia luar. Seseorang yang memiliki halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di
dengarnya adalah sebuah realita.

12

Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara


teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine
dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati
halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia
sering digunakan untuk halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran lebih
menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi halusinasi pendengaran
banyak terjadi pada penderita skozifrenia halusinasi juga relatif umum dalam
gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan gangguan stres pasca
trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan penyakit
mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering terjadi gejala
halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga berhubungan dengan
halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium, demensia, lesi otak fokal,
neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors. Intoksikasi atau
penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga berkaitan erat
dengan halusinasi pendengaran. Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran
yang disebebakan oleh skizofrenia atau beberapa penyakit mental lainnya dapat
dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan memberikan hasil yang cukup baik

13

DAFTAR PUSTAKA

1.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.

2.

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29,Jakarta:EGC

3.

Ali, Shaid. 2011. Hallucinations: Common features and causes. Nashville:


Department of Psychiatry and Behavioral Sciences Meharry Medical College

4.

Nicolson, Stephen E. 2006. Persistent Auditory Hallucinations That Are


Unresponsive to Antipsychotic Drugs. ajp.psychiatryonline.org : 163:7

5.

Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta:


PT. Nuh Jaya

6.

Wafers,

Flavie.

2010.

Auditory

Hallucinations

in

Psychiatric

Illness.

(http://www.psychiatrictimes.com)
7.

Kern, Bryan. 2010. A Look at Auditory Hallucinations. State University of New


York at Oswego

8.

Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

9.

DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders


(DSM IV-TR). Washington DC: American Psychiatric Association.

10. Musiek, Frank, MB, Tee. 2007. Auditory hallucinations: An audiological perspective.

The Hearing Journal


11.

Bhuyan, Rimlee. 2011. Auditory Hallucinations. www.buzzle.com/articles/auditoryhallucinations.html

12.

Goldstien, Menek, & Ariel Y. Deutch, Dopaminergik mechanismein the


pathogenesis of scizofrenia, The FASEB Journal [serial Online], 1992 [cited 2009
Jan 20];2413.

14

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

STATUS PASIEN

Nama Dokter Muda

: Ulmi Fadillah Juniar

Nama Pasien

: Tn. Supardi

15

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Umur

: 26 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Bugis

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Kelling, Desa Ajangpulu, Kecamatan Cina Kabupaten Bone

2. LAPORAN PSIKIATRIK
RIWAYAT PENYAKIT (Alloanamnesis pada tanggal 31 Oktober 2013)
A. Keluhan Utama
Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan Gejala


Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8
bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila
ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari,
mengamuk apabila ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk,
pasien merasa bersalah dan menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien
merasa dendam pada semua orang, seakan-akan semua mengganggu dirinya.
Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua setengah bulan oleh
keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan
emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar
bisikan-bisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari
sepupunya mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis,
pasien mengaku tidak pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di
16

rumah sakit karena menurut pasien, rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu
beranggapan bahwa pamannya bisa membaca pikirannya dan merasa hal itu
terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang yang bisa dibaca
pikirannya oleh pamannya.

Hendaya/disfungsi
Hendaya Pekerjaan

(+)

Hendaya Sosial

(+)

Hendaya waktu senggang (+)

Faktor stressor psikososial


Kegagalan pernikahan Tn. S

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya
Tidak ditemukan hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya

C. Riwayat gangguan sebelumnya


1. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat trauma (+)
Pasien pernah mengalami kecelakaan motor dan mendapat luka jahitan dua tahun
yang lalu
Infeksi (-)
Kejang (-)

2. Riwayat penggunaan NAPZA


Pasien merupakan seorang perokok aktif dan pernah mengkonsumsi narkoba jenis
shabu shabu selama merantau di Malaysia namun berhenti setelah kembali ke
kampung halaman

17

D. Riwayat kehidupan pribadi


a. Riwayat pre natal dan perinatal
Pasien lahir pada tanggal 1 Desember 1987 lahir secara normal ditolong oleh
dukun. Informasi lain tidak diketahui.
b. Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangannya pasien sama seperti anak seusianya
c. Riwayat masa kanak-kanak akhir
Pasien bersekolah di SD namun tidak tamat
d. Riwayat dewasa
o Riwayat pekerjaan :
Sehari-hari Tn. S bekerja sebagai Petani. Tahun 2001 Pasien pernah
bekerja di perkebunan sawit di Malaysia selama 6 bulan.
o Riwayat pernikahan :
Pasien menikah 1 kali pada tahun 2006 namun berpisah pada tahun
2008 ketidak cocokan dengan istri dan mertuanya dan mempunyai 1
orang anak laki-laki yang berumur 6 tahun.
o Riwayat kehidupan beragama
Tn. S memeluk agama islam

E. Riwayat kehidupan berkeluarga

Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara ,,

Pasien telah menikah 1 kali namun bercerai dan memiliki 1 orang anak laki-laki

Hubungan dengan keluarga kurang baik

Tidak ada riwayat keluarga yang menderita dengan penyakit yang sama

F. Situasi sekarang
Pasien tinggal dengan keluarga yaitu ayah ibu dan adik.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien ingin sembuh secepatnya dan ingin pulang ke rumah
18

3. AUTOANAMNESIS ( 6 November 2013)


DM

: Assalamu alaykum pak perkenalkan saya Ulmi dokter muda yang bertugas di sini,
Silahkan duduk pak

: Waalaikum salam, iya dok. Terima kasih, perkenalkan saya Tn. S

DM

: Berapa umurnya pak?

: 25 tahun

DM

: Dari mana asalnya pak?

: Dari Bone dok

DM

: Bagaimana perasaan bapak hari ini ?

: Perasaan saya biasa-biasa saja

DM

: Baik pak, sebelumnya mohon maaf mengganggu. bersedia kita berbincangbincang sebentar?

: Iya dok.

DM

: Bapak tau di mana bapak berasa sekarang ?

: Tahu dok, Rumah sakit Dadi

DM

: Sudah 6 hari ya di sini?

: Iya betul dok, dari tanggal 31 oktober saya dibawa ke sini. Oktober bulan 10 dok

DM

: Siapa yang membawa bapak ke Rumah sakit ?

: Kepala Desa dan Bapak saya dok

DM

: Mengapa bapak dibawa kesini ?

: Karena saya mengamuk dok. Biasa saya seperti mau memukul, saya tidak tahu
kenapa bisa mengamuk.

DM

: Mengapa bisa bapak mengamuk?

: Saya kurang tahu dok, tapi kalau sudah mengamuk saya selalu menyesal

DM

: Mengamuk seperti apa bapak?

: Marah-marah, biasa memukul

DM

: Tapi bapak tahu, siapa yang biasa bapak pukul ?

: Tahu dok, si Ammang

DM

: Siapa itu si Ammang?

: Orang satu kampung saya dok

DM

: Mengapa bapak memukul si Ammang?


19

: Karena si Ammang pernah mengancam bapak saya. Si Ammang mau membunuh


bapak saya jadi saya ingin membalasnya

DM

: Mengapa diancam?

: Karena saya mau dinikahkan sama sepupu satu kali saya. Dan saya tidak suka, lalu
si Ammang mengancam bapak saya

DM

: Selain memukul dan marah-marah, apakah bapak pernah membunuh?

: Tidak pernah dok

DM

: Bapak sadar dengan apa yang bapak perbuat?

: Saya sadar dok, saya mengamuk dan setelah mengamuk saya menyesal dok karena
saya tahu itu perbuatan yang salah

DM

: Bapak pernah mendengar bisikan-bisikan ?

: Dulu pernah, sekarang tidak

DM

: Bisikan seperti apa ?

: Pernah saya dengar Nur itu tidak pernah diperkosa sama sepupuku tapi saya tidak
percaya

DM

: Maksudnya?

: Dulu saya mau dinikahkan dengan Nur, tapi saya tidak mau karena dia selingkuh.
Padahal sudah dikasih naik uang 40 juta dan Andrianto sepupu satu kali saya yang
dapat dia. Suara yang saya dengar mengatakan bahwa Nur tidak selingkuh.

DM

: Suara yang kita dengar dari siapa?

: dari sepupu saya yang di Bone

DM

: Bapak pernah dengar ada suara-suara bisikan yang bapak tidak lihat siapa yang
berbicara?

: Pernah dok, seperti saya dituduh suka masuk ke kampung cewek-cewek

DM

: Bapak tahu siapa yang berbicara seperti itu?

: Tahu dok, laki-laki sambil marah-marah

DM

: Sampai sekarang masih ada terdengar suara-suara?

: Sudah tidak ada dok, karena di sini saya rajin minum obat

DM

: Sudah tidak pernah dengar ada suara-suara?

: Sudah tidak pernah dok

DM

: Apakah bapak pernah merasa sering dikejar-kejar?


20

: Tidak dok tidak pernah

DM

: Apakah bapak pernah merasa diancam ?

: Tidak dok

DM

: Apakah bapak pernah merasa mempunyai kekuatan?

: Tidak dok

DM

: Apakah bapak merasa dikontrol oleh pikiran?

: Tidak dok

DM

: Apakah bapak merasa pernah curiga dengan seseorang karena ingin melukai,
membunuh ?

: Tidak ada dok

DM

: Apakah ada seseorang yang bapak benci?

: Ada dok, Andrianto sepupu sekali saya

DM

: Sampai sekarang masih benci?

: Sekarang tidak dok, Sudah baik

DM

: Lalu si Ammang ?

: Sudah tidak dok, karena dia sudah datang ke rumah dan dia sudah baik

DM

: Masih sering terbayang-bayang rasa benci?

: Sudah tidak dok karena saya berpikir masih banyak perempuan di dunia

DM

: Bapak pernah merasa bahwa ada seseorang yang bisa baca pikirannya bapak? Atau
bapak bisa membaca pikiran orang?

: Saya tidak bisa membaca pikiran orang. Tapi pikiran saya bisa dibaca oleh Adik
Bapak saya

DM

: Baca seperti apa pak?

: Setiap saya berbicara pasti dia tahu apa yang ingin saya bicarakan

DM

: Apakah om pak S bisa membaca pikiran semua orang?

: Tidak dok, hanya saya.

DM

: Apakah bapak pernah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat dari orang lain?

: Tidak dok

DM

: Apakah bapak pernah merasa melihat tali jemuran itu tapi tiba-tiba berwujud
seperti ular?

: Tidak dok
21

DM

: Apa pendidikan terakhir bapak ?

: SD dok, tapi tidak tamat

DM

: Bapak tahu menghitung ?

: Tahu dok

DM

: Baik pak, kalau 100 7 ?

: 93

DM

: Kemudian dikurangi 7 lagi?

: 86 dok

DM

: Bapak bersaudara berapa orang ?

: 3 orang dok, saya anak ke 2

DM

: Bisa ulangi apa yang saya katakan 8 40 8 0 1

: Susah dok

DM

: Baik kita coba 4 angka 1 3 7 6

:41376

DM

: Bapak tahu perbedaan sepeda dan motor ?

: Tahu dok, sepeda tidak ada minyaknya. Motor ada minyaknya dan ada oli
sampingnya.

DM

: Apa bakat bapak? Keterampilan apa yang bapak bisa kerjakan?

: Saya bisa memasak dok, karena saya perantau. Saya di Malaysia dok, saya
menombak sawit 6 bulan. Saya bisa masak sayur sawi itu masakan paling enak.
Saya bisa masak sayur kacang panjang

DM

: Bapak biasa mandi di mana?

: Di kamar mandi di dalam sini dok, mandi sendiri. Kalau kamar mandi di sebelah
sana itu kotor sekali, banyak kotorannya. Tidak pernah dibersihkan

DM

: Bapak kalau misalnya ada dompet di jalan, biasanya bapak akan melakukan apa ?

: Yang saya lakukan, dompet saya ambil dan kasih teman lalu tanyakan siapa yang
punya. Kalau bukan teman saya, saya telepon nomor yang ada di dompet

DM

: Bapak, kalau ada orang yang mengamuk di tengah jalan menurut bapak itu
perbuatan yang baik atau tidak?

: Tidak dok, karena itu menghalangi perjalanan orang. Dan itu merupakan
perbuatan yang tidak baik
22

DM

: Bapak sadar kalau bapak sakit?

: iya dok, betul. Saya sadar bahwa saya sakit. Di sini saya selalu makan obat 3 kali
sehari. Saya pernah di pasung dok 2 bulan 17 hari. Biasa mengamuk dok, Kamis
malam pasung saya dilepas, minum susu dan jam 4 saya langsung di bawa ke
rumah sakit dadi. Dok saya ingin pulang dok. bisa tidak ?

DM

: Bapak tunggu saja keluarga bapak menjenguk dulu ya.

: Iya dok

DM

: Bapak sudah menikah?

: Sudah dok, tapi cerai. Makanya saya mau dinikahkan dengan sepupu satu kali saya
yang namanya Nur itu.

DM

: Maaf ya bapak, kalau boleh tahu mengapa bapak bisa bercerai?

: Karena saya ingin hidup mandiri dan punya rumah sendiri bersama istri saya. Tapi
mertua saya melarang.

DM

: Bagaimana dengan istri bapak?

: Dia juga tidak mau, makanya saya cerai

DM

: Tahun berapa cerai ?

: tahun 2008 bulan 8

DM

: Bapak punya anak?

: Punya dok, 1 anak laki-laki sudah berumur 6 tahun. Sekarang SD kelas 1

DM

: Bapak perokok?

: iya saya perokok

DM

: Bapak pernah pakai narkoba ?

: Pernah dok shabu-shabu waktu di Malaysia tapi sudah berhenti sejak balik ke
kampung karena barangnya susah dapat disini dan tidak ada uang untuk membeli

DM

: Bapak masih ingat siapa nama saya?

: Hehehe sudah lupa dok

DM

: Nama saya Ulmi, baik bapak terima kasih atas waktunya selamat beraktifitas

: Iya dok.

23

4. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan
tinggi kurus, memakai baju biru dan berpakaian kurang rapi.
2. Kesadaran

: Berubah

3. Perilaku dan aktifitas psikomotor

: Cukup Tenang

4. Pembicaraan

: Lancar, intonasi suara biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa

: Kooperatif

B. Keadaan afektif (Mood), perasaan, empati, dan perhatian


1. Mood

: Eutimia

2. Afek

: Appropriate

3. Empati

: Tidak dapat dirabarasakan

4. Perhatian

: Baik

C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dam kecerdasan : Sesuai taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi

: Baik

3. Orientasi (waktu, tempat dan orang)


Waktu

: Baik

Tempat

: Baik

Orang

: Baik

4. Daya Ingat
Daya ingat jangka segera

: Terganggu

Daya ingat jangka pendek

: Terganggu

Daya ingat jangka panjang

: Baik

5. Pikiran abstrak

: Baik

6. Bakat kreatif

: Memasak

7. Kemampuan menolong diri

: Baik

sendiri
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi

: Riwayat halusinasi pendengaran (+)


24

Pasien seperti merasa ada bisikan-bisikan dari


seorang laki-laki yang mengomentari dirinya
2. Ilusi

: Tidak ada

3. Depersonalisasi

: Tidak ada

4. Derealisasi

: Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas

: Cukup

Kontinuitas

: Koheren dan relevan

Hendaya berbahasa

: Tidak ada

2. Isi pikiran
Preokupasi

: Tidak ada

Gangguan isi pikir

: Terdapat gangguan isi pikir berupa thought of


withdrawal di mana pasien merasa pamannya bisa
membaca pikirannya

F. Pengendalian impuls

: Baik

G. Daya nilai
Norma sosial

: Baik

Uji daya nilai

: Baik

Penilaian realitas

: Baik

H. Tilikan (insight)
Tilikan derajat 6, pasien merasakan bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan
I. Taraf dapat dipercaya

: Dapat dipercaya

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Keadaan Umum
Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 92x/menit

Pernapasan

: 22x/menit

Suhu

: 36,6o C

Ektremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan


25

Status Internus
Kepala

: Posisi sentral, penonjolan (-)

Konjungtiva

: Anemis (-) Ikterus (-)

Hidung

: Epistaksis (-)

Mulut

: Kering (-), lidah kotor (-), hiperemis (-)

Status Neurologis
Kesadaran

: GCS 15 (E4M6V5)

Pupil

: Bulat

Reflex Cahaya

: +/+

6. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8
bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila ada
keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari, mengamuk apabila
ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk, pasien merasa bersalah dan
menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien merasa dendam pada semua orang,
seakan-akan semua mengganggu dirinya. Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua
setengah bulan oleh keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan
emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar bisikanbisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari sepupunya
mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis, pasien mengaku tidak
pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di rumah sakit karena menurut pasien,
rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu beranggapan bahwa pamannya bisa membaca
pikirannya dan merasa hal itu terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang
yang bisa dibaca pikirannya oleh pamannya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit
sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan tinggi kurus, memakai baju biru dan
berpakaian kurang rapi. Kesadaran berubah, saat diwawancara pasien tampak cukup
tenang, verbalisasi spontan, intonasi biasa, mood eutimia, afek appropriate dan empati
26

tidak dapat dirabarasakan, terdapat riwayat gangguan persepsi sebelum masuk rumah sakit
berupa halusinasi pendengaran dan adanya gangguan isi pikir yaitu thought of withdrawal.
Pasien menganggap isi pikirnya bisa dibaca oleh pamannya sendiri. Pengendalian impuls
baik dan daya nilai baik. Tilikan (insight) derajat 6 (pasien sadar kalau dirinya sakit dan
perlu pengobatan) dan hasil wawancara dalam taraf dapat dipercaya.

7. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis 1
Berdasarkan dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu pasien sering mengamuk,
memukul orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan penderitaan
(distress) bagi diri pasien sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa.
Dari pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam menilai realita,
berupa adanya riwayat halusinasi pendengaran dan gangguan isi pikir thought of
withdrawal sehingga pasien dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa psikotik.
Dari pemeriksaan status interna dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, tidak
ditemukan adanya kelainan yang berarti sehingga pasien

dapat dikatakan

mengalami gangguan jiwa non organik.


Dari hasil alloanamnesis didapatkan pasien mempunyai riwayat halusinasi
pendengaran mendengar bisikan-bisikan yang membicarakan tentang dirinya dan
mempunyai gangguan isi pikir berupa thought of withdrawal di mana pasien merasa
bahwa isi pikirannya bisa dibaca oleh pamannya. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III
didiagnosa sebagai , Skizofrenia YTT (F 20.9)

Aksis II :
Pasien mudah tersinggung dan emosional

Aksis III :
Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik

Aksis IV :
Ditemukan adanya faktor stressor yaitu kegagalan pernikahannya.

Aksis V :
GAF Scale 60-51 : Gejala sedang (muderate), disabilitas sedang.
27

8. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik. Namun diduga ada ketidak seimbangan neurotransmitter
sehingga memerlukan farmakoterapi.

Sosiologik
Ditemukan hendaya sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga membutuhkan
sosioterapi

Psikologik
Ditemukan adanya gangguan psikologik sehingga membutuhkan psikoterapi untuk
memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi.

9. PROGNOSIS
DUBIA ET BONAM
1. Faktor pendukung
Adanya dukungan dari keluarga.
Tidak ada kelainan organobiologik yang bermakna.
Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama
Stressor jelas
2. Faktor penghambat
Onset muda

10. RENCANA TERAPI

Farmakoterapi
Risperidon 2mg 2 x 1/2

Psikoterapi

a. Ventilasi
28

Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk

menceritakan

keluhan dan isi hati serta perasaaan sehingga pasien merasa lega dan
keluhannya berkurang.

b. Konseling
Memberi penjelasan dan pengertian kepada pasien agar

memahami

penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

c. Sosioterapi
Memberi penjelasan kepada pasien, keluarga pasien, dan orang-orang
disekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan
yang membantu.

11. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektivitas terapi, serta
memantau kemungkinan terjadinya efek samping obat yang diberikan.

29

Anda mungkin juga menyukai