Disusun Oleh :
Dr. Kusnida Indrajaya, M.Si
PALANGKA RAYA
2015
A. Parenting
Parenting merupakan topik yang penting jika berbicara mengenai hubungan
antara orang tua dan anak. Pentingnya parenting akan terlihat dari pengaruh pola
pengasuhan yang diterapkan orang tua terhadap anak. Fenomena yang kerap terlihat yaitu
bahwa perbedaan pola pengasuhan yang diterapkan orang tua, baik dalam pengawasan
maupun kehangatan, akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada berbagai aspek
dari perkembangan anak. Penting bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola
pengasuhan yang tepat, sebab cara orang tua mengasuh anak akan sangat berhubungan
dengan bagaimana perasaan anak tentang dirinya dan bagaimana anak berelasi dengan
orang lain (Martin&Colbert, 1997)
Istilah parenting secara umum diartikan sebagai pengasuhan, meskipun arti
dari parenting sendiri lebih luas,. Parenting adalah suatu rangkaian interaksi
berkelanjutan diantara orang tua dan anak, yaitu sebuah proses yang menyebabkan
perubahan pada kedua belah pihak. Menurut definisi, parenting melibatkan proses
melahirkan, melindungi, mengasuh dan membimbing anak-anak (martin&Colbert, 1997).
Orang tua sebagai figure memegang peran penting dalam proses pengasuhan
dituntut untuk terus mendukung dan memelihara pertumbuhan anak tidak hanya secara
fisik, namun yang terpenting juga membentuk kelekatan emosional dan ikatan psikologis
dengan anak (Brooks,19891) Parenting sendiri merupakan proses yang kompleks.
Keunikan karakteristik dari orang tua dan anak serta lingkungan akan menentukan
bagaimana mereka akan saling mempengaruhi satu sama lain selama rentang kehidupan
(Martin &Colbert, 1997)
Pada anak, salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pengasuhan yang
efektif diterapkan bagi anak usia tertentu, mungkin tidak akan berhasil terhadap anak di
usia selanjutnya, sehingga akan berpengaruh pula pada tugas pengasuhan dan harapan
orang tua terhadap anak. Sedangkan pada orang tua, beberapa faktor penting yang dapat
berpengaruh terhadap proses pengasuhan tersebut adalah gender (ibu dianggap memiliki
hubungan yang paling dekat dengan anak), sejarah masa kecilnya dan beliefs orang tua
(Martin&Colbert, 1997)
Sejarah perkembangan orang tua (termasuk masa kecilnya) tersebut akan
mempengaruhi perilakunya dalam mengasuh anak, orang tua membawa ide-ide mereka
sendiri tentang bagaimana anak-anak berkembang, belajar dan berespon terhadap proses
parenting. Keyakinan/beliefs ini merupakan fondasi kognitif bagi proses pengasuhan.
Keyakinan tentang sifat anak-anak dan peran orang tua mulai terbentuk di masa kecil,
tetapi bentuk dan isinya dapat berkembang selama rentang hidup seseorang. Beliefs orang
tua itu penting karena akan mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku mereka dalam
membesarkan anak (Martin&Colberrt, 1997).
Kini, upaya intervensi terhadap orang tua yang umumnya lebih di fokuskan
pada pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup. Menurut Coleman dan Karraker
(1997),untuk mengoptimalkan proses pengasuhan para ibu dan ayah perlu belajar untuk
meyakini kemampuan mereka sendiri, ketika orang tua menginteralisasikan kesadaran
akan kompetensi dalam perannya, faktor kepuasan dan kesenangan dalam pengasuhan
akan dapat dicapai bahkan dibawah kondisi lingkungan yang sulit sekalipun (Coleman &
Karraker, 1997).
Secara umum (Coleman & Karraker, 1997) menyimpulkan bawa orang tua
dengan keyakinan yang kuat dalam kemampuan parenting mereka juga terlibat dalam
perilaku parenting positif dan sebaliknya.
Parenting self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian orang tua terhadap
kompetensi dirinya dalam peran sebagai orang tua atau persepsi oarng tua tentang
kemampuan mereka untuk secara positif mempengaruhi perilaku dan perkembangan
anak-anak mereka (Coleman&Karraker, 2000).Dengan demikian bahwa individu dengan
tingkat Parenting self-efficacyyang tinggi mampu mengarahkan anak-anaknya melewati
tahapan-tahapan perkembangan yang mereka hadapi tanpa masalah serius, sebaliknya,
individu dengan tingkat Parenting self-efficacy rendah mungkin berjuang untuk
menghadapi tuntutan keluarga serta beresiko mengalami stress dan defresi (Copmi,
2011).
Menurut Coleman dan Karraker (2000), ada 5 dimensi dari Parenting selfefficacy yakni :
1. Pencapaian anak di sekolah (Achievement)
Orang tua dapat mempengaruhi proses belajar anak dengan terlibat dalam kegiatan
sekolah anak, memotivasi mereka untuk berprestasidan memberi panutan sikap yang
baik dalam belajar. Orang tua dengan anak usia sekolah memiliki tugas untuk
memfasilitasi perkembangan kognitif anak seperti dengan memberikan kebebasan
pada anak untuk bereksplorasi, menyediakan fasilitas belajar, menunjukan
ketertarikan terhadap sekolah anak, menjadi penasehat akademik anak dan
mendorong anak untuk berkreativitas.
perasaan sendiri, kemampuan untuk mendengarkan anak dengan penuh perhatian, dan
mendorong kebebasan anak.
5. Pemeliharaan kesehatan fisik anak (Health)
Dalam hal ini orang tua perlu memiliki kemampuan untuk menyediakan nutrisi yang
tepat, perawatan kesehatan preventif dan korektif yang tepat waktu, deteksi tandatanda penyakit pada anak, mendukung pemeliharaan kebersihan, mendorong anak
untuk memiliki waktu tidur yang cukup, serta mendorong anak untuk melakukan
outdoor activity.
Menurut Jerome Kagan, psikolog perkembangan mendefinisikan pengasuhan
(parenting) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup
apa yang harus dilakukan oleh ortang tua/ pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab
dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus
dilakukan orang tua ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan
kewajiban dengan baik.Selanjutnya Berns dan Brooksmendefinisikan pengasuhan
sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan
orang tua untuk mendukung perkembangan anak.
Dengan demikian konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok
antaralain, pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal baik secara fisik, mental maupun social. Pengasuhan merupakan
proses interaksi yang terus menerus antara orang tuadengan anak. Dan parenting sebagai
upayan sebuah upaya interaksi dan sosialisasi tidak bias dilepaskan dari social budaya
dimana anak dibesarkan.
B. Fungsi Parenting
Parenting mempunyai fungsi yang penting dalam tumbuh kembang anak
sehingga anak merasa bahwa orang tua selalu ada disaat anak membutuhkan. Ada empat
fungsi utama parenting, yakni : Membentuk kepribadian anak, Membentuk karakter anak,
Membentuk kemandirian anak, dan Membentuk akhlak anak.
1. Membentuk pola kepribadian anak
Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak akan mempengaruhi proses
pembentukan kepribadian anak. Anak yang hidup di dalam kelauraga dengan pola
asuh demokratis akan membentuk kepribadian anak yang baik, sedangkan anak yang
hidup dengan pola asuh otoriter akan terbentuk dengan kepribadian keras dan
pemberontak.
2. Membentuk karakter anak
Pembentukan karakter anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diberikan orang tua.
Anak yang berkarakter baik tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
memiliki jalinan komunikasi dua rah.
3. Membentuk kemandirian anak
Anak yang tumbuh dengan kemandirian diperoleh dari cara pengasuhan orang tua
yang mengasah kemandiriannya sejak dini. Misalnya anak diajarkan makan sendiri,
melakukan kebutuhan pribadinya sendiri dengan pengawasan dan diberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
4. Membentuk akhlak anak
Akhlak yang baik dapat terbentuk dari cara pengasuhan orang tua yang
memperkenalkan agama, kesopanan, budi pekerti, dan tingkah laku yang baik sejak
dini. Anak cenderung memperhatikan tingkah laku orang tua serhari-hari dan
menirunya, maka dari itu keteladan orang tua sangatlah penting dalam membentuk
akhlak anak.
komunikasi antara ibu-ayah dengan anaknya membuat anak merasa kurang diperhatikan
sehingga mereka mencari sumber perhatian dan kasih sayang yang lain.
Sebagai orangtua, kita merasa sudah memberikan perhatian dan kasih sayang
cukup. Sering kali kita tidak mau menyadari kesalahan kita dan cenderung lebih
menyalahkan anak atas perbuatannya tersebut. Hingga akhirnya bisa berakibat fatal dan
hal ini tentu akan sangat merugikan kita maupun anak.
Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau pertukaran katakata/gagasan dan perasaan, di antara dua orang atau lebih. Pada anak usia dini, berbicara
adalah salah satu contoh dari bentuk komunikasi. Contoh lainnya, seorang bayi berusia 3
bulan menangis keras, ibunya datang menghampiri dan memeriksa popok bayi yang
ternyata basah. Tangisan si bayi merupakan bahasa komunikasi yang digunakannya untuk
menyampaikan pesan.
1. Karakteristik anak usia dini dalam berkomunikasi :
a. Anak berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan isyarat tubuhnya.
Kata-kata pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain, biasanya dianggap sebagai proses perkembangan bahasa yang
dipengaruhi oleh kematangan kecerdasan yang ditandai dengan kemampuan anak
usia dini untuk menyusun kata dalam berbicara.
b. Kemampuan bahasa anak terus didorong untuk membantu anak dalam
mengungkapkan keinginan dan menjalin hubungan dengan orang lain.
2. Keterampilan berkomunikasi orang tua
Dengan melakukan komunikasi maka orang tua akan mampu:
a. Mengenali anak-anak dengan lebih baik lagi
10
11
ayahnya. Inilah bentuk komunikasi otoriter yang tidak disukai anak usia dini.
Ciri-cirinya saat sedang menjalin komunikasi bisa dilihat sebagai berikut :
1) Lebih banyak bicara daripada mendengar, ini merupakan sifat kebanyakan ibu
dan ayah. Kita merasa lebih mengerti dan lebih berpengalaman daripada anak
kita. Padahal ini dapat membuat anak putus asa dan enggan menjalin
komunikasi yang lebih baik dengan kita.
2) Cenderung memberi nasihat dan arahan, tanpa memedulikan perbedaan masa
lalu kita dengan masa anak
3) Tidak mau mendengar dan memahami dahulu masalah yang dialami anak. Hal
ini biasanya lebih dikarenakan keterbatasan waktu yang kita miliki, sehingga
kita enggan berlama-lama mendengarkan masalah anak kita.
4) Tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat.
Kita cenderung merasa paling tahu dan paling benar daripada anak.
5) Selalu menyalahkan anak. Jika anak melakukan kesalahan, kita tidak meminta
penjelasan mengapa ia melakukan hal itu dan mengapa ia tidak boleh
melakukan hal itu.
b. Bentuk Komunikasi Demokratis (Saling Menghargai)
Kita harusnya mampu menjadikan saat berkumpul dan berbincang dengan keluarga
sebagai saat yang berkesan bagi anak, meski itu hanya beberapa menit dalam sehari.
Yang perlu kita pahami adalah setiap anak memiliki keinginan untuk dihargai dan
pendapat yang mungkin berbeda.
Hal-hal yang bisa ibu dan ayah lakukan dalam menciptakan komunikasi yang
berkesan dengan anak, antara lain :
12
1) Anggap anak sebagai teman. Berikan perhatian dan kasih sayang pada saat ia
menceritakan kisahnya, berikan tanggapan selayaknya seorang teman dan
bukan sebagai orangtua yang mengatur hidup anaknya.
2) Puji keberhasilan-keberhasilan kecil yang telah dilakukan anak. Hal ini akan
membuat anak merasa dihargai dan bisa membuat bangga keluarga, juga dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
3) Hargai apa yang telah dilakukannya pada kita. Mungkin hanya sekadar
perbuatan kecil, seperti mengembalikan mainan pada tempatnya, menata
sepatu di raknya, dan sebagainya.
4) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, bila perlu kita cari
ungkapan yang paling sederhana agar ia dapat menangkap maksud tanpa salah
mengartikan perkataan kita. Selain itu, gunakan kata-kata yang menarik saat
berbicara dengannya dan sertai dengan canda-canda kecil agar ia tidak merasa
tertekan.
5) Yakinkan pada anak, kita bisa diandalkan. Tentu tidak hanya sebatas kata-kata,
melainkan harus diwujudkan dengan perbuatan. Jadilah kita sebagai ibu dan
ayah yang dapat diandalkan dan selalu ada di saat-saat ia sedang
membutuhkan bimbingan, dorongan atau hanya sekadar pujian.
6) Ungkapkan dengan perbuatan. Adakalanya komunikasi tidak terjalin melalui
kata-kata namun tidak berarti komunikasi tidak terjalin. Untuk menunjukkan
kasih sayang bisa diungkapkan melalui sentuhan, memeluk, membelai,
menatap dengan lembut ataupun mencium. Hal ini bisa membuat anak merasa
disayang dan diperhatikan.
13
c.
14
c. Ulangi cerita anak untuk menyamakan pengertian, karena mungkin bahasa anak
berbeda dengan bahasa kita, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami cerita anak.
d. Bantu anak mengungkapkan perasaannya dengan bertanya. Jika ananda masih
bingung tentang apa yang dirasakannya, apa yang membuatnya sedih atau
gembira, maka dengan meminta ia bercerita akan membuatnya merasa
diperhatikan.
e. Bimbing anak untuk memutuskan sesuatu yang tepat. Jelaskan akibat apa yang
akan terjadi jika ia mengambil suatu keputusan, jelaskan sebab dan akibat dari
keputusan itu secara sederhana agar mudah dimengerti olehnya.
f. Emosi anak yang masih belum stabil membuat ia mudah marah. Tunggu sampai ia
tenang, baru dekati dan tanyakan apa yang mengesalkan hatinya. Jangan sampai
membuat ananda merasa sedang diabaikan atau tak diacuhkan.
g. Saat berkomunikasi dengan anak usia dini, ibu dan ayah tak perlu malu, misalnya
harus berperan sebagai badut di depan anak, jika dengan cara itu anak akan lebih
bisa memahami dan mengerti apa yang ibu-ayah maksudkan.
Komunikasi dengan anak yang dijalin sejak dini dapat memudahkan dalam
mendidik dan mengarahkan anak usia dini. Dalam berkomunikasi orang tua perlu
menghindari beberapa hal yakni :Memerintah, Menyalahkan, Meremehkan,
Menasehati Membandingkan, Membohongi Memberi julukan negative, Menghibur
Mengancam Mengkritik, Menyindir, Menyelidik
15
16
17
18
19
tua/ keluarga yang memiliki anak usia dini serta calon orang tua dan pihak lain yang
berminat.
Bentuk
kegiatan
parenting
kelompok
orang
tua(KPO)adalah
wadah
komunikasi bagi orang tua untuk saling berbagi info dan pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakn pendidikan anak usia 0-6 tahun di rumah. Tujuannya
parenting adalah Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keinginan dan
kesiapan orang tua / keluarga dalam melaksanak PAUD. Bentuk kegiatan adalah
curah pendapat, sarasehan, simulasi, konsultasi, temu acara dan belajar keterampilan
tertentu.
Ada beberapaJenis program parenting yang dapat dilaksanakan untuk lembaga
PAUD Sbb :
1. Parents Gathering
Adalah pertemuan orang tua dengan pihak lembaga PAUD yang difasilitasi oleh
panitia program parenting guna membicarakan tentang program lembaga Paud dalam
hubungannyadengan bimbingan dan pengasuhan anak di keluarga dalam rangka
menumbuhkembangkan anak secara optimal. Materi dalam pertemuan dalam
berbagai hal tentang kebutuhan tumbuh kembang anak, misalnya: tentang gizi dan
makanan, kesehatan pendidikan karakter, penyakit pada anak dan sebagainya.
2. Foundation Class
Adalah pembelajaran bersama anak dengan orang tua di awal masuk sekolah dalam
rangka orientasi dan pengenalan kegiatan sekolah. Dilaksanakan pada mingguminggu pertama anak-anak mulai masuk sekolah di tahun ajaran baru.
3. Seminar
20
Adalah kegiatan dalam rangka program parenting, yang dapat dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan seminar. Misalnya dengan mengundang tokoh atau praktisi PAUD
yang kompeten, pakar dongeng, phisikolog.
4. Hari konsultasi
Adalah dengan kegiatan pertemuan konsultasi untuk orang tua yang dapat disediakan
atau dibuka oleh lembaga PAUD. Jumlah hari yang disediakan sesuai dengan tinggi
rendahnya kasus atau jumlah orang tua yang melakukan konsultasi.
5. Field Trip
Adalah darmawisata, kinjungan wisata, atau kunjungan ke tempat-tempat yang
menunjang kegiatan PAUD.kegiatan kunjungan dilakukan bersama orang tua.
Misalnya kunjungan ke museum, Bandar udara, pelabuhan dan tempata lain sesuai
tema perjalanan.
6. Home Activities
Adalah aktivitas di rumah di bawa ke sekolah, yaitu membawa orang tua untuk
menginap di sekolah, bias dengan melakukan kegiatan perkemahan
dilapangan
21
22