Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini
sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan
tutorial pada Blok 10, Blok Kardiovaskular
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan skenario 1 ini serta Learning Objective yang kami cari. Karena ini semua
disebabkan oleh keterbatasan kami.
Tak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dr. Prima Belia Fathana
selaku tutor kami atas masukan-masukan beliau selama proses diskusi. Kami
berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para
pembaca.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2
I. Pendahuluan
1.1 Skenario 1 Blok 10...............................................................................3
1.2 Mind Map.............................................................................................4
1.3 Learning Objective...............................................................................4
II. Pembahasan
2.1 Kaitan flek dengan murmur.............................................
...5
2.2 Embriologi Jantung...6
2.3 Macam-macam penyakit jantung bawaan Asianotik........................ ...12
III. Penutup
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... ...24
Daftar Pustaka.................................................................................................25
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan
keluhan batuk demam berulang. Aktivitas anak kurang dibanding teman
sebanyanya terutama makin nampak saat anak di TK. Pernah beberapa kali
periksa ke puskesmas dan ke dokter praktek dikatakan flek dan telah mendapat
pengobatan. Tapi keluhan tidak membaik. Berat badan anak lebih rendah
dibanding teman sebanyanya. Tidak ada riwayat biru. Riwayat kehamilan dan
persalinan normal. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan murmur
1.2 Mind Map
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
Tubing
Keseluruhan perkembangan kardiovaskular-jantung, pembuluh darah, dan selsel darah berasal dari lapisan mesoderm yang diinduksi oleh lapisan endoderm
dan membentuk angioblast, sel-sel angioblast akan berpriliferasi membentuk
angiokista yang terdapat di sisi lateral mudigah dan kemudian akan
membentuk pleksus pembuluh-pembuluh darah kecil berbentuk tapal kuda,
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Kedua tabung membentuk sebuah tabung jantung tunggal yang agak bengkok
yang yang terdiri atas suatu tabung endokardium di sebelah dalam dan pelapis
miokadium di sekelilingnya, pada minggu ke-4 sampai ke-7 jantung terbagi
dalam suatu bangunan khas berkamar empat.
Pada fase tubing dapat terlihat bagian-bagian seperti atrium primitif,
komponen ventrikel outlet dan inlet, trunkus arteriosus yang akan menjadi
aorta dan arteri pulmonalis, vena vetilena, vena umbilikalis, vena kardinalis.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
b)
Looping
Tahapan ini merupakan proses looping antara atrium dengan komponen inlet
ventrikel, dan juga antara komponen inlet dengan outlet ventrikel. Sinus
venosus yang tertanam kuat pada septum transvrsum menjadi bagian ujung
tabung yang terfiksasi. Perkembangan yang bertahap menyebabkan atrium
primitif bergeser ke arah sinus venosus, sehingga terbentuk lengkungan antara
atrium dan segmen inlet ventrikel. Pada komponen outlet dan inlet ventrikel
terbentuk lengkungan dengan susut 180 derajat, sehingga trunkus berada
didepan dan kanalis atrioventrikularis. Proses looping ini biasanya terjadi ke
arah kanan, dan disebut sebagai dextro ventrikular loopinng
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
c)
Septasi
Pembentukkan sekat dalam jantung, sebagian disebabkan oleh perkembangan
dari jaringan bantalan endokardium mengelilingi kanalis atrioventrikularis.
Empat bantalan endokardium mengelilingi kanalis atrioventrikularis
menyatu antara atas bantalan bagian bagian bawah yang saling berhadapan
menutup lubang dari kanalis atrioventrikularis kiri dan kanan. Jaringan
bantalan tersebut kemudian menjadi fibrosa dan membentuk katub mitral di
sebelah kiri dan katub trikuspidalis di sebelah kanan.
Pembentukkan sekat di venrikel
Septum interventrikularis terbentk dari pars muskularis yang tebal dan pars
membranasea yang tipis yang terbentuk dari:
foramen interventrikularis.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
dalam ventrikel kanan dan baru dapat keluar ke aortic outflow tract. Dalam
perkembangan selanjutnya aortic outflow tract akan bergeser ke arah ventrikel
kiri dengan absorbsi dan perlekatan dari 1inner heart curvature. Sekarang
kedua ventrikel masing-masing sudah memiliki inlet, outlet dan trabekular.
Pergeseran aorta ke arah ventrikel kiri ini akan menyebabkan septum
outlet (infundibular) berada pada suat garis dengan septum inlet dan septum
trabekular. Komunikasi antara kedua ventrikel masih tetap ada, lubang baru
yang terbentuk ini selanjutnya akan tertutup oleh septum membranous. Jadi
septum ventrikel terdii dari empat bagian yaitu septum trabekular, septum
inlet, septum infundibular, dan septum membranasea.
Selanjutnya aortic outflow tract bergabung dengan arkus aorta ke-6 sedang
pulmonary outflow tract dengan arkus aorta ke-6. pada masa janin selanjutnya
aorta ke-6 ini berfungsi sebagai duktus arteriosus, yang menghubungkan
pulmonalis dengan aorta desendens.
Katub atrioventrikularis terbentuk dari pengelupasan lapisan superfisial
dari segmen inlet ventrikel, sedang katub arterial (semilunar) dari outlertruncal junction. Pada awalnya kedua katub atrioventrikular ini terpisa dari
kedua katub arterial oleh lipatan ventrikulo-infundibular (inner heart
curvature). Pada saat pergeseran aorta ke arah ventrikel kiri, lipatan ini
menghilang dan katub aorta berdekatan dengan katub mitral (aortic-mitral
continuity). Sedangkan lipatan ventrikulo-infundibular antara katub pulmonal
dan trikuspid tetap ada, bahkan diperkuat oleh septum infundibular.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Etiologi
Defek sekat Ventrikel dikarenakan keterlambatan penutupan sekat IV
sesudah kehidupan intrauterine pada 7 minggu pertama. Alasan penutupan
terlambat atau tidak sempurna ini belum diketahui secara pasti tapi bisanya
dikarenakan faktor genetik dan lingkungan.
Faktor resiko
Populasi
asia di Asia
ditemukan
memiliki
kemungkinan
defek
subpulmoner yang lebih besar. Lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir
prematur atau bayi dengan berat badan lahir yang rendah dengan laporan insiden
7,06 per 1000 kelahiran hidup. Tidak seperti umumnya kelainan jangtung
kongenital lain yang berkaitan erat dengan riwayat kelainan pada orang tua, defek
septum ventrikel tidak terlalu memperlihatkan hubungan ini, ditemukan hanya 3%
penderita defek sekat ventrikel dari anak dengan orang tua yang juga memiliki
kelainan yang sama. Usia kehamilan ibu dan urutan kelahiran tidak terlalu
berpengaruh pada kejadian defek septum ventrikel.
Klasifikasi
Berdasarkan letak kelainan pada septum dilihat dari struktur anatominya,
defek septum ventrikel dapat mengenai beberapa lokasi pada septum dan dibagi
atas:
Defek pada septum pars membranosa : umumnya yang paling sering,
meliputi 75% dari keseluruhan defek septum ventrikel.
Defek pada septum pars muskularis : defek ini dapat ditemukan dimanamana pada sekat apeks, anterior, atau posterior dan seringkali multipel.
Defek infundiulum (subpulmonal) : defek terletak dibawah katup
pulmonal bila dilihat dari ventrikel kanan dan dibawah aorta bila dilihat
dari ventrikel kiri.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
vaskular pulmonal. Pada titik ini, rasio tahanan pulmonal terhadap sistemik
mendekati 1:1 sehingga terjadi pirau ganda baik dari kiri ke-kanan maupun dari
kanan ke-kiri. Hal ini menyebabkan berkurangnya tanda-tanda klinis kegagalan
jantung dan mulai tampak sianosis.
Besar shunt dari kiri ke-kanan digambarkan oleh rasio aliran darah
pulmonan terhadap sistemik. Jika shunt dari kiri ke-kanan kecil (rasio aliran darah
pulmonal terhadap sistemik < 1,75:1) biasanya ruang-ruang jantung tidak
membesar dan bantalan pulmonal akan normal. Tapi pada shunt yang besar (rasio
aliran darah pulmonal terhadap sistemik > 2,5:1), dapat terjadi kelebihan beban
ventrikel kiri juga hipertensi ventrikel kanan dan arteri pulmonal.
Manifestasi klinik
Pada VSD kecil umunya pasien tidak bergejala dan kelainan biasanya
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin. Defek yang lebih besar mungkin hanya
menyebabkan takipneu, tapi pada defek yang sangat besar gejala-gejala gagal
jantung seperti takipneu, dispneu pengurangan masukan cairan dan pertumbuhan
yang jelek dapat muncul. Sianosis biasanya tidak ada (umumnya muncul bila
terdapat obstruksi vaskular pulmonal) tetapi keabu-abuan dapat muncul pada saat
menangis atau selamam infeksi. Sering terjadi penonjolan prekordium kiri dan
sternum, sebagaimana adanya kardiomegali, kuat angkat parasternal teraba,
dorongan apeks dan tekanan sistolik. Corak vaskular pulmonal bertambah dan
mungkin ada edema pulmo karena efusi pleura akibat peningkatan tekanan arteri
pulmonalis. Ditemukan pula hipertrofi pada kedua ventrikel.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tanda-tanda gagal jantung, takipneu, dispneu, dan
sianosis. Dapat diikuti pengurangan masukan cairan dan pertumbuhan
yang buruk.
Pada auskultasi dapat ditemukan bising sistolik yang besarnya
dipengaruhi ukuran defek. Makin kecil defek makin besar bising yang
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
menentukan
apakah
pasien
beresiko
untuk
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
c. Koarktasio Aorta
Definisi
Koarktasio Aorta merupakan stenosis atau penyempitan lokal atau segmen
hipoplastik yang panjang. Pada dewasa lokasi tersering ditemukan adalah di
pertemuan arkus aorta dan aorta desenden segara setelah muara dari arteri
subklavia kiri. Jarang pada aorta abdominalis. Koarktasio dapat berupa kelainan
tersendiri, dapat pula kompleks.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnya sangat bergantung pada derajat KA dan adanya kelainan
kardiovaskular penyerta. Pada pasien yang tidak diobati, 60 % KA berat tanpa
penyerta dan 90 % yang disertai penyerta akan meninggal di tahun-tahun pertama
kehidupan. Sering tidak ditemukan tekanan darah yang tinggi sehingga diagnosis
baru bisa ditegakkan setelah dewasa. Masalah yang mungkin timbul nantinya
adalah gagal jantung kiri, pendarahan intrakranial, endokarditis bakterialis.
Gejala
Pada pasien dewasa biasanya hipertensi dan dapat ditemukan bising,
walaupun dewasa sering asimptomatik. Gejala yang paling khas akibat tekanan
darah tinggi adalah pada bagian atas berupa sakit kepala pendarahan hidung,
melayang tinitus, tungkai dingin, angina abdomen, kelelahan tungkai pada latihan,
bahkan pendarahan intrakranial. Klaudikasio tungkai dapat menggambarkan KA
abdominalis.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah sistolik biasanya lebih tinggi pada lengan dibanding tungkai,
tetapi tekanan diastolik sama. Pulsasi arteri femoralis lemah dan lebih terlambat
dibandingkan nadi radialis. Dapat teraba thrill sistolik pada daerah suprasternal.
Elektrokardiografi
Dapat menunjukkan gambaran berbagai derajat beban tekanan pada atrium
dan ventrikel kiri. Secara fungsional akibat hipertensi, berupa hipertrofi atrium
dan ventrikel kiri.
Foto Rontgen dada
Ukuran jantung pada radiografi toraks dapat normal, dilatasi aorta desenden,
kinking atau gambaran double countour di daerah aorta desenden sehingga terlihat
gambaran seperti angka tiga dibawah aortic knob, serta pelebaran bayangan
jaringan lunak arteri subklavia kiri.
Ekokardiografi
Tidak terlalu mudah untuk mendeteksi itsmus aorta, pengambilan sudut dari
suprasteranl dapat membantu. Dengan ekokardiografi dapat dilihat kelainan akibat
koarktasio atau kelainan intrakardiak yang menyertai.
Kateterisasi
Merupakan baku emas untuk evaluasi anatomi KA serta pembuluh supra
aortik, dapat ditentukan gradien tekanan yang menggambarkan derajat KA, fungsi
ventrikel kiri, dan status arteri koroner.
Penatalaksanaan
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
* DAP Kecil. Biasanya asimtomatik, dengan tekanan darah dan tekanan nadi
dalam batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela
iga II kiri sternum. Terdapat bising kontinu (continous murmur, machinery
murmur) yang khas untuk duktus arteriosus persisten di daerah subklavia kiri.
* DAP Sedang. Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat.
Pasien rnengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran napas,
namun biasanya berat badan masih dalam batas normal. Frekuensi napas sedikit
lebih cepat dibanding dengan anak normal. Dijumpai pulsus seler dan tekanan
nadi tebih dari 40 mmHg. Terdapat getaran bising di daerah sela iga I-II para
sternal kiri dan bising kontinu di sela iga II-III garis parasternal kiri yang menjalar
ke daerah sekitarnya. Juga sering ditemukan bising middiastolik dini.
* DAP Besar. Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan.
Pasien sulit makan dan minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan
memuaskan, tampak dispnu atau takipnu dan banyak berkeringat bila minum.
Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada auskultasi
terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising middiastolik terdengar
di apeks karena aliran darah berlebihan melalui katup mitral (stenosis mitral
relatif). Bunyi jantung II tunggal dan keras. Gagal jantung mungkin terjadi dan
biasanya didahului infeksi saluran napas bagian bawah.
* DAP Besar dengan Hipertensi Pulmonal. Pasien duktus arteriosus besar apabila
tidak diobati akan berkembang menjadi hipertensi pulmonal akibat penyakit
vaskular paru, yakni suatu komplikasi yang ditakuti. Komplikasi ini dapat terjadi
pada usia kurang dari 1 tahun, namun jauh labih sering terjadi pada tahun ke-2
atau ke-3. Komplikasi ini berkembang secara progresif, sehingga akhirnya
ireversibel, dan pada tahap tersebut operasi koreksi tidak dapat dilakukan.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis PDA ditentukan oleh 2 faktor :
- Diameter duktus arteriosus
- Tahanan pembuluh darah paru.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Bila tahanan pembuluh darah paru masih cukup tinggi (akibat asfiksia,
RDS dan sebagainya), walaupun diameter duktus arteriosus besar, pirau dari kiri
ke kanan masih kecil dan hanya timbul pada saat sistol saja. Pada saat ini hanya
terdengar bising sistolik di sela iga kedua kiri tanpa disertai gejala klinis lain
yang jelas. Setelah 1-2 minggu, tahanan pembuluh darah paru makin menurun,
apalagi bila diameter duktus cukup besar, pirau dari aorta ke arteria pulmonalis
terjadi sepanjang siklus jantung. Timbul bising sistolik kresendo dan bising
diastolik dekresendo (bising kontinyu), dan bising diastolik di apeks (karena
stenosis mitral relatif).
Gejala klinis pada PDA
- Tidak biru
- Tidak mau menetek
- Takipnea, takikardia
- Berkeringat
- Denyut nadi sangat keras, tekanan nadi melebar ("pulsus celer")
- Hati membesar
- Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang.
DIAGNOSIS
Diagnosis PDA didasarkan atas pemeriksaan klinis, disokong oleh beberapa
pemeriksaan:
Foto dada : jantung membesar, vaskularisasi ke paru-paru meningkat. PDA
kecil tidak ada perubahan gambaran foto dada
EKG : hipertrofi ventrikel kiri. PDA kecil tidak ada perubahan EKG
Ekokardiografi : dilatasi atrium kiri (perbandingan dengan aorta lebih dari 1,2)
PENATALAKSANAAN
-
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
KOMPLIKASI
-
Payah jantung
e. Stenosis Aorta
Merupakan penyempitan pada katup aorta sehingga menghalangi aliran darah
dari ventrikel kiri menuju aorta pada waktu sistolik ventrikel. Etiologi stenosis
aorta adalah lalsifikasi senilis, variasi congenital, penyakit jantungrematik.
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Patofisiologi
Pada auskultasi ditemukan bising ejeksi sitolik pada daerah aorta dan apeks.
Pada palpasi ditemukan penurunan pulsasi nadi
Menggunakan ekokardiografi untuk menilai mobilitas daun katup, ketebalan
Penatalaksanaan
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Operasi dianjurkan bila area katup < 1cm2 atau 0,6 cm/m2 permukaan tubuh
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
dapat meningkat sampai ke nilai yang dibutuhkan untuk beraktivitas berat. Berat
badan yang rendah juga dikarenakan jantung yang bertugas memompa darah tidak
dapat bekerja maksimal dimana peran darah dalam menghantarkan oksigen dan
nutrisi ke jaringan terhambat. Perfusi yang buruk di jaringan mengakibatkan
pertumbuhan menjadi terganggu.
Namun, selain penyakit jantung bawaan, anak tersebut bisa saja mengalami
penyakit jantung didapat. Demam reumatik merupakan penyebab terbanyak
kelainan jantung anak. Demam reumatik ini sering didapatkan anak usia 5-15
tahun. Serangan demam reumatik yang berulang dapat merusak katup jantung
menjadi stenosis atau regurgitasi katup yang kemudian dengan pemeriksaan fisik
akan didapat murmur.
Untuk menentukan diagnosis yang lebih pasti diperlukan pemeriksaan yang
lengkap. Dimulai dari anamnesis, inspeksi, palpasi, dan perkusi. Diperlukan juga
pemeriksaan penunjang seperti EKG, radiologi, ekokardiografi, maupun
kateterisasi jantung jika diperlukan.
BAB III
PENUTUPAN
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan ada dua jenis : PJB Asianotik dan PJB Sianotik.
PJB ini merupakan sebuah kondisi yang jarang terjadi dalam setiap kelahiran.
Namun kondisi ini dapat sangat membahayakan jika tidak dilakukan penanganan.
Anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi), dan
pemeriksaan penunjang (EKG, ecocardiograf, foto thorax) adalah langkah utama
yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit jantung yang kemudian sangat
diperlukan dalam merumuskan terapi atau penatalaksanaan penyakit terssebut.
DAFTAR PUSTAKA
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2
Wahab, AS. 2003. Penyakit Jantung Anak. Ed 3. EGC. Hlm 136 - 170
Langman, 2000. Embriologi Kedokteran. Penerbit EGC:Jakarta
Nelson. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit EGC. Jakarta
Fyler, Donald C. 1996. Kardiologi Anak Nadas, edisi terjemahan, Gadjah Mada
University: Yogyakarta
Joewono, BS. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press. Surabaya
S k e n a r i o 1 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3
Page 2