Anda di halaman 1dari 4

Sifat teknologi dan peningkatan aktivitas antijamur dari ekstrak Paeonia

rockii dikemas dalam matriks berbasis chitosan


(Technological properties and enhancement of antifungal activity of a Paeonia rockii extract encapsulated
in a chitosan-based matrix)
Oleh : Mardiyati Hasanah
BP
: 1111013018
Tugas preformulasi

1. Latar belakang
Paeonia rockii (Paeoniaceae) adalah tanaman semak berkayu yang sedikit
distribusinya di barat laut Cina. Pada penelitian sebelumnya, komposisi dan aktivitas
biologis ekstrak polar dari akar P. rockii (PPR) diselidiki . Ekstrak tanaman ini ditemukan
memiliki aktivitas tinggi dalam menyerap radikal bebas dan menghambat pertumbuhan
Candida albicans, suatu ragi (yeast) yang merupakan flora normal pada tubuh manusia,
yang apabila koloninya berlebihan dapat menyebabkan infeksi.
Makanan, obat herbal, kosmetik herbal dan produk nutraseutikal mudah tercemar
ragi, sehingga harus dilakukan kontrol terhadap jumlah C. albicans. Kontaminasi dapat
terjadi selama tahapan produksi atau penggunaan, seperti setelah membuka wadah.
Ekstrak PPR dapat diusulkan sebagai pengawet alami untuk mengurangi kontaminasi
jamur dan kerusakan oksidatif pada produk. Dari keunggulan ini, ekstrak mentah P. rockii
yang belum diproses bersifat lengket dan sulit larut dalam air, sehingga menyulitkan
dalam manufaktur. Selain itu, ekstrak mentah dapat terdegradasi selama masa
penyimpanan dan proses manufaktur sehingga mengurangi aktivitas antifungi.
Sehingga cara untuk meningkatkan waktu paruh dan meningkatkan karakteristik
teknologi ekstrak tanaman ini adalah dengan mengubahnya menjadi bentuk bubuk kering
yang stabil dengan proses mikroenkapsulasi dengan polimer yang sesuai. Proses
mikroenkapsulasi ini menggunakan pengeringan semprot. Teknik ini sebagian besar
digunakan sebagai proses mikroenkapsulasi di produksi makanan untuk melindungi
senyawa bioaktif atau fungsional makanan dari gangguan lingkungan (cahaya, suhu,
oksidasi), sehingga menghasilkan produk yang baik dengan kadar air rendah dan ringan,
sehingga produk tersebut lebih mudah dalam penyimpanan dan transportasi.
Kitosan merupakan polimer karbohidrat alami yang diperoleh deasetilasi kitin
yang merupakan komponen utama dari cangkang krustasea (kepiting, udang). Merupakan
molekul polusakarida kationik BM tinggi yang juga menunjukkan aktivitas antibakteri
dan antijamur dan memiliki sifat coating. Kitin telah dilaporkan untuk menghambat
pertumbuhan berbagai bakteri gram (+) dan gram (-) dan jamur. Sehingga penggunaan
kitosan sebagai polimer untuk mikroenkapsulasi PPR bersifat sinergis yang dapat
digunakan untuk melindungi, meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur simpan
produk segar dan olahan.
2. Metoda dan pengerjaan

Penyiapan suspensi kitosan dan PPR (larutan feed) untuk spray drying
Dibuat variasi suspensi untuk larutan feed (dengan volume 200 mL) yang terdiri
dari kitosan (C) dan PPR dibuat dengan menggunakan media cair asam pH 3,0 (dibuat
dengan air suling yang diasamkan dengan HCl 1,0 M) sebagai pelarut. Dalam percobaan
ini, petama-tama dibuat larutan kitosan dengan konsentrasi kitosan bervariasi mulai dari
0,5% - 2% b/v, kemudian larutan tersebut diuji viskositasnya, karena nilai viskositasnya
akan mempengaruhi distribusi ukuran dan dimensi dari mikrokapsul yang dihasilkan.
Viskositas larutan kitosan ditentukan dengan viskometer rotasi pada kecepatan rotasi 100
rpm). Pengukuran dilakukan pada suhu 25o C, dan suhu dikontrol oleh waterbath.
Didapati bahwa konsentasi kitosan yang cocok dalam larutan kitosan tersebut
adalah larutan dengan konsentrasi kitosan 0,5% b/v yang digunakan untuk mensuspensi
PPR dengan berbagai perbandingan kitosan/PPR (3: 1 C-PPR / 3; 2: 1 C-PPR / 2; 1: 1
CPPR /1). Kemudian larutan kitosan 0,5% b/v dituang dalam glass bubble yang PPR
kering. Setelah dibuat larutan Feed ini, larutan tersebut disonikasi selama 10 menit
sebelum diproses lebih lanjut. Disiapkan pula larutan kitosan 0,5% b/v bebas PPR dengan
kondisi pengerjaan yang sama. Kemudian larutan feed tersebut dilakukan spray drying.
Kondisi spray drying
Larutan feed disemprot dengan menggunakan alat Bchi B-191mini spray dryer
dengan kondisi percobaan sebagai berikut: suhu inlet 120 oC; suhu outlet 6871 oC; spray
flow feed rate 5 ml/min; nozzle diameter 0.7 mm; drying air flow 600 l/h, air pressure 6
bar, aspirator 100%. Untuk menjaga homogenitas mikrokapsul, selama penyemprotan,
suspensi diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setiap penyemprotan, hasil semprotan
dibuat rangkap tiga. Bubuk hasil spray drying dikumpulkan dan disimpan dengan kondisi
vakum selama 48 jam pada suhu kamar sebelum karakterisasi.
Karakterisasi : Analisis kuantitatif, Analisis dengan UV/vis spectrometer, Analisis dengan
HPLC, Uji spesifisitas dengan baku standar, Analisis ukuran partikel, Analisis morfologi
partikel dengan scanning electron microscope, Analisis dengan Differential Scanning
Calorimetry (DSC), Uji disolusi in vitro, Uji aktivitas antifungi secara in vitro, Uji
stabilitas, dan Analisis secara statistik.

3. Hasil penelitian

Proses mikroenkapsulasi :
Larutan kitosan dengan konsentrasi kitosan 0,5% b/v cocok untuk proses
atomisasi dan pengeringan larutan feed. Konsentrasi kitosan yang lebih rendah dari 0,5%
tidak mampu menghasilkan bentuk mikrokapsul yang baik karena viskositas larutan
kitosan rendah untuk menjaga stabilitas tetesan selama pengeringan semprot. 0,5% b/v.
larutan kitosan dengan konsentrasi inilah yang dipakai untuk membuat larutan feed
kitosan/PPR dengan perbandingan 3:1; 2:1; 1:1.
Karakterisasi serbuk :
Analisis LLS (Linear Least Squares) menunjukkan bahwa mikropartikel berbasis
chitosan memiliki distribusi ukuran yang sangat sempit (C-PPR / 3 d 50 9,28 m; C-PPR /
2 d50 7.54 m; C-PPR / 1 d 50 5.15 m), kemudian ukuran mikropartikel larutan kitosan
tanpa PPR berukuran lebih besar (d50 23,24 m). Secara khusus, dimensi partikel
tampaknya dipengaruhi oleh rasio polimer / ekstrak. Bahkan, didapati semakin
meningkat konsentrasi PPR dalam rasio larutan feed, maka semakin berkurang dimensi
dan ukuran distribusi mikropartikel.
Profil termal dari PPR murni menunjukkan peristiwa endotermik, yaitu terlihat
mencairnya komponen aktif, terutama polifenol, dalam kisaran suhu antara 130 o C dan
220o C. kemudian profil termal kitosan murni, yang menunjukkan peristiwa eksotermis di
sekitar 315o C yang mungkin disebabkan oleh degradasi oksidatif, yang akan tetapi tidak
terlihat dalam termogram DSC C-PPR / 1. Tetapi didapati, grafik yang landai pada profil
termal campuran kitosan/PPR (suhu kisaran 135o C - 260o C). Hal ini dikarenakan, karena
profil termal bahan baku penyusun (kitosan dan PPR) menghilang setelah pencampuran,
karena kitosan dan PPR dalam matriks C-PPR terjadi interaksi fisik selama pengeringan
semprot. Kemudian didapati bahwa kelompok C-PPR / 1 memiliki sifat amorf.
Uji disolusi in vitro
Didapati profil uji disolusi in vitro C-PPR/1 adalah dalam 10 menit terdapat 70%
pelepasan/disolusi ekstrak. Dibandingkan dengan PPR murni yang tidak di
mikroenkapsulasi profil uji disolusinya hanya 10% yang terdisolusi dalam 10 menit. Hal
ini dikarenakan karakteristik C-PPR/1yang memiliki dimensi yang lebih kecil dan
menjadi bersifat amorf dibanding PPR murni, sehingga lebih mudah terdisolusi.

Uji aktivitas antifungi

Kemudian hasil uji aktivitas antifungi menunjukkan bahwa MIC50 dari C-PPR/1
adalah 0,6-0,8 g / ml dan MIC 50 dari PPR murni 1,3-1,5 g /ml. kemudian pada uji daya
hambat biofilm (hifa) fungi dengan kristal violet menunjukkan C-PPR/1 memiliki daya
hambat biofil lebih besar dari PPR murni yaitu sebesar 2.0 g/ml. hal ini dikarenakan
karena adanya aktivitas anti mikroba yang sinergis antara kitosan dan PPR.
Uji stabilitas :
Pada uji stabilitas dipercepat selama 6 bulan, hasil menunjukkan bahwa kitosan
sebagai matriks pembawa efektif dalam menstabilkan ekstrak kaya fenolik seperti PPR,
bahkan di bawah kondisi penyimpanan yang ekstrim dapat memperpanjang waktu paruh
PPR. selanjutnya, tidak ada ditemukan variasi yang signifikan selama uji stabilitas
dipercepat. Kemudian didapati bahwa C-PPR / 1 tidak bersifat higroskopis dan tidak
didapati adanya penurunan konsentrasi PPR. Didapati pula bahwa terjadi peningkatan
aktivitas antioksidan dari PPR yang dimikroenkapsulasi dibandingkan dengan PPR
murni.
4. Saran untuk peneliti berikutnya
Hasil menunjukkan bahwa kitosan sebagai matriks pembawa efektif dalam
menstabilkan ekstrak yang kaya akan senyawa fenolik seperti PPR, bahkan di bawah
kondisi penyimpanan yang ekstrim dapat memperpanjang waktu paruh PPR. Sehingga
kitosan dapat digunakan sebagai matriks pembawa senyawa fenolik lainnya untuk
penelitian - penelitian selanjutnya.
Selain itu, formulasi serbuk ini bisa menjadi titik awal dalam pengembangan
kombinasi teknologi antara kitosan dengan ekstrak tanaman lain yang memiliki aktivitas
antimikroba untuk meningkatkan aktivitas antimikroba sehingga dapat dikembangkan
menjadi antimikroba yang lebih potensial untuk pengawet makanan maupun cakupan
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai