Anda di halaman 1dari 6

SMAN 1 Kab Tangerang

Angiospermae
Angiospermae atau Anthophyta (tumbuhan berbiji tertutup)
Penyebutan kelompok ini sekarang lebih disukai menggunakan tumbuhan berbunga daripada
tumbuhan berbiji tertutup. Pengelompokan klasik menja di Dicotyledoneae (tumbuhan berkeping
biji dua) dan Monocotyledoneae (tumbuhan berkeping biji tunggal) berdasarkan filogeni
molekuler sekarang dianggap tidak valid karena kelompok yang pertama tidak holofiletik. Ke
dalam Anthophyta sekarang terdapat delapan kelompok besar yang perinciannya masih terus
dikaji.
Tumbuhan berbunga atau Anthophyta ("tumbuhan bunga") atau Magnoliophyta ("tumbuhan
sekerabat dengan magnolia") adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan.
Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ reproduksi dalam
bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem
pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup ini juga menjadi ciri khasnya yang lain,
sehingga kelompok ini dikenal pula sebagai Angiospermae ("berbiji terbungkus/tertutup"). Ciri
yang terakhir ini membedakannya dari kelompoktumbuhan berbiji (Spermatophyta) yang
lain: tumbuhan berbiji terbuka(Gymnospermae).
Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno:
(aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan (sperma, bentuk jamak untuk "biji") yang
diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi
modern, kelompok ini sekarang menempati takson sebagai divisio. Namun, Sistem klasifikasi
APG II dan pelanjutnya, Sistem klasifikasi APG III, yang berdasarkan pengelompokan filogeni
versi APG, tumbuhan berbunga ditempatkan dalam suatu klad yang tidak menempati suatu
takson dan dinamakan angiosperms.

Ciri-ciri khas

Klasifikasi
Pembagian internal (taksonomi)

Keanekaragaman jenis dan manfaat

Ciri-ciri khas
Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri terwariskan)
yang khas dikembangkan oleh kelompok ini. Kebanyakan ciri-ciri ini terletak pada bagian
reproduktif. Berikut adalah ciri-ciri tersebut:

Bunga

Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji
yang lain. Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas
kemampuan evolusi dan lungkang (ruang prasyarat hidup atau niche) ekologisnyasehingga
membuatnya sangat sesuai untuk hidup di daratan.

Benang sari

Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan
berbiji terbuka (yaitustrobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi
dengan penyerbuk dan untuk mencegah pembuahansendiri. Adaptasi ke arah ini juga
memperluas jangkauan ruang hidupnya.

Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi

Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga sel)
sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai organ
betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 12-24 jam.
Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun.

Karpela menutup rapat bakal biji

Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah
pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel
telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan
berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji
dari perkecambahanyang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang
lebih luas.

Ukuran gametofit betina sangat tereduksi

Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi
hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu
mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang memiliki
perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat mudah
menjelajah lungkang yang jauh lebih luas.

Endosperma

Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung
adaptasi karena melengkapiembrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam
perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara
yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya. dan

Klasifikasi
Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh
tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan
Gymnospermae sebagai tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah.
Dalam pengertiannya, keseluruhan buah atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka".
Kedua istilah ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dengan pengertian yang sama tetapi digunakan
sebagai nama-nama dari kelas Didynamia.
Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka (tak
terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi kedua
kelompok tumbuhan ini. Tahun 1851 Wilhelm Hofmeister menemukan perubahan-perubahan
yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan berbunga (penyerbukanberganda). Hasil
penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang benar-benar berbeda dari dikotil,
dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji yang bukan kedua
kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir inilah yang masih bertahan hingga
sekarang.
Dalam sistem taksonomi modern, kelompok tumbuhan berbunga ditempatkan pada berbagai
takson. Selain Angiospermae, kelompok ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan
bunga"). Sistem Wettstein dan Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat
subdivisio. Sistem Reveal memasukkan semua tumbuhan berbunga dalam
subdivisioMagnoliophytina, namun pada edisi lanjut memisahkannya
menjadi Magnoliopsida, Liliopsida, dan Rosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem
Cronquist memasukkan kelompok ini ke dalam tingkat divisio dengan nama
Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dan sistem Thorne (1992) menggunakan nama Magnoliopsida
dan meletakkannya pada tingkat kelas. Saat ini, sistem klasifikasi yang paling akhir,
seperti sistem APG (1998) dan sistem APG II (2003), tidak lagi menjadikannya sebagai satu
kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi dengan
nama angiosperms (sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk
nama-nama tidak resmi).

Pembagian Internal (Taksonomi)


Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem klasifikasi
Cronquist (1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari
sisi filogeni terutama karena bertentangan dengan hasil-hasil penyelidikanmolekular.
Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai
sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan
diperbaharui pada tahun 2003 sebagai Sistem klasifikasi APG II.
Sistem klasifikasi Cronquist membagi tumbuhan berbunga menjadi dua
kelompok: Magnoliopsida dan Liliopsida. Nama pemeri lain yang diizinkan dalam Pasal

16 ICBN adalah Dicotyledoneae (dikotil) dan Monocotyledoneae (monokotil) atas dasar sejarah
dan menunjukkan satu ciri cukup mudah untuk diamati meskipun tidak selalu demikian:
tumbuhan dikotil memiliki dua daun lembaga sedangkan tumbuhan monokotil memiliki satu daun
lembaga.
Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan banyak memakai metode
pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-data molekular, mendapati bahwa
monokotil merupakan kelompok monofiletik atau holofiletik, dan
menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil ternyata tidak demikian
(disebut sebagai kelompok bersifat parafiletik). Meskipun demikian terdapat kelompok besar
dikotil yang monofiletik yang dinamai eudicots atautricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil
sejati" karena menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga
dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari
pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan sebagai paleodicots (paleo- berarti
"purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan.
Penyelidikan menggunakan filogeni yang menggunakan data-data molekular hingga sekarang
telah menemukan delapan kelompok utama pada tumbuhan berbunga,
yaitu monocots, eudicots, Amborellaceae, Nymphaeales, Austrobaileyales,Chloranthales, Cerato
phyllales, dan magnoliids.

Keanekaragaman jenis dan manfaat


Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 yang dapat
dikelompokkan hingga paling sedikit 402 suku (berdasarkan taksiran dalam Sistem APG II).
Sistem APG 1998 menyatakan terdapat 462 suku. Monokotil mencakup sekitar 23% dari
keseluruhan spesies dan "dikotil sejati" (eudicots) mencakup 75% dari keseluruhan spesies.
Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
4. Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735

8. Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350


9. Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
10.Araceae (suku talas-talasan): 4.025
Orchidaceae, Poaceae, Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.
Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan manusia,
baik dalam bidangpertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan jelas
merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia
dan ternak dari padi, gandum, jagung, jelai, haver, jewawut, tebu, sertasorgum. Suku polongpolongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati
dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun). Suku nilamnilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan.
Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah

Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran

Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting

Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak
pangan penting

Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting

Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.

Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting


masyarakat agraris daerah tropika

Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku


jambu-jambuan) banyak menghasilkan buah-buahan penting.

Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas, serat
(misalnya kapas, kapuk,henep, sisal, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer), tumbuhan
hias (ruangan maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.

Anda mungkin juga menyukai