Analisis Industri
1.
Dalam melakukan analisis industry, investor perlu menilai suatu industry dan
menentukan return yang diharapkan dari suatu industry yang akan dianalisis. Dengan
menilai dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industry, investor akan dapat
menentukan peluang investasi pada industry industry yang punya prospek terbaik.
Untuk menilai suatu industry, ada dua langkah yang perlu dilakukan yaitu yang pertama,
mengestimasi Earing Per Share (EPS)yang diharapkan dari suatu industry, kedua,
mengestimasi Price Earing Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai
expected earning multiplier industry. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut
dikalikan, maka kita akan memperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry
(expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry, selanjutnya akan
dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industry. Caranya adalah
dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industry ditambah dividen yang
diharapkan dari suatu industry, dengan nilai awal industry tersebut pada periode
sebelumnya. Selanjutnya dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari
industry terhadap tingkat return yang diisyaratkan oleh investor, investor akan dapat
menentukan industry mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam
penentuan keputusan investasi industry tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industry
industry yang mampu memberikan return diharapkan yang lebih besar dibandingkan
tingkat return yang diisyaratkan investor.
a. Estimasi Earning Per Share Industri
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu
industry terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi
tingkat penjualan suatu industry, yaitu dengan daur hidup industry (Industry Life Cycle),
analisis input output, serta hubungan antara industry dengan ekonomi secara
keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi sehingga investor dapat
mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gabaran lengkap mengenai
posisi dan prospek industry dalam berbagai scenario.
Gambar 2.1
Daur Hidup Suatu Industri
c. Prakiraan penjualan dan hubungan industry dan ekonomi. Teknik yang ketiga
ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industry dengan
kondisi perekonomian secra keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa
yang diproduksi oleh industry tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa
kondisi perekonomian dimana suatu industry beroperasi akan terkait dengan
penjualan dan keuntungan suatu industry.
b. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industry ada dua yaitu, analisis
makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan antara
earning multiplier untuk industry dengan earning multiplier pasar. Sedangkan dalam
analisis mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara mengamati
variabel-variabel yang mempengaruhi earning multiplier industri seperti, dividen payout
ratio (DPR), tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan
earning dan dividen industri yang diharapkan (g)
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g untuk
industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini ini sama halnya dengan hubungan
atara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan. Tetapi
perlu diingat bahwa hubungan antara industri dengan pasar tidaklah sama untuk setiap
industri, bahkan untuk industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena
itu, sebelum menggunakan analsis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk
industri, kita perlu mengevalusi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E
industri yang akan dianalisis dengan P.E pasar. Disamping itu kita perlu melengkapi
analisis makro dengan analsisi mikro.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro dilakukan dengan cara
mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning mutiplier industri (dividen payout
ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen yang
diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil
analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri berada
diatas, dibawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.
2. Persaingan Dan Return Industri yang Diharapkan
Faktor peting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industry
adalah intensitas persaingan dalam industry tersebut. Intensitas persaingan dalam suatu
industry akan menentukan kemampuan industry untuk tetap memperoleh tingkat return
diatas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor utama
persaingan dan pengaruh masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industry
akan berbeda-beda. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industry
karena lima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on
investment (ROI) dalam suatu industry. Kekuatan masing-masing faktor tersebut
merupakan fungsi dari struktur industry. Investor harus menganalisis struktur industry
untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan
profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah, sehingga investor
perlu terus memperbaharui analisis lingkungan industry sesuai dengan perubahan yang
terjadi.
Pada gambar 2.2 berikut ini, terdapat lima faktor yang menentukan intensitas persaingan
dalam suatu industry tersebut yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar 2.2
Lima Faktor Persaingan Yang Menentukan Profitabilitas Industri
a. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industry. Persaingan dalam suatu
industry akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya
relaif sama bersaing dalam industry tersebut. Disamping itu, persaingan juga akan
dipengaruhi oleh pertumbuhan industry dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar
dari industry tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin
ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap
juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap
akan mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini
akan membuat penawaran dipasar akan semakin meningkat yang kemudia akan
menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin
ketat.
b. Ancaman Pemain Baru. Meskipun sebuah industry mempunyai jumlah pesaing yang
sedikit, investor juga perlu menidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial
menjadi pemain baru dalam industry. Besarnya ancaman pemain baru ini akan
dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk dalam suatu industry seperti
tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil
dibandingkan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industry relatif tinggi maka
kemungkinan adanya pemain baru yang akan masuk dalam industry tersebut akan
semakin kecil.
c. Ancaman Adanya Produk Subtitusi. Produk subtitusi akan membatasi profit
potensial suatu industry karena barang subtitusi akan memunculkan alternative bagi
produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk
menentukan harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi adanya produk
subtitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja
berpindah ke produk subtitusi yang ditawarkan di pasar.
d. Bargaining Power Pembeli. Daya tawar pembeli dipasar yang kuat bisa
mempengaruhi profitabilitas industry. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar
harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari
produk yang diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari
jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika
jumlah industry lebih banyak dari konsumen maka bargaining power konsumen akan
besar.
e. Bargaining Power Pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industry dimasa
yang akan datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dam
kualitas produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Begitu juga
sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya makan bargaining power
pemasok akan berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industry dapat digunakan untuk menilai
profit potensial dari suatu industry untuk jangka panjang. Seperti dijelaskan diatas bahwa
masing-masing industry mempunyai profil struktur industry yang berbeda, sehingga
investor perlu menganalisis lima faktor yang mempengaruhi persaingan untuk masingmasing industry. Disampng itu investor juga dapat mengamati perubahan lingkungan
yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur industry akan berubah akibat adanya
perubahan lingkungan tersebut.
B. Analisis Perusahaan
Tahapan analisis perusahaan dalam analisis fundamental bertujuan untuk mengetahui
industri yang paling berprospek dan paling menguntungkan. Prospek industri atau
perusahaan yang paling menguntungkan dapat dilihat dari laporan keuangannya seperti
harga saham yang di bawah harga nominalnya (under valued) dan diperkirakan akan
meningkat setelah dimiliki atau perusahaan yang harga pasar sahamnya lebih tinggi dari
nominalnya (over valued), sehingga akan menguntungkan untuk dijual. Untuk
mengetahui apakah saham suatu perusahaan layak dijadikan pilihan investasi dilakukan
analisis pada perusahaan yang bersangkutan. Dari analisis tersebut dapat memberikan
gambaran mengenai karakteristik internal, kualitas dan kinerja, serta prospek perusahaan
tersebut di masa yang akan datang.
Dalam analisis perusahaan komponen utama yang menjadi kerangka pikirnya sama
dengan analisis industrial yaitu Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio ((P/E).
Tiga alasan utama menggunakan komponen tersebut adalah:
Informasi EPS dan E/P terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Setelah dianalisis
informasi laporan keuangan tersebut akan memperlihatkan kelebihan dan kelemahannya
dalam kaitan dengan perhitungan EPS.
EPS dan Informasi Laporan Keuangan
Dengan menggunakan laporan keuangan investor akan dapat menghitung berapa
besar pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham
perusahaan. Dengan membandingkan antara jumlah laba bersih yang siap dibagikan
(earning) dengan jumlah saham yang beredar akan diperoleh Earning Per Share (EPS).
Informasi EPS merupakan informasi yang sangat diperlukan investor untuk
menggambarkan prospek perusahaan untuk masa yang datang. EPS merupakan ukuran
berupa earning yang dapat diperoleh dari setiap saham yang dimiliki investor. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk
menentukan
keputusan
investasi
yang
terbaik
dan
menguntungkan.
Dengan
waktu seminggu, sebulan ataupun untuk tahun depan. Neraca harus menempatkan
total angka yang sama antara aktiva dengan kewajiban dan Ekuitas.
Informasi yang dicari analis dari neraca adalah:
a.
2)
c.
Aktiva
pendapatan
perusahaan
perusahaan
dan
sikap
yang
modal
menandakan
yang
sumber-sumber
diinvestasikan,
seperti
menyediakan dasar untuk memperkirakan total aktiva dan bauran aktiva yang
mendukung tingkat operasi yang diharapkan.
d.
2.
b.
c.
d.
e.
Analisis saham mencari informasi dari laporan laba rugi untuk menjawab pertanyaan
berikut:
a.
b.
c.
Apakah
perkembangan
pendapatan
konsisten
ataukah
perusahaan tersebut sedang merosot? Apakah pola pendapatan dari tahun ke tahun
signifikan? Jika ya apa yang menyebabkannya?
d.
e.
Titik penting dari analisis saham umum adalah pada perkembangan dan laba dari
perusahaan. Bagi investor, informasi laba yang diperoleh perusahaan dapat dijadikan
dasar untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan. Beberapa ukuran yang
umumnya digunakan adalah Return on Equity (ROE) yang menunjukkan seberapa
besar nilai kembalian dari modal sendiri yang ditanamkan di perusahaan, atau
Earning per Share (EPS) untuk menilai seberapa besar earning yang akan diperoleh
dari setiap saham yang dimiliki investor.
3.
4.
Laporan aliran kas merupakan laporan yang memuat aliran kas masuk (cash inflow)
dan aliran kas keluar (cash outflow) dari tiga sumber aktivitas utama perusahaan,
yaitu
a.
b.
c.
Perlu dipahami walaupun format laporan aliran kas dengan laporan laba rugi hampir
sama tetapi terdapat perbedaan yang mendasar yaitu:
Laba bersih
x 100%
2005 (Rp.Juta)
152.650
Ekuitas
Total Aset
745.500
860.250
2.450.600
3.050.200
152.650.000.000 x100%
745.500.000.000
=
2.
20.48%
Return on Asset (ROA) yang menggambarkan sejauhmana
152.650.000.000 x100%
2.450.600.000.000
6.23%
jumlah saham yang disetor sebanyak 10.000.000 lembar, maka kita akan menggunakan
rumus sebagai berikut:
EPS
Laba bersih
Jumlah saham yang beredar
EPS
152.650.000.000
10.000.000
Rp 15.265/lembar saham
D1/E1
k-g
= RF + RP
= ROE x (1 DPR)
Keterangan:
D1/E1
Selanjutnya bandingkan dengan harga pasar untuk menentukan keputusan untuk membeli
atau menjual saham perusahaan tersebut.