Case Report
Case Report
KASUS
1. Identitas Pasien :
Nama
: Tn. D
Usia
: 61 tahunn
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Alastuwo 1/5, Kebakkramat Karanganyar
Agama
: Islam
No. RM
: 003219xx
Pekerjaan
: Guru
Tanggal Masuk
: 26 Desember 2014
Tanggal Pemeriksaan : 29 Desember2014
2. Anamnesis :
Dilakukan aloanamnesis di Mawar 1 tanggal 29 Desember 2014
a. Keluhan Utama
: Penurunan Kesadaran
b. Keluhan Tambahan
: Pusing, demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1 HSMRS
Pasien setelah pulang bekerja pada saat malam hari mengeluh pusing sekali dan
membeli obat sendiri ke apotik. Pasien juga mengeluh badan terasa demam
seperti masuk angin dan pegal-pegal. Setelah minum obat tersebut pasien merasa
pusingnya terasa sedikit berkurang. Dan setelah makan pasien langsung tidur.
Trauma kepala (-). Makan/minum (+), tersendak (+), sulit menelan (-), mual (-),
muntah (-), bedebar-debar (-), sesak (-), batuk (-), pilek (-), pelo (-), perot (-),
riwayat stroke sebelumnya (-), keringat banyak (-), jimpe-jimpe (-), gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-), bak normal, bab 2 hari sekali.
HMRS
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keadaan penurunan kesadaran.
Sekarang pasien badan masih panas, pagi hari setelah bangun tidur pasien mulai
tidak bisa bicara serta bibir merot ke kanan. Saat bersamaan kaki dan tangan
sebelah kanan susah digerakkan terasa berat, kemudian selang beberapa menit
pasien tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke RSUD Karanganyar. Pada
pasien ini tidak ada keluhan kejang dan muntah. Bab/Bak normal, makan/minum
normal. Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa. Pusing(+),
lemas(+), pandangan kabur(-), sesak(-). Pasien sebelumnya belum pernah
berobat.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa
Riwayat trauma
Riwayat stroke
Riwayat DM
Riwayat Hipertensi
Riwayat Jantung
Riwayat Asma
.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa
Riwayat trauma
Riwayat stroke
Riwayat DM
Riwayat Hipertensi
Riwayat Jantung
Riwayat Asma
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(diakui) Sejak 5 tahun yang lalu dan rajin
minum obat apabila tekanan darahnya tinggi.
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(disangkal)
(diakui)
(disangkal)
(disangkal)
(+).
Kardiovaskuler
kebiruan
Respirasi
GIT
Musculoskeletal
gerak (+)
sebelah
kiri.
Integumen
: kulit warna kecoklatan, sikatrik (-), bintik merah (-)
Urogenital
: BAK normal
f. Resume Anamnesis
Seorang laki-laki usia 61 tahun datang dengan penurunan kesadaran.
Sebelumnya, pasien malam mengeluh pusing, badan terasa panas, badan
pegal-pegal, kemudian pagi pagi hari pasien mulai tidak bisa bicara serta kaki
dan tangan sebelah kanan susah digerakkan terasa berat, kemudian selang
beberapa menit pasien tidak sadarkan diri. Mual/muntah (-),demam (+),
Bak/Bab normal, riwayat trauma (-), kelemahan anggota gerak (+) sebelah
kanan.
3.
Pemeriksaan Fisik :
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Penurunan Kesadaran
Kesadaran
: Coma, GCS E1V1 M1
Vital Sign
TD
: 160/90 mmHg
N
: 56 kali/menit
BB
: 60 kg
Suhu : 37,9C
RR
: 20 kali/menit
Pemeriksaan Kepala
Kepala
: Normosepal, simetris
Mata
: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor 3mm/3mm, reflekcahaya(+/+).
Pemeriksaan Leher
Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaan Thorax
-
Pulmo
Inspeksi
Perkusi
: Sonor (+/+)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-),whe (-/-)
Cor
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi: Redup
Auskultasi
: BJ I-II reguler, bising jantung (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Timpani
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior at inferior : Oedem (-/-), sianosis (-/-)
b. Status Psikis
Cara berpikir
Orientasi
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
: tvd
: tvd
: tvd
: tvd
: tvd
: tvd
c. Status Neurologis
1) Kepala
Bentuk
: Normal
Nyeri tekan : (-)
Simetri
: (+)
2) Leher
Sikap
: Normal
Pergerakan
: Normal
Kaku kuduk
: Tidak ada
Nyeri tekan
: Tidak ada
Bentuk vertebra
: Normal
Bising Karotis
: (-/-)
4
3) Nervi kranialis
NI (olfaktorius)
Subjektif
Dengan bahan
Kanan
TVD
TVD
Kiri
TVD
TVD
Px. Brainstem
N III, IV, VI : Doll Eye Fenomen (-)
N.III : pupil isokor, ukuran 3mm, reflek cahaya (+/+)
N.V : reflek kornea (+)
N.IX, X : reflek muntah (+)
N II (optikus)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
Kanan
TVD
TVD
TVD
Tak dilakukan
Kiri
TVD
TVD
TVD
Tak dilakukan
Retina
Tak dilakukan
Tak dilakukan
Papil
Tak dilakukan
Tak dilakukan
Perdarahan
Tak dilakukan
Tak dilakukan
N III (occulomotorius)
Kanan
Kiri
Strabismus
Nistagmus
Gerakan mata
(atas ke bawah)
Ptosis
TVD
TVD
N
IV
Pupil
Besar
N (3 mm)
N (3 mm)
Bentuk
Bulat,isokor
Bulat,isokor
Refleks Cahaya
Melihat kembar
TVD
TVD
(Troklearis)
Pergerakan mata (kebawahkedalam)
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
TVD
Kiri
TVD
N V (Trigeminus)
Membuka mulut
TVD
Mengunyah
TVD
Menggigit
TVD
Refleks Kornea
N/N
Sensibilitas Muka
TVD
Refleks bersin
TVD
Refleks masseter
TVD
Refleks zigomatikus
TVD
Trismus
TVD
N VI (Abdusen)
Kanan
Kiri
Diplopia
N VII (Facialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
sudut mulut
TVD
TVD
Tvd
Menggembungkan pipi
TVD
TVD
Mengangkat alis
TVD
Bersiul
TVD
Sudut Mulut
+/-
N VIII (Vestibularis)
Kanan
Kiri
Detik arloji
Suara berbisik
TVD
TVD
TVD
TVD
Tes Schwabach
TVD
TVD
Tes Rinne
TVD
TVD
Tes Weber
TVD
TVD
N IX (Glossofaringeus)
Daya kecap lidah 1/3 belakang
TVD
Arkus faring
TVD
Reflek muntah
Tersedak
tvd
N X (Vagus)
Arkus faring
Nadi
Bersuara (fonasi)
Uvula normal
N
TVD
Gangguan menelan
tvd
N XI (Aksesorius)
Sikap bahu
Mengangkat bahu
TVD
Memalingkan kepala
TVD
N XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
Tremor lidah
Artikulasi
tvd
Menjulurkan lidah
tvd
4) Meningeal Sign
Kaku kuduk (-)
Brudzinski 1 (-)
Brudzinski II (-)
Brudzinski III (-)
Brudzinski IV (-)
Kernig (-)
5) Badan
Trofi otot punggung
Eutrofi
TVD
Kolumna vertebralis
Eutrofi
gerakan
Kanan
Kiri
TVD
TVD
Kekuatan
TVD
TVD
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Tonus
Refleks
Biceps
Triseps
Hoffman-Tromner
Sensibilitas
Taktil
TVD
TVD
Nyeri
TVD
TVD
Termis
TVD
TVD
Diskriminasi
TVD
TVD
Kanan
Kiri
Drophand
Pitchers hand
Claw hand
Warna kulit
N (kecoklatan)
N (kecoklatan)
Kontraktur
10
Kanan
Kiri
Pergerakan
TVD
TVD
Kekuatan
TVD
TVD
Trofi
Eutrofi
eutrofi
Tonus
Lateralisasi
Sensibilitas
Taktil
TVD
TVD
Nyeri
TVD
TVD
Termis
TVD
TVD
Diskriminasi
TVD
TVD
Refleks
Kanan
Kiri
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Schaeffer
Oppenheim
Gordon
11
Klonus
Droop foot
Kanan
-
Kiri
-
Kontraktur
Warna kulit
N (kecoklatan)
N (kecoklatan)
Palpasi
Udem (-)
Udem (-)
Tes laseugue
Tes patrick
Tes kontra patrick
Tes OConnel -/-
-/-/-/-
Koordinasi keseimbangan
Cara berjalan
: TVD
Tes Romberg
: TVD
Diadokokinesis
: TVD
Ataksia
: TVD
Rebound Phenomen
: TVD
Disemetri
: TVD
Nistagmus
: TVD
Gerakan-gerakan abnormal:
Tremor
Athetosis
Alat vegetatif:
12
Miksi
Defekasi
d. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin
Tanggal
26 Desember
2014
Nilai
Hb
13,6
Leukosit
10.900
Eritrosit
4.290.00
0
HCT
39,7
Nilai
Normal
L = 14-18 g/%
P = 12-16 g/%
500010.000/
mm3
L = 4,5 5,5
Jt/mm3
P = 4,0 5,0
Jt/mm3
L = 40-43 Vol
%
L = 37-43 Vol
%
Hitung Jenis
Basofil
EOS
Batang
Segmen
Limfosit
Mono
Trombosit
0
0
0
83,7
3,6
2
170.000
0 -1 %
1-3 %
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
150.000
300.000 ribu/
mm3
MCV
87,5
82-92 mm3
MCH
25,9
27-31 Pg
MCHC
33
32-37 %
13
GDS
132
e. Resume
Kesadaran
: Coma, GCS E1V1M 1
Vital sign
:
TD
: 160/100 mmHg
Suhu : 36,4C
N
: 53 kali/menit
RR
: 20 kali/menit
BB
: 60 kg
N. Cranialis
:
- N III, IV, VI : Doll Eye Fenomen (-)
- N.III : pupil isokor, ukuran 3mm, reflek cahaya (+/+)
- N.V : reflek kornea (+)
- N.IX, X : reflek muntah (+)
Meningeal sign : (-)
Ekstremitas
: Reflek biseps dan reflek patela
f. Diagnosis
Dx. Klinis
: Penurunan Kesadaran
Parese nervus VII dan XII dextra lesi UMN
Hemiparese dextra lesi UMN
Lateralisasi ke kanan
Dx. Topis
: Stroke haemoragic
7. Diagnosis Banding
Stroke Hemorargie
No
1
Non Hemorargik
Hemorargik
Sub akut
Sangat akut
Gejala/Anamnesis
a. Onset
14
b. Waktu kejadian
Bangun pagi
Waktu aktif
c. Nyeri kepala
(-)
(+++)
d. Kejang
(+)
(++)
e. Penurunan kesadaran
(+)
(+++)
Gejala Objektif
a. Koma
b. Bradikardi
a. (++++)
c. Papil edema
Jarang positif
Jarang positif
d. Kaku kuduk
Jarang positif
(+++)
(-)
(++)
f. Refleks babinski
(+) bilateral
(++)
8. Terapi
Non medikamentosa
Observasi keadaan umum, vital sign dan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Medikamentosa
O2 2lpm
Infus RL 16tpm
Antasida syr 4x c2
g. Prognosis
Death
: dubia ad malam
15
Disease
Disability
Discomfort
Dissactisfaction
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
9. Sistem Score
Skor Siriraj
(2,5 X DK) + (2 X MT) + (2 X NK) + (0,1 X TD) (3 X TA) 12
Keterangan :
DK = Derajat kesadaran(Sadar = 0,mengantuk/stupor = 1, koma = 2)
MT = Muntah (Tidak muntah = 0, muntah = 1)
NK = Nyeri kepala (Tidak nyeri kepala = 0, nyeri kepala = 1)
TD = Tekanan darah diastolic
TA = Tanda ateroma (Tidak ada tanda ateroma = 0, ada tanda ateroma
(seperti : diabetes, angina, penyakit pembuluh darah perifer = 1
Bila skor total > 1, berarti stroke perdarahan
Bila skor total < -1, berarti srtoke iskemik
(2,5 X 2) + (2 X 0) + (2 X 1) + (0,1 X 90) (3 X 1) 12 = 2
Stroke Hemorargik
10. Follow up
26-06-2014
S
29-06-2014
30-06-2014
31-06-2014
Karanganyar
keadaan komunikasi.
Dr komunikasi.
kemarin. seperti
sama
RSUD
dengan
kemarin. seperti
masih
kemarin.
Dr komunikasi. Keluhan
16
penurunan
alloanamnesis
kesadaran.
Sekarang
diajak
bisa
komunikasi.
Keluhan
disangkal
lain
tidak
bisa
ke
Saat
kaki
kanan.
bersamaan
dan
sebelah
tangan
kanan
susah
digerakkan
terasa
berat,
kemudian
selang
beberapa
menit
pasien
tidak
Bab/Bak
normal,
makan/minum
normal.
Pasien
belum
pernah
17
mengalami keluhan
yang
serupa.
Pusing(+),
lemas(+),
pandangan
kabur(-),
sesak(-).
Pasien sebelumnya
belum
pernah
berobat.
O
Status
General
: Status
dbn
TD
General
: Status
dbn
:
160
/90 TD
General
dbn
:
160
Suhu : 36,2 C
N : 63 x/ menit, RR :
: 18 x/menit
Status neurologis :
Status neurologis :
Kesadaran : Coma
(E1,V1,M1)
(E1,V1,M1)
-
III,
isokor,
: n
VII
:
: +/-
Kesadaran
: n VII
Test weber
Test rinne
Ka
T. meningeal : (-)
Sensibil tvd
ukuran
3mm,
tvd
Ka Ki itas
reflek cahaya (+/
Sensi tvd tvd
R.
+
+)
tvd tvd
+
bilitas
Fisiologi
N.V
: R.
+
+
R.
-
: n VII
Test weber
lateralisasi dekstra
:
: +/-
T. meningeal : (-)
: Coma
(E1,V1,M1)
nn. cranial
lateralisasi dekstra
lateralisasi dekstra
Test rinne
: Coma
(E1,V1,M1)
nn. cranial
nn. cranial
Test weber
Fenomen (-)
-
Kesadaran : Coma
Status neurologis :
Kesadaran
N : 66 x/ menit, RR :
20 x/menit
Test rinne
: +/-
T. meningeal : (-)
Ka
Sensibil tvd
Ki
tvd
itas
tvd
R.
+
tvd
+
Fisiologi
+
R.
+
Patologi
18
Ki
tvd
tvd
+
+
-
Fisiolog +
N.IX,
Ka
Sensibil tvd
tvd
itas
R.
+
+
Fisiologi
R.
Patologi
Kekuat tvd
tvd
an otot
Klonus
Tonus
N
N
Trofi
N
N
A
Dx. Klinis
:
Patologi
Kekuat
an otot
Klonus
i
R.
X : reflek muntah
(+)
Patologi
Kekua tvd
tvd
tan otot
Ki Klonu
tvd
s
tvd
Tonus N
+
N
+
Trofi
N
N
-
tvd
tvd
Tonus
Trofi
tvd
tvd
Kekuat
tvd
an otot
tvd
Klonus
N
N
N
N
N
N
N
N
Tonus
Trofi
tvd
tvd
tvd
tvd
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
tvd
tvd
N
N
N
N
Dx. Klinis
Penurunan
Dx. Klinis
Dx. Klinis
Penurunan
Penurunan
Penurunan Kesadaran
Kesadaran
Kesadaran
Kesadaran
Penurunan
kesadaran
lesi UMN
UMN
Hemiparese
UMN
lesi UMN
Hemiparese dextra
Lateralisasi
Lateralisasi
lesi UMN
kanan
Lateralisasi
kanan
ke Dx. Topis
lesilobus
ke
lesi UMN
Dx. Topis
Dx. Topis
lesilobus
ke lesilobus
kanan
:
dextra
frontotemporoparietal
:
hemisferium
sinistra
cerebri
sesuai
19
Dx. Topis :
frontotemporopar
frontotemporoparie
lesilobus
ietal hemisferium
tal
frontotemporoparie
cerebri
cerebri
tal
sesuai
hemisferium
cerebri
a.
a. Cerebri media
sesuai vaskularisasi
Cerebri media
Dx. Etiologi :
a. Cerebri media
Dx. Etiologi :
Stroke haemoragic
Dx. Etiologi
Stroke
Stroke
haemoragic
hemorragik
Stroke
Stroke hemorragik
O2 2lpm
Infus RL 16tpm
hemorragik
O2 2lpm
O2 2lpm
Infus RL 16tpm
Infus RL 16tpm
Inj.Citicolin 1gr/12j
Inj.Citicolin
Inj.Citicolin
Inj.
1gr/12j
Kalnex
500mg/8j
Ceftriaxon
1gr/12j
Inj
Ranitidin
1amp/12j
Inf.
Stroke hemorragik
Stroke
haemoragic
Inj.
a.
vaskularisasi
sinistra
sinistra
vaskularisasi
125cc/6j (20-30m
Kalnex
Inj. Ceftriaxon
Inj.
1gr/12j
1gr/12j
Inj
Ranitidin
Inf.
Inj
Ceftriaxon
Ranitidin
O2 2lpm
Infus RL 16tpm
Inj.Citicolin
1gr/12j
Inj. Kalnex
500mg/8j
Inj. Ceftriaxon
1gr/12j
Inj Ranitidin
1amp/12j
Inj. Lasix 1-1-0
Antasida syr 4x c2
1amp/12j
Manitol
(20-
30m
Kalnex
500mg/8j
125cc/6j
Antasida syr 4x c2
Inj.
500mg/8j
1amp/12j
Manitol
1gr/12j
Inj.
PLUS
Antasida syr 4x
c2
Antasida syr 4x
c2
20
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah
stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan
otak.
21
2. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu:
hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis dan acute necrotizing
haemorrhagic encephalitis.
3. Klasifikasi
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular
serebral, dapat di bagi dalam :
1. Stroke non hemoragik yang mencakup
a.
b.
c.
d.
e.
Stroke lakunar
Stroke trombotik pembuluh besar
Stroke embolik
Stroke kriptogenik
22
4. Faktor risiko
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokertomengenai gambaran faktor-faktor risiko penderita
stroke menunjukan faktor risiko terbesar adalah hipertensi 57,24%, diikuti dengan
diabetes melitus 19,31% dan hiperkolesterol 8,97%.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan
hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002),
dari penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke
non hemoragik lebih banyak pada tentan umur 45-65 tahun.
2. Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria
lebih banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan
angka kematianya masih belum jelas.Penelitian yang di lakukan oleh Indah
Manutsih Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran
faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa
jumlah kasus terbanyak jenis kelamin laki-laki 58,4% dari penelitianya
terhadap 197 pasien stroke non hemoragik.
3. Heriditer
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat
23
stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko
terkena stroke. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 19972001 riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar
29,3%.
4. Rasa atau etnik
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Data
sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku
Jawa (khususnya Yogyakarta).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
1. Riwayat stroke
2. Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu
lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35%
sampai 42%.
5. Hipertensi
Hipertensimeningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam
kali ini sering di sebut the silent killer danmerupakan risiko utama terjadinya
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut
JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah
lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan
stroke makin besar karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding
pembuluh darah, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau
perdarahan otak.
6. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering
menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya
pengumpulan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh
darah otak.
24
trigliseridanya,
kadar
protein
tertinggi
terdapat
pada
HDL.
25
26
menit. Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840
ml/menit, dari jumlah darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian
depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus
Willisi.
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang di perdarahi oleh arteri tersebut
dikarenakan masih
tersebut.Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di
dalam pembuluh darah yang memperdarhai otak diantaranya dapat berupa :
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada
aterosklerosis dan thrombosis.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium.
27
4. Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan
terjadinya kelainian-kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang
tidak mendapat suplai darah, yang diantaranya dapat terjani kelainan di
system motorik, sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya tergantung saraf
bagian mana yang terkena.
6. Gejala klinis
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
diotak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi
tempat gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami
penurunan, menurut penelitian Rusdi Lamsudi pada tahun 1989-1991 stroke non
hemoragik tidak terdapat hubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran,
kesadaran seseorang dapat di nilai dengan menggunakan skala koma Glasgow
yaitu :
Tabel 2.1. Skala koma Glasgow.
1.
1.
Ekstensi abnormal
2. Respons dengan
2. Mengerang
rangsangan nyeri
3.
Bicara kacau
4.
4. Fleksi abnormal
perintah
5. Buka mata
5. Menghindari nyeri
28
spontan
5.
6. Melokalisir nyeri
7. Mengikuti perintah
29
Fungsi
Penciuman
II: Optikus
III: Okulomotorius
Penglihatan
Gerak mata; kontriksi pupil;
akomodasi
IV: Troklearis
V: Trigeminus
Gerak mata
Sensasi umum wajah, kulit
kepala, dan gigi; gerak
mengunyah
Gerak mata
Pengecapan; sensasi umum
pada platum dan telinga luar;
sekresi kelenjar lakrimalis,
submandibula dan sublingual;
ekspresi wajah
Pendengaran; keseimbangan
VI: Abdusen
VII: Fasialis
VIII:
Vestibulokoklearis
IX: Glosofaringeus
X: Vagus
30
lidah
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana Pendeita stroke
hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer otak kanan akan mengakibatkan
terjadinya kelumpuhan pada sebalah kiri, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga
terjadi Hemiparese dupleks, pendeita stroke hemoragik yang mengalami hemiparesesi
dupleks akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada kedua bagian tubuh sekaligus
bahkan dapat sampai mengakibatkan kelumpuhan.
Penelitian yang dilakukan Sri Andriani Sinaga (2008) terhadap 281 pasien stroke di
Rumah Sakit Haji Medan di dapatkan hemiparese sinistra yaitu 46,3%, diikuti oleh
hemiparese dekstra 31,7%, tidak tercatat sebanyak 14,2% dan hemiparesese dupleks
7,8%.Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak mungkin
berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda berikut yang tercantum dan disebut
sindrom neurovaskular :
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior : gejala biasanya unilateral)
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena, akibat
insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi
arteria serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau
arteria serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan
mungkin mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi
afasia ekspresif karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
2. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparese atau monoparese kontralateral (biasanya mengenai lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
31
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena): gangguan semua fungsi yang
berkaitan dengan bicara dan komunikasi
d. Disfasia
3. Arteri serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)
a. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai
b. Defisit sensorik kontralateral
c.
Ataksia
f.
Disfagia
g. Disartria
h. Rasa baal di wajah, mulut, atau lidah
i.
j.
Koma
b. Hemiparese kontralateral
c.
32
G. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke ekstrakranial,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan menentukan
beratnya defisit neurologi yang dialami,pemeriksaan neurologik terdiri dari penilaian
hal-hal berikut ini :
1. Status mental
a.
Tingkat kesadaran
b. Bicara
c.
Orientasi
Pertimbangan
f.
Abstraksi
g. Kosakata
h. Respons emosional
i.
Daya ingat
j.
Berhitung
k. Pengenalan benda
l.
2. Nervus kranial
33
34
Masa otot bisa dengan inspeksi.Kekuatan otot, dengan menyuruh pasien bergerak
secara aktif melawan tahanan, bandingkan dengan sisi yang lain. Sekala yang
lazim digunakan yaitu 0: tidak ada kontraksi, 1: hanya ada sedikit kontraksi, 2:
gerakan yang dibatasi oleh gravitasi, 3: gerakan melawan gravitasi, 4: gerakan
melawan gravitasi dengan sedikit tahanan, 5: gerakan melawan gravitasi dengan
tahanan penuh (normal).Tonus otot dengan membandingkan gerakan pasif pada
otot itu bandingkan dengan sisi yang lain, lesi neuron motorik atas terjadi
peningkatan tonus tetapi sebaliknya lesi pada neuron motorik bawah menyebabkan
penurunan tonus otot.
4. Reflek
Ada dua jenis reflek yang di periksa yaitu reflek renggang, atau tendo profunda,
dan reflek superfisial.
brakioradialis, triseps, patela dan achiles bisa dinilai berdasarkan sekala 0-4+
yaitu 0: tak ada respon, 1+: berkurang, 2+: normal, 3+: meningkat, 4+: hiperaktif.
Jika reflek hiperaktif merupakan ciri penyakit traktus ekstrapiramidalis, kelainan
elektrolit, hipertiroidisme dan kelainan metabolik, sedangkan jika reflek
berkurangnya reflek merupakan ciri kelainan sel kornu anterior dan miopati.
Reflek superfisial yang abnormal yaitu reflek babinski, reflek chaddock, reflek
openheim. Reflek babinski untuk menguji radiks saraf pada lumbal lima sampai
sacrum dua, dengan menggores bagian telapak kaki bagian lateral dari tumit ke
arah pangkal jari-jari kaki melengkung ke medial, maka akan terjadi dorsifleksi
ibu jari kakai dengan penyebaran jari-jari lainya. Reflek chaddock akan terjadi
35
dorsofleksi ketika sisi lateral kaki di gores. Reflek openheim dengan penekanan
tulang kering yang akan menyebabkan dorsofeksi ibu jari kaki.
5. Fungsi sensorik
a. Sentuhan ringan
b. Sensasi nyeri
c. Sensasi getar
d. Propriosepsis (sensasi posisi)
e. Lokalisasi taktil.
6. Fungsi serebelar
a. Tes jari ke hidung jika terjadi gangguan di serebelum maka akan melewati
sasaran secara terus menerus dan kadang di sertai tremor.
b. Tes tumit kelutut, pasien di suruh menggeserkan tumit suatu ekstremitas
bawah menuruni tulang kering ekstremitas bawah lainya dengan dimulai dari
lutut, dalam keadaan penyakit serebelum tumitnya bergoyang-goyang dari sisi
ke sisi.
c. Gerakan yang berganti-ganti dengan cepat.
d. Tes Romberg dengan cara menyuruh pasien berdiri di depan pemeriksa,
dengan kaki di rapatkan sehingga kedua tumit dan jari-jari kaki saling
bersentuhan tes ini positif jika pasien mulai bergoyang-goyang dan harus
memindahkan kakinya untuk keseimbangan.
e. Gaya berjalan. Hemiplegi cenderung menyeret kakinya. parkinson cenderung
berjalan dengan langkah pendek, diseret, kepala membungkuk dengan
punggung membungkuk dan tergesa-gesa. Ataksia serebelum berjalan dengan
langkah kaki berdasar lebar, kedua kakinya sangat jauh terpisah ketika
berjalan. Foot drop dengan gaya berjalan seperti menampar yang khas.
Ataksia sensoris yaitu berjalan dengan langkah-langkah yang tinggi.
H. Pemeriksaan Penunjang
36
1. CT scan
Untuk mendeteksi perdarahan intra kranium, tapi kurang peka untuk mendeteksi
stroke hemoragik ringan, terutama pada tahap paling awal. CT scan dapat
memberi hasil tidak memperlihatkan adanya kerusakan hingga separuh dari
semua kasus stroke non hemoragik.
2. MRI (magnetic resonance imaging)
3. Lebih sensitif dibandingkan dg CT scan dalam mendeteksi stroke non
hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada setiap kasus.
Alat ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi
perdarahan intrakranium ringan.
4. Ultrasonografi dan MRA (magnetic resonance angiography)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan
gelombang suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan untuk mencari
kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama, MRA khususnya
bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma intrakranium dan malformasi
pembuluh darah otak.
I.
Penatalaksanaan
Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke non hemoragik
yang di perlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi dari stroke hanya 36 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam
menentukan hasil akhir pengobatan.
1. Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)
menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-plasminogen
37
activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil
CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di
rumah sakit yang fasilitasnya lengkap.
Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam yang
diantaranya yaitu :
1)
Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi
2)
38
39
40
41
J. Komplikasi
Kebanyakan morbiditas dan mortilitas stroke berkaitan dengan komplikasi non
neurologis yang dapat di minimalkan dengan perawatan umum, komplikasikomplikasi tersebut yaitu :
1. Demam, yang dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus di obati
secara agresif dengan antipiretik atau kompres dingin. Penyebab demam
biasanya adalah pneumonia aspirasi, kultur darah dan urin kemudian beri
antibiotik intravena sesuai hasil kultur.
2. Kekurangan nutrisi, bila pasien sadar dan tidak memiliki risiko aspirasi maka
dapat dilakukan pemberian makanan secara oral, tetapi jika pasien tidak sadar
atau memiliki risiko aspirasi beri makanan secara enteral melalui pipa
nasoduodenal ukuran kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
3. Hipovolemia, dapat di koreksi dengan kristaloid isotonis. Cairan hipotonis
(dekstrosa 5% dalam air, larutan NaCl 0,45 %) dapat memperberat edema
serebri dan harus di hindari.
4. Hiperglikemi dan hipoglikemi, ini dapat lakukan terapi setiap 6 jam selama 3-5
hari sejak onset stoke :
a. < 50 mg/dl
: dekstrosa 40% 50 ml bolus intravena
b. 50-100 mg/dl
: dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,9 %, 500 ml dalam 6 jam
c. 100-200 mg/dl
: pengobatan (-), NaCl 0,9 % atau Ringer laktat
d. 200-250 mg/dl
: insulin 4 unit intravena
e. 250-300 mg/dl
: insulin 8 unit intravena
f. 300-350 mg/dl
: insulin 12 unit intravena
g. 350-400 mg/dl
: insulin 16 unit intravena
h. > 400 mg/dl
: insulin 20 unit intravena
5. Atelektasis paru, dapat di cegah dengan fisioterapi dada setiap 4 jam
6. Dekubitus, dicegah dengan perubahan posisi tubuh setiap 2 jam, kontraktur
dilakukan latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari,
42
K. Pencegahan
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari rokok, stres mental,
alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan amfetamin,
kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan.
Menggendaliakan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit vaskular
aterosklerotik lainya. Perbanyak konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
Pencegahan skunder dengan cara memodifikasi gaya hidup yang berisiko seperti
hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus dengan diet dan obat
hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan antikoagulan oral,
dislipidemia dengan diet rendah lemak dan obat antidislipidemia, berhenti merokok,
hindari kegemukan dan kurang gerak.
L. Prognosis
43
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis
yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi
bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80%
pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat
kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. pasien yang selamat dari periode
akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen,
sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan
sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau
berat. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke dan kecacatan.
44
BAB III
PEMBAHASAN
Gejala klinis
PIS
PSA
Defisit fokal
Berat
Ringan
Onset
Menit/ja
m
Nyeri kepala
Hebat
1-2
menit
Sangat
Hebat
Muntah pada
awalnya
Sering
Sering
Tidak, kec
lesi
di
batang otak
Hipertensi
Hampir
selalu
Biasany
a tidak
Sering kali
Ada
Ada
Tidak ada
Jarang
Sering
dari
awal
Ada
Permula
an tidak
ada
Tidak ada
Gangguan
bicara
Bisa ada
Jarang
Sering
LCS
Berdara
h
Berdara
h
Jernih
Paresis/Gang
guan N III
Tidak
ada
Bisa ada
Tidak ada
Penurunan
kesadaran
Kaku kuduk
Hemiparesis
Ringan
Sering dari
awal
Pada
kasus
Berat
Menit/jam
hebat
tidak
ada
ada
Tidak ada
ada
ada
Tidak
dilakukan
Tidak ada
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan gangguan peredara
darah otak non traumatik. Secara umum gangguan pembuluh darah otak/ stroke
merupakan gangguan sirkulasi serebral. Merupakan gangguan neurologic fokal
yang dapat timbul sekunder dari sutu proses patologi pada pembuluh darah serebral.
46
Stroke bukanlah penyakit tunggal, tetapi merupakan kumpulan tanda dan gejala
dari beberapa penyakit diantaranya : hipertensi, penyakit jantung, peningkatan
lemak dalam darah DM, dan penyakit vaskuler perifer.
Berdasarkan anamnesis didapatkan beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan
gangguan musculoskeletal pada pasien ini, antara lain adalah : usia > 50 tahun dan
hipertensi. Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabaang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menunuj parenkim otak yang dibagian distalnya berupa anyaman
kapilaer. Aterosklerosis banyak terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya
hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil
dengan diameter 1mm. Peningkatan darah yang terus menerus akan mengakibakan
pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak
yang bisa mendorong struktur otak dan merembes kesekitarnya bahkan dapat masuk
ke dalam ventrikel atau ke ruang intracranial. Perdarahan intracranial biasanya
diesebabkan oleh rupture arteri cerebri. Ekstravasasi darah terjadi didaerah otak dan
atau subarchnoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya tergeser da tertekan
darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan
vasospasme pada arteri disekitar pendarahan. Spasme ini dapat menyebar keseluruh
hemisfer otak dan sirkulus wilis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan
larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan
mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair
sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik
47
akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terentuk jalinan
disekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astrolgia yang
berproliferasi. Ganggauan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan.
Stroke merupkan penyakit motor neuron atas dan dapat mengakibatkan kehilangan
control volunteer terhadap gerakan motoric. Fungsi lain yang diganggu akibat
stroke adalah komunikasi dan bahasa. Gangguan komunikasi akibat stroke adalah
afasia, disatria dan apraksia tergantung likasi yang terganggu
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliyah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2007. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak dalam kapita selekta neurology cetakan keenam
editor Harsono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal : 81-115.
2. Andries, G., 2009. Neuroterapi pada Stroke. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
3. Lumbantobing. 2011. Neurology Klinis: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
4. Chandra, B., 1994. Neurology Klinis. Fakultas Kedokteran UNAIR : Surabaya.
5. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia : Jakarta Israr Y., 2008. Stroke. Fakultas Kedokteran Universitas Riau:
Pekanbaru.
48
6. Mardjono, M., Sidharta, P., 2003. Neurologi Klinis. Dian Rakyat : Jakarta.
7. Ringleb, PA., 2008. Guidelines for Management of Ischemic Stroke and
Transient Ischaemic Attack 2008. Departement Neurology : Germany.
8. Sjahrir, H., 2003. Stroke Iskemik. Yandira Agung : Medan.
9. Roooper AH, Brown RH. Adams and Victorss Principles of Neurology. Edisi 8.
BAB 4. Major Categories of Neurological Disease : Cerebrovaskuler Disease.
MCgraw Hill : New York, 2005.
10. Sylvia, PA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ed 6. EGC :
Jakarta. 2006.
49