Anda di halaman 1dari 24

FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE DI RSUD UNDATA

PALU TAHUN 2011


Bagian Epidemiologi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
Oleh : Muhammad Jusman Rau dan Firdaus Koto
ABSTRAK
Stroke merupakan masalah besar yang dihadapi hampir di seluruh dunia,
baik di negara maju maupun di negara berkembang. Serangan stroke yang akut
menyebabkan kecacatan fisik dan mental maupun tingginya angka kematian yang
mendadak, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor risiko kejadian stroke di RSUD Undata Palu Tahun
2011. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan kasus
kontrol. Subjek kasus adalah penderita stroke di poli penyakit saraf RSUD Undata
Palu Tahun 2011, dan kelompok kontrol adalah pasien yang tidak menderita
stroke di poli penyakit saraf RSUD Undata Palu Tahun 2011. Sampel kasus
sebanyak 51 dan kontrol 102 dengan matching umur. Sampel dipilih secara acak
sederhana, dan dianalisis dengan uji odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hipertensi (OR=6,905 dan CI=3,265-14,605), hiperkolesterolemia
(OR=8,140 dan CI=3,796-17,453), dan penyakit jantung (OR=2,496 dan
CI=1,246-5,000) merupakan faktor risiko stroke di RSUD Undata Palu Tahun
2011.

Kata kunci : Stroke, faktor risiko.

ABSTRACT

FIRDAUS KOTO. Risk Factors for Stroke incidence in hospitals Undata Palu
Year 2011 (Muh. Jusman Rau, S.KM, M.Kes and Firdaus Koto).

Stroke is a major problem faced by almost all over the world, both in
developed and developing countries. Acute stroke that causes physical and mental
disabilities as well as the high rate of sudden death, both in age and old age. This
study aims to determine risk factors for stroke incidence in hospitals Undata Palu
in 2011. This study uses an observational case-control approach. Case subjects
were stroke patients in neurological diseases hospitals poly Undata Palu in 2011,
and the control group were patients who had not suffered a stroke in neurological

diseases hospitals poly Undata Palu in 2011. Sample of 51 cases and 102 controls
with matching age. Selected a simple random sampling, and analyzed with odds
ratios test. The results showed that hypertension (OR = 6.905 and CI = 3.265 to
14.605), hypercholesterolemia (OR = 8.140 and CI = 3.796 to 17.453), and heart
disease (OR = 2.496 and CI = 1.246 to 5.000) are risk factors for stroke in
hospitals Undata Palu in 2011.
Key words: stroke, risk factors.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah besar yang dihadapi hampir di seluruh dunia, baik
di Negara maju maupun di Negara berkembang. Serangan stroke yang akut
menyebabkan kecacatan fisik dan mental maupun tingginya angka kematian yang
mendadak, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Diperkirakan satu dari tiga
orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh orang akan meninggal karena
stroke. Stroke akan menjadi beban bagi penderita dan keluarganya. Hal ini tentunya
dapat menjadi faktor penghambat bagi pembangunan (Junaidi, 2004).
Data WHO (2008), menunjukkan bahwa lebih dari 60% penderita stroke di
dunia hidup di Negara berkembang. Peningkatan kejadian stroke di beberapa Negara
Asia (China, India, dan Indonesia) ditenggara akibat pengaruh perubahan pola hidup,
polusi, dan perubahan pola konsumsi makanan. Stroke merupakan gangguan fungsi
otak yang terjadi mendadak akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke ada 2
macam, yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan.
Angka kejadian stroke sumbatan lebih tinggi dari pada stroke perdarahan
(70% vs 30%). Angka kejadian stroke meningkat akibat peningkatan faktor risiko
stroke misalnya hipertensi, merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan
diabetes. Jumlah penderita stroke di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah penyakit
infeksi dan jantung koroner dan penyebab kecacatan nomor satu (Junaidi, 2004).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, mendapatkan sebanyak 13
provinsi mempunyai prevalensi stroke diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo,
dan Papua Barat. Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000
penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000
penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke di Sulawesi Tengah sebesar
4,8% (Anonim, 2007).
Data Profil Dinkes Sulteng tahun 2010, menunjukkan angka prevalensi stroke
mengalami peningkatan kasus, yaitu dengan prevalensi mencapai 5,39% (Abdullah,
2010).
Data Profil Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun 2010 menunjukkan bahwa
presentase penderita stroke adalah 3,02% (Emma Sukmawati, 2010). Angka tersebut,
menunjukkan betapa tingginya kejadian stroke di Kota Palu, hal itu dikarenakan dari
11 Kabupaten/Kota, hanya Kota palu yang prevalensinya mencapai lebih dari
setengah dari presentase penyakit stroke di Sulawesi Tengah. Data rekam medik Poli

Syaraf RSUD Undata Palu tahun 2010, menunjukan bahwa ada 1.460 kasus yang
tercatat dari berbagai penyakit syaraf dan ditemukan kasus stroke sebanyak 526
kasus dengan kematian sebanyak 60 kasus (Nursiah Loulembah, 2010).
Mc. Mahon, dkk dalam Junaidi (2004) menyatakan bahwa tingginya tekanan
darah diastolik 7,5 mmHg yang menahun, risiko stroke dua kali lebih besar, atau
akan meningkatkan risiko stroke sebesar 46%. Besarnya risiko berbanding lurus
dengan tingginya tekanan sistolik. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya
komplikasi kardiovaskuler dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
pada masyarakat yang mengalami transisi dalam sosial ekonomi. Di beberapa
Negara di dunia, hipertensi menyerang lebih kurang 10-20% populasi orang dewasa,
sementara di Indonesia pada umumnya prevalensinya berkisar antara 8,6-10%.
Studi The Multi Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) terhadap 350.977
orang pria, menyatakan bahwa risiko stroke iskemik meningkat pada penderita
dengan kadar kolesterol diatas 160 mg/dl atau >4,14 mmol/l. Kadar kolesterol total
yang >220 mg/dl meningkatkan risiko stroke antara 1,31 sampai 2,9 kali (Junaidi,
2004).
Penelitian Framingham heart study sejak tahun 1991 sampai pada tahun 1998
mengenai penyakit jantung membuktikan bahwa penyakit jantung sebagai faktor
risiko independen terjadinya stroke dengan risiko kematian antara 50-90%.
Terjadinya risiko kematian pada lima tahun pasca stroke adalah 45-61% dan
terjadinya stroke berulang 25-37% (Suryadipradja, 2001).
Data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah stroke perlu
mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik mengingat prevalensi dan akibat
yang ditimbulkannya cukup tinggi, yaitu dengan cara mengendalikan berbagai faktor
risiko pada individu yang berisiko tinggi. Hal inilah yang menyebabkan peneliti
tertarik untuk mengetahui faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke di Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu, apakah hipertensi, hiperkolesterolemia dan penyakit jantung
merupakan faktor risiko terhadap kejadian stroke?

METODE PENELITIAN
2. 1. Kerangka Teori
Lingkungan
Hipertensi
Sosial Budaya
P
e
n
y
a
k
i
t

Kadar
Kolesterol
Psikologi

Penyakit
Jantung
Obestitas

Tingkat Stres

Diabetes

Host

D
e
m
o
g
r
a
f
i

Usia

Pengerasan
arteri

Rokok

Laki-laki

Penyumbatan
arteri ke otak
P
r
i
l
a
k
u

Merokok
Gaya
Hidu
p

Pola
makan
yang tidak
baik
Stroke

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Hubungan Beberapa Faktor Risiko Terhadap
Kejadian Stroke.

Agent

2.2. Varibel Penelitian


Variabel Independen

Variabel Dependen

HIPERTENSI
HIPERKOLESTEROLEMIA

STROKE

PENYAKIT JANTUNG

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

2.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


2.1.1 Stroke
1. Definisi Operasional
Stroke merupakan suatu keadaan terjadinya gangguan fungsi otak yang
mendadak, bersifat sementara atau berlanjut dan meluas pada pada daerah
otak tertentu yang dinyatakan dengan hasil diagnosis dokter yang
dicantumkan dalam status penderita.
2. Kriteria Objektif:
a. Stroke
: Berdasarkan hasil diagnosis dokter
dinyatakan sebagai penderita stroke dan tercantum
dalam status penderita (Kasus).
2.1.2

b. Tidak Stroke : Bila tidak memenuhi kriteria diatas (Kontrol).


Hipertensi
1. Definisi Operasional
Tekanan darah penderita yang nilainya 140 mmHg/90 mmHg,
yang datanya diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan dokter/tenaga
kesehatan dengan diagnosis stroke, yang dicantumkan dalam status
penderita.
2. Kriteria Objektif:
a. Risiko Tinggi: Jika tekanan darah pasien 140 mmHg/
90 mmHg.
b. Risiko Rendah: Jika tekanan darah pasien <140 mmHg/
90 mHg.

2.1.3 Hiperkolesterolemia
1. Definisi Operasional
Hiperkolesterolemia merupakan peninggian kadar kolesterol
dalam darah yang nilainya 200 mg/dl. Tingginya kadar kolesterol

darah pasien yang datanya diperoleh berdasarkan pemeriksaan


laboratorium yang hasilnya dicantumkan dalam status penderita.
2. Kriteria Objektif:
a. Risiko Tinggi : Jika pasien mempunyai kadar kolesterol
darah 200 mg/dl.
b. Risiko Rendah : Jika pasien mempunyai kadar kolesterol
darah < 200 mg/dl.
2.1.4 Penyakit Jantung
1. Definisi Operasional
Penyakit jantung yang pernah dialami penderita yang datanya
diperoleh berdasarkan pemeriksaan dokter yang merawat penderita
sebelum penderita mengalami stroke dan atau dari hasil pemeriksaan
elektrokardiografi di rumah sakit dengan diagnosis stroke dan
dicantumkan dalam status penderita.
2. Kriteria Objektif:
a. Risiko Tinggi : Jika ada keterangan yang jelas yang
mengatakan penderita mempunyai penyakit
jantung dan atau dari hasil pemeriksaan
elektrokardiografi yang mengatakan ada kelainan
fungsi dari jantung
b. Risiko Rendah: Jika
ada
keterangan
yang
jelas
yangmengatakan penderita tidak mempunyai penyakit jantung dan
atau dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi yang mengatakan
tidak ada kelainan fungsi dari jantung.

2.3. Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian epidemiologi
observasional analitik dengan menggunakan metode case control study (kasus
kontrol). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi faktor risiko
terhadap stroke. Penelitian kasus kontrol dilakukan dengan mengidentifikasi subjeksubjek berupa kasus, dimana kasus adalah subjek dengan karakter efek positif (pasien
yang didiagnosa menderita stroke), kemudian dianalisis secara restrospektif ada
tidaknya faktor risiko (kausa/penyebab) yang diduga berperan. Penetapan ada
tidaknya kontribusi pengaruh faktor risiko terhadap terjadinya efek dilakukan dengan
membandingkan faktor risiko tersebut terhadap subjek-subjek kontrol, dimana
kontrol dalam penelitian ini adalah subjek dengan karakter efek negatif (pasien yang
tidak menderita stroke) yang juga dilihat secara restrospektif.
Variabel dependen adalah stroke, sedangkan variabel independen adalah faktor yang
diduga merupakan faktor risiko stroke, yaitu: hipertensi, kadar kolesterol dan
penyakit jantung.
Penetapan kelompok kontrol didasarkan pada subjek penelitian yang memiliki umur
yang sama dengan kasus.

Arah Waktu
Retrospektif
Hipertensi

(+)

Hipertensi

(-)

Hiperkolesterolemia (+)
Hiperkolesterolemia (-)

Kasus
(Penderita Stroke)

Penyakit Jantung(+)
Penyakit Jantung (-)
Matching
(Umur)
Hipertensi
Hipertensi

Sampel

(+)
(-)

Hiperkolesterolemia (+)
Hiperkolesterolemia (-)

Kontrol
(Bukan Penderita Stroke)

Penyakit Jantung (+)


Penyakit Jantung (-)

Arah Penelitian

Populasi dan Sampel


1.1.1

1.1.2

Populasi
Populasi untuk kelompok kasus maupun kontrol dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien yang sedang rawat jalan di bagian Poli
Penyakit Syaraf RSUD Undata Palu tahun 2011.
Sampel
Adapun pada penelitian ini, sampel yang diambil terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu:
1. Kasus

Populasi

1.2

Kasus dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang sedang


rawat jalan di bagian Poli Penyakit Syaraf RSUD Undata Palu tahun
2011.
2. Kontrol
Kontrol dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak menderita
stroke yang sedang rawat jalan di bagian Poli Penyakit Syaraf RSUD
Undata Palu tahun 2011.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Pemilihan
sampel dilakukan dengan cara memilih sampel yang terdiri dari penderita stroke
sebagai kasus dan yang tidak menderita stroke sebagai kontrol dalam bentuk
berpasangan (matching). Untuk setiap sampel dipilih berdasarkan kriteria umur
sebagai matching, sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari bias. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 51
kasus ditentukan dengan menggunakan tabel Lameshow, dengan tingkat
kemaknaan 5%, OR=2, derajat kepercayaan (CI) 95%, sedangkan untuk sampel
kontrol (yang tidak menderita stroke) akan ditetapkan berdasarkan banyaknya
sampel kasus, atau dengan perbandingan kasus : kontrol = 1 : 2. Jumlah sampel
ditentukan berdasarkan rumus:

Ket:

1 /2 2

n = Besar Sampel

( )

P1= Proporsi terpapar pada kelompok kasus


P2= Proporsi terpapar pada kelompok control
1 /2 = Tingkat kemaknaan (1,96)

= 0,84

Dimana :

1 /2 = 1,96

= 0,84

OR= 2 1 : 2
P1 =
P2 =
P =

.
.

100 = 36% maka,

100 = 63% maka,

(0,36 + 0,63) = 0,495

Q1= 1 - P1 = 1- 0,36 = 0,64


Q2= 1-P2 = 1 0,63 = 0,37

Q = 1-P = 1 0,495 = 0,505

= 0.36

= 0.63

n=
n=

n= 51

( ,

,
, )

Jumlah sampel yang didapatkan adalah 51, dengan perbandingan 1 : 2 maka


jumlah perbandingan sampel kasus dan kontrol adalah 51 : 102 dan total dari
keseluruhan sampel adalah 153.
1.3

Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data
sekunder yang ada pada bagian rekam medik RSUD Undata Palu Tahun 2011.

1.4

Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.4.1

1.4.2

Univariat
Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi variabelvariabel yang diteliti. Hasil analisis akan memberikan gambaran secara
deskripsi hasil penelitian secara umum.
Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui faktor yang berisiko terhadap
stroke.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi. Untuk


membandingkan faktor risiko terjadinya stroke antara kasus dan kontrol, maka
digunakan rumus Odds Ratio (OR).
Prinsip penelitian kasus kontrol dapat dilihat pada tabel kontingensi 2X2
sebagai berikut:
Tabel. 3.2 Tabel Kontingensi 2 x 2
FR
Kasus
Kontrol

Keterangan:

Jumlah

a+b

c+d

Jumlah

a+c

b+d

a + b + c +d

a : Jumlah kasus dengan faktor risiko positif (+)


b : Jumlah kontrol dengan faktor risiko positif (+)
c : Jumlah kasus dengan faktor risiko negatif (-)
d : Jumlah kontrol dengan faktor risiko negatif (-)

OR

a
c
ad
x

ab cd
bc

Angka Confidence Interval (CI) = 95%


Untuk menentukan apakah nilai OR yang telah diperoleh mempunyai
hubungan yang bermakna, maka harus dihitung besarnya nilai batas atas (upper
limit) maupun batas bawah (lower limit). Nilai batas atas dan batas bawah dapat
dihitung berdasarkan rumus:
Nilai batas bawah (lower limit) : OR (-f)
Nilai batas atas (upper limit) : OR (+f)

Dimana: f (1 / a 1 / b 1 / c 1 / d ) x1,96

= Logaritma Natural (2,72 )


Odds untuk kelompok kasus =

a /(a c) a
=
c /(a c) c

Odds untuk kelompok kontrol =

b /(b d ) b
=
d /(b d ) d

Interpretasi:
OR>1: Variabel yang diteliti merupakan faktor risiko terhadap stroke
OR<1: Variabel yang diteliti merupakan faktor protektif terhadap stroke
OR=1: Variabel yang diteliti bukan merupakan faktor risiko terhadap stroke
Analisis tingkat kemaknaan hubungan dilakukan dengan menghitung
nilai batas atas dan batas bawah. Apabila nilai keduanya di bawah nilai satu atau
keduanya di atas nilai satu (nilai batas bawah dan batas atas tidak mencakup nilai
satu), maka analisis mempunyai hubungan yang bermakna. Sebaliknya, apabila
jarak antara nilai batas atas dengan nilai batas bawah melalui nilai satu, artinya
bila nilai batas bawah <1 sedangkan nilai batas atas >1, maka hasil analisis
dinyatakan tidak ada hubungan secara bermakna (Noor, NN, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu yang
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko stroke di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode case control study,
dengan mengumpulkan data sekunder yang diambil dari status penderita pada bagian
rekam medik tahun 2011. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 153 sampel, terdiri
dari 51 kasus dan 102 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random
sampling, yaitu dengan cara undian.
Pemilihan sampel pada kasus ditetapkan yaitu pasien yang didiagnosa
menderita stroke oleh dokter dan terdaftar di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu tahun 2011, demikian halnya juga untuk kriteria kontrol dipilih pasien yang
tidak menderita stroke yang terdaftar di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
tahun 2011. Sampel dimatching berdasarkan kriteria umur dengan tujuan
menghindari terjadinya bias atau kesalahan dalam menganalisa hubungan antar
variabel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
distribusi responden berdasarkan Kelompok Umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan.
1. Kelompok Umur
Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian
ini bervariasi antara umur 31 tahun sampai dengan umur 75 tahun.
Tabel 4.3

: Distribusi Responden

Menurut Kelompok

Umur
di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu Tahun 2011
Kelompok Umur
(thn)
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
>61
Jumlah
Sumber: Data Primer

Kejadian Stroke
Kasus
Kontrol
%
n
%
n

Jumlah
n

2
7
1
14
10
12
5

3,9
13,7
2,0
27,5
19,6
23,5
9,8

4
14
2
28
20
24
10

3,9
13,7
2,0
27,5
19,6
23,5
9,8

6
21
3
42
30
36
15

3,9
13,7
2,0
27,5
19,6
23,5
9,8

51

100

102

100

153

100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kelompok umur responden yang


tertinggi adalah kelompok umur 46-50 tahun sebanyak 27,5% dan yang
terendah pada kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 2,0%.
2.

Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, distribusi menurut jenis


kelamin dalam penelitian ini, didominasi oleh laki-laki dari pada
perempuan.

Tabel 4.4

: Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


di Rumah Sakit
Palu Tahun 2011.

Umum

Daerah Undata

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

81
72

52,9
47,1

Jumlah

153

100

Sumber: Data Primer


Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin lakilaki yang terbanyak yaitu sebesar 52,9%, sedangkan perempuan yang
terendah yaitu sebanyak 47,1%.
3.

Tingkat Pendidikan
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dalam
penelitian ini bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai dengan
perguruan tinggi.
Tabel 4.5

: Distribusi

Responden

Menurut

Tingkat

Pendidikan di Rumah Sakit Umum Daerah


Undata Palu Tahun 2011
Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi/Diploma

41
27
29
25
31

26,8
17,6
19,0
16,3
20,3

Jumlah

153

100

Sumber: Data Primer

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi responden terbanyak


adalah tidak sekolah dengan persentase sebesar 26,8%. Sedangkan
yang terendah adalah SMA dengan persentase sebanyak 66,0%.
4. Pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan dalam penelitian ini
bervariasi antara pengangguran sampai dengan pegawai swasta.

Tabel 4.6

: Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di


Rumah Sakit Umum Daerah
Tahun 2011

Undata Palu

Pekerjaan

Pengangguran
Buruh
Petani
Wiraswasta
PNS
Pegawai Swasta

28
25
27
22
15
36

18,3
16,3
17,6
14,4
9,8
23,5

Jumlah

153

100

Sumber: Data Primer


Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah
responden dengan jenis pekerjaan pegawai swasta sebesar 23,5%.
Sedangkan yang terendah adalah responden dengan jenis pekerjaan PNS
sebesar 9,8%.
1.1.2

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independen berperan sebagai faktor risiko.
1.

Hipertensi
Responden dengan status stroke mempunyai tekanan darah
yang bervariasi antara 80 mmHg sampai dengan 155 mmHg.
Sedangkan pasien yang tidak menderita stroke mempunyai tekanan
darah antara 60 mmHg sampai dengan 152 mmHg.
Tabel 4.7

: Faktor Risiko Hipertensi Terhadap Stroke


Di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu Tahun 2011

Hipertensi

Risiko Tinggi
Risiko Rendah

Kejadian Stroke
Kasus
Kontrol
N
%
n
%

Total

32
19

62,7
37,3

20
82

19,6
81,4

52
101

Total
51
Sumber: Data Primer

100

102

100

153

OR
(CI 95%)

6,905
(3,265-14,605)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden hipertensi lebih


banyak yang menderita stroke yaitu 62,7%, dibanding yang tidak
menderita stroke yaitu 19,6%. Sedangkan responden tidak hipertensi

lebih banyak yang tidak menderita stroke yaitu 81,4%, dibanding yang
menderita stroke yaitu 37,3%. Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan
Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR = 6,905 (3,26514,605), hal ini berarti pasien yang menderita hipertensi berisiko
6,905 kali lebih besar untuk mengalami stroke dibandingkan pasien
yang tidak hipertensi. Karena nilai OR>1 dan angka 1 tidak ada
diantara nilai upper dan lower, maka hipertensi merupakan faktor
risiko stroke dan terdapat hubungan antara hipertensi dengan stroke.
2.

Hiperkolesterolemia
Pasien dengan status stroke mempunyai kadar kolesterol yang
bervariasi antara 130 mg/dl sampai dengan 290 mg/dl. Sedangkan
pasien yang tidak menderita stroke mempunyai kadar kolesterol antara
100 mg/dl sampai dengan 290 mg/dl.
Tabel 4.8

: Faktor Risiko Hiperkolesterolemia Terhadap


Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu Tahun 2011

Hiper
Kolesterolemia

Kejadian Stroke
Kasus Kontrol Total
n % n %

Risiko Tinggi
Risiko Rendah

37 72,5 25 24,5
14 27,5 77 75,5

62
91

Total
51 100 102 100
Sumber: Data Primer

153

OR
(CI 95%)

8,140
(3,796-17,453)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden hiperkolesterolemia


lebih banyak yang menderita stroke yaitu 72,5%, dibanding yang
tidak menderita stroke yaitu 24,5%. Sedangkan responden tidak
hiperkolesterolemia lebih banyak yang tidak menderita stroke yaitu
75,5%, dibanding yang menderita stroke yaitu 27,5%. Hasil analisis
Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai
OR = 8,140 (3,796-17,453), hal ini berarti pasien yang menderita
hiperkolesterolemia berisiko 8,140 kali lebih besar untuk mengalami
stroke dibandingkan pasien yang tidak hiperkolesterolemia. Karena
nilai OR >1 dan angka 1 tidak ada diantara nilai upper dan lower,
maka hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko stroke dan terdapat
hubungan antara hiperkolesterolemia dengan stroke.
3.

Penyakit Jantung
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, respondennya adalah
pasien dengan status stroke yang mempunyai riwayat penyakit jantung
dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Sedangkan pasien yang
tidak memiliki status stroke, yang mempunyai riwayat penyakit
jantung dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung

Tabel 4.9

: Faktor Risiko Penyakit Jantung Terhadap


Stroke di Rumah Sakit

Umum

Daerah

Undata Palu Tahun 2011


Penyakit
Jantung

Kejadian Stroke
Kasus Kontrol
N % n %

Total

Risiko Tinggi
Risiko Rendah

26 51,0 30 29,4
25 49,0 72 70,6

56
97

Total
51 100 102 100
Sumber: Data Primer

153

OR
(CI 95%)

2,496
(1,246-5,000)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden penyakit jantung


lebih banyak yang menderita stroke yaitu 51,0%, dibanding yang tidak
menderita stroke yaitu 29,4%. Sedangkan responden tidak penyakit
jantung lebih banyak yang tidak menderita stroke yaitu 70,2%,
dibanding yang menderita stroke yaitu 49,0%. Hasil analisis Odds
Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR =
2,496 (1,246-5,000), hal ini berarti pasien yang menderita penyakit
jantung berisiko 2,496 kali lebih besar untuk mengalami stroke
dibandingkan pasien yang tidak penyakit jantung. Karena nilai OR > 1
dan angka 1 tidak ada diantara nilai upper dan lower, maka penyakit
jantung merupakan faktor risiko stroke dan terdapat hubungan antara
penyakit jantung dengan stroke.
1.2 PEMBAHASAN
1.2.1 Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah, baik
sistolik maupun diastolik, yaitu sama atau lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun perdarahan, tetapi
kejadian stroke perdarahan akibat hipertensi lebih banyak sekitar 80%. Pada
perdarahan, hipertensi kronis diduga menyebabkan lipohialinosis parenkim
pembuluh darah kecil; hipertensi pada kasus iskemik terjadi karena adanya
cedera (injury) pada sel endotel pembuluh darah yang kemudian berkembang
menjadi plak aterosklerosis yang dapat mempersempit lumen pembuluh
darah. Risiko stroke bertambah sebanding dengan beratnya hipertensi.
Hasil studi Framingham menunjukkan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan diastolik kurang
dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg
mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskhemik dibandingkan dengan
mereka yang bertekanan darah kurang 140 mmHg, akan tetapi pada
penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada
normotensi (Bustan MN, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu terhadap stroke dengan faktor risiko hipertensi, didapatkan nilai

odds ratio (OR) dengan Confidence Interval 95% sebesar 6,905. Hal ini
berarti bahwa seseorang yang menderita hipertensi berisiko 6,905 kali lebih
besar untuk terkena stroke dibandingkan yang tidak menderita hipertensi.
Karena nilai OR>1 dan angka 1 tidak ada diantara nilai upper dan lower,
maka hipertensi merupakan faktor risiko stroke dan terdapat hubungan
antara hipertensi dengan stroke.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana
Budi Rahayu di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2001, didapatkan
bahwa hipertensi merupakan faktor risiko stroke dengan nilai OR = 7.
Penelitian ini juga sesuai yang dilakukan oleh Fazidah Aguslina
Siregar mengenai faktor risiko stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan
tahun 2003 didapatkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi
dengan nilai OR = 8,19 atau 53,6% pasien yang didiagnosis stroke menderita
hipertensi.
Hasil penelitian ini pun sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susworo di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2005, bahwa nilai
odd ratio yang didapatkan adalah OR = 4,564 dengan Confidence Interval
2,11-9,88. Maka hipertensi merupakan faktor risiko stroke.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan faktor risiko stroke. Terjadinya hipertensi disebabkan
karena kecenderungan pasien mengkonsumsi garam berlebihan, obesitas,
tingkat stress yang tinggi, kolesterol dan diabetes mellitus.
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung
natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang
mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa
batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak
ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan
darah yang juga memicu terjadinya hipertensi.
Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi
hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gram/hari
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.
Garam meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar
7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol
natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan
tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.
Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan
lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa penyakit. Hubungan obesitas dan hipertensi telah
diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Swedish Obese Study
mendapatkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sebesar 13,5%,
dan angka ini akan makin meningkat seiring dengan peningkatan indeks

massa tubuh. Telah banyak penelitian yang mempelajari mekanisme yang


mendasari hipertensi pada obesitas ini. Dahulu hal ini dihubungkan dengan
hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome (gangguan
tidur disertai sesak nafas). Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh
darah oleh lemak sehingga tekanan darah yang di pompa oleh jantung terjadi
peningkatan dari keadaan normal. Obesitas merupakan ciri khas penderita
hipertensi, walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara
hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi pada
penderita hipertensi dengan berat badan normal. Kegemukan juga sering
menyebabkan gangguan dalam aktifitas sehari-hari atau kurang lincah, selain
sering mengalami depresi, baik yang datang dari dalam dirinya sendiri
maupun dari lingkungannya. Secara sederhana, obesitas menggambarkan
suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam tubuh sebagai akibat berlebihnya
masukan kalori. Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila
terdapat kelebihan berat badan sebesar 15% atau lebih dari berat badan
idealnya. Dengan pengukuran yang lebih ilmiah, penentuan obesitas
didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan total seseorang
(Misnadiarly, 2007).
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena
saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa
hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah,
dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan
mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang,
dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pula (Noni, 2001).
Kolesterol mempengaruhi keadaan zat gizi seseorang seperti,
karbohidrat, protein, kolesterol dan lemak. Kekurangan atau kelebihan
salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh
karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia
dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu
agar tercapai kondisi kesehatan yang prima. Dimana ini merupakan faktor
penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan
dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani
atau tumbuh-tumbuhan (nabati). Ketika penyumbatan terjadi pada pembuluh
darah akibat penumpukan plak dari timbunan kolesterol, kecepatan aliran
darah akan semakin meningkat. Analoginya mungkin bisa disamakan ketika
kita menutup setengah muara selang dengan jari ketika air mengalir di
dalamnya. Kita bisa melihat sendiri pancuran air akan semakin tinggi dan
deras. Hal tersebut diakibatkan semakin sempitnya lubang yang dapat dilalui
oleh air. Sehingga tekanan air menyebabkan kecepatan aliran air semakin
tinggi. Demikian yang terjadi dalam pembuluh darah kita ketika pembuluh
darah setengah tersumbat oleh timbunan plak. Jika diabaikan, hipertensi
akan menyebabkan kerusakan lebih jauh dan sangat fatal bagi tubuh.
Target kerusakan organ akibat hipertensi antara lain:
1.
2.

Otak: menyebabkan stroke.


Mata: menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.

3.

1.2.2

Jantung: menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark


jantung), gagal jantung.
4. Ginjal: menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di
atas 240mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seorang pada risiko
terkena penyakit jantung dan stroke (Tapan, 2004).
Diabetes Mellitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing
manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena
kekurangan insulin (gula darah sewaktu: > 200 mg/dl atau gula darah puasa:
> 126 mg/dl atau glukosa plasma 2 jam: > 200 mg/dl). Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang ditimbulkan dari
tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara lain
adalah penyakit jantung, hipertensi, stroke, gagal ginjal, kelainan mata yang
dapat mengalibatkan kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih dikenal
dengan diabetes mellitus. Dengan resistensi insulin ada gangguan respon
jaringan biologis dan fisiologis terhadap insulin. Hubungan antara resistensi
insulin, diabetes dan hipertensi adalah kompleks dan saling terkait. Pasien
yang tidak diobati dengan hipertensi esensial memiliki kadar insulin lebih
tinggi daripada puasa dan postprandial, terlepas dari massa tubuh, sebuah
korelasi langsung antara tingkat insulin plasma dan tekanan darah (BP) ada
hubungan antara hiperinsulinemia dan hipertensi ini tidak terlihat pada
hipertensi sekunder. Hal ini menunjukkan bahwa resistensi insulin dan
hiperinsulinemia tidak konsekuensi dari hipertensi, melainkan
kecenderungan genetik yang bertindak sebagai tanah yang subur untuk
kedua penyakit. Gagasan ini didukung oleh pengamatan bahwa ada
metabolisme glukosa abnormal pada keturunan orang tua hipertensi. Jadi,
ada hubungan kuat antara hipertensi, diabetes dan resistensi insulin karena
kurangnya kadar katekolamin dalam darah
(Roglic, 2000).
Pengontrolan terhadap konsumsi garam berlebihan, obesitas, tingkat
stress yang tinggi, kolesterol dan diabetes mellitus merupakan tindakan yang
bijaksana dalam mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Hal ini juga dapat
disebabkan dari corak kehidupan masyarakat palu yang serba tegang dan
ketaatan penderita untuk memeriksakan dirinya pada dokter masih belum
dapat diandalkan. Penderita umumnya baru menyadari mengidap hipertensi
setelah terkena stroke. Jadi, dengan mengobati hipertensi, maka
kemungkinan stroke terutama stroke perdarahan akan turun antara 25-47%.
Kontrol terhadap tekanan darah juga merupakan hal yang sangat penting.
Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan tata laksana hipertensi
diharapkan akan menurunkan mortalitas akibat penyakit stroke secara
bermakna.
Hiperkolesterolemia
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang ada dalam tubuh
manusia. Lemak mempunyai manfaat sebagai salah satu sumber energi yang
memberikan kalori yang cukup tinggi bagi tubuh. Lemak, khususnya
kolesterol dibutuhkan untuk pembentukkan dinding sel-sel dalam tubuh dan
sebagai bahan dasar pembentukkan hormon-hormon steroid. Akan tetapi,
bila kolesterol dalam tubuh berlebih maka, kelebihan kolesterol tersebut
akan disimpan di dalam pembuluh darah. Jika kelebihan tersebut tidak
terkontrol maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu
penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal

bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Kolesterol yang kita butuhkan
tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang
tepat, tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena makanan ekstern yang
berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sampah
(junkfood). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi
kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna
dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk ke
dalam darah. Kolesterol dan unsur lemak lain tidak larut dalam darah.
Studi The Multi Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) terhadap
350.977 orang pria, menyatakan bahwa risiko stroke iskemik meningkat
pada penderita dengan kadar kolesterol diatas 160 mg/dl atau >4,14 mmol/l.
Kadar kolesterol total yang >220 mg/dl meningkatkan risiko stroke antara
1,31 sampai 2,9 kali. Semakin tinggi kadar kolesterol dalam darah, maka
akan semakin besar pula risiko untuk terkena serangan stroke. Kadar
kolesterol akan cenderung meningkat pada orang yang memiliki berat badan
lebih, kurang aktivitas fisik, dan dalam keadaan stres. Kadar kolesterol yang
tinggi dapat pula menyebabkan aterosklerosis, yaitu menyempitnya dinding
pembuluh darah sehingga akan menganggu suplai darah ke otak (Junaidi,
2004).
Hasil uji statistik antara faktor risiko hiperkolesterolemia dengan
stroke yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu,
didapatkan nilai odds ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95%
sebesar 8,140 (3,796-17,453). Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang
menderita hiperkolesterolemia berisiko 8,140 kali lebih besar menderita
stroke dibandingkan yang tidak menderita hiperkolesterolemia. Karena nilai
OR >1 dan angka 1 tidak ada diantara nilai upper dan lower, maka
hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko stroke dan terdapat hubungan
antara hiperkolesterolemia dengan stroke.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Astuti Giantini di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2003
terhadap 76 pasien, yang terdiri dari 38 kasus dan 38 kontrol didapatkan
bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko stroke dengan besar
risiko 3,9 kali (CI 95%: 1,04-8,73).
Penelitian ini juga sesuai yang dilakukan oleh Linda Soebroto
mengenai Hubungan Antara Kadar Kolesterol Pada Penderita Stroke di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010, didapatkan bahwa
hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko stroke dengan nilai OR = 3,701.
Hasil penelitian ini pun sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Irfan Marta mengenai Hubungan Faktor Risiko Stroke di Bagian Neurologi
Pusat Pengembangan Penanggulangan Stroke Nasional (PPPSN) RSUP
Bukit Tinggi Tahun 2004, hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko
stroke karena didapatkan nilai OR = 6,032 dengan Confidence Interval 1,9912,07.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
hipekolesterolemia merupakan faktor risiko stroke. Terjadinya
hiperkolesterolemia
disebabkan
karena
kecenderungan
pasien
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
Pola makan yang berlebihan akan memberikan risiko yang besar,
inilah yang membuat masyarakat Kota Palu tidak sedikit terpapar oleh
hiperkolesterolemia, ditambah lagi kurangnya olahraga yang membuat

1.2.3

peningkatan kolesterol ini semakin cepat. Mengurangi konsumsi makanan


berlemak tinggi dan sering berolahraga merupakan tindakan yang bijaksana
dalam mengurangi risiko terjadinya hiperkolesterolemia. Penderita
umumnya baru menyadari mengidap hiperkolesterolemia setelah terkena
stroke. jadi, peningkatan pengetahuan dan tata laksana hiperkoleterolemia
diharapkan akan menurunkan mortalitas akibat penyakit stroke secara
bermakna.
Penyakit Jantung
Penyakit jantung terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah arteri pada organ jantung, menyebabkan aliran darah ke
jantung terganggu, sehingga menimbulkan efek kehilangan oksigen dan
makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri berkurang.
Hal tesebut menyebabkan gangguan fungsi jantung seperti halnya
kemampuan jantung memompa darah, dan kerusakan sistem yang
mengontrol irama jantung.
Beberapa jenis penyakit jantung dapat meningkatkan kemungkinan
mendapatkan stroke. Gagal jantung kongestif dan penyakit jantung koroner
mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. penyakit jantung, baik
yang miokardial (otot), maupun yang valvular (katup), meningkatkan risiko
terhadap stroke.
Fibrilasi serambi, pembesaran bilik kiri, kelainan elektrokardiogram
(EKG), semuanya ini mempertinggi risiko mendapatkan stroke. Risiko
mendapatkan stroke menjadi tiga kali lebih besar dengan kelainan
gelombang ST-T, dibanding mereka tanpa kelainan tersebut. Penderita
dengan fibrilasi serambi mempunyai risiko untuk stroke 8,5 kali lebih besar
daripada mereka tanpa fibrilasi serambi (Lumbantobing, 2004).
Kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner, yaitu
terjadinya penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya
plak akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya menganggu
aliran darah ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung ini dapat
menyebabkan kerusakan otot jantung. Penyakit jantung disebabkan oleh
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri. Penyempitan ini
disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak dan kolesterol (Wijayakusuma,
2003).
Kecenderungan untuk timbulnya trombus (gumpalan darah) dalam
jantung yang kemudian ikut sirkulasi darah ke dalam otak, mungkin dialami
pasien yang menderita penyakit jantung setelah menderita demam rematik.
Hal ini terjadi, terutama bila ritme jantung menunjukkan adanya kelainan.
Mereka yang pernah merasakan gejala jantung berdebar-debar (palpitasi),
atau ketika denyut nadinya tidak teratur (random), harus segera menjalani
pemeriksaan lebih lanjut yang menyeluruh, karena kondisi semacam ini juga
merupakan salah satu risiko yang memicu terjadinya serangan stroke
(Margatan, 1997).
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu dengan risiko penyakit jantung terhadap stroke didapatkan nilai
odds ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) sebesar 2,496 (1,2465,000). Hal ini berarti bahwa pasien yang menderita penyakit jantung
berisiko 2,496 kali lebih besar menderita stroke dibandingkan pasien yang
tidak menderita penyakit jantung. Karena nilai OR > 1 dan angka 1 tidak ada

diantara nilai upper dan lower, maka penyakit jantung merupakan faktor
risiko stroke dan terdapat hubungan antara penyakit jantung dengan stroke.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana
Budi Rahayu di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2001.
Dikemukakan bahwa penyakit jantung merupakan faktor risiko stroke
dengan besar risiko 2,15.
Bahrin anwar (2004) sependapat dengan penelitian ini, bahwa Stroke
dapat terjadi akibat adanya kelainan jantung dan sirkulasi, demikian pula
sebaliknya stroke dapat menyebabkan kelainan jantung dan sirkulasi.
Hubungan yang erat antara kelainan jantung dan stroke ini sudah lama
diketahui dilaporkan dan tidak apat disangkal lagi. Datadata yang oleh para
peneliti menunjukkan bahwa kelainan jantung merupakan kemungkinan
sumber emboli pada 2025 kasus infark serebri. Pada kelompok usia tua
ternyata didapatkan prevalensi kelainan jantung yang tinggi pada penderita
stroke. Penyakit jantung koroner mempunyai resiko 2X lebih besar untuk
terjadinya infark serebri bila disertai dengan faktor resiko lainnya.
Hasil penelitian ini pun sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rico Januar mengenai Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
Stroke di Seluruh Rumah Sakit Semarang, penyakit jantung merupakan
faktor risiko stroke karena didapatkan nilai OR = 5,76 dengan Confidence
Interval 2,09 15,94.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penyakit jantung merupakan faktor risiko stroke. Terjadinya penyakit
jantung
disebabkan karena kecenderungan pasien merokok, kurang
berolahraga, tidak mengatur pola makan dengan baik. Umur diatas 45 tahun
sangat rentan terhadap penyakit, terutama kesehatan jantung selalu
terganggu, itu dikarenakan tubuh sudah tidak dalam kondisi prima seperti
pada usia 45 kebawah.
Pola Hidup Bersih dan Sehat inilah yang belum membudaya di
kalangan masyarakat palu, Kurangnya berolahraga pada usia ini, ditambah
lagi sering merokok dapat berdampak pada kesehatan jantung. Memelihara
jantung dari hal tersebut agar tetap sehat merupakan tindakan yang bijaksana
dalam mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung. Dengan demikian,
peningkatan pengetahuan dan tata laksana penyakit jantung diharapkan akan
menurunkan mortalitas akibat penyakit stroke secara bermakna.
1.3 Keterbatasan Penelitian
1.3.1 Keterbatasan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu
status pasien, sehingga kualitas penelitian sangat tergantung pada kualitas
dan kesempurnaan serta kelengkapan data sekunder tersebut. Lengkapnya
data dibagian rekam medik sangat mempengaruhi tingkat validitas data yang
diperoleh.
1.3.2 Keterbatasan Penentuan Kasus
Penelitian ini menggunakan data rumah sakit (Hospital Base),
sehingga dalam menentukan kasus stroke, peneliti hanya mengambil hasil
diagnosa dokter yang tercatat dalam rekam medis, sehingga validitas dalam
menentukan apakah kasus tersebut benar-benar stroke masih terbatas, karena
itu kasus dipilih berdasarkan kelayakan, yaitu pasien yang dinyatakan stroke
dengan kunjungan yang berulang.
1.3.3

Keterbatasan penentuan kontrol

Sulitnya menentukan sampel kontrol yang benar-benar dapat mewakili


mereka yang tidak menderita penyakit yang diteliti. Kelompok kontrol
dalam penelitian ini memiliki pengaruh atau hubungan terhadap penyakit
yang diteliti, sehinga mempengaruhi hasil analisis.

KESIMPULAN
1. Hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) merupakan faktor risiko
stroke dengan besar risiko 6,905 kali lebih besar dibandingkan yang
tidak hipertensi (tekanan darah < 140/90 mmHg).
2. Hiperkolesterolemia (Kadar Kolesterol 200 mg/dl) merupakan faktor
risiko stroke dengan besar risiko 8,140 kali lebih besar dibandingkan
yang tidak hiperkolesterolemia (kadar kolesterol < 200 mg/dl).
3. Penyakit jantung merupakan faktor risiko stroke dengan besar risiko
2,496 kali lebih besar dibandingkan yang tidak penyakit jantung.

DAFTAR PUSATAKA
Abdullah. 2010. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Dinas Kesehatan Propinsi
Sulawesi Tengah. Palu.
Almatsier, Sunita. 2000. Hipertensi dan Obesitas. Rineka Cipta. Jakarta.
Anderson, Clifford. 2000. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Indonesia Publishing
House. Bandung.
Anonim. 2008. Laporan Riskesdas 2007. (http://www.google.co.id/search?hl=
id&source=hp&biw=1280&bih=617&q=riskesdas+2007). Diunduh 7 Desember
2011.
Arini, S. 2000. Hipertensi dan Penanggulangannya. Bumi Aksara. Jakarta.
Bahrin, Anwar. 2004. Kelainan Jantung Sebagai Faktor Risiko Stroke.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3536/1/gizi-bahri5.pdf).
Diunduh 12 mei 2012.
Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
Crab. 2008. Faktor Risiko Hipertensi. (http://www.smallcrab.com/kesehatan/511-faktorresiko-hipertensi). Diunduh 14 Juni 2012.
Darmojo, Boedi. 1994. Masalah Hipertensi. Barata Karya Aksara. Jakarta.
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan
dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Douglas. 2002. Penyakit Kardiovaskuler. Rhineka Cipta. Jakarta.
Emma, Sukmawati. 2010. Profil Kesehatan Kota Palu. Dinas Kesehatan Kota Palu. Palu.
Ganong, and Gunawan. 2000. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Kanisius.Yogyakarta.
Giantini, Astuti. 2003. Analisis Parameter Laboratorium Faktor Stroke Iskemik di RS Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. (http://digilib.litbang.depkes.go.id). Diunduh 26
Oktober 2011.
Gordon, Neil. 1993. Stroke Panduan Latihan Lengkap. The Cooper Clinic and Research
Institute Fitness Series. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Henderson, Leila. 2002. Stroke Panduan Perawatan. Arcan. Jakarta.
Heslet, Lears. 2004. Kolesterol. Kesaint Blanet. Bekasi.
Hull, Allison. 2000. Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Irfan, Marta. 2004. Hubungan Faktor Risiko Stroke Di Bagian Neurologi Pusat
Pengembangan Penanggulangan Stroke Nasional (PPPN) RSUP Bukit Tinggi.
(http://www.scribd.com/irfanmarta/d/68968985/54-D-Hubungan-Kadar-LDLKolesterol-dengan-Penyakit-Stroke). Diunduh 12 mei 2012.
Junaidi, Iskandar. 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta.
Linda, Soebroto. 2010. Hubungan Antara Kadar Kolesterol Pada Penderita Stroke Di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (http://eprints. uns. ac. id/ 176/ 1/
166060109201010431. pdf). Diunduh 12 mei 2012.
Lumbantobing. 2004. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Margatan, Arcole. 1997. Mewaspadai Buruk dan Serangan Stroke. Aneka Solo. Jakarta.
Minda. 2005. Patofisiologi Stroke. (http://penyakitstroke.info/patofisiologi-stroke).
Diunduh 16 Desember 2011.
Misnadiarly. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. (http://
Misnadiarly.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajianepidemiologi/). Diunduh 14 Juni 2012.
Noer, Sjaifoellah. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi Ketiga. FKUI.
Jakarta.
Noni. 2001. Penyebab Hipertensi .(http://www.godiabetescare.com/hipertensi. html).
Diunduh 6 Juni 2012.
Noor, Nasry Nur. 2004. Epidemiologi. Hasanuddin University Press. Makassar.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nugroho, Adi. 1995. Penyebab Tekanan darah Tinggi dan Cara Meredakannya. Rhineka
Cipta. Jakarta.
Nursiah, Loulembah. 2010. Rekam Medik bagian Poli Saraf. Rumah Sakit Umum Daerah
Undata. Palu.
Raflizar. 2000. Masalah Hipertensi dan Penanggulangannya. Majalah Kedokteran
Indonesia Vol. 50 No. 1.
Rahayu, A. B. 2001.
Fibrilasi Atrium Sebagai Faktor Risiko Anfarik.
(http://digilib.litbang.depkes.go.id). Diunduh 12 Mei 2012.
Rahmatullah, Pasiyah. 1999. Faktor Risiko Hipertensi. BumiAksara. Jakarta.
Rico, Januar. 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke.
(http://eprints.undip.ac.id/6482/1/Rico_Januar_Sitorus.pdf). Diunduh 12 Mei
2012.
Roglic.

2000.
Hipertensi:
Faktor
Risiko
dan
Penatalaksanaannya.
(http://www.pjnhk.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=788&It
emid=31). Diunduh 14 Juni 2012.
Sandina, Dewi. 2011. 9 Penyakit Mematikan mengenali tanda dan Pengobatannya. Smart
Pustaka. Yogyakarta.
Selamihardja,
Nanny.
1999.
Kiat
Mengelola
Kolesterol
Tinggi.
(http://www.indomedia.com/intisari/1999/November/kolesterol.htm). Diunduh 1
November 2011.
Shimberg, E.F. 1998. Stroke Petunjuk Penting Bagi Keluarga. Pustaka Dela pratasa.
Jakarta.

Siregar, F.A. 2004. Faktor Risiko Kejadian Stroke Penderita Rawat Inap RSUP Haji
Adam Malik Medan.(http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair). Diunduh 12
Mei 2012.
Soegondo, Sidartawan. 2001. Home ostatis Glukosa Darah Pada Stroke. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.
Suara Pembaharuan. 2003. Pengenalan Dini Stroke. (http://www.Diffy.com/
kesehatanAidssehat/ detail.php?id = 8650). Diunduh 1 November 2011.
Suryadipradja,
RM.
2001.
Penatalaksanaan
Mutakhir
Fibrilasi
Atrium.(http://www.interna.or.id/interna/art/current2001/12htm). Diunduh 1
November 2011.
Susalit. 2001. Epidemiologi Hipertensi. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.
Sustrani. 2003. Stroke. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Susworo. 2005. Hipertensi Sebagai Faktor Risiko Stroke Di RSUD DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. (http://eprints.undip.ac.id/4940/1/2731.pdf). Diunduh 12 mei
2012.
Tapan.

2004.
Hipertensi
dan
Faktor-faktor
Risikonya.
(http://doktermedis.blogspot.com/2004/08/hipertensi-dan-faktor-faktor-risikonya.html).
Diunduh 14 Juni 2012.
WHO. 2008. Risiko Stroke. (http://www.Sarikata.com/indek.php?fuseation). Diunduh 1
November 2011.
.............
2011.
Cerebrovaskuler.
(http://www.who.int/topics/cerebrovascular_
accident/en/). Diunduh 13 Desember 2011.
Wijayakusuma, Hembing. 2003. Atasi Penyakit Jantung Koroner Secara Dini dengan
Cara Alamiah, (http://www.mastel.or.id/artikel%20kesehatan.htm). Diunduh 1 November
2011.

Anda mungkin juga menyukai