Anda di halaman 1dari 11

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

MUTU BEBERAPA JENIS KAYU TANAMAN UNTUK BAHAN


BANGUNAN BERDASARKAN SIFAT MEKANISNYA
Abdurachmarwati Hadjib2
Oleh

Abdurachman1, Nurwati Hadjib1

Abstract
One of timber uses is for building materials. As a building materials, there are structural and
non structural components. The testing data test of mechanical properties related to their
strength, are useful to the evaluation of wood quality for building materials. Because the test
is conducted to the small clear specimens, the result of this test should be corrected to
become allowable stress. This paper presents results of the mechanical properties of 10
wood species from plantation i.e. sengon(Paraserianthes falcataria), suren (Toona sureni),
sengon buto (Enterolobium cyclocarpum), mindi (Melia azedarach, tata (Gmelina arborea,
mahoni (Swietenia macrophylla), karet (Hevea brasiliensis), tusam (Pinus merkusii),
mangium (Acacia mangium) and jabon (Anthocephalus cadamba). The test method used
was ASTM D 143-94. The result show that the haviest wood is rubberwood and the lightest
is sengon. Mindi, tata, mahoni, karet, mangium and tusam are grouped as strength class III,
while the remain are grouped as class class IV-V. Revering to RSNI-3, rata is belongs to
quality class of E11, while the others belong to quality class of E10. Based on its strength
class and its characteristics, tata could be utilize as structural material purposes, while the
other as non structural materials.
Keywords: wood, building materials, mechanical properties

Peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan - Bogor

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman hayati yang
tinggi. Salah satu hasil hutan yang sangat penting adalah kayu dengan sekitar 4000
jenis kayu yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Salah satu kegunaan kayu
adalah untuk bahan bangunan yang dibedakan sebagai kayu struktural (memikul
beban) dan non struktural (tidak memikul beban). Baik untuk tujuan struktural
maupun non struktural, diperlukan dukungan data teknis di antaranya sifat mekanis.
Salah satu program pemerintah adalah pembangunan perumahan yang layak
bagi seluruh warga negara. Kelayakan tersebut meliputi kekuatan, keawetan dan
ekonomis. Untuk mendukung kelayakan tersebut perlu dirujuk berbagai peraturan
yang terkait seperti PKKI tahun 1961 pada waktu perencanaan yang dilakukan oleh
perancang. Salah satu bahan yang penting untuk hal ini adalah kayu bangunan
yang berasal dari hutan, suatu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sampai
beberapa dekade pemenuhan kebutuhan kayu dipasok dari hutan alam, yang
berdiameter besar dan mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan
tanaman sejenis dari hutan tanaman. Namun setelah tahun 2000 pasokan kayu dari
hutan alam menurun, dan digantikan oleh kayu dari hutan tanaman. Produksi kayu
tahun 2000-2006 mencapai 24.3 juta m3, di mana 60%-nya berasal dari hutan
tanaman (Departemen Kehutanan, 2007). Hal penting yang harus diperhatikan
dalam perencanaan pemanfaatan kayu dari hutan tanaman adalah data teknis sifat
kayu. Seperti dikemukakan oleh Martawijaya (1990), kayu dari hutan tanaman
umumnya mempunyai sifat yang inferior dibanding kayu sejenis dari hutan alam.
Walaupun dalam industri bangunan sudah dikenal beberapa standar, namun
penggunaannya belum sebagaimana mestinya, berhubung masih banyak
kekurangan, baik dalam materi, lingkup kegunaannya dan hubungan satu dengan
yang lain. Sifat mekanis yang umum diperhitungkan dan dikenal sebagai sifat
kekuatan dalam perencanaan penggunaan kayu yaitu tegangan lentur maksimum,
keteguhan tekan sejajar serat maksimum, keteguhan tekan tegak lurus serat dan
keteguhan belah sejajar serat (Anonim, 1999). Sifat mekanis kayu atau sifat kayu
yang berhubungan dengan kekuatan kayu merupakan ukuran kemampuan kayu
untuk menahan gaya dari luar yang bekerja padanya. Yang dimaksud gaya luar
adalah gaya yang datangnya dari luar benda yang bersangkutan yang bekerja pada
benda tersebut dan gaya ini cenderung untuk merubah ukuran atau bentuk benda
tersebut.
Sifat mekanis ada beberapa macam yang berhubungan dengan macam
penggunaannya antara lain sebagai bahan bangunan, misalnya untuk tiang
diperlukan data keteguhan tekan sejajar serat, untuk kuda-kuda diperlukan data
keteguhan lentur statik, keteguhan tekan sejajar serat, keteguhan geser (Anonim,
1999).
Menurut Tular dan Idris (1981), sampai saat ini konstruksi kayu masih banyak
dilakukan oleh para tukang kayu yang umumnya tidak mengikuti perhitungan
2

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

konstruksi, sehingga dalam pemanfaatannya seringkali terjadi pemborosan baik dari


segi pemilihan jenis maupun ukuran kayunya. Soenardi (1981) menyatakan bahwa
dalam penggunaannya, kayu terlebih dahulu harus dipilih menurut syarat mutu yang
diminta oleh pengguna akhir.
II

DASAR TEORI

Sifat mekanis merupakan kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk


suatu bahan, sedangkan kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul
beban atau gaya yang bekerja padanya (Haygreen dan Bowyer, 1982). Sifat
mekanis biasanya merupakan ciri terpenting dari produk kayu yang akan digunakan
untuk bahan bangunan gedung. Penggunaan struktural adalah setiap penggunaan
di mana sifat mekanis merupakan kriteria pertama untuk pemilihan bahan.
Penggunaan struktural produk kayu antara lain meliputi palang lantai, kaso, kudakuda, tiang, anak tangga dan rangka perabot rumah tangga.
Dua istilah dasar yang digunakan dalam mekanika, yaitu tegangan dan
regangan. Tegangan adalah gaya yang tersebar per satuan luas. Tegangan terjadi
apabila suatu bagian bertindak terhadap yang lain untuk melaksanakan suatu gaya.
Regangan akan terjadi apabila tekanan dikenakan pada suatu benda padat. Apabila
tekanan yang dikenakan tidak melampaui suatu tingkat yang disebut batas proporsi,
terdapat hubungan garis lurus antara besarnya tegangan dengan regangan yang
dihasilkan.
Beberapa sifat kekuatan kayu berhubungan erat dengan kerapatannya.
Misalnya keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat maksimum
meningkat secara linier dengan kenaikan kerapatan kayu. Sedangkan sifat kekuatan
kayu lainnya meningkat secara fungsi pangkat (Haygreen dan Bowyer, 1982). Kayu
merupakan bahan yang bersifat ortotropis, yaitu bahan yang memperlihatkan sifat
yang berbeda dalam tiga sumbu yang saling tegaklurus, dalam hal ini arah radial,
tangensial dan longitudinal.
Pengujian sifat mekanis kayu yang mengacu kepada ASTM D 143-94
(Anonim, 2002a) menghasilkan data hasil pengujian kayu contoh kecil bebas cacat.
Sementara itu di dalam penggunaan kayu gergajian dan produk kayu gergajian
banyak mengandung cacat seperti mata kayu, serat miring, lama pembebanan,
keragaman dalam spesies dan cacat-cacat lain yang menurunkan kekuatannya
Oleh karena itu dalam penggunaannya nilai kekuatan ini harus disesuaikan dengan
mempertimbangkan faktor di atas. Nilai ini disebut tegangan yang diijinkan.
Prosedur untuk mendapatkan nilai tegangan yang diijinkan untuk kayu gergajian
menurut ASTM D 245 adalah (contoh untuk MOR):

Fb = MORrata2 1,645 s x FKA x FSR x FS


FDL
3

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Keterangan :
S
=
MOR
=
1,645 s
=
FDL
=
FKA
=
=
FSR
FS
=
III

simpangan baku MOR (ASTM D 2555-98)


tegangan lentur maksimum
merupakan batas luar 95% yang lebih rendah (5% exclusion limit)
faktor lama pembebanan
faktor kadar air
nisbah kekuatan untuk memperhitungkan cacat kayu
faktor koreksi untuk kedalaman gelagar

BAHAN DAN METODE

Bahan
Jenis kayu yang diteliti tertera pada Tabel 1. Kayu tersebut berasal dari hutan
tanaman (Hutan Tanaman Industri/HTI, dalam hal ini Perum Perhutani Unit III dan
tanaman rakyat) di daerah Jawa Barat. Pemilihan jenis kayu tersebut didasarkan
pada potensi jenis kayu yang ada pada hutan tanaman di Jawa Barat, baik HTI
maupun tanaman rakyat. Jenis kayu tersebut belum lazim digunakan untuk bahan
bangunan kecuali sengon yang sudah sering digunakan untuk dinding.
Setiap jenis kayu diambil 3 pohon dan dari setiap pohon diambil 3 dolok
masing-masing dari pangkal, tengah atau ujung. Sedangkan bahan pembantu yang
diperlukan antara lain adalah air, parafin, ampelas dan kapur tohor.
Tabel 1 Jenis Kayu yang Diteliti
No.

Nama Lokal

Nama Botanis

Suku

Sengon

Paraserianthes falcataria

Mimosaceae

Suren

Toona sureni

Meliaceae

Sengon buto

Enterolobium cyclocarpum

Mimosaceae

Mindi

Melia azedarach

Meliaceae

Tata

Gmelina arborea

Verbenaceae

Mahoni

Swietenia macrophylla

Meliaceae

Karet

Hevea brasiliensis

Euphorbiaceae

Tusam

Pinus merkusii

Pinaceae

Mangium

Acacia mangium

Mimosaceae

10

Jabon

Anthocephalus cadamba

Rubiaceae

Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: gergaji belah,
gergaji potong, alat serut, alat pengukur panjang (penggaris, meteran,
kaliper),timbangan, gelas piala, desikator, oven dan mesin uji universal.

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Metode
Ukuran contoh uji dan pengujian sifat fisis dan mekanis kayu dilakukan sesuai
dengan ASTM D.143-94 (Anonim, 2002a). Banyaknya contoh uji untuk setiap jenis
kayu tergantung pada diameter pohon contoh. Pengujian dilakukan terhadap contoh
uji dalamkeadaan kering udara. Sifat mekanis yang diuji meliputi keteguhan lentur
statis (tegangan pada batas proporsi dan tegangan patah serta modulus elastisitas),
keteguhan tekan (sejajar dan tegaklurus serat), keteguhan geser sejajar serat (pada
bidang radial dan tangensial), keteguhan pukul (pada bidang radial dan tangensial),
kekerasan (ujung, pada bidang radial dan tangensial), keteguhan belah (pada
bidang radial dan tangensial) dan keteguhan tarik tegaklurus serat (pada bidang
radial dan tangensial). Sebagai penunjang diuji kadar air dan kerapatan kayu.
Analisis data yang dilakukan meliputi rata-rata hasil pengujian setiap jenis
kayu serta penentuan kelas kuat kayu berdasarkan klasifikasi kekuatan kayu (Den
Berger, 1923), penentuan mutu kayu berdasarkan Anonim (2002b) dan penentuan
tegangan ijin berdasar ASTM D 245 (Anonim, 2002a).
IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian kadar air dan kerapatan kayu yang diteliti disajikan pada Tabel 2,
sedangkan hasil pengujian sifat mekanisnya tercantum pada Lampiran 1.
Nilai rata-rata kadar air dan kerapatan kering udara kayu yang diteliti
disajikan pada Tabel 2. Kadar air kering udara berkisar antara 11.46-17.18%.
Berdasarkan klasifikasi kerapatan kayu, maka kayu sengon, sengon buto, suren,
mindi dan tata tergolong kayu yang ringan (0.24-0.56 g/cm3) sedangkan sisanya
tergolong kelas sedang (0.56-0.72 g/cm3).
Tabel 2 Kadar Air dan Kerapatan Kayu yang Diteliti
No

Jenis Kayu

Kerapatan (gr/cm )

Kadar Air (%)

Sengon

0.34

12.54

Suren

0.47

17,18

Sengon buto

0.49

13,49

Mindi

0.53

14.62

Tata

0.46

12.01

Mahoni

0.57

16.79

Karet

0.61

11.46

Tusam

0.57

17.30

Mangium

0.58

14.64

10

Jabon

0.55

16.00

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Berdasarkan Tabel 2 tersebut terlihat bahwa kerapatan rata-rata kayu dari


hutan tanaman berkisar antara 0.34-0.61 gr/cm3 dengan rata-rata 0.517 gr/cm3.
Sengon mempunyai kerapatan terendah sedangkan tertinggi karet seperti tampak
pada Gambar 1.
3

(g/cm )

Gambar 1 Histogram Kerapatan Kayu yang Diteliti


Nilai rata-rata sifat mekanis kayu yang diteliti pada keadaan kering udara
disajikan pada Tabel 3 di bawah ini. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada
umumnya kayu berdiameter kecil yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman
(HTI) maupun dari tanaman rakyat tergolong kelas kuat III-V, hanya karet dan tata
tergolong kelas kuat II-III (PKKI-1961).
Hubungan antara kerapatan dengan nilai MOE dan MOR menunjukkan
MOR= 985,52 x kerapatan + 15,916, (R = 0,2104). Hal ini menunjukkan bahwa
kerapatan tidak dapat menjadi penduga terbaik untuk menduga kekuatan kayu yang
diteliti. Hubungan MOE dengan MOR dari kayu yang diteliti adalah MOR = 0,006 x
MOE + 142,74, (R2=0,6136), menunjukkan bahwa nilai E (MOE) dapat digunakan
untuk menduga kekuatan kayu. Seperti dikemukakan oleh Surjokusumo (1982),
bahwa pemilahan kayu dapat dilakukan dengan cara mengukur nilai E tanpa
merusak kayu.

Tabel 3 Nilai Rata-rata Keteguhan Lentur Statis dan Keteguhan Tekan


Sejajar Serat
2

No
1
2
3
4
5

Jenis Kayu
Sengon
Suren
Sengon buto
Mindi
Tata

Ket. Lentur Statis (kg/cm )


MOE
MOR
45505.67
319.92
56922.77
484.82
44775.80
427.25
57919.18
533.04
116510.00
708.19

Ket. Tekan/ Serat,


2
(kg/cm )
165.18
252.79
302.50
255.38
359.44

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

6
7
8
9
10

Mahoni
Karet
Tusam
Mangium
Jabon

62796.19
83587.20
54718.38
70225.54
43850.00

651.78
824.40
503.08
541.09
260.75

375.78
421.80
322.21
307.10
189.98

Pada Tabel 4 tercantum kelas kuat, kelas mutu serta tegangan ijin dari
sepuluh jenis kayu yang diuji. Dari kesepuluh kayu yang diuji, maka kayu mahoni,
karet dan tusam dapat dipertimbangkan untuk keperluan konstruksi.
Kayu dengan kelas kuat IV-V atau mutu E10 umumnya digunakan untuk
keperluan non struktural seperti panel, partisi dinding dan daun pintu/jendela.
Sedangkan kelas kuat III atau mutu E11 dapat dipertimbangkan untuk keperluan
struktural tetapi tidak untuk beban berat seperti kuda-kuda dengan bentang besar.
Untuk kayu bangunan, selain kuat, maka faktor ketahanan terhadap serangan
organisme perusak kayu (keawetan) juga diperlukan. Tabel 4 menunjukkan bahwa
kayu yang berasal dari hutan tanaman yang umumnya berumur muda, pada
umumnya tergolong kayu yang kurang awet. Untuk penggunaan di lapangan, kayu
dengan kelas awet IV dan V harus diawetkan terlebih dahulu agar umur pakainya
lebih panjang.
Tabel 4 Kelas Kuat, Mutu dan Tegangan Ijin dan Kelas Awet Sepuluh Jenis
Kayu yang Diuji
2

Tegangan Ijin (kg/cm )


No

Jenis kayu

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sengon
Suren
Sengon buto
Mindi
Gmelina
Mahoni
Karet
Pinus
Mangium
Jabon

Kelas Kuat Kode Mutu*


IV-V
IV
III-IV
III
II-III
II-III
III-II
III-IV
III
IV

E10
E10
E10
E10
E11
E11
E11
E10
E10
E10

MOE
45505.67
56922.77
44775.80
57919.18
116510.00
62796.19
83587.20
54718.38
70225.54
43850.00

MOR
152
231
203
254
337
310
393
240
258
124

Tekan//Serat
79
120
144
122
171
179
201
153
146
90

Kelas
Awet**
IV-V
IV-V
V
IV-V
III-IV
III
V
IV-V
III
III-V

Keterangan:* : Kuat acuan berdasarkan pemilahan mekanis (Anonim, 2002b)


** : Mengacu kepada SNI 01-7207-2006 (Anonim, 2006)

KESIMPULAN

1.

Berdasarkan klasifikasi kerapatan kayu sengon, sengon buto, suren, mindi


dan tata tergolong kayu yang ringan (0.24-0.56 g/cm3) sedangkan sisanya
tergolong kelas sedang (0.56-0.72 g/cm3).
Kerapatan rata-rata kayu dari hutan tanaman berkisar antara 0.34-0.61 gr/cm3
dengan rata-rata 0.517 gr/cm3. Sengon mempunyai kerapatan terendah dan
tertinggi karet.

2.

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

3.

4.

Kayu yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman (HTI) maupun dari
tanaman rakyat tergolong kelas kuat III-V, hanya karet dan gmelina tergolong
kelas kuat II-III.
Berdasarkan kelas mutunya, kayu karet, tata dan tusam dapat dimanfaatkan
untuk bahan bangunan struktural, sedangkan yang lain dapat dimanfaatkan
untuk bahan bangunan non struktural.

VI

DAFTAR PUSTAKA

1.

Anonim. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Departemen Pekerjaan


Umum dan Tenaga Listrik. Jakarta

2.

-------. 1999. Wood Handbook : Wood as an Engineering Material. Forest


Products Society

3.

-------. 2002a. Annual Book of ASTM Standards. American Society for


Testing and Materials, Philadelphia. Vol.04.10

4.

-------. 2002b. Tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia (PKKI NI-5).
RSNI-3. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta

5.

-------. 2006. SNI 01-7207-2006.: Uji Ketahanan kayu dan prodik kayu
terhadap organisme perusak kayu. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta

6.

Berger. L.G. Den. 1923. Mechanische-technische eigenschappen


Indische Houtsorten. Tectona XIV: 358-36

7.

Brown. H.P., A.J.Panshin and C.C.Forsaith. 1952. Textbook of


Technology. Vol. II. Mc Graw-Hill Book Co., New York

8.

Haygreen. J.G. and J.L. Bowyer. 1982. Forest Products and Wood Science.
An introduction. Iowa State Univ. Press, Iowa

9.

Karnasudirdja. S., K. Sofyan dan R. Kusumodiwiryo, 1974. Pedoman


Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Kayu. Publikasi Khusus No.20. Lembaga
Penelitian Hasil Hutan, Bogor

10.

Martawijaya, A. 1990. Sifat dasar beberapa jenis kayu yang berasal dari
hutan alam dan hutan tanaman. Proceedings Diskusi Hutan Tanaman Industri.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Jakarta

11.

Nurwati dan E. Basri. 1990. Sifat fisis, mekanis dan pengeringan beberapa
jenis kayu dari hutan tanaman. Proceedings Diskusi Hutan Tanaman Industri.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Jakarta

van

Wood

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

12.

Oey.Djoen Seng, 1964. Berat Jenis Kayu-kayu Indonesia dan Pengertian dari
Berat Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman Lembaga Penelitian
Hasil Hutan, No.1. Bogor

13.

Tular, R.B. dan A. Idris. 1981. Sekilas mengenai Struktur Bangunan Kayu di
Indonesia. Proceedings Lokakarya Standardisasi dan Normalisai Kayu
Bangunan. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor

14.

Surjokusumo. S 1982. Perancangan mesin pemilah kayu bangunan Panter L2. Bulletin Penelitian Institut Pertanian Bogor 3(2)

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Lampiran 1 Sifat Mekanis Jenis Kayu yang Diteliti (Kering Udara)


Jenis kayu
Mangium
n
Rata2
S
Min
Maks
KK(%)
Pinus
n
Rata2
S
Min
Maks
KK(%)
Mahoni
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%
Karet
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%
Tata
n
Rata2
s
Min
Maks
KK,%
Sengon
n
Rata2
s
Min
Maks
KK,%
Suren

10

K. lentur statis
2
(kg/cm )
MOE
MOR

K. tekan
2
(kg/cm )
//

Ket. geser/serat
2
(kg/cm )
R
T

135
70225,54
19908,59
28534,51
116065,04
28,35

136
541,09
179,31
155,81
949,78
33,14

133
307,10
87,08
26,48
536,65
28,36

122
83,92
30,97
14,78
164,43
36,90

132
53,88
16,38
23,36
99,35
30,40

132
60,21
17,48
0,60
97,93
29,02

53

53

53

53

53

53

54718,38
15917,45
22729,79
85198,33
29,09

503,08
104,48
335,31
752,50
20,77

322,21
69,60
211,88
461,00
21,60

320,47
79,42
200,50
538,50
24,78

209,12
70,53
101,50
411,00
33,72

218,69
70,54
100,50
426,50
32,26

16
62796.19
16858.78
6632.13
80306.10
26.85

16
651.778
43.387
280.94
431.04
11.55

16
375.78
43.378
280.94
274.85
23.124

16
86.169
14.332
64.529
121.831
16.633

16
102.333
21.613
79.527
148.746
21.12

28
83587.2
12260.8
14.6682
59801.8
107452

28
824.4
146.4
17.76
453.7
1165

28
421.8
36.15
8.57
336.6
495.4

28
179.50
20.23
126.88
204.42
11.27

28
108.84
14.332
13.168
88.782
137.71

28
110.5
18.04
16.33
63.93
139.6

15
116.51
22.81
69.03
158.64
19.58

15
708.19
104.11
506.16
916.39
14.70

15
359.44
44.48
306.49
443.96
12.37

15
125.85
36.08
75.74
187.01
28.67

15
151.02
43.29
90.89
224.41
28.67

15
90.86
9.99
64.73
102.19
10.99

14
40505.67
17381.92
21185.38
89615.37
42.91

14
319.92
109.04
176.40
609.40
34.08

14
165.18
40.37
124.64
251.56
24.44

6
177,18
8,64
166,32
189,96
4,87

14
40.90
9.75
26.82
57.15
23.83

14
25.53
7.08
13.64
40.01
27.75

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Jenis kayu
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%
Sengon buto
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%
Mindi
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%
Jabon
n
Rata2
S
Min
Maks
KK,%

K. tekan
2
(kg/cm )

Ket. geser/serat
2
(kg/cm )
R
T
19
19
50.34
67.34
8.276
8.21
36.54
50.24
62.53
82.26
16.44
12.20

K. lentur statis
2
(kg/cm )
MOE
MOR
19
19
56922.77
454.82
9056.20
60.849
37654.58
304.74
68952.92
548.22
15.91
13.379

19
252.79
31.673
182.54
304.96
12.53

19
74.69
12.238
51.18
96.21
16.39

35
44775.80
14445.56
17207.95
74803.53
32.26

35
427.25
117.75
153.76
623.14
27.56

35
302.50
84.11
152.78
424.46
27.80

35
94.55
15.54
66.99
130.53
16.43

35
53.31
11.00
27.71
77.41
20.64

35
59.22
8.143
42.44
82.54
13.75

12
57919.18
11832.63
42473.84
83530.30
20.43

12
533.04
103.81
304.11
666.53
19.48

12
255.38
27.26
210.83
300.53
10.67

9
87.986
64.662
115.39
16.037
18.227

12
84.32
14.83
66.68
123.73
10.67

12
82.66
15.21
59.78
108.33
17.59

12
43.850
11.390
32.960
63.420
25.970

12
260,75
50,53
196,63
351,42
19,38

12
189,98
39,98
131,25
258,20
21,05

12
50,65
8,79
39,30
67,56
17,36

12
57,21
7,05
43,11
69,24
12,31

12
43,85
11,39
32,96
63,42
25,97

//

Keterangan:
n
= jumlah contoh uji
S
= simpangan baku
KK
= koefisien keragaman
R
= radial
T
= tangensial

11

Anda mungkin juga menyukai