Anda di halaman 1dari 22

1

Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri kimia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perkembangan industri juga
diupayakan untuk meningkatkan nilai tambah yang ditujukan untuk
menyediakan barang dan jasa yang bermutu, meningkatkan ekspor dan
menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor
pembangunan lainnya, serta sekaligus mengembangkan penguasaan
teknologi.
Diantara
subsektor
industri
yang
pembangunannya
berkembang dengan pesat adalah subsektor industri pangan. Hal ini
terjadi karena kebutuhan akan barang-barang hasil industri pangan terus
meningkat sejalan dengan perkembangan itu sendiri. Salah satu industri
pangan yang berkembang adalah industri minyak goreng atau RBD Palm
Olein.
Industri RBD Palm Olein merupakan salah satu aktivitas hilir dari
industri pertanian berbasis sawit. Minyak goreng dari sawit atau yang
disebut RBD Palm Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dibuat
dari CPO sebagai bahan bakunya. RBDPO adalah minyak sawit yang telah
mengalami proses penyulingan untuk menghasilkan asam lemak bebas
serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan penghilangan bau.
Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil samping RBD
Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin) dan PFAD (Palm Fatty Acids
Destillation).
CPO sebagai bahan baku utama pembuatan RBD Palm Olein memiliki
kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
1.1

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

Gambar 1.1. Produksi CPO Indonesia dan Malaysia (Standard


Chartered, 2013)

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

Dari data produksi CPO Indonesia tersebut perlu dikembangkan


industri hilir kelapa sawit berupa industri RBD Palm Olein. Hal tersebut
juga didukung dengan produksi RBD Palm Olein Indonesia dalam lima
tahun terakhir (2009-2013) meningkat rata-rata 16,5% pertahun, dari
7,13 juta ton ditahun 2009 menjadi 13,0 juta ton ditahun 2013. Selama
periode tersebut kontribusi terbesar 96,44% berasal dari RBD Palm Olein
kelapa sawit, sisanya dari RBD Palm Olein kelapa 3,43% dan RBD Palm
Olein nabati lainnya 0,13% (CDMI, 2013). Pada tahun 2014, pemerintah
Indonesia memproyeksikan produksi CPO Indonesia mencapai 31,6 juta
ton (Majalah Sawit Indonesia, 2014). Hal ini perlu diimbangi dengan
pengolahan CPO menjadi RBD Palm Olein. Dengan demikian
pembangunan industri hilir kelapa sawit berpotensi untuk didirikan.
Pada Pra Rancangan Pabrik ini, CPO digunakan sebagai bahan baku
pembuatan RBDPO. CPO memiliki kapasitas produksi yang besar tiap
tahunnya dan didukung dengan lahan kelapa sawit yang luas. Selain dari
ketersediaan CPO yang berlimpah di Indonesia, RBD Palm Olein dari CPO
mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E. Produksi RBD Palm Olein dari CPO
dilakukan melalui tahapan pemurnian, fraksinasi, dan pengemasan.
1.2 Prospek Industri dan Pemasaran
Perkembangan industri minyak goreng (RBD Palm Olein) memiliki
prospek ekonomi yang sangat prospektif. Hal ini dikarenakan kebutuhan
RBD Palm Olein di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, diketahui dari data volume impor dan ekspor produksi RBD
Palm Olein, serta permintaan RBD Palm Olein dunia. Menteri Perindustrian
(Menperin) menyebutkan kebutuhan RBD Palm Olein nasional pada 2013
diperkirakan mencapai 5,22 juta ton atau rata-rata 435 ribu ton per bulan.
Volume impor RBD Palm Olein Indonesia menurut data Badan Pusat
Statistik yang dikutip Actual.co, selama periode Januari sampai Juli 2013
mencapai angka 37,6 ribu ton.
Menurut survey yang dilakukan CDMI, produksi RBD Palm Olein
Indonesia dalam lima tahun terakhir (2009-2013) meningkat rata-rata
16,5% pertahun, dari 7,13 juta ton ditahun 2009 menjadi 13,0 juta ton
ditahun 2013. Selama periode tersebut kontribusi terbesar 96,44%
berasal dari RBD Palm Olein kelapa sawit, sisanya dari RBD Palm Olein
kelapa 3,43% dan RBD Palm Olein nabati lainnya 0,13%. Hal yang sama
terjadi pada ekspor RBD Palm Olein, pada tahun 2009 ekspor RBD Palm
Olein mencapai 4,3 juta ton dengan nilai US$ 2,92 milyar, ditahun 2013

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

ekspornya telah mencapai 7,9 juta ton dengan nilai US$ 6,29 milyar
(CDMI, 2013).
Pertumbuhan produksi RBD Palm Olein juga diimbangi dengan
ketersediaan CPO di Indonesia.
Perkembangan CPO di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1
dibawah ini.

Table 1.1. Data Produksi dan Ekspor CPO Indonesia


2007 200 200 2010 201 201 201 2014
8
9
1
2
3
*
Production
16,8
19,2 19,4 21,8 23,5 26,5 27,0 25,0
(million
metric
tons)
Export
n.a
14,2 15,5 15,6 16,5 18,1 21,2 21,1
(million
metric
tons)
Export
n.a
15,6 10,0 16,4 20,2 21,6 19,0 18,9
(in USD billion)
*prediksi
(Indonesia Investment,
2014)
Dari segi ekonomi, pendirian pabrik RBD Palm Olein menguntungkan
karena selisih harga produk dan bahan baku yang cukup besar.
Perbandingan harga tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perbandingan Harga Produk dan Bahan Baku
Material
Harga (Rp/Kg)
Produk Utama

RBD Palm Olein

15000

Stearin

12000

PFAD

8000

Bahan Baku

CPO (Crude Palm Oil)

7.500

Bahan
Tambahan
Bahan
Tambahan

H3PO4 (asam pospat)

4.000

Bleaching Earth

5000

Produk
Samping

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

Dari data-data tersebut kita dapat menentukan kelayakan pendirian


pabrik minyak goreng (RBD Palm Olein) dengan mengujinya melalui Gross
Profit Margin (GPM). GPM merupakan perkiraan secara global mengenai
keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk utama dan produk
samping dikurangi dengan biaya bahan baku, tanpa melihat biaya
peralatan dan biaya operasi.

Tabel 1.3. Data Perhitungan Gross Profit Margin (GPM)


Komponen
Harga
Input
Output
W (fraksi
Harga
W
Harga
per kg
berat)
(Rp)
(fraksi
(Rp)
(Rp)
berat)
CPO
7500
0,98834
7412,55
H3PO4
4000
0,00102
4,08
Bleaching
5000
0,01064
53,2
Earth
Minyak
15000
0,729069 10936,0
Goreng
35
Stearin
12000
0,211681 2540,17
2
PFAD
8000
0,05925
474
Total
1
7469,83
1
13950,
207
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa, berdasarkan fraksi berat, total
harga bahan baku yang diperlukan oleh pabrik RBD Palm Olein dari CPO
ini adalah sebesar Rp.7469,83 dan harga penjualan produk utama dan
produk samping sebesar Rp.13950,207, jadi GPM yang diperoleh sebesar
Rp. 6480,377/kg RBD Palm Olein. Berdasarkan nilai GPM yang didapat

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

maka dari segi ekonomi Pabrik RBD Palm Olein layak untuk didirikan
karena dapat menghasilkan profit yang besar.
1.3 Tujuan Perancangan
Pra rancangan pabrik RBD Palm Olein dari Crude Palm Oil (CPO) ini
bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu teknik kimia yang meliputi neraca
massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia, utilitas
dan bagian ilmu teknik kimia lainnya seperti aspek ekonomi dalam
pembiayaan pabrik sehingga memberikan gambaran kelayakan pra
rancangan pabrik pembuatan RBD Palm Olein dari CPO ini. Setelah
melakukan perancangan dengan pemilihan proses sehingga dapat
ditentukan apakah proses terpilih dapat diaplikasikan di industri serta
mengkomersialkan proyek yang direncanakan.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

Bab 2. Deskripsi Proses


2.1 Proses Refinery
Proses refinery adalah salah satu tahapan proses pebuatan RBD Palm
Olein dengan cara mengolah CPO melalui proses degumming, bleaching,
filtrasi, dan deodorisasi hingga mendapatkan RBD Palm Oil. Kualitas RBD
Palm Olein yang dihaasilkan berbeda-beda setiap pabrik sesuai dengan
spesifikasi produk dan bahan baku yang ditetapkan.
Pada Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein ini, digunakan bahan
baku utama berupa CPO dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 2.1. Komposisi Komponen CPO pada Pra-Rancangan Pabrik
RBD Palm Olein Kapasitas 250.000 Ton/Tahun
Komponen
Kadar (%)
Trigliserida
94,83
Asam Lemak Bebas
5,00
Air
0,15
Impuritis
0,02
Kadar Impuritis
Fosfatida
39,00
Aldehid
19,50
Karoten
41,50
Sumber : (PT. Sari Dumai Sejati, 2014)
Proses secara umum yang terjadi pada CPO (Crude Palm Oil) atau
bahan baku selama berada dalam proses refinery adalah :
1. Proses Degumming
Degumming dilakukan dengan penambahan asam posfat (H 3PO4)
untuk memisahkan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida,
protein, residu, karbohidrat, air, dan resin, tanpa mengurangi jumlah
asam lemak bebas dalam minyak. Proses degumming yang dilakukan
adalah dry degumming. Degumming dilakukan dalam tangki
degumming (M-101) yang dilengkapi dengan pengaduk. Desain tangki
degumming sesuai dengan kapasitas umpan yang masuk ke tangki
tersebut.
CPO sebagai feed akan dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu
110oC dengan bantuan Heater 1(H-101). Namun sebelum dipanaskan
oleh heater, CPO dipompa dengan bantuan pompa CPO (P-101) ke
heater 1. Pompa CPO akan memompakan CPO hingga ke tangki
degumming. CPO dipompakan bersamaan dengan asam pospat. Asam
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

pospat dipompakan dari tangki asam pospat ke tangki degumming.


Banyak asam pospat yang digunakan adalah 0,1% dari berat CPO
dengan konsentrasi asam pospat sekitar 85%.
2. Proses Bleaching
Bleaching adalah proses pemucatan warna dari CPO dan selain
itu bertujuan untuk memisahkan pengotor-pengotor dari minyak
berupa sisa-sisa gum, residu sabun, logam, produk-produk oksidasi,
dan pigmen seperti klorofil.Proses ini menggunakan Bleaching Earth
(BE) sebagai agen pemucat. Bleaching earth berupa sejenis tanah liat
dengan komposisi utama terdiri dari SiO 2,Al2O3 air terikat serta ion
kalsium, magnesium oksida dan besi oksida. Namun pada proses
bleaching ini menggunakan bleaching earth berupa bentonit.
Pemucatan minyak sawit dengan bleaching earth secara komersial (di
industri) dilakukan pada suhu 100-130oC selama 30 menit, dengan
kadar bleaching earth sebanyak 6-12 kg/ton minyak sawit atau sekitar
0,6-1,2% (Pahan, 2008).
Pada Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein ini digunanakn
bentonit dengan kadar 0,6% dari umpan CPO yang akan dipucatkan.
Proses bleaching terjadi pada tangki bleaching yang dilengkapi dengan
pengaduk. Kondisi operasi pada proses ini mengguankan tekanan
vakum yaitu 0,1 atm dan suhu 110oC. Tekanan pada tangki bleaching
dijaga vakum supaya suhu operasi dapat dipertahankan agar
didapatkan hasil proses yang maksimal.
CPO yang telah mengalami proses degumming dipompakan
menggunakan pompa bleaching (P-103) ke tangki bleaching (M-201).
CPO yang dipompakan bersamaan masuk dengan bentonit. Bentonit
diangkut oleh screw conveyor dari tangki penyimpanan bentonit ke
hopper. Hopper adalah tempat penampungan sementara bentonit
dengan tutup bawah berbentuk kerucut. Dari hopper, bentonit akan
langsung dimasukkan ke dalam tangki degumming. Desain tangki
degumming telah disesuaikan dengan umpan dan kondisi operasi yang
diinginkan. Proses bleaching berlangsung selama 30 menit.
3. Proses Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan gum yang telah terbentuk pada
proses degumming dan pemisahan spent bleaching earth serta
impuritis yang terkandung dalam CPO. Pada proses ini mengguankan
alat Niagara Filter (F-201) dan Polishing Filter (F-202). Niagara Filter
berfungsi sebagai alat yang memisahkan gum yang terbentuk dan
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

spent bleaching earth yang telah digunakan. Niagara filter membunyai


ukuran mesh filter yang besar sehingga dapat memisahkan gum dan
bleaching earth.
Umpan yang masuk berasal dari tangki bleaching. Posisi niagara
filter berada dibawah tangki bleaching, sehingga umpan hanya
mengalir dari pipa dengan bantuang gaya gravitasi. Setelah dari
niagara filter, maka CPO masuk ke polishing filter dengan bantuan
pompa polishing (P-201). Polishing filter berfungsi sebagi alat untuk
memisahkan gum dan spent bleaching earth yang masih belum
terpisahkan dan selain itu juga memisahkan impuritis seperti fosfatida,
karoten, dan aldehid. Komponen-komponen yang telah terpisahkan
pada alat-alat filtrasi ini akan ditampung pada unit pengolahan limbah.
Sehingga hasil proses filtrasi ini adalah Degummed Bleached Palm Oil
(BPO).
4. Proses Deodorizing
Proses deodorisasi meupakan tahap final pada proses pemurnian
minyak. Pada tahap ini terjadi penghilangan warna dan asam lemak
bebas secara lebih efisien sehingga diperoleh minyak yang
jernih.Proses ini menggunakan temperatur tinggi sekitar 240-260 oC
dengan tekanan sebesar 2-4 mmHg. Proses ini menggunakan steam
yang diinjeksikan secara langsung sekitar 2,5 4,0 % dari berat
Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) (Leong, 1992).
Pada Pra-Rancangan pabrik ini digunakan suhu 260 oC dengan
tekanan 0,005 atm. Sebelum masuk deodorizer, DBPO dipanaskan
menggunakan Heat Exhanger (HE-201) hingga suhu 150 oC. Deodorizer
dilengkapi dengan koil pemanas yang berfungsi untuk menghasilkan
suhu operasi 260oC, steam yang diinjeksikan di kontrol supaya kondisi
operasi yang diinginkan dapat tercapai. Dengan suhu yang tinggi maka
aldehid (bau pada minyak) akan teruapkan bersamaan dengan asam
lemak bebas dan kemudian ditampung menjadi PFAD. Sedangkan
RBDPO akan dialirkan ke proses fraksinasi. Komposisi RBDPO dan PFAD
yang dihasilkan pada proses ini dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.3 Komposisi RBDPO
Komponen
Komposisi (%)
Trigliserida
99,34
Asam lemak Bebas
0,6
Karoten
0,0016
Tabel 2.3. Komposisi PFAD
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

10

Komponen
Trigliserida
Asam lemak Bebas
Air
Fosfatida
Aldehid

Komposisi (%)
23,64
72,93
3,35
0,019
0,054

2.2

Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dengan
fraksi cair yang terdapat pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm
Oil). Proses fraksinasi terdiri dari beberapa tahap :
a. Pemanasan (Heating)
RBDPO yang telah ditampung dipompakan kedalam crystalyzer,
dimana crystalizer terlebih dahulu dipanaskan pada suhu sekitar 68 oC,
pemanas digunakan berupa steam dengan jarak pengisian 30 menit.
Crystalyzer dilengkapi dengan agitator. Didalam tangki dihomogenkan
selama 30 menit agar minyak bercampur secara merata, sehingga
dalam pembuatan kristal tidak mengalami kesulitan dan suhunya
dapat dipertahankan sekitar 68-70oC.
b. Pendingin (Cooling)
Setelah minyak dihomogenisasikan dari suhu tetap antara 68-70 oC,
kemudian dilakukan pendinginan dengan air (cooling water) dengan
suhu 30-33oC dan pompa air akan bekerja secara otomatis. Bila suhu
minyak pada tangki crystalyzer sudah mencapai 38-40oC maka cooling
water akan dihentikan, dilanjutkan dengan pendinginan chilled water
dari chiller yang bersuhu 14 oC. Pertukaran ini disebut dengan komutasi
yang dilakukan secara otomatis. Pembentukan kristal mulai terjadi
pada saat suhu chilling mencapai 28 29 oC, dengan temperatur oil 32
30 oC. Pada suhu ini stearin sudah mengkristal menjadi fraksi padat,
sedangkan olein tetap tinggal sebagai fraksi cair. Kemudian dilakukan
pendinginan sampai suhu minyak mencapai 26 oC. Apabila sudah
tercapai temperatur tersebut, maka RBDPO yang ada pada crystalyzer
tank sudah dapat di transfer ke filter melalui pompa untuk di saring.
c. Filtrasi
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair
yang dilakukan dengan metode penyaringan pada membrane filter
press ( menggunakan filter cloth ).
Pressure and membran filter bekerja berdasarkan sistem hidrolik.
Alat ini tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

11

digunakan uuntuk penyaringan adalah filter cloth yang tahan terhadap


tekanan tinggi dengan ukuran air permeability 500 600. RBDPO dari
crystalyzer dipompakan oleh pompa pada suhu 26 oC memasuki filter,
setelah mengalami proses penyaringan, olein akan lolos dan
ditampung pada tangki ( Olein Storage ). Biasanya bila sudah
mencapai tekanan 3 barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan
squeeze
( 25 menit ). Setelah squeeze dilakukan, sisa RBD Olein di blow
dengan menggunakan angin dengan tekanan 3 4 barr selama 5
menit, kemudian filter dibuka, dan cake RBD stearin jatuh, dan
ditampung dalam melting tank, kemudian dipanaskan sampai dengan
suhu 70 oC dengan media pemanas berupa pipa yang dialiri dengan air
panas secara sirkulasi dalam pipa, akibat pemanasan ini stearin dapat
mencair dan mudah dialirkan ke tangki timbun (stearin storage).
Secara umum proses pembuatan RBD Palm Olein dapat dilihat pada
diagram balok sebagai berikut:

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

12

Gambar 2.1. Diagram Blok Proses Pembuatan RBD Palm Olein

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

13

Bab 3. Profil Pabrik


Profil pabrik dan deskripsi umum tentang pabrik dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut.
Tabel 3.1. Profil Pabrik RBD Palm Olein kapasitas 250.000 Ton/Tahun

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

14

1
2
4
5

Nama
Perusahaan
Lokasi
Luas Area
Produk

Spesifikasi
Produk

Kegunaan
Produk
Kapasitas
Pabrik
Bahan Baku
Teknologi

8
9
1
0

1
1

Utilitas

Profil Pabrik
PT. ABES Mas
Kecamatan Bangko, Rokan Hilir, Riau
8,5 ha
1. Produk Utama : RBD Palm Olein
2. Produk Samping : RBD Palm Stearin
1. Kadar Asam Lemak < 0,2%
2. Kadar Impuritis <0,1%
3. Nilai Iodin > 55
4. Warna : a. Merah < 4
b. Kuning <40
5. Cloud Point <11,5AOC
Bahan Makanan
250.000 Ton/Tahun
CPO (Crude Palm Oil)
Teknologi yang digunakan Lipico Technology
Dimana dalam proses refinery digunakan physical
refining berupa dry degumming, bleaching
menggunakan adsorben, deodorizing, dan pada
proses fraksinasi berupa dry fraksinasi.
Sistem utilitas meliputi:
1.
Unit pengolahan air
Kebutuhan air untuk pabrik RBD Palm Olein CPO
diperoleh dari sungai Rokan. Air dipompakan ke bak
penampung awal dimana air disaring dari sampah
dan pengotor. Selanjutnya air dipompakan ke bak
pengendap awal. Kemudian air dipompakan ke
clarifier untuk mengendapkan kotoran-kotoran
yang
tidak
larut
seperti
lumpur
sebelum
dimasukkan ke clarifier ditambaknan Al2(SO4)3 dan
soda ash (Na2CO3) untuk menjernihkan dan
menaikkan pH air. Selanjutnya air akan melewati
sand filter untuk memisahkan padatan yang
tersuspensi yang terdapat pada air. Untuk
menghilangkan gara-garam terlarut maka air akan
dipompakan menuju ion exchanger. Selanjutnya air
adan
dipompakan
menuju
dearator
untuk

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

15

menghilangkan oksigen atau gas-gas terlarut


lainnya pada feed water sebelum masuk kedalam
boiler.
2.
Unit pembangkit steam
Steam dihasilkan oleh unit peralatan pembangkit
steam yang disebut boiler. Prinsip kerja unit boiler
adalah memindahkan panas (heat transfer) dari
panas hasil pembakaran bahan bakar (fuel) di
dalam ruang pembakaran ke air yang berada
dalam tube melalui permukaan tube.
3.
Unit air pendingin
a.Cooling Tower : menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfir.
b.Chilling Tower : mendinginkan (menurunkan
suhu) cairan atau gas pada temperatur yang
sangat rendah. Temperatur pendingin di dalam
chiller jauh lebih rendah dibandingkan dengan
pendinginan yang dilakukan oleh cooling tower.
4.
Unit pembangkit listrik
Kebutuhan listrik tersebut disuplai dari PLN dan
ditambah 1 generator.
5.
Unit pengolahan limbah

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

16

1
2

Pengolahan
Limbah

1
3
1
4
1
5

Jumlah
karyawan
Total
Investasi
Licensor

1.
Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair dari pabrik dipompakan dan ditampung
dalam bak equalisasi dan diukur kadar COD dan
BOD serta ditambahkan udara secara mekanik
untuk menambah kadar oksigen per Kg BOD yang
terkandung dalam limbah. Kemudian limbah akan
overflow kedalam bak netralisasi. Karena air
bersifat asam, maka ditambahkan NaOH untuk
menurunkan tingkat keasamannya. Air limbah akan
overflow lagi ke dalam bak sedimentasi dimana
pada bak ini terjadi proses pemisahan antara
sludge/padatan dengan airnya. Jika semua standar
baku air limbah telah diketahui dan ada pada batas
limbah dapat dibuang ke sungai.
2.
Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat berupa spent bentonit dan gum
diproses
dengan
cara
land-fill.
Untuk
meminimalkan penimbunan spent bentonit maka
pabrik akan membuka kewirausahaan pembuatan
guci atau kendi yang memanfaatkan spent
bentonit. Pemanfaatan ini diharapkan dapat
menjadi peluang kerja bagi masyarakat yang
tinggal disekitar pabrik.
300 orang
Rp 3.321.840.195.086
Lipico Technology Licensor

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

17

Bab 4. Analisa Ekonomi


Evaluasi
ekonomi
dilakukan
untuk
mengetahui
kelayakan
prarancangan pabrik RBD Palm Olein ini untuk dilanjutkan ke tahap
perencanaan. Parameter yang memperlihatkan kelayakan prarancangan
pabrik RBD Palm Olein adalah laju pengembalian modal, waktu
pengembalian modal dan titik impas.
4.1 Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan perkiraan ekonomi pendirian suatu pabrik
hingga pabrik tersebut beroperasi. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk
membiayai pendirian pabrik dapat diperoleh dari beberapa investor,
dengan perkiraan 60% dari modal keseluruhan berasal, sedangkan 40%
merupakan modal pinjaman dari Bank. Masa Konstruksi pabrik 2 tahun.
Modal yang dikeluarkan pada tahun konstruksi awal berasal dari modal
sendiri , sedangkan tahun konstruksi kedua menggunakan sisa modal
sendiri dan modal pinjaman bank. Pengembalian modal pinjaman
berdasarkan bunga pinjaman bank yang telah ditetapkan selama kurang
dari 7 tahun.
Biaya investasi secara garis besar terdiri dari :
1. Biaya Investasi Tetap (Fixed Capital Investment, FCI)
FCI merupakan modal yang digunakan untuk penyediaan fasilitas
pabrik. FCI ini dibagi menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tak
langsung. Untuk memperkirakan modal investasi tetap digunakan dan
faktor rasio berdasarkan biaya pengiriman peralatan pada fluid
processing plant (Tabel. 6.9, Peters et al., 2003)
a. Biaya Langsung (Direct Costs), adalah biaya yang terlibat secara
langsung dengan material maupun tenaga kerja. Biaya langsung
terdiri dari:

Purchased Equipment (Biaya Pembelian Alat)


Harga peralatan pada tahun pendirian pabrik ditentukan dengan
menggunakan indeks harga, Marshall and Swift installedequipment indexes (Tabel 6.2) [Peters et al, 2003]. Penentuan
harga peralatan pada kapasitas yang sama pada tahun yang
berbeda, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

18

C P = CO

IP
IO

[Peters

et

al,

2003]
Perkiraan harga untuk alat dengan kapasitas berbeda pada
tahun yang berbeda pula, dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

I
CP CO P
IO

Vp

[Peters

Vo

et

al,

2003]
dengan:
Cp = Harga alat pada kapasitas yang ditentukan;
Co = Harga
sebelumnya;

alat

pada

kapasitas

tertentu,

pada

tahun

IP = Indeks harga pada tahun yang ditentukan;


Io = Indeks harga pada tahun sebelumnya;
Vp = Kapasitas alat yang akan ditentukan;
Vo = Kapasitas alat yang ada pada tahun sebelumnya;
n = Faktor kapasitas alat (atau dapat menggunakan faktor n =
0,6).

Instalation Equipment and Painting


Merupakan biaya pemasangan alat yang telah dibeli termasuk
pengecatan alat tersebut. Penentuan harga instalasi dan
pengecatan alat ini dapat ditentukan berdasarkan total harga
pembelian alat, yaitu 25-55% dari total biaya pembelian alat
[Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 50% dari biaya
peralatan.

Instrumentation and Control (Installed)


Instrumentasi dan kontrol menjadi faktor penting untuk
mengendalikan proses produksi agar berjalan lancar. Harga
yang dibutuhkan untuk pembelian alat instrumentasi dan kontrol

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

19

serta pemasangannya yaitu sebesar 8-50% dari total biaya


pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah
30% dari biaya peralatan.

Piping (Installed)
Sistem perpipaan merupakan jalur transportasi bahan dan
produk dari unit satu ke unit lainnya. Secara estimasi, harga
pipa dan pemasangannya dapat diperkirakan sekitar 10-80%
dari biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang
diambil adalah 70% dari biaya peralatan.

Electrical System (Installed)


Listrik merupakan salah satu utilitas untuk berlangsungnya
suatu proses produksi. Harga yang dibutuhkan dapat diprediksi
dari biaya total pembelian alat, yaitu berkisar 10-40% dari total
biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil
adalah 33% dari biaya peralatan.

Building (Including Service).


Biaya bangunan termasuk service terdiri dari biaya material dan
tenaga kerja yang tercakup dalam seluruh biaya pendirian
bangunan. Pada prarancangan pabrik ini, biaya bangunan
diperkirakan dari biaya total pembelian alat, yaitu sekitar 1070% dari biaya total pembelian alat [Peters et al, 2003], range
yang diambil adalah 55% dari biaya peralatan.

Service Fasilities (Installed)


Utilitas untuk mensuplai steam, air, listrik, udara, dan bahan
bakar termasuk ke dalam biaya service facilities. Biaya total
untuk service facilities diperkirakan 40-100% dari biaya total
pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah
80% dari biaya peralatan.

Yard improvement
Adapun yang termasuk ke dalam biaya perluasan lahan adalah
pemagaran, grading, jalan, trotoar, rel kereta api, taman, dan
lain-lain. Biaya untuk yard improvement untuk suatu pabrik
kimia berkisar 10-20% dari total biaya pembelian alat, atau
ekuivalen dengan 2-5% dari Fixed Capital Investment, range

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

20

yang diambil dari Tabel 6-9 [Peters et al, 2003] untuk proses
cair-cair adalah 65% dari biaya peralatan.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Costs), merupakan kebalikan dari
biaya langsung, yaitu biaya yang tidak terlibat secara langsung
dengan material maupun tenaga kerja, yang termasuk kedalam
biaya tak langsung ini adalah:

Engineering and Supervision


Biaya untuk desain konstruksi dan engineering, termasuk
pendesainan berbasis computer, purchasing, pelaporan,
construction and cost engineering, travel, komunikasi dan lainlain termasuk ke dalam biaya engineering and supervision.
Harga yang dibutuhkan untuk bagian ini diperkirakan 5-30% dari
direct cost, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003]
adalah 15% dari gaji karyawan.

Legal Expenses (Biaya Perizinan)


Yang termasuk ke dalam bagian ini adalah biaya untuk segala
pelegalan yang dibutuhkan oleh industri, seperti perizinan
pembelian lahan, alat dan bangunan. Biaya yang dibutuhkan
untuk legalitas ini diperkirakan sekitar 1-3% dari fixed capital
investment, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al,
2003] adalah 4% dari biaya peralatan.

Contruction Expenses
Biaya tak lagsung lainnya adalah biaya konstruksi/lahan,
termasuk operasi dan konstruksi yang bersifat temporer, alatalat konstruksi dan rental, pajak, asuransi dan lain-lain. Biaya
kontruksi ini sekitar 10-20% dari fixed capital investment, range
yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003] adalah 15% dari
direct cost.

Contingencies
Merupakan biaya tak terduga yang tidak terdapat pada poinpoin biaya yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini perlu
diperhitungkan karena setiap perencanaan tidak ada yang
sempurna. Apabila terdapat suatu kekurangan, maka biaya ini
dapat digunakan sebagai alternatif biaya. Adapun besar dari
biaya ini adalah sekitar 5-15% (biasa digunakan 8%) dari Fixed

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

21

Capital Investment, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et


al, 2003] adalah 44% dari biaya peralatan.

Contractor Fee
Contractor Fee berbeda-beda tergantung pada situasi. Tapi
besarnya dapat diperkirakan sekitar 2-8% dari biaya langsung
atau 1,5-6% dari Fixed Capital Investment. Dari Tabel 6-9 [Peters
et al, 2003] rasio untuk memperkirakan Contractor Fee pada
fluid processing plant dengan range 5% dari direct cost.

2. Biaya Kerja (Working Capital Investment, WCI)


WCI adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan setelah pabrik
berdiri dan mulai beroperasi, seperti listrik, gaji karyawan, dana sosial dan
sebagainya. Pada industri kimia perhitungan WCI yaitu 10-20 % dari total
capital investment. Besarnya WCI pada pabrik ini adalah 20% dari Total
Capital Investment (TCI) dari Tabel 6-17 [Peters et al, 2003]. Untuk
memperoleh Total Capital Investment dengan menjumlahkan Fixed
Capital Investment dan Working Capital Investment. Working Capital
Investment yang diperoleh adalah Rp 664.368.039.017 Total Capital
Investment yang diperoleh sebesar Rp 3.321.840.195.086
4.2 Biaya Produksi
Biaya produksi yang diperkirakan adalah manufacturing cost dan
biaya-biaya
umum lainnya
(General
expenses) yaitu
sebesar
Rp.3.253.772.579.698. Manufacturing cost terdiri dari biaya produksi
langsung (biaya variabel), biaya pengeluaran tetap dan plant overhead
cost. Sedangkan biaya umum lainnya (general expenses) terdiri dari
biaya keperluan administrasi, distribusi dan penjualan, serta penelitian
dan pengembangan.
Umur pabrik direncanakan selama 20 tahun. Kapasitas produksi pada
tahun pertama 80%, dilanjutkan tahun kedua 90%. Untuk tahun ke tiga
hingga tahun ke tiga belas kapasitas produksi 100%. Kapasitas produksi
tahun ke empat belas hingga tahun ke tujuh belas 90%,dan pada tahun ke
delapan belas dan kedua puluh 80%. Produksi pada tahun pertama dan
kedua tidak 100%, tahun ini masih masa start up untuk penyesuaian
terhadap alat. Sedangkan penurun kapasitas produksi setelah tahun ke
delapan belas dikarenakan penurunan dari performa alat.
4.3. Pendapatan Dan Keuntungan ( Laba )
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

22

Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan produk. Hasil penjualan


produk
pada
kapasitas
produksi
pertahun
diperkirakan
Rp.4.035.146.047.200. Sedangkan laba diperoleh dari selisih hasil
penjualan produk, biaya produksi, depresiasi dan pengembalian pinjaman.
Pajak penghasilan 40% setelah laba tersebut dikenai pajak penghasilan
maka akan diperoleh laba bersih.
4.4. Evaluasi Keuntungan Pabrik
Analisa keuntungan dihitung dengan metode IRR. Perhitungan
penting lainnya dalam analisa keuntungan yaitu break event point (BEP).
4.4.1.Metode No Time Value of Money
Metode ini merupakan metode yang tidak mempertimbangkan
lamanya umur pabrik untuk modal yang diinvestasikan. Metode berupa
perkiraan laju pengembalian modal (return on investment, ROI) dan
waktu pengembalian modal (payback period, PBP). Laju pengembalian
modal merupakan perbandingan antara selisih pendapatan dan biaya
produksi setelah dikenai pajak dengan total modal investasi.
Peritungan ROI didapatkan 10,01 %, yang berarti bahwa keuntungan dari
pendirian pabrik sebesar 10,01 % pertahun jika dibandingkan dengan TCI.
Sedangkan PBP (waktu pengembalian modal) diperkirakan 6,99 tahun.
4.4.2. Break Event Point
Break event point adalah titik impas pendapatan dan biaya produksi
Nilai ini menunjukkan keuntungan pabrik akan dicapai setelah kapasitas
produksi diatas persentase BEP yang ddidapatkan dari perhitungan
prancangan pabrik RBD Palm Olein dari CPO adalah 39% dari biaya
produksi dengan biaya pendapatan.
4.4.3 Analisa Sensitifitas
Analisa sensitifitas dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Faktor-faktor tersebut
adalah perubahan harga bahan baku, dan perubahan harga jual produk.
Aspek ekonomi yang akan ditinjau adalah perubahan IRR terhadap
perubahan kedua faktor tersebut. Nilai IRR yang didapat adalah 8,28%,
dimana pada persentase tersebut jumlah total keuntungan pabrik telah
mencukupi modal investasi awal.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO Kelompok 8/S. Ganjil/20142015
By

Bonita Esther FS
Ella Awaltanova

Checked

Arief Maulana Ilham


Santoso Nugroho

Approved

Anda mungkin juga menyukai