Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan keadaan hiperglikemik
kronik yang banyak terjadi di daerah indonesia serta berbagai negara berkembang lainnya.
Penyakit diabetes melitus biasanya disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang mengakibatkan gangguan pada
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus bukan merupakan suatu penyakit
tunggal, teratpi merupakan sekelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemik.
Karakteristik hiperglikemik yang terjadi yakni dikarenakan kelainan sekresi insulin, kelainan
kerja insulin, atau kedua-duanya.1
Diabetes melitus merupakan satu dari berbagai jenis penyakit degeneratif lainnya.
Sehingga angka prevalensi penyakit ini meningkat pada banyak negara barat dan negara
berkembang yang tata cara kehidupannya yang modern. Penyakit ini terbagi dalam beberapa
jenis yakni diabetes melitus type 1, diabetes melitus type 2, serta berbagai jenis diabetes melitus
type lain. Penyakit ini memiliki gejala klinis yang khas yakni polifagia, polidipsi, poliuri. Selain
ketiga gejala klinis tersebut, masih terdapat berbagai gejala klinis lainnya yang terbagi kedalam
masing-masing jenis dari diabetes melitus tersebut.1
Anamnesis
Merupakan suatu wawancara antara pasien dengan dokter untuk mengetahui riwayat
kondisi pasien, riwayat penyakit pasien dahulu, riwayat penyakit keluarga, gejala-gejala yang
dialami pasien. Berdasarkan kasus di atas, anamnesis yang dilakukan secara auto-anamnesis
yaitu anamnesis dimana pasien yang menderita penyakit langsung menjawab pertanyaan dokter. 2
Pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan pada saat anamnesis pasien diabetes adalah gejalagejala khas diabetes serta komplikasi yang biasa sudah menyertainya pada saat diagnose.
Pertanyaan yang biasa diajukan antara lain :
Poliuria. Apakah pasien merasakan volume urin yang meningkat. Biasanya sering
disertai dengan adanya nokturia yang membangunkan pasien dari tidurnya dan sering
menganggu kualitas tidur.
2
Polidipsia. Tanyakan apakah pasien sering merasa haus. Polidipsia disebabkan oleh
Pemeriksaan Fisik
Sebagai tambahan dari pemeriksaan fisik komplit pada umumnya, perlu diberikan
perhatian khusus pada aspek-aspek yang berkaitan dengan DM seperti BMI, pemeriksaan mata,
tekanan darah ortostatik, pemeriksaan kaki, pemeriksaan denyut perifer. Tekanan darah > 130/80
mHg sudah dianggap sebagai tekanan darah tinggi pada pasien dengan diabetes. Pemeriksaan
ektremitas bawah yang teliti dilakukan untuk melihat adanya neuropati perifer, calus, infeksi
jamur superficial, penyakit kuku, reflex APR KPR, dan bentuk kaki yang abnormal (hammer
atau claw toes, dan charcoat foot). Dinilai juga kemampuan untuk merasakan sentuhan
menggunakan benang monofilament dan kemampuan untuk menentukan letak sakit/tusukan
(pinprick) untuk menentukan seberapa parah neuropati perifernya. Penyakit periodontal, gigi,
dan gusi lebih sering terjadi pada pasien DM, sehingga juga harus diperiksa.3
Pemeriksaan penunjang
Pasien dengan MODY perlu pemeriksaan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan kadar antibodi
terhadap sel beta pancreas, kadar C peptide, dan pemeriksaan genetik. Kadar antibodi sel beta
pada pasien MODY sangat jarang ditemukan ditemukan dalam serum pasien, sehingga
pemeriksaan ini bisa membedakan pasien MODY dengan pasien DMT1 yang mempunyai >90%
antibodi sel beta dalam serum. Kadar C peptide pada pasien MODY biasanya normal, jadi bisa
membedakan dengan pasien DMT1 dengan kadar C peptide yang rendah atau tidak terdeteksi,
dan dengan DMT2 dengan kadar C peptide yang normal atau tinggi kadarnya dalam serum.4
Pemeriksaan genetik MODY saat ini sudah tersedia, tetapi masih sangat mahal untuk
dilakukan pada semua pasien diabetes. Pemeriksaan genetik direkomendasikan untuk orang
orang yang cocok dengan kriteria klinis yang spesifik: penderita diabetes dibawah umur 25
tahun, riwayat kuat keluarga menderita diabetes, dan bukti dari kebebasan terhadap terapi
insulin.4
Saat ini, pengujian untuk pemeriksaan MODY sangat penting. Di pusat pengujian
diagnostik di Inggris baru baru ini melaporkan keterlambatan diagnosis rata rata 13 taun
untuk membuat diagnosis genetic pada pasien MODY. Hal ini juga memperkirakan bahwa lebih
dari 80% dari kasus MODY di Inggris didiagnosa sebagai DMT1 atau DMT2. Penjelasan hal
hal tersebut dikarenakan keterbasaan biaya untuk mengakses pemeriksaan genetic dan perbedaan
keahlian klinis local tentang MODY. Pengetahuan dan pengalaman MODY terbatas selain di
pusat pusat spesialis diabetes, oleh karena itu diagnosis MODY jarang dipertimbangkan dalam
kebanyakan pasien dalam pelayanan primer.4
Diagnosis Kerja
Skenario 7
Seorang remaja laki-laki berusia 25 tahun datang ke dokter untuk berkonsultasi karena ia merasa
sering lemas sejak 2 minggu yang lalu. Nafsu makannya juga dirasakan meningkat drastis akhirakhir ini, disertai rasa haus yang berlebihan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, TD =
120/80, HR = 88x/menit, RR = 16x/menit. GDS = 252 mg/dl
Pada kasus diatas dapat diduga bahwa seorang remaja laki-laki berusia 25 tahun tersebut
diatas mengalami penyakit diabetes bentuk monogenik yakni MODY (maturity onset diabetes of
the young). Hal ini ditinjau dari gejala dan pemeriksaan yang menunjukan adanya ciri-ciri dari
MODY yakni usia remaja tersebut yang masih tegolong muda, hasil gula darah sewaktu 252
mg/dl, serta keluhan polifagia dan polidipsi.
Mature -onset diabetes of the young (MODY) adalah suatu bentuk
diabetes mellitus yang ditandai oleh autosomal dominant inheritance dan
biasanya timbul pada usia dibawah 25 tahun. Penyakit ini berkaitan dengan
kelainan pada sekresi insulin oleh sel beta () pancreas.5
MODY pada awalnya didefinisikan sebagai suatu subtype diabetes
mellitus tipe 2 yang timbul pada usia muda, biasanya dibawah umur 25
tahun, dengan factor autosomal-dominant inheritance. Setelah penelitian
lanjut, didapati bahwa MODY merupakan sekelompok gejala heterogeneous
genetic dan klinikal, ditandai dengan diabetes non-ketotik, autosomaldominant inheritance, dan timbul biasanya pada usia bawah 25 tahun,
terutama pada anak-anak dan remaja, dan terdapat kelainan primer pada
fungsi sel beta pankreas.5
Maturity onset diabetes of youth (MODY) atau DM pada kaum muda
ditandai dengan gangguan sekresi insulin dengan sedikit atau tanpa
resistensi insulin. Pasien MODY umumnya menunjukan gejala hiperglikemia
ringan pada usia muda. Penyakit ini diwariskan pada pola autosom dominan
dengan setidaknya 3 lokus yang berbeda. Kelompok pasien ini memiliki
ketidakmampuan
genetik
untuk
mengubah
proinsulin
menjadi
insulin
Diagnosis Banding
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang berkembang
sejak masa kanak-kanak atau dewasa awal, dan bentuk laten mungkin juga
terjadi pada beberapa kasus. DM tipe 1 terjadi pada sekitar 10% dari seluruh
kasus DM. DM tipe ini kemungkinan berkembang karena faktor genetik,
akibat autoimunitas sel -pankreas. Prevalensi autoimunitas sel -pankreas
sebanding dengan kejadian DM tipe 1.5
DM tipe 1 idiopatik adalah diabetes nonimun yang sering terjadi pada
kelompok minoritas keadaan insulin intermiten. Prevalensi DM tipe 1
5
diabetes tipe 2 yang masih menghasilkan insulin tetapi mengalami peningkatan resistensi insulin,
akan memperlihatkan gangguan uji toleransi glukosa. Namun kadar glukosa puasa tetap normal
karena aktivitas insulin masih cukup untuk mengimbangi pengeluaran glukosa. Jika efek insulin
semakin menurun, efek glukagon terhadap hati tidak mendapat perlawanan yang berati sehingga
terjadi hiperglikemia pasca makan dan hiperglikemia puasa. Selain hiperglikemia puasa dan
pasca makan, mereka juga mengalami ketosis karena pengurangan nyata insulin menyebabkan
lipolisis simpanan lemak menjadi maksimal untuk menghasilkan substrat bagi ketogenesis di hati
yang dipicu oleh glukagon.6
Asam-asam lemak yang dibebaskan dari lipolisis, selain dimetabolisme oleh hati menjadi
bahan-bahan keton, juga mengalami re-esterifikasi dan dikemas menjadi VLDL. Selain itu,
defisiensi insulin menyebabkan penurunan lipoprotein lipase, yaitu enzim yng berperan dalam
hidrolisis trigliserida VLDL sebagai persiapan untuk penyimpanan asam lemak di jaringan
adipose sehingga pembersihan VLDL melambat. Karena itu, pada diabetes tipe 1 dan 2, dapat
terjadi peningkatan produksi VLDL dan penurunan bersihannya.6
Obesitas memiliki korelsi yang paling kuat. Korelasi obesitas dengan diabetes tipe 2 dan
resistensi insulin menjadi kelainan yang mendasarinya. Risiko terjadinya diabetes meningkat
sering indeks massa tubuh meningkat, dan keadaan ini menunjukkan korelasi dosis respon antara
lemak tubuh dan resisten insulin. Kadar asam lemak bebas yang tinggi di dalam darah dan sel ini
dapat mempengaruhi fungsi insulin (lipotoksisitas) dan sejumlah sitokin yang dilepaskan oleh
jaringan adipose (adipokim). PPAR- (peroxisome proliferator-activated receptor gamma) yaitu
suatu reseptor nucleus adiposity yang diaktifkan oleh kelas preparat antidiuretik baru dapat
memodulasi ekspresi gen dalam adiposity dan hal ini akhirnya akan mengurangi resistensi
insulin.6
Disfungsi sel- bermanifestasi sebagai sekresi insulin yang tidak adekuat dalam
menghadapi resistensi insulin dan hiperglikemia. Disfungsi sel- bersifat kualitatif (hilangnya
pola sekresi insulin normal) maupun kuantitatif (berkurangnya massa sel-, degenarasi pulau
Lnagerhans, dan pengendapan amiloid dalam pulau Langerhans).6
Gejala klinis yang sering ada pada penderita DM type 2 ini adalah obesitas/kelebihan
berat badan atau datang dalam keadaan komplikasi penyakit-penyakit lain yakni penyakit
jantung iskemik, penyakit serebro-vaskular, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan
penglihatan).penanganan terhadap pasien-pasien ini umumnya berupa pengaturan diet,
7
pemberian obat hipoglikemik oral, serta pemberian insulin pada beberapa pasien dengan keadaan
tertentu.6
eprechaunism,
sindrom
Rabson
Mendenhall,
diabeteslipoatrofik
Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik hemokromatosis,
aldosteronoma
Karena obat atau zat kimia
Vacor, pentamidin, asam
mikotinat,
glukokortikoid,
hormon
tiroid,
diazoxid,
aldosteronoma
Infeksi
Rubella congenital, CMV
Imunologi (jarang)
Sindrom Stiffman, antibodi anti reseptor insulin
Sindroma genetik lain
Sindrom down, sindrom klinefelter, sindrom turner, sindrom wolframs, ataksia
friedreichs, chorea hungtington, sindrom laurence moon biedl distrofi mitonik, porfiria,
sindrom prader willi.7
Epidemiologi
Menurut data dari Saxony, Jerman, dari kesemua kasus diabetes pada
anak di bawah usia 15 tahun, 2.4% dari mereka menderita MODY. Dalam
kebanyakan populasi, mutasi gen HNF-1a (MODY 3) adalah penyebab
terbanyak dari MODY, terutama pada orang dewasa. Lebih dari 120 mutasi
pada gen ini terdapat pada semua ras dan kelompok etnik contohnya orang
Eropa, Cina, Jepang, Afrika dan orang Indian Amerika. Berbeda dengan
8
Etiologi
Mature onset diabetes of the young (MODY) adalah suatu bentuk
diabetis mellitus yang ditandai oleh pewarisan dominan autosomal dan
biasanya timbul pada usia bawah 25 tahun. Penyakit ini berkaitan dengan
kelainan pada sekresi insulin oleh sel beta () pancreas.
Defek genetic fungsi sel beta pankreas:
DNA Mitokondria.9
Patofisiologi
MODY dapat terhasil akibat dari mutasi sekurang-kurangnya 6 gen
yang berbeda. Satu darinya mengkode glycolytic enzyme glucokinase
(MODY2), dan lima yang lainnya mengkode factor transkripsi; hepatocyte
nuclear factor (HNF)-4 (MODY1), HNF-1 (MODY3), insulin promoter factor-1
(MODY4), HNF-1 (MODY5), dan neurogenic differentiation 1 (NeuroD1) juga
dikenal sebagai beta-cell E box activator 2 (MODY6).9,10
Semua gen ini diekspresi dalam sel beta pankreas, dan mutasi pada
stadium heterogeneous membawa kepada disfungsi sel beta dan diabetes
9
mellitus. Gen gen ini juga diekspresi dalam jaringan lain, dan mengubah
fungsi hepar dan ginjal. Mungkin terdapat kelainan genital pada beberapa
bentuk
MODY,
sensitivitas
terutama
insulin
MODY5.
seperti
Factor-faktor
infeksi,
pubertas
yang
dan
mempengaruhi
kehamilan
dapat
mencukupi
kebutuhan
tubuh
namun
jumlah
insulin
yang
sel
beta.
Penghasilan
ATP
melalui
glukolisis
dan
siklus
Krebs
kepada
penurunan
aktivitas
glukokinase
sel
beta,
dan
10
Gambar 1: Model Sel Beta Pankreas dan Protein yang Terlibat dalam MODY
MODY 2
Glukosa ditransport ke dalam sel beta melalui GLUT-2 yang berada di
permukaan sel. MODY terkait enzim glukokinase (MODY2) mengkatalisasi
transfer molekul fosfat dari ATP ke glukosa untuk membentuk glucose-6phosphate. Dalam reaksi ini, glukokinase berfungsi sebagai sensor glukosa
buat
sel
beta.
Penghasilan
ATP
melalui
glukolisis
dan
siklus
Krebs
kepada
penurunan
aktivitas
glukokinase
sel
beta,
dan
meningkat
seiring
masa,
maka
pengobatan
dengan
obat
hipoglikemik oral atau insulin perlu diberi. 30-40% dari pasien MODY 1 dan
MODY 3 memerlukan insulin. MODY 1 dan MODY 3 dikaitkan dengan
penurunan sekresi insulin yang progresif. Hal ini menunjukkan bahwa sel
beta tidak mampu mengkompensasi defisiensi HNF-4a.9,10
Pasien dengan MODY 3 atau MODY 1 dapat terkena komplikasi dari
diabetes. Komplikasi mikrovaskular, terutama yang berkaitan dengan retina
dan ginjal, sering terjadi pada pasien-pasien ini (tergantung durasi diabetis
dan tahap control glikemik).9,10
13
Penyebab primer dari MODY 1 dan MODY 3 adalah kerusakan fungsi sel
beta, dan bukannya kelainan pada aktivitas insulin. Setelah puasa selama
satu malam, sekresi insulin adalah normal. Namun, apabila konsentrasi
glukosa plasma meningkat 125-145 mg/dL (7.0-8.0 mmol/L), sekresi insulin
mulai stabil, dan tidak terus meningkat seperti halnya pada orang nondiabetik.9,10
Defisiensi HNF-1a dan HNF-4a mengganggu fungsi ginjal dan hepar.
Pasien dengan MODY 3 menunjukkan penurunan reabsorpsi renal terhadap
glukosa (renal threshold terhadap glukosa yang rendah) dan glukosuria. Pada
MODY 4 biosintesis trigliserida dan apolipoprotein terganggu dan hal ini
dikaitkan dengan pengurangan konsentrasi serum trigliserida sebanyak 50%
dan penurunan konsentrasi apolipoprotein AII dan CIII dan lipoprotein serum
sebanyak 25%.9,10
MODY 4
Mutasi pada gen yang mengkode IPF-1 jarang menyebabkan MODY. Ia
dikaitkan dengan agenesis pancreas kongenital yang menyebabkan neonatal
diabetes yang permanen dan insufisiensi eksokrin pankreatik. Kelainan ini
terjadi apabila terdapat frame-shift mutation yang homozigot pada gen IPF-1
dan kedua ibu bapa pasien merupakan heterozigot bagi mutasi ini. Riwayat
keluarga pasien menunjukkan prevalensi tinggi terhadap diabetes ringan
yang bercirikan autosomal dominan dan berhubungan dengan mutasi
heterozigot pada IPF-1.9,10
MODY 5
Karakteristik:
Diabetes mellitus
14
Atropi pankreas
MODY 6
Timbul karena mutasi dari factor transkripsi yang dikenal sebagai
neurogenic differentiation 1. Gen ini berada di kromosom 2 di lengan p yang
dikenal sebagai IDDM7 karena ia termasuk gen-gen yang mempengaruhi
kerentanan untuk mendapat DM tipe 1. NeuroD1 berkemampuan untuk
mengaktivasi proses transkripsi gen insulin dan gen-gen lain yang terlibat
dalam pembentukan sel beta dan sebagian system saraf.9,10
Ia juga adalah salah satu bentuk MODY yang sangat jarang. Cuma lima
keluarga dengan MODY 6 telah diidentifikasi setakat ini. Kebanyakan ahli dari
keluarga yang menghidap diabetes didiagnosa dengan penyakit tersebut
setelah berusai 40 tahun, tetapi hanya sedikit sahaja di antara mereka yang
membutuhkan insulin untuk mengawal GD.9,10
Manifestasi Klinis
Mody biasanya tampak sebagai hiperglikemia ringan pada orang muda yang resisten terhadap
ketosis.Ada dua jenis gejala klinis yang umumnya terjadi pada pasien MODY:
Beberapa bentuk MODY menghasilkan hiperglikemia yang signifikan dan tanda tanda
Karena kasus MODY jarang terjadi, banyak kasus MODY pada awalnya diasumsikan bentuk
umum dari diabetes; tipe 1 jika pasien masih muda dan tidak kelebihan berat badan, tipe 2 jika
15
pasien tua dan kelebihan berat badan, atau diabetes gestasional jika pasien sedang hamil.
Sehingga perawatan diabetes standar seperti insulin dan antidiabetika oral sering dimulai
sebelum dokter mecurigai MODY.12,13
Tipe mutasi genetic spesifik dari jenis jenis MODY menentukan gejala klinis, prognosis dan
terapi yang berbeda:
Penatalaksanaan
Non medika mentosa
Diet
Terapi nutrisi medis direkomendasikan pada semua pasien DM. Terapi
ini bertujuan untuk mencapai metabolisme yang optimal dan mengurangi
resiko komplikasi.Penurunan berat badan pada
dan
kontrol
glukosa
darah,
mengurangi
resiko
penyakit
injeksi
subkutan
insulin
tergantung
pada
onset,
17
5. Tempat penyuntikan
Berdasarkan tempat penyuntikannya, urutan kecepatan penyerapan
insulin adalah sebagai berikut:
1. Lemak perut posterior
2. Lengan atas
3. Daerah paha lateral
4. Area bokong posterior.14
Sulfonilurea
Mekanisme utama kerja sulfonilurea adalah dengan meningkatkan sekresi
insulin. Sulfonilurea terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel pankreas. Sulfonilurea diklasifikasikan dalam generasi pertama dan
kedua.
Biguanide
Metformin bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin baik pada
jaringan hati maupun oleh jaringan.
Insulin sensitiziser
Tiazolidindion disebut juga dengan istilah TZD atau glitazon bekerja
dengan mengikat reseptor gama-pengaktivasi proliferator peroksisom
yang terdapat pada sel-sel lemak dan pembuluh darah. Tiazolidindion
meningkatkan sensitivitas insulin pada otot, hati, dan jaringan lemak.14
Inhibitor -glukosidase
18
Acarbose dan miglitol adalah 2 obat dari golongan ini. Inhibitor Glucosidase merupakan penghambat kompetitif yang menghambat enzim
maltase, isomaltase, sukrase dan glukoamilase diusus kecil sehingga
menghambat pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks.14
Target pengobatan MODY adalah supaya kadar GD pasien mendekati
normal sebaik mungkin (good glycemic control) di samping meminimalkan
factor risiko penyakit vascular.
Terapi untuk mengawal MODY adalah sama seperti semua bentuk diabetes;
tes darah, perubahan diet, olahraga, obat hipoglikemik oral (OHO), dan
injeksi insulin.7,8 Dalam banyak kasus, target ini lebih mudah dicapai dengan
MODY berbanding DM tipe 1 dan DM tipe 2. Sesetengah pasien MODY
memerlukan suntikan insulin untuk mencapai normoglikemia sedangkan
yang lain hanya perlu mengawasi diet dengan ketat atau minum obat oral
untuk mengawal GD.14
Apabila OHO diberikan pada pasien MODY, sulphonylurea sentiasa dijadikan
terapi lini pertama. Pasien MODY lebih sensitive terhadap sulphonylurea
berbanding pasien DM tipe 2, dan dosis yang diberikan seharusnya lebih
rendah untuk mengelakkan hipoglikemia. Memandangkan pasien MODY tidak
ramai yang obes dan mengalami resistensi insulin seperti pasien DM tipe 2,
obat-obatan seperti metformin dan thiazolidinedione kurang digunakan.14
Pencegahan
Oleh karena
Komplikasi
Penyakit kardiovaskuler
Pasien dengan MODY mempunyai risiko yang tinggi dalam mendapatkan
penyakit berkaitan jantung dan pembuluh darah.Peningkatan glukosa darah
seiring waktu menyebabkan terdepositnya lemak didalam pembuluh darah
dan terjadinya penebalan pembuluh darah ( atherosclerosis).Diabetes
mellitus mudah menyebabkan terjadinya penyakit coronary artery (jantung),
serangan jantung ataupun stroke berbanding pasien non diabetic.14,15
Neuropati diabetik
Pasien dengan diabetes mellitus mudah mengalami kerusakan saraf pada
keseluruhan tubuh.Dibuktikan bahawa neuropati diabetik sering pada
mereka yang sudah menderita diabetes mellitus selama 25 tahun atau lebih,
kesukaran dalam menurunkan kadar glukosa
hipertensi
derta
kadar
kolesterol
yang
tinggi.
Penurunan
sensibilitas
apa-apa
symptom
namun
nephropati
diabetik
dapat
Prognosis
MODY 2 mewakili hampir 10-65 % kasus MODY dan didiagnosa ketika
masa anak-anak atau ketika hamil.8 MODY 2 jarang menyebabkan komplikasi
dan tidak memerlukan pengobatan intensif, hanya memerlukan terapi
diet.Bagi MODY bentuk lain, prognosisnya tidak baik.Dapat menyebabkan
komplikasi seperti
Kesimpulan
Laki-laki yang berusia 25 tahun dengan keluhan lemas, polofagia, polydipsia GDS 252
mg/dl menderita MODY. Mature onset diabetes of the young (MODY) adalah
suatu bentuk diabetis mellitus yang ditandai oleh pewarisan dominan
autosomal dan biasanya timbul pada usia bawah 25 tahun. Penyakit ini
berkaitan dengan kelainan pada sekresi insulin oleh sel beta () pancreas.
Daftar Pustaka
1. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC, 2008. h.670-9.
2. Bates. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC; 2009.
3. Schteingart DE. Pankreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus. Dalam: Price SA,
Wilson LM, editor. Patofisiologi. Volume 2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2006.h.1261-70.
4. Thanabalasingham G, Owen KR. Diagnosis and management of maturity onset diabetes of
the young. BMJ. 2011;343:d6044:1-9.
5. Kahn CR, Weir GC, King GL, Jacobson AM, Moses AC, Smith RJ. Joslins
Diabetes Mellitus. 14th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Boston. 2005. P.
464-74.
6. McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit: pengantar menuju kedokteran klinis. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC, 2010. h.566-84.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar ilmu penyakit dalam
jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing, 2009. h.1873-95.
22
8. LeRoith D, Taylor SI, Olefsky JM. Diabetes mellitus - a fundamental and clinical text. 3rd
ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. 2004. P. 1029-38.
9. Davey P. At a glance medicine. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga, 2005. h.266-9.
10. LeRoith D, Taylor SI, Olefsky JM. Diabetes mellitus - a fundamental and clinical text. 3rd
ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. 2004. P. 1029-38.
11. Harrison. Harrison prinsip prinsip ilmu penyakit dalam. Vol 5. 13th ed. Jakarta: EGC;
2012.p. 2200.
12. Thanabalasingham G, Owen KR. Diagnosis and management of maturity onset diabetes of
the young. BMJ. 2011;343:d6044:1-9.
13. Greenspan FS, Baxter JD. Endokrinologi dasar dan klinik. 4th ed. Penerbit Buku
Kedokteran ECG: Jakarta. H. 761
14. Dr Poonam Sachdev.What is Maturity Onset Diabetes of the Young?. 2012 Jan 03.
15. Diunduh dari http://www.onlymyhealth.com/what-maturity-onset-diabetes-young, 2012 Nov
11.
23