Anda di halaman 1dari 4

MANAGEMENT OF CURRENCY EXPOSURE

INDIVIDUAL ASSIGNMENT 1 - INTERNATIONAL FINANCE


STUDI KASUS: PT MITRA ADIPERKSA TBK
Nama : Victor Stefano
NIM

: 151131027

Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Foreign Exchange Risk)


PT Mitra Adiperkasa Tbk atau yang lebih dikenal dengan sebutan MAP merupakan perusahaan
retailer terbesar di Indonesia. MAP mempunyai lebih dari 150 brand kelas internasional sebagai
portfolio bisnisnya. Portfolio besar dan terdiversifikasi ini merupakan keunggulan kompetitif
(competitive advantage) dari MAP.
Namun keunggulan kompetitif ini juga membuat MAP terpapar oleh risiko terhadap nilai tukar
mata uang asing, terutama dollar Amerika Serikat (USD) dan Euro, negara asal brand-brand
tersebut. Bila rupiah terdepresiasi terhadap USD dan atau Euro maka MAP akan melakukan
import barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan kenaikan
harga pokok penjualan (HPP) dari produk-produk MAP. Kenaikan HPP akan membuat harga
barang menjadi lebih tinggi sehingga akan menurunkan permintaan. Pernurunan permintaan dari
konsumen akibat terjadinya pelemahan rupiah terhadap mata uang asing seperti USD dan Euro
merupakan eksposur ekonomi (economic exposure) dari risiko perubahan nilai tukar mata uang
dari MAP.

MAP juga memiliki eksposur transaksi (transaction exposure) terhadap perubahan nilai tukar
mata uang karena memiliki aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing. MAP mempunyai
aset dan liabilitas dalam mata uang USD, SGD, EURO, GBP, dan CHF. Terdepresiasinya rupiah
terhadap mata uang tersebut akan menambah nilai aset dan nilai liabilitas moneter tersebut.
Jumlah aset dan liabilitas moneter PT MAP adalah seperti tabel berikut:
2013 (Rp 000)
Jumlah Aset

2012 (Rp 000)

78,426,766

57,400,051

Jumlah Liabilitas

(517,587,884)

(262,461,231)

Liabilitas Bersih

(439,161,118)

(205,061,180)

Namun karena jumlah liabilitas perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan aset (net liabilitas)
maka terdepresiasinya rupiah akan meningkatkan jumlah liabilitas yang lebih tinggi yang pada
akhirnya akan merugikan perusahaan. Apabila rupiah terapresiasi maka perusahaan akan
mendapatkan keuntungan (gain). Berikut adalah tingkat sensitifitas perusahaan terhadap
peningkatan rupiah terhadap mata uang asing:

Apabila rupiah melemah (terdepresiasi) maka angka di atas akan menjadi negatif. Eksposur
perusahaan meningkat pesat pada tahun 2013 bla dibandingkan dengan tahun 2012. Salah satu
penyebab peningkatan eksposur perusahaan adalah meningkatnya liabilitas bersih perusahaan
dalam mata uang asing.

Manajemen Risiko Terhadap Nilai Tukar Mata Uang (Forex Risk Management)
MAP menggunakan instrumen derivatif untuk mengelola risiko dan kemungkinan pergerakan
mata uang asing. Intrumen derifatif yang digunakan oleh PT MAP adalah cross currency swap
dan call spread option. Perusahaan mengadakan kontrak cross currency swap dengan Standard
Chartered Bank dan Bank Danamon Indonesia. Untuk call spread option perusahaan
mengadakan kontrak dengan Bank Danamon Indonesia.
Untuk tujuan akuntansi, kontrak-kontrak ini tidak diidentifikasi dan didokumentasikan sebagai
instrumen lindung nilai (hedging), oleh sebab itu akuntansi lindung nilai tidak berlaku.
Keuntungan atau kerugian dari kontrak-kontrak tersebut dicatat pada laporan laba-rugi
komprehensif konsolidasian. Perinciannya adalah sebagai berikut:

Analisa
Dengan mempunyai aset dan liabilitas pada denominasi asing maka perusahaan mempunyai efek
lindung nilai yang alami (natural hedging). Namun karena jumlah liabilitas yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah aset maka perusahaan mempunyai eksposur terhadap perubahan
nilai tukar mata uang. PT MAP dapat memperkecil eksposurnya dengan cara mengurangi
pembelian produk dengan cara kredit dalam mata uang asing atau dengan meningkatkan
penjualan produk di luar negeri (saat ini penjualan produk di luar Indonesia hanya mencapai 2%
dari total penjualan perusahaan).

Dengan menggunakan instrumen derivatif PT MAP telah berhasil melakukan lindung nilai.
Namun transaksi lindung nilai yang dilakukan tidak dapat sepenuhnya menghilangkan eksposur
yang dimiliki perusahaan. Hal ini terlihat dari terdapatnya kerugian kurs mata uang asing (akibat
rupiah yang terdepresiasi) sebesar hampir Rp 60 milyar. Sedangkan dengan menggunakan
instrumen derivatif perusahaan hanya mendapatkan keuntungan Rp 1.7 milyar.
Eksposur tinggi yang dimiliki MAP akhirnya menyebabkan turunnya laba bersih perusahaan
tahun 2013 sampai tahun 2014 yang disebabkan terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang
asing seperti USD dan EURO. Penurunan laba bersih dan eksposur PT MAP yang tinggi
terhadap perubahan nilai tukar mata uang membuat shareholders` value perusahaan menurun.

Referensi
Laporan Tahunan PT Mitra Adiperkasa Tbk tahun 2012-2013
Thejakartapost.com, (2014). MAP profit continues drop on costs, currency risk
http://www.thejakartapost.com/news/2014/08/01/map-profit-continues-drop-costs-currencyrisks.html. Diakses tanggal 28 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai