LAPORAN KASUS
A.
IDENTIFIKASI
Nama
: Geofani Tobing
Umur
: 4 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
Alamat
MRS
B. ANAMNESA
(Alloanamnesis dengan ibu penderita, 31 Oktober 2012)
Keluhan Utama
: Sesak Napas
Keluhan Tambahan
: Demam tinggi
: Cukup bulan
Partus
: Spontan
Ditolong oleh
: Bidan
Tanggal
: 27 Juni 2012
: 2500 gram
: 48 cm
: Langsung menangis
Riwayat Makan
ASI
: 0 2 minggu
: 1 kali
Polio : 1 kali
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 31 Oktober 2012
Keadaan Umum
Kesadaran
: E3M4V3
Tekanan darah
:-
Nadi
: 116 x/menit
Pernapasan
: 78 x/menit
Suhu
: 40,1 C
Berat Badan
: 5,5 kg
Tinggi Badan
: cm
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Dispnea
: ada
Edema
: tidak ada
TB/U
BB/TB
Kesan
: gizi kurang
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk
: Normoensefali, simetris
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
: Sekret (-)
Mulut
Thorak
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Fungsi sensorik
Tungkai
Tungkai
Lengan
Lengan
Kanan
Kiri
Cukup
Cukup
5
5
Eutoni
Eutoni
+ normal
+ normal
: Dalam batas normal
Kanan
Cukup
5
Eutoni
Kiri
Cukup
5
Eutoni
+ normal
-
+ normal
-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hematologi (31Oktober 2012)
Hemoglobin
: 9,1 g/dl
Eritrosit
: 3.670.000/mm3
Hematokrit
: 25 vol%
Leukosit
: 24.400/mm3
Trombosit
: 134.000/mm3
LED
: 50 mm/jam
Diff. Count
: 0/0/0/89/7/4
: 12,3 mg/dl
Ureum
: 62 mg/dl
Creatinin
: 0.8 mg/dl
Natrium
: 148 mmol/l
Kalium
: 2,4 mmol/l
Kalsium
: 8,3 mmol/l
Phospor
: 3,5 mg/dl
Clorid
: 114 mmol/l
: (++)
Glukosa
: (-)
Keton
: (-)
Darah
: (-)
Bilirubin
: (-)
Nitrit
: (-)
SEDIMEN
Leukosit
:02
Eritrosit
:01
Silinder
: (+)
Epitel
: (-)
AGD
PH
: 7,102
PCO2
: 102,2 mmHg
PO2
: 22,2 mmHg
SO2
: 38 %
Na
: 140,1 mmol/L
: 1,54 mmol/L
HCO3-
: 32,1 mmol/L
TCO2
: 35,3 mmol/L
BEecf
: 2,3 mmol/L
Beb
: 1,7 mmol/L
IVFD D10 NS
Antipiretik: Paracetamol 3x 60 mg
H. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah rutin, CRP, elektrolit, fungsi ginjal, AGD, dan rontgen
thorax.
I.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi
meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronkopneumonia
adalah
peradangan
pada
paru
dimana
proses
b.
10
d.
kultur
sensifitas
dilakukan
untuk
mengidentifikasikan
organisme perusak.2
2.3 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus
11
12
13
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. C.
Stadium III (3 8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti. D.
Stadium IV (7 11 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi
sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat
lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.4
2.6 Gejala Klinik
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya
berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung
(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus
yang meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda
Auskultasi : Suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki
basah gelembung halus sampai sedang.
14
LED meningkat5
Bronkiolitis
Bronkitis akut
TB paru6
15
biasanya
normal
atau
sedikit
menurun.
Bronkopneumonia berat :
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotika.
Bronkopneumonia :
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
>60x/menit pada anak usia <2 bulan, >50 x/menit pada anak usia
2 bulan 1 tahun, > 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak
perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti
dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
1.
16
2.
3.
2.9. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang
cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan Ampicillin: 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis, ditambah
dengan kloramfenikol 25-50 mg/kgBB/hari (<6 bulan), 50-75 mg/kgBB/hari (> 6
bulan) atau gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10
mEq/500 ml/botol infus.
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah
arteri. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.6
2.10. Komplikasi
Empyema toracis
Pneumothorax
Perikarditis purulenta
Meningitis purulenta7
2.11. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1%, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
17
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
18
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang anak berusia 4 bulan datang dengan keluhan utama sesak napas. Dari
anamnesis didapatkan bahwa tiga hari SMRS, anak mengalami demam tinggi terus
menerus, tetapi tidak disertai batuk dan pilek, anak juga mengalami BAB cair ampas
4x/hari, gelas belimbing, tidak ada darah dan lendir. Anak dibawa ke bidan diberi 2
macam obat tapi tidak ada perbaikan. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, anak
masih demam tinggi, sesak yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca, dan
perubahan posisi, anak juga mengalami kejang umum tonik klonik (1x) 5 menit,
lalu dibawa ke rumah sakit cabang charitas dirawat selama satu hari, 12 jam SMRS,
anak semakin sesak lalu dirujuk ke RSMH.
Hasil anamnesis terdapat gejala berupa sesak napas, demam tinggi, batuk.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya pernapasan cepat dan dangkal, napas cuping
hidung, retraksi, suara napas vesikuler meningkat, dan adanya suara napas tambahan
ronki basah halus nyaring. Pada pemeriksaan laboratorium, terjadi leukositosis, LED
meningkat. Pada pemeriksaan rontgen tampak ada lesi radioopaque tak homogen di
paracardial dan perihiler kanan kiri paru yang mengesankan bronkopneumoni duplex.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (lab dan rontgen)
pasien ini dapat didiagnosis mengalami bronkopneumonia.
Penatalaksanaan kasus pada pasien ini adalah antibiotik yang merupakan
kunci utama keberhasilan pada kasus bronkopneumonia yang diduga disebabkan oleh
infeksi bakteri. Sebaiknya pengobatan antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan
uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang
cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan Ampicillin: 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis, ditambah dengan
kloramfenikol 25-50 mg/kgBB/hari (<6 bulan), 50-75 mg/kgBB/hari (> 6 bulan) atau
gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. Pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus dapat diberikan sebagai terapi
19
suportif. Karena pasien sudah jatuh kedalam asidosis metabolik maka diberikan
koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
Prognosis pada kasus ini, dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1%,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi
energi-protein berat dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara
malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Jakarta. 2004.
2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. EGC:
Jakarta. 2000.
3. Budiono E, Hidyam B, 2000, Berkala Ilmu Kedokteran, dalam Pola Kuman
Pneumonia pada Penderita di RSUP Dr. Sardjito 1995 1998, Vol. 32, No. 3,
Penerbit FK UGM, Yogyakarta, hal: 161-164.
4. Price SA, Wilson LM, 1995, Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes (Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit), Edisi 4,
Penerbit EGC, Jakarta, hal: 709-712.
5. Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
6. Hasan R, dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2002.
7. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2000.
21