Mengidentifikasi
mengkelompokan
medan
kondisi
secara
:
stationing/urutan
medan
datar,
jarak
rolling,
dengan
perbukitan,
Engineer yang
diperhitungkan
dengan
cermat
sesuai
dengan
kebutuhan
diberi
tanda
bendera
sepanjang
daerah
rencana,
untuk
yang
dilakukan
oleh
geodetic
engineer
pada
survey
pendahuluan adalah :
1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton
Bench Mark di awal dan akhir Proyek
2. Mengamati kondisi topografi
penanganan
yang
diperlukan.
lihat
format
survey
inventarisasi jembatan)
3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal,
muka air banjir dan muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya
tanda-tanda/gejala gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi,
morfologi serta karakter aliran sungai dan di lengkapi foto foto jika
diperlukan.
4. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi, amdal dan hidrologi
apakah
data
data
dan
usul
penempatan
lokasi
serta
usul
saran-saran
yang
sangat
berguna
dijadikan
panduan
dalam
Menetapkan
lokasi/posisi
jembatan
untuk
penggantian
jembatan/
yang
dilakukan
pada
survey
pendahuluan
hidrologi/Hidraulik adalah:
1. Mengumpulkan data curah hujan.
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan
dengan bentuk dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.
4. Mengamati tata guna lahan
5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
8. Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin berpengaruh
terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi
pertimbangan dalam perencanaan berikut.
6.2.1.11 Recon Survey Upah dan Harga Satuan.
Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi
dengan instansi terkait.
Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data
harus menggunakan format yang telah disediakan disepakati oleh pihak
direksi pekerjaan).
6.2.2 Pekerjaan Survey Topografy
Tujuan
pengukuran
topografi
dalam
pekerjaan
ini
adalah
rencana trase jalan dan jembatan didalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan untuk
perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.
Adapun pekerjaan yang dilaksanakan pada survy Topographi adalah
sebagai berikut :
6.2.2.1 Pemasangan patok-patok
1. Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau
pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya
dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah
terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi
rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang di
setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman
dari gerusan air sungai.
2. Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas
tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana
Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
3. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi
yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
4. Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurangkurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
diberi paku, ditanam dengan kuat,
nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.
5. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok
diberi tanda-tanda khusus.
daerah
posisi
jembatan
interval
pengukuran
melintang
dan
pemeriksaan
dan
koreksi
alat
ukur
harus
dicatat
dan
pengukuran
detail, situasi,
dan
ada
aliran
airnya.
Tujuan
pengukuran
debit
adalah
untuk
mendapatkan data debit. Hasil pengukuran debit dapat dibuat kurva debit
pada penampang sungai yang diukur yaitu hubungan antara ketinggian
muka air dengan debit sungai yang dapat digunakan sebagai kalibrasi
analisa debit andalan. Ada beberapa cara pengukuran debit, dalam usulan
ini ada dua cara yang ditawarkan, yaitu cara pengukuran kecepatan aliran
(arus) dan cara pelampung. Cara pengukuran dengan pelampung dilakukan
apabila pengukur kecepatan arus (current meter) tidak dapat dilakukan.
Hubungan antara kecepatan aliran dan banyaknya putaran baling-baling
persatuan waktu, dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
V = p.N + q
Dimana :
V =
N=
p =
q =
Tujuan
pengukuran
adalah
untuk
mengetahui
ukuran
b. Memasang alat duga air biasa, tujuannya adalah untuk elevasi muka air
pada saat pengukuran. Bahan yang digunakan dan cara pemasangan
mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :
Dibuat dari bahan yang tahan air dan awet, dilengkapi dengan skala dan
dicat
pengukuran
harus
mempertimbangkan
berikut :
a. Dipilih pada bagian alur sungai yang lurus.
b. Sesuai dengan lokasi rencana bangunan.
c. Mudah dicapai dalam segala situasi dan kondisi.
d. Mampu melewatkan banjir.
e. Geometri dan badan sungai harus stabil.
f. Adanya penampang kendali
faktor-faktor
sebagai
g. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati aliran sub kritis.
h. Tidak terkena pengaruh arus balik.
Lama dan periode pengukuran tergantung kondisi sebagai berikut :
a. Aliran rendah, dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu
pengukuran (bolak-balik dipenampang yang sama).
b. Saat banjir, dilaksanakan satu kali dalam periode waktu pengukuran.
c. Musim kemarau, cukup sekali dalam satu bulan.
d. Musim hujan, paling sedikit 3 kali dalam setiap bulannya.
Lama dan periode pelaksanaan yang diusulkan dilakukan pengukuran
setiap hari sebanyak 3 kali dengan jangka waktu sesuai hasil diskusi
dengan Direksi.
2. Survey Hidroklimatologi
Data-data
yang
dikumpulkan
adalah
yang
masih
kurang
pada
Data-data kondisi daerah aliran sungai (DAS) didasarkan pada peta rupa
bumi skala 1:25.000, namun demikian masih perlu dilakukan survey
lapangan untuk memudahkan dalam menentukan besarnya parameterparameter yang akan digunakan untuk analisa serta kebenaran dari peta
rupa bumi secara visual. Kondisi daerah aliran sungai yang perlu dicatat
adalah sebagai berikut :
a. Tata guna lahan
b. Kemiringan lereng
c. Jenis tanah
d. Jumlah Anak sungai dan panjangnya.
e. Bentuk Daerah Aliran Sungai
Disamping peta rupa bumi perlu dilengkapi dengan peta jenis tanah yang
dikeluarkan oleh Bagian Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah Dinas
Kehutanan Provinsi atau instansi lain yang pernah mengadakan penelitian.
6.2.3.3 Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar 5-3.
Uji konsistensi data yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau
kesalahan data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya, tidak
dilakukan karena data hujan yang digunakan hanya bersumber dari satu
stasiun penakar curah hujan.
satu
metode
pengisian
data
hilang
adalah
metode
normal,
dimana :
r
Rx
datanya harus
dilengkapi.
Ri
ri
dimana :
S
= Standar Deviasi
= Banyaknya data
Xi
= Data
Cs
= Koefisien Skew
Ck = Koefisien kurtosis
Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan tergantung
dari hasil diskusi dengan Pemilik Kegiatan menghendaki analisa dengan
berbagai macam metode. Metode yang biasa digunakan adalah :
a. Metode Gumbel Tipe I
Persamaannya adalah sebagai berikut :
dimana :
XT
= Standard deviasi
= Faktor frekwensi
dimana :
X
= Probabilitas ( % )
= Banyaknya data
c. Plot data hujan Xi
d. Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai
Distribusi Hujan Jam-Jaman
Sebaran atau distribusi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah
hujan harian pada umumnya digunakan rumus Mononobe :
dimana :
Rt
perencanaan
pengendalian
banjir
ini
debit
banjir
yang
DATA DEBIT
> 20 TAHUN
DATA HUJAN PANJANG
DAN DATA DEBIT
( 1 - 3 ) TAHUN
DATA DEBIT
( 10 - 20 )
TAHUN
DATA DEBIT
( 4 - 20 )
TAHUN
DATA HUJAN DAN
DATA KARAKTERISTIK BASIN
CARA
EMPIRIS
CARA
MATEMATIS
UNIT
HIDROGRAPH
KALIBRASI
DATA
DIPERPANJANG
ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS
CARA BANJIR
DI ATAS AMBANG
DEBIT
ALUR
( POT )
PENUH
BANJIR RATA-RATA TAHUNAN ( Q )
ANALISIS FREKUENSI PROBABILITAS
BANJIR REGIONAL
CARA
REGRESI
- IOH
CARA
EMPIRIS
RATIONAL
- GAMA 1
HIDROGRAFSATUAN
SCS
- HASPERS
- WEDUWEN
- MELCHIOR
BANDINGKAN DENGAN CARA PERHITUNGAN LAINNYA
DEBIT BANJIR RENCANA ( QT )
GUMBEL, LOG PEARSON, LOG NORMAL
= Koefisien pengaliran
Ro = Hujan satuan, 1 mm
Tp
T0,3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak menjadi
30 % dari debit puncak (jam)
Aliran
dasar
yang
digunakan
untuk
metode
empiris
dan
regresi
dimana :
QB = Aliran dasar, m3/dt
A
D
2. Metode Regresi
Metode yang diusulkan adalah metode GAMA I. Parameter-parameter yang
digunakan adalah :
a. Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang sungai
sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
b. Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah sungai sungai
tingkat satu dengan jumlah sungai semua tingkat.
c. Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur dititik
sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur dititik sungai
yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.
d. Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS yang
diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara lokasi
pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS, melewati titik
tersebut.
e. Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA).
f. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan sungai
didalam DAS.
g. Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai (A).
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai
berikut :
0,1836 x A0,5886 x JN0,2381 x TR-0,4008
Qp
TR
TB
Dimana :
Qp
TR
TB
Koefisin tampungan
Koefisien reduksi
3. Metode Rasional
Luas DAS Ciliman seluas 500 km2, untuk itu akan digunakan metode
Rasional praktis yang biasa diterapkan di Provinsi Banten dan sebagai
= Koefisien pengaliran
= Panjang sungai, yaitu panjang horisontal mulai dari titik teratas dimana
lembah sungai terbentuk sampai titik tempat perkiraan kedudukan
bangunan/bendung (km)
W
H
dimana :
Q
qT
= Panjang sungai ( km )
= Kemiringan sungai
qT
tc
= Panjang sungai ( km )
= Kemiringan sungai
RT
= Curah hujan harian maksimum rencana dengan kala ulang T tahun (mm).
A = R x K x LS x C x P
Dimana :
A
LS
1. Penyelidikan lapangan
Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dan dipetakan dan batasbatasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk
selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000 ukuran A3.
Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain:
sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,
kemudian hasilnya diplot diatas peta geologi teknik termasuk didalamnya
pengamatan tentang,
Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air
tanah, Tata guna lahan, Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan
tersebut harus melewati daerah rawa)
2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh
tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur
uji, lokasi, kedalaman).
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu ( UNDISTURBED )
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (split tube untuk tanah keras atau
piston tube untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran
tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun
(untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4
meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk
casing
yang disetujui
Pengawas.
5) Tanah harus disimpan dalam kotak-kotak yang mampu meredam getaran
dan memisahkan satu tabung dengan tabung lainnya.
6) Transportasi ke laboratorium dilakukan dengan menggunakan kendaraan
yang tertutup.
7) Di laboratorium tabung tanah harus disimpan dalam tempat yang lembab
dengan temperatur tidak lebih dari 25oC.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir
dilakukan
untuk
mengetahui
kedalaman
lapisan
tanah
pembacaan
manometer
belum
menunjukan
angka
yang
maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada
baja kanal jangkar.
Keuntungan Alat Sondir :
-
Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil yang
diperoleh meragukan.
Tidak boleh dilakukan pada lapisan dengan dasar batu gamping yang
berongga.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan lekat, Grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jjumlah hambatan pelekat
pada tiap hambatan.
3. Lokasi Quarry
lokasi
pekerjaan.
Bila
tidak
dijumpai,
maka
harus
No
Pengujian
Acuan
Keterangan
1.
2.
Resistivity
ASTM G57-78
Standard
Penetration
Test
termasuk
Split
Spoon Sampling
3.
Stand Pipe
ASTM
D158694
AASHTO
84
Pada
daerah
rencana
jembatan, harus
mencapai
kedalaman
lapisan keras.
T252-
PENGUJIAN
ACUAN
SIFAT INDEKS
1
Kadar air
ASTM D 2216-92
KETERANGAN
Batas susut
ASTM D 427-93
Batas plastis
ASTM D 4318-93
Fresh Condition
Batas cair
SK-SNI M-07-1989-F
Analisa
saringan
SNI-03-3423-1994
Berat Jenis
ASTM D 854-92
Berat isi
SNI-1742-1989
Chloride
Content
Carbonate
Content
10
Sulphate
Content
SIFAT KUAT
GESER
TANAH
11
Direct Shear
SNI 03-2813-1992
Fresh
sample
Penjenuhan
ASTM D 3080-90
Fresh
sample
Penjenuhan
dengan
tanpa
Swelling
ASTM D 4546-90
Fresh Condition
- Dioven 40 oC dan 70 oC
selama satu hari
KEPADATAN
13
Pemadatan
SIFAT
KELULUSAN
14
Permeabilitas
sampai
dengan
penyiapan
dokumen
pelelangan,
1. Perencanaan Geometrik
a. Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 dan
Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan (Bina Marga Maret 1992).
b. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03 3424 1994.
c. Keselamatan Lalu-lintas
yang direncanakan
Na x w x H
Dimana :
Na = Angka Stabilitas Taylor
C
Fk
lereng aman )
Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam
tanah () dengan sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).
Faktor lereng (F) digunakan asumsi :
FK > 1,251
lereng aman
FK = 1,251
FK < 1,251
struktur
longsoran
lapisan
batuan,
dan
yang
dapat
terjadi
akibat
langsung
sebagai
bahan
konstruksi,
maka
Tim
harus
yang
dipakai
untuk
perencanaan
struktur
jembatan
baik
gambar
rencana
lengkap
dilakukan
setelah
rancangan
perhitungan
harus
mencakup
lokasi
dan
semua
jenis
mata