Oleh :
Agus Rabialdi (1301759/2013)
Endah Zuraidah (1301719/2013)
Hutdia Putri Murni (1301757/2013)
Program Studi :
Pendidikan Kimia
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
2015
A. Pendahuluan
Salah satu tugas yang pada umumnya dilupakan oleh pendidik adalah
melakukan evaluasi terhadap alat ukur yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan belajar peserta didik. Apabila pada suatu tes hasil belajar, banyak
peserta didik yang mendapat nilai rendah, maka distribusi frekuensi nilai-nilai
hasil belajar membentuk kurva asimetrik yang miring ke kiri (Gambar 1).
Sebaliknya jika banyak pesera didik yang mendapat nilai tinggi sehingga distribusi
frekuensi membentuk kurva asimetrik yang miring kekanan (Gambar 2). Jika
terjadi seperti ini, tester harus tanggap bahwa ada yang tidak beres dengan tes hasil
belajar itu.
dengan jalan melakukan analisis terhadap tes hasil belajar yang digunakan. Perlu
dilakukan penelusuran terhadap butir-butir item yang membangun tes tersebut
sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Analisis soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kualitatif
(qualitative control). Analisis kualitatif sering disebut sebagai validitas logis
(logical validity) yang dilakukan sebelum soal digunakan. Salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, apakah soal
tersebut 1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang memadai,
2) diperbaiki karena terdapat kelemahan-kelemahan atau 3) tidak digunakan sama
sekali karena terbukti butir soal tersebut tidak berfungsi sama sekali.
Analisis kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi
teknis, isi daan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan untuk penelaahan
soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis
ini dimaksudkan khusus menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
yang ditanyakan (materi tes). Analisis editorial dimaksudkan sebagai penelaahan
yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial
dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan
format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.
atau
P=
Indeks kesukaran
kategori
terlalu sukar
0.30 0,70
cukup (sedang )
terlalu mudah
Nama
Nomor item
1
10
Aurora
Faban
Farel
Qinan
Keisha
Early
Aalia
Rakan
Rahan
Indry
Jerri
Laura
Ronny
Fitri
Sheila
N = Js=15
10
12
13
Butir item
Interpretasi
no
1
P=
= 0,4
Cukup ( sedang )
P=
= 0,67
Cukup ( sedang )
P=
= 0,47
Cukup ( sedang )
P=
= 0,33
Cukup ( sedang )
P=
= 0,8
Terlalu mudah
P=
= 0,13
Terlalu sukar
P=
0,6
P=
= 0, 2
Terlalu sukar
P=
= 0,27
Terlalu sukar
10
P=
= 0,87
Terlalu mudah
Cukup ( sedang )
Faktor yang menyebabkan soal terlalu sulit untuk dijawab oleh peserta tes
antara lain : kalimat soal kurang jelas kurang dipahami dan istilah dalam soal kurang
dimengerti. Kelemahan indeks kesukaran adalah adanya hubungan terbaluk antara
derajat kesukaran dengan angka indeks itu sendiri. Makin rendah angka indeks
kesukaran, artinya makin tiggi derajat angka derajat kesukaran item tersebut,
sebaliknya semakin tinggi angka indeks kesukaran maka semakin rendah angka
derajat kesukaran item tersebut.
atau
D = PH P L
PB
= PL =Proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar item yang bersangkutan
BB
JA
JB
Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda
negatif (minus) maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir
item yang bersangkutan lebih banyak dijawab oleh testte kelompok bawah
ketimbang testee kelompok atas (Sudijono, 1998)
Daya Pembeda item dapat diinterpretasikan sebagai berikut.
Indeks Diskriminasi Item
(D)
Klasifikasi
Interpretasi
Butir item yang
Poor
bersangkutan daya
pemb)edanya lemah
(jelek
Butir item yang
Satisfactory
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang)
Butir item yang
Good
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang baik
Butir item yang
0,70 1,00
Excellent
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang baik sekali
Butir item yang
Bertanda negative
bersangkutan memiliki
daya pembeda yang
sangat jelek.
Untuk mengetahui indeks daya pembeda item (D) langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut : Pertama, mengelompokkan peserta tes menjadi dua
kelompok (atas dan bawah) dengan cara mengurutkan data skor mulai dari skor
yang paling tinggi diatas sampai skor yang paling rendah. Kedua, menghitung BA,
BB, PA, dan PB. Ketiga memberi penafsiran mengenai kualitas daye pembeda butir
soal.
Contoh : Berikut ini adalah distribusi skor suatu tes hasil belajar.
Tabel 8.3 Distibusi skor suatu tes hasil belajar
Peserta
Nomor Item
Tes
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Skor Total
Aurora
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 (A)
Fabian
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
12 (A)
Farel
0 1 1 0 0 1 1 0 1 1
11 (A)
Qinnan 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
11 (A)
Keisya
1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
9 (A)
Early
1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
9 (A)
Aaliya
1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
9 (A)
Rakan
0 1 0 0 1 0 0 1 1 1
9 (A)
Raihan
0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
9 (B)
Indry
1 0 0 0 0 1 1 1 0 0
9 (B)
Arif
1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
8 (B)
Fitri
1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
7 (B)
Jordy
0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
5 (B)
Rani
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
5 (B)
Fenita
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
5 (B)
Tabel 8.4 berikut ini menggambarkan hasil penganalisisan daya beda butir
soal
Tabel 8.4 Hasil Perhitungan BA, BB, PA, PB dan D
Item
BA
BB
JA
JB
PA
PB
Interpretasi
0,86
0,57
0,29
Sedang
0,71
0,86
-0,15
Sangat Jelek
0,71
0,43
0,28
Sedang
0,71
0,43
0,28
Sedang
0,57
0,43
1,14
Jelek
0,71
0,14
0,57
Baik
0,71
0,43
0,28
Sedang
0,57
0,29
0,28
Sedang
0,57
0,43
0,14
Jelek
10
0,71
0,29
0,42
Baik
11
0, 57
0,71
-0,14
Sangat jelek
12
0,71
0,29
0,42
Baik
13
0,71
0,57
0,14
Jelek
14
0,57
0,43
Baik
15
0, 71
0,57
0,14
Jelek
no.
baik
belajar yang akan datang dapat dikeluarkan lagi, karena kualitasnya cukup
memadai.
b.
Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (Poor), ada dua
kemungkinan tindak lanjut, yaitu:
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat
diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang; kelak item
tersebut dianalisis lagi , apakah daya pembedanya meningkat atakah
tidak
2) Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir
item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.
c.
Contoh:
Pertanyaan/
1. .....................................................................
Pernyataan (item)
A.
= kunci jawaban
B.
Alternative
(option)
C.
D.
= distraktor
(pengecoh)
E.
Tujuan memasang distraktor pada setiap butir item adalah agar diantara
sekian banyak peserta tes, ada yang memilihnya karena mereka menganggap
itulah jawaban yang benar. Tentu saja, makin banyak testee yang terkecoh, maka
kita dapat menyatakan bahwa distraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya
dengan sebaik-baiknya.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu:
menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adpaun yang dimaksud dengan pola
penyebaran jawaban item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana
testee menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab
yang telah dipasangkan pada setiap butir item.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternatif
yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee.
Dengan kata lain, testee menyatakan blangko. Pertanyaan blangko ini sering
dikenal dengan istilah oniet dan biasa diberi lambang dengan huruf O. Distraktor
makin dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut
memiliki daya tarik sedemikian rupa sehingga peserta tes merasa bimbang dan
ragu sehingga mereka memilih distraktor itu sebagai jawaban benar.
omit
Atas
20
Bawah
10
jumlah
(30)
Atas
13
Bawah
12
jumlah
10
(25)
Atas
18
Bawah
16
jumlah
(34)
Atas
18
item
Keterangan
Kunci
jawaban A
Kunci
jawaban C
Kunci
jawaban D
Kunci
Bawah
22
jumlah
(40)
jawaban B
Dengan adanya pola penyebaran jawaban seperti pada tabel 8.5 di atas, maka
dapat diketahui berapa persen peserta tes yang terkecoh memilih distraktor yang
diberikan yaitu:
a. Untuk item tes no.1, kunci jawabannya adalah A dan distraktornya adalah
B,C,D,E.
-
b. Untuk item tes no.2, kunci jawabannya adalah C dan distraktornya adalah
A,B,D,E.
-
orang. PA = 20/25 = 0,8 , PB = 10/25 = 0,4. Jadi daya pembeda butir item no.1
adalah D = PA-PB = 0,8 0,4 = 0,4 ( pada kategori baik atau good ).
2. Butir item no.2 dapat dijawab benar oleh 13 peserta tes kelompok atas dan 12
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 13/25 = 0,52 , PB = 12/25 = 0,48. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = P A-PB = 0,52 0,48 = 0,04 artinya
butir soal item no.2 memiliki daya pembeda jelek.
3. Butir item no.3 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 16
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 16/25 = 0,64. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,64 = 0,08artinya
butir soal item no.3 juga memiliki daya pembeda jelek.
4. Butir item no.4 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 22
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 22/25 = 0,88. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,88 = -0,16 artinya
butir soal item no.2 memiliki daya pembeda sangat jelek.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat butir item di atas
maka:.item no.1 dapat dipakai karena memiliki indeks kesukaran sedang dan
daya pembeda baik. Item no.2 dan no.3 memiliki indeks kesukaran sedang dan
daya pembeda jelek. Untuk itu perlu ditinjak lanjuti dengan menelusuri kenapa
daya bedanya jelek, ini dapat saja disebabkan oleh adanya distraktor pada butir
item no.2 dan no.3 yang tidak berfungsi, sehingga distraktor perlu diganti. Butir
no.4 memiliki indeks kesukaran mudah dan daya pembeda sangat jelek.
Sebaiknya butir item no.4 tidak digunakan lagi pada tes-tes hasil belajar
selanjutnya
E. Kesimpulan
1. Item-Item tes hasil belajar yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan
tidak terlalu mudah. Indeks kesukaran item ini berkisar dari 0,00 1,00.
2. Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan
yang berkemampuan rendah.
3. Distraktor yang berfungsi sebagai jawaban pengecoh dikatakan telah
menjalankan fungsinya jika dipilih oleh minimal 5% peserta tes.
Kepustakaan