Anda di halaman 1dari 20

Tugas Evaluasi Hasil Belajar Kimia

Analisis Item Tes Hasil Belajar


Dosen Pembimbing :
Dr. Latisma Dj, M.Si
Fauzana Ghazali, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Agus Rabialdi (1301759/2013)
Endah Zuraidah (1301719/2013)
Hutdia Putri Murni (1301757/2013)

Program Studi :
Pendidikan Kimia

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
2015

ANALISIS ITEM TES HASIL BELAJAR

A. Pendahuluan
Salah satu tugas yang pada umumnya dilupakan oleh pendidik adalah
melakukan evaluasi terhadap alat ukur yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan belajar peserta didik. Apabila pada suatu tes hasil belajar, banyak
peserta didik yang mendapat nilai rendah, maka distribusi frekuensi nilai-nilai
hasil belajar membentuk kurva asimetrik yang miring ke kiri (Gambar 1).
Sebaliknya jika banyak pesera didik yang mendapat nilai tinggi sehingga distribusi
frekuensi membentuk kurva asimetrik yang miring kekanan (Gambar 2). Jika
terjadi seperti ini, tester harus tanggap bahwa ada yang tidak beres dengan tes hasil
belajar itu.

Gambar 1. Kurva a-simetrik miring ke kiri

Gambar 2. Kurva a-simetrik miring kekanan


Salah satu cara mengantisipasi keadaan yang tidak

normal ini adalah

dengan jalan melakukan analisis terhadap tes hasil belajar yang digunakan. Perlu
dilakukan penelusuran terhadap butir-butir item yang membangun tes tersebut
sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Analisis soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kualitatif
(qualitative control). Analisis kualitatif sering disebut sebagai validitas logis
(logical validity) yang dilakukan sebelum soal digunakan. Salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, apakah soal
tersebut 1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang memadai,
2) diperbaiki karena terdapat kelemahan-kelemahan atau 3) tidak digunakan sama
sekali karena terbukti butir soal tersebut tidak berfungsi sama sekali.
Analisis kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi
teknis, isi daan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan untuk penelaahan
soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis
ini dimaksudkan khusus menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
yang ditanyakan (materi tes). Analisis editorial dimaksudkan sebagai penelaahan
yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial
dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan
format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.

Analisis kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes


melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif
dimaksudkan meliputi parameter tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.
Khusus untuk soal pilihan ganda (multiple choice) ada dua parameter lain yaitu
dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab item tes dengan benar dan
berfungsi atau tidaknya jawaban (Latisma Dj, 2011)
B. Analisis Indeks Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar antara lain dapat
diketahui dari derajad kesukaran atau taraf kesukaran masing-masing butir item
tersebut. Item-item tes hasil belajar yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah, dengan kata lain derajad kesukaran item tersebut adalah
sedang. Suatu item tes hasil belajar yang tidak ada satupun peserta tes yang dapat
menjawab dengan benar karena terlalu sukar , dikatakan sebagai kualitas butir item
yang tidak baik. Sebalikya jika semua peserta mampu menjawab semua butir item
soal itu dengan benar karena terlalu mudah , juga bukan merupakan item soal yang
baiak. Derajat kesykaran dapat diketahui dari besar kecilnya angka ang
melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka ini disebut angka
indeks kesukaran item (difficulity indeks) yang biasanya dilambangkan dengan P
(proporsi) dan angka ini biasanya kisarannya dari 0,00 1,00.
Indeks kesukara item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
P=

atau

P=

Dimana : P = proporsi = indeks kesukaran


Np = B = banyaknya peserta tes yang dapat menjawab butir item
tersebut
Dengan benar
N = Js = jumlah peserta tes

Cara menberikan penafsiran terhadap angka indeks kesukaran item ini,


Thorndike mengemukakan sebagai berikut:

Indeks kesukaran

kategori

Kurang dari 0,30

terlalu sukar

0.30 0,70

cukup (sedang )

Lebih dari 0,70

terlalu mudah

Setelah dilkukan identifikasi butir item mana yang kesukarannya berada


dalam kategori terlalu sukar, sedang dan terlalu mudah , maka tindakan lanjut yang
dapat dilakan adalah:
Pertama, untuk butir irem yang ternasuk kategori baik , seyogyanya
dimasukkan dalam bank soal yang selanjutnya dapat digunakan untuk waktu yang
akan datang.
Kedua, untuk butir item yang termasuk kategori terlalu sukar ada beberapa
tinda anjutny yaitu : 1) butir item tersebut dibuang dan tidak dikeluarkan lagi
dalam tes tes hasil belajar yang akan datang, 2) diteliti ulang atau ditelusuri
kenapa soal tersebut tidak bisa dijawab oleh peserta tes.
Ketiga , untuk butir itm yang termasuk kategori terlalu mudah tindakan
lanjutnya adalah : 1) butir item trsebut dibuang dan tidak digunakan dalam tes-tes
berikutnya, 2) diteliti ulang , ditelusuri faktor penyebab siswa dapat menjawab
semua butir soal dengan benar dan selanjutnya diperbaiki lagi.
Contoh cara menghitung indeks kesukaran item.

Misalkan dalam suatu tes hasil belajar yang diberikan dalambentuk


objektif, diikuti oleh lima belas orang peserta tes. Tes tersebut teriri dari 10 butir
tes atau item. Setelah dilkukan koreksi terhadap hasil tes dan diberi skor.

Nama

Nomor item
1

10

Aurora

Faban

Farel

Qinan

Keisha

Early

Aalia

Rakan

Rahan

Indry

Jerri

Laura

Ronny

Fitri

Sheila

N = Js=15

10

12

13

Perhitungan indeks kesukarannya

Butir item

Angka indeks kesukaran item ( P )

Interpretasi

no
1

P=

= 0,4

Cukup ( sedang )

P=

= 0,67

Cukup ( sedang )

P=

= 0,47

Cukup ( sedang )

P=

= 0,33

Cukup ( sedang )

P=

= 0,8

Terlalu mudah

P=

= 0,13

Terlalu sukar

P=

0,6

P=

= 0, 2

Terlalu sukar

P=

= 0,27

Terlalu sukar

10

P=

= 0,87

Terlalu mudah

Cukup ( sedang )

Faktor yang menyebabkan soal terlalu sulit untuk dijawab oleh peserta tes
antara lain : kalimat soal kurang jelas kurang dipahami dan istilah dalam soal kurang
dimengerti. Kelemahan indeks kesukaran adalah adanya hubungan terbaluk antara
derajat kesukaran dengan angka indeks itu sendiri. Makin rendah angka indeks
kesukaran, artinya makin tiggi derajat angka derajat kesukaran item tersebut,
sebaliknya semakin tinggi angka indeks kesukaran maka semakin rendah angka
derajat kesukaran item tersebut.

C. Analisis Daya Pembeda


Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampan tinggi dan peserta
tes yang berkemampuan rendah, sehingga peserta tes yang berkemampuan tinggi
lebih banyak yang bisa menjawab dengan benar dibandingkan dengan peserta tes
yang berkemampuan rendah (Latisma Dj, 2011)
Mengetahui daya pembeda item penting sekali, sebab salah satu dasar yang
dipegangi untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya
anggapan, bahwa kemampuan testee yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir
butir item tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang
mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan
testee tersebut (Sudijono, 1998)
Daya pembeda item itu dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi (daya pembeda item). Angka indeks diskriminasi ini
dihitung atas dasar pembagian peserta tes kedalam 2 kelompok yaitu kelompok
atas dan kelompok bawah. Adapun cara menentukan dua kelompok yaitu bisa
bervariasi misalnya membagi 2 kelompok yang terdiri dari 50% peserta tes
kelompok atas dan 50% peserta tes kelompok bawah, jika jumlah peserta tes tidak
terlalu banyak. Jika jumlah peserta tes banyak, dapat digunakan pengelompokkan
dengan mengambil 27% peserta tes kelompok atas dan 27% peserta tes kelompok
bawah. Untuk mengetahui besar kecilnya daya pembeda item dapat digunakan
rumus berikut.
D = P A PB
Dimana : D
PA

atau

D = PH P L

= indeks diskriminasi (daya pembeda item)


= PH = Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab
dengan benar buutir item yang bersangkutan

PB

= PL =Proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar item yang bersangkutan

PA atau PH serta PB atau PL dihitung dengan rumus :


PA = PH = BA/JA
PB = PL = BB/JB
Dimana : BA

= Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab


benar

BB

= Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

JA

= Jumlah peserta tes kelompok atas

JB

= Jumlah peserta tes kelompok bawah

(Latisma Dj, 2011)


Indeks diskriminasi item ini umumnya diberi lambang dengan huruf D
(singkatan dari discriminatory power), dan seperti halnya angka indeks kesukaran
item, maka indeks diskriminasi item ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai
dengan 1,00. Namun, diantara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu
kalau angka indeks kesukaran item tidak mungkin bertanda minus (negatif) maka
angka indeks daya pembeda item dapat bertanda minus. Dalam hubungan ini, jika
sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda plus (positif)
hal ini merupakan petunjuk bahwa butir item tersebut telah memiliki daya
pembeda dalam arti bahwa testee yang termasuk kategori pandai lebih banyak
yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan,
sedangkan testee yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab
salah.

Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda
negatif (minus) maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir
item yang bersangkutan lebih banyak dijawab oleh testte kelompok bawah
ketimbang testee kelompok atas (Sudijono, 1998)
Daya Pembeda item dapat diinterpretasikan sebagai berikut.
Indeks Diskriminasi Item
(D)

Klasifikasi

Interpretasi
Butir item yang

Kurang dari 0,20

Poor

bersangkutan daya
pemb)edanya lemah
(jelek
Butir item yang

0,20 - < 0,40

Satisfactory

bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang)
Butir item yang

0,4 - < 0,70

Good

bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang baik
Butir item yang

0,70 1,00

Excellent

bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang baik sekali
Butir item yang

Bertanda negative

bersangkutan memiliki
daya pembeda yang
sangat jelek.

Untuk mengetahui indeks daya pembeda item (D) langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut : Pertama, mengelompokkan peserta tes menjadi dua
kelompok (atas dan bawah) dengan cara mengurutkan data skor mulai dari skor
yang paling tinggi diatas sampai skor yang paling rendah. Kedua, menghitung BA,
BB, PA, dan PB. Ketiga memberi penafsiran mengenai kualitas daye pembeda butir
soal.
Contoh : Berikut ini adalah distribusi skor suatu tes hasil belajar.
Tabel 8.3 Distibusi skor suatu tes hasil belajar
Peserta

Nomor Item

Tes

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Skor Total

Aurora

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

13 (A)

Fabian

1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

12 (A)

Farel

0 1 1 0 0 1 1 0 1 1

11 (A)

Qinnan 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0

11 (A)

Keisya

1 1 1 1 1 1 0 0 0 1

9 (A)

Early

1 0 0 1 0 1 1 1 0 1

9 (A)

Aaliya

1 0 1 1 0 0 1 0 1 0

9 (A)

Rakan

0 1 0 0 1 0 0 1 1 1

9 (A)

Raihan

0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

9 (B)

Indry

1 0 0 0 0 1 1 1 0 0

9 (B)

Arif

1 1 0 0 1 0 0 1 0 0

8 (B)

Fitri

1 1 0 0 1 0 1 0 1 1

7 (B)

Jordy

0 1 1 1 0 0 1 0 0 0

5 (B)

Rani

0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

5 (B)

Fenita

1 1 0 0 0 0 0 0 1 0

5 (B)

Tabel 8.4 berikut ini menggambarkan hasil penganalisisan daya beda butir
soal
Tabel 8.4 Hasil Perhitungan BA, BB, PA, PB dan D
Item

BA

BB

JA

JB

PA

PB

Interpretasi

0,86

0,57

0,29

Sedang

0,71

0,86

-0,15

Sangat Jelek

0,71

0,43

0,28

Sedang

0,71

0,43

0,28

Sedang

0,57

0,43

1,14

Jelek

0,71

0,14

0,57

Baik

0,71

0,43

0,28

Sedang

0,57

0,29

0,28

Sedang

0,57

0,43

0,14

Jelek

10

0,71

0,29

0,42

Baik

11

0, 57

0,71

-0,14

Sangat jelek

12

0,71

0,29

0,42

Baik

13

0,71

0,57

0,14

Jelek

14

0,57

0,43

Baik

15

0, 71

0,57

0,14

Jelek

no.

(Latisma Dj, 2011)


Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai daya pembeda
item tes hasil belajar tersebut adalah :
a.

Butir-Butir item yang sudah memiliki daya pembeda item yang

baik

(satisfactory, good dan excellent) hendakknya dimasukkan (dicatat) dalam


buku bank soal tes hasil belajar. Butir-butir item tersebut pada tes hasil

belajar yang akan datang dapat dikeluarkan lagi, karena kualitasnya cukup
memadai.
b.

Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (Poor), ada dua
kemungkinan tindak lanjut, yaitu:
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat
diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang; kelak item
tersebut dianalisis lagi , apakah daya pembedanya meningkat atakah
tidak
2) Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir
item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.

c.

Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya bertanda


negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang tidak usah
dikeluarkan lagi, sebab butir item yang demikian itu kualitasnnya sangat
jelek (Latisma Dj, 2011)

D. Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Pada saat membicarakan tentang tes objektif bentuk multiple choice item
telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif bentuk multiple choice item tersebut
untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi
dengan beberapa kemungkinan jawaban atau yang sering dikenal dengan istilah
option atau alternatif.
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan
lima buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawab yang terpasang pada setiap
butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (=kunci
jawaban); sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban
salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor (distraktor = pengecoh).

Contoh:
Pertanyaan/
1. .....................................................................
Pernyataan (item)
A.

= kunci jawaban

B.
Alternative
(option)

C.
D.

= distraktor
(pengecoh)

E.

Tujuan memasang distraktor pada setiap butir item adalah agar diantara
sekian banyak peserta tes, ada yang memilihnya karena mereka menganggap
itulah jawaban yang benar. Tentu saja, makin banyak testee yang terkecoh, maka
kita dapat menyatakan bahwa distraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya
dengan sebaik-baiknya.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu:
menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adpaun yang dimaksud dengan pola
penyebaran jawaban item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana
testee menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab
yang telah dipasangkan pada setiap butir item.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternatif
yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee.
Dengan kata lain, testee menyatakan blangko. Pertanyaan blangko ini sering
dikenal dengan istilah oniet dan biasa diberi lambang dengan huruf O. Distraktor
makin dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut
memiliki daya tarik sedemikian rupa sehingga peserta tes merasa bimbang dan
ragu sehingga mereka memilih distraktor itu sebagai jawaban benar.

Suatu distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya sebagai


pengecoh apabila dipilih oleh paling kurang 5% dari seluruh pesrta tes. Sebagai
tindak lanjut dari hasil penganalisisan terhadap fungsi distraktor tersebut maka
distraktor yang belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pengecoh sebaiknya
diperbaiki atau diganti dengan distraktor lain.
Berikut ini diberikan contoh cara menganalisis fungsi distraktor. Misalkan
suatu hasil tes belajar diikuti oleh 30 orang peserta tes, bentuk soalnya adalah
multiple choice item dimana setiap butir item dilengkapi dengan 5 alternatif
jawaban (option). Tes hasil belajar tersebut terdiri dari 50 butir soal.
Untuk menganalisis fungsi distraktor butir soal no. 1,2,3 dan 4 misalnya,
maka dilihat pola penyebaran jawaban dari butir item no. 1,2,3 dan 4 ternyata
diperoleh pola penyebaran jawaban sebagai berikut.
Tabel 8.5. Pola penyebaran jawaban empat butir tes
Nomor
butir

Alternatif jawaban (option)


kelompok

omit

Atas

20

Bawah

10

jumlah

(30)

Atas

13

Bawah

12

jumlah

10

(25)

Atas

18

Bawah

16

jumlah

(34)

Atas

18

item

Keterangan

Kunci
jawaban A

Kunci
jawaban C

Kunci
jawaban D
Kunci

Bawah

22

jumlah

(40)

jawaban B

Dengan adanya pola penyebaran jawaban seperti pada tabel 8.5 di atas, maka
dapat diketahui berapa persen peserta tes yang terkecoh memilih distraktor yang
diberikan yaitu:
a. Untuk item tes no.1, kunci jawabannya adalah A dan distraktornya adalah
B,C,D,E.
-

Distraktor B dipilih oleh 8 orang berarti : 8/50 x 100% = 16%.


Dengan demikian distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai
pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

Distraktor C dipilih oleh 6 orang berarti : 6/50 x 100% = 12%.


Dengan demikian distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai
pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

Distraktor D dipilih oleh 4 orang berarti : 4/50 x 100% = 8%.


Dengan demikian distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai
pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

Distraktor E dipilih oleh 2 orang berarti : 2/50 x 100% = 4%.


Dengan demikian distraktor E belum dapat menjalankan fungsinya
sebagai pengecoh, karena hanya dipilih oleh 4% peserta tes (kurang dari
5%).

b. Untuk item tes no.2, kunci jawabannya adalah C dan distraktornya adalah
A,B,D,E.
-

Distraktor A dipilih oleh 5 orang berarti : 5/50 x 100% = 10%.


Dengan demikian distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai
pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

Distraktor B dipilih oleh 10 orang berarti : 10/50 x 100% = 20%.

Dengan demikian distraktor B juga telah menjalankan fungsinya sebagai


pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.
-

Distraktor D dipilih oleh 7 orang berarti : 7/50 x 100% = 14%.


Dengan demikian distraktor B juga telah menjalankan fungsinya sebagai
pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

Distraktor E dipilih oleh 2 orang berarti : 2/50 x 100% = 2%.


Dengan demikian distraktor E belum dapat menjalankan fungsinya
sebagai pengecoh, karena hanya dipilih oleh 2% peserta tes (kurang dari
5%).
Dari keempat pengecoh/distraktor pada butir item no.2, tiga diantaranya

dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sementara distraktor E tidak berfungsi


sebagai pengecoh.
Tabel 8.5 di atas dapat juga digunakan untuk mengetahui derajat kesukaran
dan daya pembeda soal. Untuk soal no.1 ada 30 peserta tes yang menjawab benar.
Ini berarti untuk angka indeks kesukarannya adala 30/50 = 0,6 dengan derajat
kesukaran cukup atau sedang, karena terletak antara 0,3 dan 0,7. Butir item no.2
dapat dijawab dengan benar oleh 25 orang peserta tes, maka indeks kesukarannya
adalah 25/50 = 0,5, artinya butir item no.2 juga memiliki derajat kesukaran
sedang. Butir item no.3 dapat dijawab dengan benar oleh 34 orang peserta tes,
maka indeks kesukarannya adalah 34/50 = 0,68, artinya butir item no.3 juga
memiliki derajat kesukaran sedang. Sedangkan butir item no.4 dapat dijawab
denan benar oleh 40 orang peserta tes, maka indeks kesukarannya adalah 40/50 =
0,8, artinya butir item no.4 memiliki derajat kesukaran mudah.
Daya pembeda butir soal dapat ditentukan sebagai berikut.
1. Butir item no.1: jumlah peserta tes adalah 50 maka jumlah peserta tes
kelompok atas adalah 25 orang dan peserta tes kelompok bawah juga 25

orang. PA = 20/25 = 0,8 , PB = 10/25 = 0,4. Jadi daya pembeda butir item no.1
adalah D = PA-PB = 0,8 0,4 = 0,4 ( pada kategori baik atau good ).
2. Butir item no.2 dapat dijawab benar oleh 13 peserta tes kelompok atas dan 12
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 13/25 = 0,52 , PB = 12/25 = 0,48. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = P A-PB = 0,52 0,48 = 0,04 artinya
butir soal item no.2 memiliki daya pembeda jelek.
3. Butir item no.3 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 16
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 16/25 = 0,64. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,64 = 0,08artinya
butir soal item no.3 juga memiliki daya pembeda jelek.
4. Butir item no.4 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 22
peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 22/25 = 0,88. Jadi
daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,88 = -0,16 artinya
butir soal item no.2 memiliki daya pembeda sangat jelek.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat butir item di atas
maka:.item no.1 dapat dipakai karena memiliki indeks kesukaran sedang dan
daya pembeda baik. Item no.2 dan no.3 memiliki indeks kesukaran sedang dan
daya pembeda jelek. Untuk itu perlu ditinjak lanjuti dengan menelusuri kenapa
daya bedanya jelek, ini dapat saja disebabkan oleh adanya distraktor pada butir
item no.2 dan no.3 yang tidak berfungsi, sehingga distraktor perlu diganti. Butir
no.4 memiliki indeks kesukaran mudah dan daya pembeda sangat jelek.
Sebaiknya butir item no.4 tidak digunakan lagi pada tes-tes hasil belajar
selanjutnya

E. Kesimpulan
1. Item-Item tes hasil belajar yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan
tidak terlalu mudah. Indeks kesukaran item ini berkisar dari 0,00 1,00.
2. Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan
yang berkemampuan rendah.
3. Distraktor yang berfungsi sebagai jawaban pengecoh dikatakan telah
menjalankan fungsinya jika dipilih oleh minimal 5% peserta tes.

Kepustakaan

Latisma Dj, 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang : UNP Press


Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai