Kondisi obyektif kampus yang berbeda-beda memaksa masing-masing lembaga dakwah kampus
selama ini berkembang dengan pola sendiri-sendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Di samping itu, banyaknya persoalan dakwah di dalam kampus menyebabkan LDK
juga lebih mengarahkan perhatiannya ke dalam kampusnya masing-masing, dan kurang
memberikan perhatian pada kebersaman gerak dakwah. Keadaan ini berakibat melemahnya
kekuatan gerak dakwah secara global. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu jalinan
koordinasi yang baik di antara lembaga dakwah kampus yang ada demi terciptanya kekuatan
gerak dakwah yang terpadu, kokoh, laksana satu bangunan yang saling menguatkan.
Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) merupakan salah satu bentuk
koordinasi dakwah yang berfungsi sebagai sarana bagi terciptanya gerak dakwah yang teratur,
terpadu, dan kompak, menuju ummatam wahidah. FSLDK semula bernama Sarasehan LDK,
diselenggarakan pertama kali oleh Jamaah Shalahuddin UGM pada tanggal 14 15 Ramadhan
1406 atau 24 25 Mei 1986. Forum yang pembukaannya diadakan di Gedung Pertemuan UGM
dan pertemuan lanjutannya di Pesantren Budi Mulia itu, diikuti oleh 26 peserta utusan 13 LDK
se-Jawa, yakni Jamaah Shalahuddin UGM, Jamaah Mujahidin IKIP Yogyakarta, LAI UNDIP
Semarang, UNSOED Purwokerto, UNS Solo, USAKTI Jakarta, UI Jakarta, BKI Bogor, UIKA
Bogor, Karisma Salman ITB Bandung, UNPAD Bandung, UKKI UNAIR Surabaya, BDM AlHikmah IKIP Malang.
Menyadari bahwa Sarasehan LDK dihadiri oleh LDK yang berbeda-beda proses terbentuk,
kelembagaan, kondisi lingkungan dan pola dakwah yang dikembangkannya, maka hubungan
antar LDK didasarkan semata-mata pada ikatan ukhuwah Islamiyah yang bersemangatkan
itisham bihablillah. Itulah yang selama ini terus berlangsung hingga kini.
Pertemuan pertama, yang ternyata telah lama dinantikan oleh banyak peserta itu, menelorkan
sejumlah hasil, yakni: perlunya meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara Lembaga Dakwah
Kampus, setidak-tidaknya antar fungsionaris Lembaga Dakwah Kampus. Disepakati untuk
melanjutkan komunikasi dan koordinasi antar LDK dengan pembagian wilayah : wilayah bagian
barat, dikoordinir oleh Salman ITB, wilayah bagian tengah, dikoordinir oleh Jamaah
Shalahuddin UGM, dan wilayah bagian timur, dikoordinir oleh UKKI UNAIR.
Pertemuan kedua, diadakan di Salman ITB Bandung pada tanggal 2 4 Januari 1987 dengan
peserta sedikit lebih banyak dari yang pertama. Hadir pula akhwat LDK. Ditetapkan Salman ITB
sebagai koordinator pusat LDK se-Jawa (waktu itu) dan diadakan sejumlah kegiatan bersama
seperti Dauroh Dirosah Islamiyah I di IPB pada saat Ramadhan 1407 H, Latihan Manajemen
Dakwah di Salman ITB, Bina Wanita dan Keluarga di setiap LDK dan terbitnya lembar
komunikasi antar LDK Al-Urwah.
Pertemuan ketiga, diadakan di Unair Surabaya, 13 16 September 1987. Hadir 30 LDK,
meningkat dari pertemuan sebelumnya. Untuk pertama kali digunakan istilah Forum
Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), serta logo FSLDK yang mirip huruf Allah.
Beberapa hal penting berhasil disepakati, diantaranya ditetapkannya standar internal LDK,
dicanangkannya persamaan persepsi antar LDK menuju satu langkah, dan perlunya organ yang
berasal dari utusan Pusat Komunikasi, yang belakangan disebut Panitia Pengarah (SC) yang
bertugas menyiapkan pertemuan LDK.
Pertemuan keempat, di selenggarakan di UNS Solo pada tanggal 3 6 September 1988 yang
dihadiri oleh LDK yang jumlahnya tidak berbeda dengan pertemuan LDK sebelumnya. Hadir
juga peninjau dari luar Jawa, yakni UNUD Denpasar dan UNHAS Ujung Pandang. Yang
menarik dari pertemuan itu secara gencar muncul pertanyaan mendasar dari para peserta, mau ke
mana FSLDK ini, dan untuk apa ? Kalau cuma ajang kumpul-kumpul, apa manfaatnya ? Dan
sejumlah pertanyaan lain yang pada intinya mempertanyakan keberadaan dan kelanjutan forum
ini di masa mendatang.
Mengikuti tahapan forum silaturahim di mana ada tahap Taaruf, Tafahum, dan Taawun,
agaknya ketika itu FSLDK telah melewati tahap Taaruf menuju Tafahum. Artinya, setelah saling
mengenal dalam tiga kali FSLDK, lantas muncul keinginan untuk berbuat, bergerak dan
melangkah secara jelas dan terarah. Di sinilah kemudian muncul ide untuk membuat Khittah
LDK sebagai garis atau arah perjuangan LDK. Khittah diharapkan mampu merumuskan arah,
sasaran dan tahapan langkah dakwah di kampus. Khittah diamanatkan pembuatannya oleh
peserta kepada para mantan LDK. FSLDK Solo juga menyetujui adanya pola komunikasi
(komunikasi ide dan komunikasi kelembagaan) dan komposisi SC yang terdiri dari utusan
Puskompus, Puskomwil, LDK tuan rumah dan Koordinator Mantan Pusat.
Mantan LDK, istilah yang digunakan untuk menyebut alumni LDK yang pernah aktif dalam
FSLDK, memang muncul pertama kali dalam forum ini. Tepatnya dalam forum SC yang
diselenggarakan di Yogyakarta (di sekretariat Jamaah Shalahuddin UGM) tanggal 3 5 Juni
1988. Pada masa itu memang telah mulai banyak alumni LDK, mantan pengurus dan aktivis
yang telah lulus. Pertemuan di Yogyakarta memandang perlu adanya penanganan secara khusus
para alumni itu, demi keberlangsungan dakwah. Kesepakatan dalam forum ini tentang Mantan
lantas dibawa dalam FSLDK. Jadilah Mantan resmi masuk dalam FSLDK dengan format Komisi
Mantan. Di samping itu bersamaan dengan FSLDK diselenggarakan juga Forum Silaturrahim
Mantan LDK yang pertama.
(Rancangan) Khittah LDK, sesuai amanah FSLDK Solo, dibahas dalam Forum Silaturahim
Mantan LDK kedua yang diselenggarakan di kota yang sama di akhir bulan Desember 1988.
Oleh tim perancang, khittah dipandang perlu untuk dipahami dengan mafahim sebagai kumpulan
pemahaman terhadap hal-hal yang pokok (aqidah, syariah, dan dakwah) dalam Islam. Sebab
tanpa mafahim, khittah sebagai arah gerak dakwah LDK, hanya akan menjadi rangkaian katakata yang tidak bermakna. Semua rancangan itu diterima dengan bulat oleh forum.
Pertemuan kelima, diselenggarakan di IKIP Malang pada tanggal 15 19 September 1989.
FSLDK yang berlangsung sejak tahun 1986 menginjak tahapan penting. Karena inilah FSLDK
se-Indonesia yang pertama, setelah disadari pentingnya pula mengembangkan dakwah di
kampus-kampus luar Jawa. Hadir dalam pertemuan itu utusan dari Sumatra, Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Bali. Tahapan penting lainnya adalah disepakatinya rumusan khittah LDK sebagai
garis perjuangan LDK yang berisi arah, tujuan dan sasaran dakwah di kampus. Dengan adanya
khittah ini diharapkan tercapai kesamaan pemahaman terhadap arah dakwah di kampus dan
FSLDK sebagai bagian yang tak terpisahkan dari strategi global dakwah di negeri ini,
sekaligus menjawab keraguan yang berkembang selama ini.
Pada perkembangan selanjutnya justru dengan adanya penyeragaman inilah yang akhirnya
menimbulkan konflik di tubuh FSLDK, Pada setiap pertemuan FSLDK selalu saja permasalahan
mafahim (buku pedoman kefahaman yang terdiri dari kefahaman aqidah, kefahaman dakwah,
dan kefahaman syariah) dan khittah (semacam AD/ART) menjadi permasalahan yang selalu di
perdebatkan. Yang menjadi masalah adalah karena sebagian LDK mempersoalkan mengenai
mekanisme penyusunan mafahim dan khittah yang dianggap tidak merepresentasikan aspirasi
keseluruhan LDK, serta adanya anggapan bahwa isi mafahim merupakan sebuah upaya untuk
memaksakan persepsi suatu kelompok tertentu kepada seluruh LDK di Indonesia.
Seringnya terjadi deadlock pada pembahasan-pembahasan ke-LDK-an dan permasalahanpermasalahan keumatan menjadikan timbulnya suara-suara yang menghendaki dicabutnya
mafahim dan khittah.
Puncaknya terjadi pada saat FS Wilayah ke IX di UNISBA Bandung yaitu pada tahun 1995. Pada
saat itu perdebatan mengenai pro dan kontra terhadap pencabutan Mafahim dan Khittah
mencapai puncaknya, suasana sidang hampir tak bisa dikendalikan. Sampai-sampai utusan dari
ITS, Sdr. Imam Mahdi Biasa (Ka Humas) menggebrak meja karena sedih melihat perkembangan
forum. Dalam situasi yang tidak terkendali itulah akhirnya dikumpulkan tokoh-tokoh tua LDK
(dari ITS adalah Sdr. M. Athok) untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya dengan lobi
yang panjang dan melelahkan, dan dengan menyadari bahwa penyeragaman terhadap mafahim
dan khittah sulit dipertahankan akhirnya pada pertemuan itu diambillah keputusan bahwa
Mafahim dan Khittah dihapuskan. Dan keputusan inilah yang sering disebut sebagai Piagam
FSLDK sebagai pusat informasi dan komunikasi melalui mekanisme penginformasian profil
LDK, kemudian pembuatan homepage sebagai sarana publikasi dan informasi seputar FSLDK
dan pembuatan mailing list sebagai sarana komunikasi antar LDK se-Indonesia.
1.2 Koordinasi dan konsolidasi
Puskomnas, Puskomwil, dan Puskomda memiliki amanah untuk memfasilitasi koordinasi dan
konsolidasi LDK-LDK dibawah kordinasinya. Hal itu dapat dilakukan melalui rekomendasirekomendasi agenda pada skalanya masing-masing, seperti mengadakan Training Dakwah
Kampus, Training HTML dan Training Jurnalistik.
1.3 Peningkatan kualitas LDK
FSLDK yang sudah terbangun sekian lama harus mengalami peningkatan baik secara vertikal
maupun horizontal. Secara horizontal diindikasikan dengan bertambahnya jumlah LDK yang
tumbuh di berbagai kampus di Indonesia. Sedangkan secara vertikal dicirikan dengan
peningkatan kualitas LDK dengan indikasi konsep Dakwah Kampus yang baik , kader yang
militan, dan jaringan yang solid sehingga hasil dakwah membekas pada obyek dakwah kampus.
1.4 Peningkatan peran LDK
LDK sebagai khadimul ummah (pelayan ummat) selayaknya memberikan kontribusi yang
signifikan bagi masyarakat sekitarnya. LDK dapat mengambil peran yang berarti tanpa harus
mengeliminir dakwah lembaga lain melalui agenda khas kampus, seperti dakwah profesi (sesuai
keahlian kampus masing-masing).
2. Membentuk Badan Pekerja Puskomnas
1.5 Gamais ITB
1.6 Salam UI
1.7 LDK UNILA
1.8 LDK IKIP Jakarta
1.9 UKM ROHIS UNDIP
1.10 Jamaah Shalahuddin UGM
1.11 JMMI ITS
1.12 LDK UMM
Target Gamais ITB sebagai Puskomnas periode 1998-2000 adalah :
No
Kegiatan
1999
2000
BP
Februari
ITB, UMM
Maret
ITB, UMM
Juli
4 Pelatihan politik
Juli
Februari
Juli
6 FSLDK Nasional XI
ITS, UMM
UGM, UNDIP
Juli
UI
Dalam pelaksanaannya program yang disusun oleh BP Puskomnas mengelami banyak hambatan.
Beberapa hal yang berhasil dilakukan adalah : pengaktifan milis dan homepage FSLDK.
Homepage ada di www.isnet.itb.ac.id/fsldk sedangkan di milisnya beralamat fsldkl@isnet.itb.ac.id. Beberapa hal yang terkait dengan koordinasi, tukar informasi, dan sebagainya
sudah dapat dilakukan antar LDK melalui milis ini. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya
LDK yang belum merasa perlu berdiskusi dan bertukar informasi mengenai mailinglist ini, serta
adanya biaya berinternet yang cukup mahal menjadikan milis menjadi hal yang kurang disukai
oleh banyak LDK.
Selanjutnya dalam hal kaderisasi telah dilaksanakan Lokakarya Kader Dakwah Kampus se-Jawa
di Bandung. Dalam lokakarya itu diseminarkan dan dibahas tema-tema berupa Pesantren Kilat
Mahasiswa, Konsep Kaderisasi LDK dan konsep dakwah kampus. Hal yang perlu dicatat bahwa
dalam acara ini BP Puskomnas sangat menghindari istilah penyeragaman. Yang ada di sini adalah
saling bertukarfikiran tentang alternatif-alternatif metode yang dimiliki masing-masing LDK.
Berhubung ada momentum yang cukup tepat untuk penyikapan terhadap sosial keumatan, maka
sesaat setelah pelaksanaan lokakarya tersebut, LDK peserta lokakarya menghadap DPR RI untuk
menanyakan hubungan Indonesia dengan Israel yang akan dibuka pemerintah.
Sesuai dengan rekomendasi rapat BP Puskomnas di ITS, dan sesuai dengan rapat antar tokoh
LDK di Gamais ITB pascalokakarya, maka dibentuklah SC FS Nasional UI dengan keanggotaan
adalah BP Puskomnas ditambah IKIP Malang, dan UKKI UNHAS.
Pertemuan SC pertama diadakan di UMM Malang pada tanggal 5-6 Februari 1999 dengan isu
utama pergantian dari forum ke organisasi. Akan tetapi karena bentuk forum lebih aman dalam
konteks keberagaman, maka akhirnya dipilihlah bentuk forum. Dalam pertemuan itu pula
ditentukan tanggal pelaksanaan FS LDK Nasional ke-11 yaitu awal Juni 2000 dan disetujuinya
tema tentang Satukan Tekad Dalam Kebersamaan Menuju Kebangkitan Islam.
Pertemuan SC kedua dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 27 Februari 2000 di Wisma PLN
Semarang dengan Rohis UNDIP sebagai panitia tuanrumah. Agenda yang menjadi pembahasan
adalah draft acara (mulai dari sub tema, materi, dan pembahasannya), tugas-tugas SC
(pembagian komisi), dan pola komunikasi (antar LDK, antar Puskom LDK, Jaringan muslimah),
dan manfaat FS LDK. Pada pertemuan tersebut dihasilkan tema-tema seminar dalam FSLDK XI
di UI.
FSLDK XI dilaksanakan tanggal 20-24 Juli 2000 di Kampus UI Depok. Beberapa hasil penting
dari FSLDK XI dengan tiga tema besarnya yaitu Isu-isu nasional, ke-LDK-an, dan Pola
Komunikasi adalah:
1. ISU-ISU NASIONAL
Mendesak pemerintah untuk melarang pornografi, free sex, perjudian, miras, dan narkoba
Menjaga integritas bangsa dan mendorong semua pihak untuk tetap menjaga keutuhan
bangsa
Menyerukan kepada semua pihak, khususnya pemerintah agar waspada terhadap gerakan
kristenisasi dan berusaha membendungnya
2. POLA KOMUNIKASI
Komunikasi antar LDK dilakukan melalui FSLDK dan Puskom (Pusat Komunikasi) LDK
sebagai sarana komunikasi yang ada di tingkat pusat (Puskomnas) dan di tingkat daerah
(Puskomda). FSLDK XI telah menetapkan JMMI ITS sebagai Puskomnas FSLDK 20002002 dan Tuan rumah FS LDK Nasional XII 2002 di Universitas Andalas Padang
Sumatra barat
3. KE-LDK-AN
Mengusahakan pendirian tempat ibadah (masjid) dan pendirian LDK di tiap-tiap kampus
FSLDK XII dilaksanakan tanggal 25-29 Juli 2002 di Universitas Andalas, Padang. Pada
pertemuan kali ini FLSDK sepakat dalam 2 hal pembentukan yaitu :
untuk
Selanjutnya, FSLDK XIII dilaksanakan pada tanggal 19-25 Juli 2005 di Universitas
Mulawarman, Samarinda. Beberapa point penting yang dihasilkan dalam pertemuan ini, yaitu
sebagai berikut :
1. Merekomendasikan pembentukan Jamaat dan PKSIM di Daerah.
2. Wacana tentang Dakwah Kampus berbasis Kompetensi (DKBK),
3. Penggunaan buku SPMN (Standardisasi Pengelolaan Manajerial Nasional) sebagai salah
satu acuan dalam pendampingan LDK.
Pada Pertemuan FSLDK XIII ini juga mulai memasifkan pendampingan ke Indonesia Timur,
yang terbagi atas 2 yaitu :