ISSN 1858-4330
ABSTRAK
Intensitas cahaya dan suhu yang rendah pada ketinggian 500 mdpl dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok,
perlakuan terdiri dari 5 (lima) varietas yakni: a) Willis, b) Orba, c) Tampomas, d) Meratus
dan e) Malabar yang diulang 5 (lima) kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
komponen pengukuran yang diamati dari semua varietas menunjukkan hasil yang lebih
baik adalah varietas Orba dan Willis. Kedua varietas memperlihatkan pertumbuhan
vegetatif tertinggi, jumlah cabang terbanyak, umur panen cenderung sama dengan
deskripsinya dan persentase polong berisi lebih banyak serta tingkat produktivitasnya lebih
tinggi dibandingkan dengan varietas Tampomas, Meratus dan Malabar. Dengan demikian,
varietas Orba dan Wilis dapat beradaptasi baik dan berdaya hasil tinggi di Kelurahan
Alehanuae, Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai.
Kata kunci: Varietas kedelai, intensitas surya dan suhu
ABSTRACT
The low temperature and sun intensity at 500 m from sea level altitude can influence the
soybean production and growth. The research was arranged in Randomized block design,
The treatment consist of 5 (five) variety i.e.: a) Willis, b) Orba, c) Tampomas, d) Meratus
and e) Malabar, and repeated 5 (five) times, respectively. The result of research showed
that the all measures component are control out of all variety that indicated best product
than Orba and Willis. Both of them variety showed the highest vegetative expansion, most
amount branchs, the harvest age tended the same with description and percentage of the
pea have been more volume and also the high productivity level more than the Tampomas,
Meratus and Malabar variety, respectively. Thus, Orba and Wilis variety can well adapted
and have high outcome on Alehanuae-North Sinjai Subdistrict of Sinjai Regency.
Keywords: Soybean variety, temperature and sun intensity.
PENDAHULUAN
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sudah
mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru 0,71 juta ton dan
kekurangannya diimpor. Hanya sekitar
35% dari total kebutuhan yang dapat di-
38
penuhi dari produksi dalam negeri. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terusmenerus, mengingat potensi lahan cukup
luas, teknologi, dan sumberdaya lainnya
cukup tersedia (Anonim, 2005).
Sampai saat ini budidaya kedelai umumnya kebanyakan dilakukan di lahan sawah
setelah tanaman padi. Usahatani tanaman
kedelai sangat jarang dibudidayakan pada
lahan kering, hal ini disebabkan karena
risiko kekeringan sangat besar juga
produktivitasnya masih sangat rendah.
Sudaryono (2002), produktivitas kedelai
pada lahan kering di tingkat petani berkisar antara 0,7 t.ha-1 1,0 t.ha-1. Selanjutnya Sunarlin (1994) menyatakan bahwa
tingkat produksi yang relatif masih rendah
ini selain disebabkan faktor varietas juga
disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah terutama kadar C-organik, N,P dan K.
Hasil penelitian Guharja (1990) menunjukkan bahwa beberapa kultivar kedelai
mempunyai adaptasi yang luas sehingga
dapat ditanam pada ketinggian lebih kurang 1.100 m dpl, bahkan terdapat pula
kultivar yang hidup pada ketinggian kurang lebih 1.200 m dpl. Menurut Jackson
(1977), kultivar kedelai yang unggul untuk suatu daerah belum tentu unggul di
daerah lain, karena faktor perbedaan iklim, topografi dan cara tanam.
Beberapa varietas kedelai menunjukkan
respons yang terbaik pada kelengasan
tanah 15% di atas kapasitas lapang. Varietas Sinabung dan Kaba memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas Wilis dan Dieng (Savitri,
et al., 2003).
Tanaman kedelai varietas Wilis mempunyai respon positif pada lama penyinaran
selama 10 12 jam. Penyinaran yang terlalu pendek atau terlalu panjang akan
berdampak pada penurunan produksi
(Ariffin, 2008). Tanaman Kedelai tergolong jenis tanaman yang butuh penyinaran
yang tidak terlalu panjang, terutama pada
saat tanaman kedelai memasuki fase
inisiasi bunga (Zhang et al., 2001). Cahaya yang diterima oleh tanaman berpengaruh terhadap fitokrom. Menurut Wang
et al. (1998) fitokrom ialah pigmen yang
berperan untuk menyerap cahaya. Pada
ISSN 1858-4330
39
Persiapan pelaksanaan meliputi pengolahan tanah dengan membajak kemudian digaru, lalu diratakan dan disisir. Penanaman dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm.
Pemupukan dasar dengan dosis urea 50
k.ha-1, SP-36 100 k.ha-1, pemupukan susulan umur 21 HST: urea 25 k.ha-1 dan
KCl 75 k.ha-1. Komponen pengamatan: 1)
Tinggi tanaman saat berbunga 10%, 90%
dan saat panen (cm); 2) Jumlah cabang
produktif (buah); 3) Umur tanaman saat
berbunga 10%, 90% (hari); 4) Umur
panen (hari); 5) Persentase polong berisi
(%); 6) Bobot 1.000 biji kering (g); 7)
Hasil biji kering (k. petak-1 dan t.ha).
ISSN 1858-4330
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dari adaptasi pertumbuhan dan produksi varietas
kedelai pada areal ketinggian
Rata rata tinggi tanaman (cm)
10 % Berbunga
90 % Berbunga
Saat Panen
v1
37,33a
44,27a
63,17a
v2
36,90a
42,73a
63,61a
v3
34,34a
38,96a
56,54b
v4
24,57b
28,27b
43,83c
v5
26,12b
29,49b
43,13c
NPBNJ
4,89
5,55
3,46
Keterangan: Angka ratarata yang diikuti huruf yang sama (a, b, dan c) berarti berbeda
nyata pada taraf 0,05
Perlakuan
ISSN 1858-4330
bar (v5), tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Wilis (v1).
Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang produktif dari adaptasi pertumbuhan dan produksi
varietas kedelai pada areal ketinggian
Perlakuan
Jumlah Cabang Produktif
NPBNJ0,05
v2
4,10a
v1
3,65a
v5
2,71b
0,66
v3
2,70b
v4
2,59b
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama (a, b, dan c) berarti
berbeda nyata pada taraf 0.05
Tabel 4 . Rata-rata umur keluar bunga 10 % dan 90 % dari adaptasi pertumbuhan dan
produksi varietas kedelai pada areal ketinggian
Perlakuan
10 %
v1
39,8a
v2
37,8a
v3
34,8c
v4
32,4d
v5
32,4d
NPBNJ
0,92
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama (a,
berbeda nyata pada taraf uji 0,05.
90 %
44,6a
42,8b
39,6c
37,8d
38,4d
0,73
b, dan c) berarti
ISSN 1858-4330
Tabel 6 . Rata-rata umur tanaman saat panen dari adaptasi pertumbuhan dan produksi
varietas kedelai pada areal ketinggian
Perlakuan
Rata-rata (hari)
NPBNJ0,05
v1
92,6a
v2
92,6a
v3
90,4b
0,73
v5
81,6c
v4
79,6d
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama (a, b, dan c) berarti
berbeda nyata pada taraf uji 0,05.
Tabel 7. Rata-rata persentase polong berisi (%) dari adaptasi pertumbuhan dan produksi
varietas kedelai pada areal ketinggian
Perlakuan
Rata-rata (%)
NPBNJ0,05
v2
93,12a
v5
92,88b
v3
92,86b
0,13
v1
92,86b
v4
92,85b
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama (a, b, dan c) berarti
berbeda nyata pada taraf uji 0,05
Suhu yang terlalu tinggi berpengaruh buruk terhadap perkembangan polong dan
biji. Kedelai yang tumbuh dengan suhu
42
ISSN 1858-4330
disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata bobot 1.000 biji
pada kadar air 12% terberat diperoleh
pada varietas Meratus (v4) dan nyata
lebih berat dari varietas Tampomas (v3).
Orba (v2) dan Wilis (v1). Tetapi varietas
Meratus (v4) tiadak berbeda nyata dengan
varietas Malabar (v5).
Tabel 8 Rata-rata bobot 1.000 biji kering (g) pada kadar air 12% dari adaptasi
pertumbuhan dan produksi varietas kedelai pada areal ketinggian
Perlakuan
Rata-rata (g)
NPBNJ0,05
v4
132,99 a
v5
131,69 ab
v3
129,76 bc
2,84
v2
127,40 c
v1
119,92 d
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama (a, b, dan c) berarti
berbeda nyata pada Taraf uji 0,05 .
Apabila intensitas surya hanya 40% diberikan mulai awal pengisian polong,
maka jumlah polong dan hasil biji lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman
tanpa naungan. Hal ini disebabkan dengan
turunnya kadar karbohidrat daun yang
disebabkan oleh turunnya proses fotosintesa (Ogren dan Rinne, 1973).
Hasil Biji Kering pada Kadar Air 12%
Hasil pengamatan biji kering pada kadar
air 12 % menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh sangat nyata.
Hasil rata-rata biji kering dan uji BNJ
0,05 % disajikan pada Tabel 9. Tabel 9
menunjukkan bahwa rata-rata hasil biji
kering tertinggi diperoleh pada varietas
Orba (v2) dan nyata lebih tinggi dari
varietas Tampomas (v3), Meratus (v4)
dan Malabar (v5), tetapi tidak berbeda
nyata dengan varietas Wilis (v1).
Tanaman kedelai akan tumbuh baik pada
ketinggian 1.500 mdpl (Kassam, 1978).
Hasil kedelai pada ketinggian 0 500
ISSN 1858-4330
Tabel 9. Rata-rata hasil biji kering pada kadar air 12 % dari adaptasi pertumbuhan dan
produksi varietas kedelai pada areal ketinggian
Rata-rata Hasil Biji Kering
(kg.petak-1)
(t.ha-1)
v2
2,078 a
2,950 a
v1
1,826 ab
2,577 ab
v3
1,664 b
2,264 b
v5
0,918 b
1,304 b
v4
0,856 b
1,217 b
NPBNJ
0,93
0,60
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama (a dan b) berarti berbeda
nyata pada taraf uji 0,05
Perlakuan
KESIMPULAN
Kedelai varietas Orba dan Wilis memperlihatkan pertumbuhan vegetatif tertinggi,
jumlah cabang terbanyak, umur panen
cenderung sama dengan diskripsinya dan
persentase polong berisi lebih banyak serta tingkat produktifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Tampomas,
Meratus dan Malabar. Varietas Orba dan
Wilis dapat beradaptasi baik dan berdaya
hasil tinggi pada areal ketinggian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agibisnis Kedelai.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Ariffin, 2001. Teknik pengelolaan pencahayaan buatan pada tanaman hias.
ISSN 1858-4330
45
46
ISSN 1858-4330