Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
1. Agustin Rahayu Purnamasari, S.Kep
2. Nor Afifah Alfiana, S.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
SUMBATAN JALAN NAFAS DENGAN CARDIAC ARREST
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ulin Banjarmasin
Oleh :
1. Agustin Rahayu Purnamasari, S.Kep
2. Nor Afifah Alfiana, S.Kep
Banjarmasin,
April 2015
Mengetahui
Pembimbing Akademik
A. DEFINISI
Pembimbing Lahan
2. Etiologi sekunder
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban
kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan
terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
Beberapa sebab dapat menyebabkan ritme denyut jantung menjadi tidak
normal, dan keadaan ini sering disebut aritmia. Selama aritmia, jantung dapat
berdenyut terlalu cepat atau terlalu lambat atau berhenti berdenyut. Empat macam
ritme yang dapat menyebabkan pulseless cardiac arrest yaitu Ventricular
Fibrillation (VF), Rapid Ventricular Tachycardia (VT), Pulseless Electrical
Activity (PEA) dan asistol (American Heart Association (AHA), 2005). Kematian
akibat henti jantung paling banyak disebabkan oleh ventricular fibrilasi dimana
terjadi pola eksitasi quasi periodik pada ventrikel dan menyebabkan jantung
kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup
jantung (cardiac output) akan mengalami penurunan sehingga tidak bisa
mencukupi kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk
miokardium jantung (Mariil dan Kazii, 2008).
Gambar 1. EKG
ventricular fibrilasi
Ventrikular takikardia (VT)
adalah takidisritmia yang
disebabkan oleh kontraksi
ventrikel simana jantung
berdenyut > 120 denyut/menit dengan GRS kompleks yang memanjang.VT dapat
monomorfik (ditemukan QRS kompleks tunggal) atau polimorfik (ritme irregular
dengan QRS yang bervariasi baik amplitudo dan bentuknya) (deSouza dan Wart,
2009).
ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena cardiac arrest. Beberapa orang
lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat mengganggu bentuk(struktur)
jantung dan dapat meningkatkan kemungkinan terkena SCA.
4. Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat
menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat
mengganggu impuls listrik. Perubahan-perubahan ini meliputi pembesaran
jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung kronik. Infeksi dari
jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari jantung.
5. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain,
digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan adanya
materi yang ditemukan pada pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh dari
keluarga atau teman pasien, memeriksa medical record untuk memastikan tidak
adanya interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan darah pada laboratorium
toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.
6. Tamponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga
tidak
mampu
untuk
berdetak,
mencegah
sirkulasi
berjalan
sehingga
mengakibatkan kematian.
7. Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara
akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam
paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini
terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava
superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
E. PENATALAKSANAAN
Pertolongan pada pasien yang menagalami cardiac arrest adalah dengan
RJP (Resusitasi Jantung Paru), yaitu suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk
mengembalikan keadaan henti nafas/ henti jantung atau (yang dikenal dengan
istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.
RJP dapat diklasifikasikan menjadi 2 komponen utama yaitu :
1. Bantuan Hidup Dasar.
Adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap
terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alatalat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan
henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi
dan ventilasi. Tujuan dari Usaha bantuan hidup dasar ini adalah dengan
cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan
bahwa resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan "henti
jantung" yang disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan
oleh orang yang berada di sekitar korban.
2. Bantuan Hidup Lanjut / BHL.
Yang dimaksud dengan bantuan hidup lanjut adalah usaha yang dilakukan
setelah dilakukan usaha bantuan hidup dasar dengan memberikan obatobatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit
dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu
obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seseorang
menderita infeksi saluran nafas maka akan terjadi :
1.
2.
3.
4.
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka lumen
saluran nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan terperangkapnya
udara dibagian distal sumbatan yang akan menyebabkan gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Gangguan difusi dan retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan
hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja pernafasan yang bertambah sehingga
menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis. Hipoksia dan hipercapnea akan
menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi depresi pernafasan,
bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan akirnya kematian
karena kurangnya suplai oksigen ke organ-organ vital tubuh. Hipoksemia akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pulmonal yang menyebabkan
tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan bekerja lebih berat, beban
jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal jantung.
Henti nafas dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh
akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan
lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan
memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2,
kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang
dikenal sebagai henti nafas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka
oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas. Umumnya,
walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung masih dapat
berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung, dilatasi pupil
kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran
darah ke otak terhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik.
Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan sudah terjadi 50 %
kerusakan otak irreversibel.
Resusitasi Jantung Paru ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal
total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal.
Penyebab henti nafas bisa dikarenakan oleh :
1. Sumbatan jalan nafas oleh karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang
jatuh ke belakang, pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan
akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan).
Pathway
Sumbatan Jalan Nafas
O2 berkurang
G. APLIKASI RJP
2. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah
jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan
menyebabkan kematian atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia
lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung.
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau
takikardi tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%)
dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik (+5%). Dua jenis henti jantung yang
terakhir lebih sulit ditanggulangi karena akibat gangguan pacemaker jantung.
Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi aktivitas jantung menghilang.
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis femoralis,
radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau
satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan
pasien tidak sadar. Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar
hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih
3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap,
walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.