Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem uropoetika atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Aves seperti juga dengan reptil dalam urinari tetapi terdapat hal yang berbeda, yaitu
didalam kelas aves tidak memiliki vesica urinaria, ureters dan vasa deferentia langsung menju
ke cloaca. Pada spesies mamalia yang memiliki bentuk ginjal yang sangat khas menyerupai
kacang merah dan dalam ginjal memiliki lobus-lobus, dan terkadang sama seperti
kebanyakan hewan dewas lainya seperti kerbau, beruang, anjing laut dan paus. Lobulasi
terjadi banyak atau bahkan lebih yang terdapat dalam ginjal, dan membuat bagian seperti
piramid, bahkan dibeberapa sepesies hewan bergabung dan berakhir pada bagian apikal
menjadi sebuah papila. Hal ini terjadi di banyak monyet, karnivora dan tikus (Gegenbaur,
1981).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah organ penyusun sistem uropoetika pada Aves ?
2. Bagaimana mekanisme sistem uropoetika pada Aves ?
3. Apa sajakah kelainan pada sistem uropoetika Aves ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetehui organ penyusun sistem uropoetika pada Aves
2. Untuk mengetahui mekanisme sistem uropoetika pada Aves
3. Untuk mengetahui kelainan pada sistem uropoetika Aves
1.4 Manfaat Penulisan
1.Untuk Mengetehui organ penyusun sistem uropoetika pada Aves
2. Untuk mengetahui mekanisme sistem uropoetika pada Aves
3.Untuk mengetahui kelainan pada sistem uropoetika Aves

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal),
sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang,
karena memounyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada
aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. (Pada fosil Pterodactyla = reptilia
dan Chiroptera = mammalia terbang, sayap berasal dari elemen-elemen tubuh distal). Kaki
pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak meilputi tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat
tanduk. Aves tidak bergigi. Mata besar. Kondil oksipetal tunggal (Djarubito, 1989: h. 218).
Menurut (Jasin, 1984: h. 74-75) aves memiliki ciri-ciri umum diantaranya adalah:
Tubuh terbungkus oleh bulu, Mempunyai dua pasang anggota (extremitas), anggota anterior
(sepasang) mengalami modifikasi sebagai sayap, sedang sepasang anggota posterior
disesuaikan untuk hinggap dan berenang (web) masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar
terbungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik.
Aves mempunyai beberapa mekanisme yang mengatur pertukaran panas dengan
lingkungan. Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas dan bisa juga
mempengaruhi suhu regional di dalam tubuhnya. Kekuatan atau daya insulasi lapisan bulu
atau rambut tergantung pada berapa banyak udara diam yang terjerat dalam lapisan tersebut.
Dengan demikian, sebagian besar mamalia dan burung darat bereaksi terhadap keadaan
dingin dengan menegakkan bulu (Campbell, 2004: h. 105).
Hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas termodifikasi dalam beberapa
hal untuk meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur
internal yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan. Adaptasi

lain yang mengurangi berat burung adalah tidak adanya beberapa organ. Burung betina,
misalnya memiliki satu ovarium. Selain itu, burung modern juga tidak bergigi, suatu adaptasi
yang mengurangi bobot kepala(Campbell, 2004: h. 260).
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan yang
efisien. Yang paling utama di antara semua ini adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu
memungkinkan burung terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok dan
berlimpah, mungkn saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu mereka
meloloskan diri dari pemangsa (Kimball, 2009: h. 939).
Pada pengamatan morfologi aves bagian tubuhnya dibungkus oleh kulit yang seolaholah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan
dermis menjadi bentuk ringan fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh yang resistan. Pada
mulanya bulu sebagai pipil epidermil yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Tubuh
dibedakan atas caput (kepala), cerviks (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan
cauda (ekor). Sepasang ektremitas anterior merupakan sayap (alae) yang terlipat seperti huruf
Z pada waktu tidak terbang. Ekstrimitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang
bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Plumulae adalah jenis bulu yang memiliki bentuk
sama seperti filoplumae. Pada pengamatan bulu jenis Plumula terdapat batang bulu yang
menjadi tempat melekatnya bulu. Umbilikus superior adalah lubang berkas pembuluh darah
dan saraf yang terletak pada pertemuan kalamus dengan bagian bendera di permukaan ventral
bulu. Kalamus adalah bagian dari tangkai yang kosong Umbilikus inferior merupakan lubang
kecil yang terletak pada ujung proksimal dari kalamus. Sedangkan bendera merupakan bagian
distal yang melebar. Plumae adalah bulu sempurna. Pada pengamatan bulu jenis Plumae
terdapat rami, radi, benang bulu dan kalamus. Rami adalah percabangan bagian kiri dan
kanan pada rakhi. Radi adalah anak cabang dari rami. Kalamus adalah bagian dari tangkai
yang kosong. Sedangkan benang bulu adalah bagian bulu yang melekat pada batang bulu.
Filoplumae adalah jenis bulu yang memiliki kesamaan dengan Plumulae. Pada pengamatan
Filoplumae terdapat bendera merupakan bagian distal yang melebar. bulu yang menjadi
tempat melekatnya bulu. Umbilikus superior adalah lubang berkas pembuluh darah dan saraf
yang terletak pada pertemuan kalamus dengan bagian bendera di permukaan ventral bulu.
Kalamus adalah bagian dari tangkai yang kosong Umbilikus inferior merupakan lubang kecil
yang terletak pada ujung proksimal dari kalamus. Bagian anatomi aves terdiri atas, esofagus,
testis, usus, intestinum, kloaka, empedu, jantung, dan hati dapat ditemukan pada bagian
ventral saat pembedahan. Paru-paru sebagai organ respirasi dan organ pencernaan begitupun

jantungnya sebagai organ dari sistem sirkulasi merupakan bagian yang terlihat jelas pada saat
pembedahan. Adapun organ dari sistem ekskresinya seperti ginjal, kantung kemih, dan
urether. Begitupun dengan organ reproduksinya seperti testis dan urether tidak begitu jelas
terlihat karena berada pada bagian punggung ayam serta ditutupi oleh bagian dari sistem
pencernaannya. Pada pengamatan sistem respirasi terdapat trakea, bronkus, dan paru-paru.
Saluran trakea melanjut sebagai 2 bonki pada siring. Fase aktif respirasi disebut ekspirasi dan
fase pasif adalah inhalasi. Pada ayam tidak terdapat siring dan pundi-pundi udara sebagai alat
bantu pernapasannya. Organ dari sistem pencernaan ayam terdiri atas rongga mulut, di
dalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Selanjutnya
pharynx yang pendek , lalu oesophagus yang panjang serta crop. Lalu menuju proventriculus
(lambung kelenjar) dan ventriculus. Proventriculus menghasilkan cairan lambung berupa
asam. Sedang lambung berdinding tebal dan di dalamnya sering terdapat batu kerikil yang
berfungsi membantu penggilingan bahan makanan dari lambung, lanjut ke intestinum yang
terbagi atas bagian halus dan bagian akhir adalah reectum dan berakhir di kloaka. Pada
ntestinum terdapat dua caecum atau saluran buntu. Hepar berwarna merah coklat dengan
beberapa lobi. Vesica felea berfungsi menampung billus (empedu). Glandulae pancreaticus,
salurannya bermuara pada duodenum. Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang agak
lonjong, berwarna kuning, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung.
Dari masing-masing testis terjulur saluran vas deferensia sejajar dengan ureter yang berasal
dari ren. Di dalam kloaka terdapat penis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke kloaka
betina. Jantung (Cor) berbentuk kerucut, diliputi oleh pembungkus pericardium dan terdiri
atas empat ruangan, yaitu atrium sinistrum dan atrium dextrum yang terpisahkan oleh septum
atrium. Ventriculum sinistrum dan ventriculum dextrum terpisah oleh septum ventriculum.
Tidak memiliki sinus venosus. Lengkung arteri tunggal terletak di sebelah kanan. Vena cava,
pembuluh balik yang masuk ke atrium kanan. Alat ekskresi berupa ren (ginjal) yang relatif
besar berwarna merah coklat, tertutup oleh peritonium (retroperitonial) tiap-tiap ren terbagi
atas empat lobi. Dari bagian ren sebelah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda
dan berakhir di cloaca. Darah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtrasi. Zatzat yang tidak berguna dalam darah terutama secara ureum akan dibuang secara filtrasi.
Sistem urinaria ini terdiri-dari sepasang ginjal yang terletak pada dinding posterior
abdomen, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di
belakang peritoneum, dan karena itu di luar rongga peritonium, (ren, kitney) dengan saluran
keluar urine berupaureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung

kemih(urinary bladder, vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang


kemaluan (pubic bone). Urine selanjutnya dialirkan keluar melalui sebuah urethra (Pearce,
2010).
Sistem perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih dan
uretra. Sistem ini berperan memlihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi
filtrasi, absorpsi aktif, arbsorpsi pasif, dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang
mengeluarkan berbagai produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di ginjal mengalir
melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu, dan
kemudian dikeluarkan melalui uretra. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuatan hormon renin, yaitu suatu zat yang
berpartisipasi dalam pengaturan tekanan darah (Carneiro, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Organ Penyusun Sistem Uropoetika Aves

Anda mungkin juga menyukai