m. Spatula
n. Statif
o. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Larutan HCl (asam klorida) pekat
c. Larutan indikator metil orange (MO)
d. Larutan indikator fenolftalein (PP)
e. Larutan sampel NaOH + Na2CO3
f. Padatan Na2B4O7.10H2O (Natrium tetraborat)
D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N dari HCl pekat
0,8 ml HCl pekat
Dimasukan dalam labu takar 100 ml
Dencerkan dengan aquades sampai batas
labu ukur 100 ml
Hasil
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2B4O7.10H2O
Larutan Na2B4O7.10H2O
25 mL larutan sampel
Dimasukkan dalam erlenmeyer
+ 2 tetes indikator PP
Hasil
24
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan Perubahan Warna
No.
1.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
2.
dilarutkan hingga 50 ml
larutan bening
Larutan yang awalnya bening, setelah
dengan aquades
+ 2 tetes Indicator MO
0,1 N
3.
+ 2 tetes indikator MO
Dititrasi
kembali
Percobaan
Hasil Pengamatan
V = 23,2 ml
V = 40,7 ml
V = 13,4 ml
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. HClpekat + H2O(l) HCl encer(aq) + H2O(l)
b. Na2B4O7.10H2O(s) + H2O(l) Na2B4O7.11H2O(aq)
c. Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) H2B4O7.10H2O(aq) + 2NaCl(aq)
d. NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
e. Na2CO3(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2CO3(aq)
f. NaHCO3(aq) + HCl(aq)
NaCl(aq) + H2CO3(aq)
2. Perhitungan
a. Pembuatan 100 mL HCl 0,1 N
Diketahui: Mr HCl
= 36,5 gr/mol
V HCl
= 100 mL
L
= 37%
K
= 1,19 gr/mL
Ditanya : V HCl pekat
Penyelesaian :
26
= 0,4 gr
= 400 mg
= 382 gr/mol
=2
= 50 mL
= 23,2 mL
Ditanya : N HCl ?
Penyelesaian :
= 0,0419 N
27
= 0,0903 N
c. Penentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel
Diketahui : Mr NaOH
= 40 gr/mol
Valensi NaOH
=1
Mr Na2CO3
= 106 gr/mol
Valensi Na2CO3
=2
N HCl
= 0,0903 N
Va
= 40,7 ml
Vb
= 13,4 ml
Ditanya : Kadar NaOH dan Na2CO3
Penyelesaian :
Kadar NaOH
Kadar NaOH =
x 100%
x 100%
=
= 43,4644 %
28
Kadar Na2CO3
Kadar Na2CO3 =
x 100%
x 100%
=
= 56,5356 %
G. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenal dengan
analisis volumetrik. Salah satu jenis titrasi yang sering digunakan ialah titrasi asam
basa. Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini,
kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya
reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
H+ + OHH2O
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dan ion hidroksida sebagai
basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa). Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu cermat mengamati perubahan pH,
khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator. Dalam
menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar
asam. Sebaliknya, jika kita menentukan sampel yang bersifta basa, kita akan
menggunakan larutan standar basa.
Pada praktikum ini bertujuan untuk dapat membuat larutan HCl 0,1 N, dapat
melakukan standarisasi larutan HCl dengan natrium tetraborat dan dapat menentukan
kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel dengan titrasi. Terdapat tiga percobaan yang
dilakukan pada praktikum kali ini.
Pertama, pembuatan larutan HCl 0,1 N. Pembuatan larutan ini dilakukan dengan
mengencerkan HCl pekat. Warna awal HCl pekat adalah bening, setelag diencerkan
tetap bening. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi
29
yang lebih rendah atau yang dalam percobaan ini sebesar 0,1 N. Berdasarkan hasil
perhitungan volume HCl pekat yang digunakan sebesar 0,8289 ml.
Kedua, standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan Na2B4O7 . 10 H2O. Proses
standarisasi dilakukan untuk mengetahui normalitas atau konsentrasi HCl dengan pasti.
Pertama-tama padatan natrium tetraborat (Na2B4O7 . 10 H2O) dilarutkan dan diencerkan
dengan aquades. Warna padatan natrium tetraborat adalah puti, setelah dilarutkan dan
diencerkan didapatkan warna larutan bening. Selanjutnya ditambahkan indikator MO
(metil orange) dengan trayek pH antara 3,1-4,4 (asam). Penggunaan indikator MO
dikarenakan pada saat standarisasi larutan HCl dengan borat, larutan HCl termasuk
asam kuat, sedangkan larutan borat adalah garam dari basa lemah, maka pH saat titik
ekivalen yang terjadi bersifat asam. Penambahan indikator digunakan untuk
memperoleh titik akhir titrasi asam-basa. Warna larutan setelah ditambahkan indikator
menjadi orange bening. Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N. Setelah
dititrasi warna larutan menjadi agak pekat. Volume titrasi yang digunakan sebanyak
23,2 ml. Berdasarkan hasil perhitungan didapat N HCl sebesar 0,0903 N. Penggunaan
natrium tetraborat pada percobaan ini dikarenakan memiliki berat ekivalen yang tinggi,
tidak higroskopis dan memiliki kemurnian yang tinggi. Dan juga merupakan garam
yang terbentuk dari proses disosiaso antara larutan NaOH yang merupakan basa kuat
dengan larutan H2B4O7 yang merupakan asam lemah.
Ketiga, penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam sampel. Dilakukan dua kali
dengan menggunakan indikator yang berbeda. Larutan sampel (NaOH+Na2CO3)
memiliki warna awal bening, kemudian ditambahkan dengan indikator pp, sehingga
larutan menjadi pink bening. Indikator pp memiliki trayek pH 8,0-9,6 yang digunakan
untuk mengidentifikasi titik akhir titrasi larutan basa. Setelah itu, larutan dititrasi
dengan HCl, warna larutan menjadi memudar dan hampir bening. Volume titrasi yang
digunakan sebanyak 40,7 ml. Kemudian larutan ditambahkan dengan indikator MO
yang digunakan untuk mengidentifikasi titik akhir titrasi dari larutan asam. Setelah
ditambahkan indikator MO warna larutan menjadi orange bening. Selanjutnya larutan
dititrasi dengan HCl kembali, warna larutan berubah menjadi lebih pekat. Volume titrasi
yang digunakan sebanyak 13,4 ml. Berdasarkan volume titrasi yang didapatkan kita
dapat mencari kadar NaOH dan Na2CO3. Kadar NaOH yang didapat sebesar 43,4644%.
Sedangkan kadar Na2CO3 sebesar 56,5356%.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
30
1.
Untuk membuat larutan HCl 0,1 N dapat dilakukan dengan mengencerkan HCl
pekat hingga menjadi 100 ml. Berdasarkan perhitungan volume HCl pekat yang
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kima Dasar : Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M. 2003. Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Lesdantina, Dina dan Istikomah. 2009. Pemurnian NaCl dengan Menggunakan Natrium
Karbonat. Semarang : Universitas Diponegoro.
Siregar, Yusraini Dian Inayati. 2009. Pembuatan Kertas Indikator Asam Basa dari
Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Sudiarta, I Wayan, dkk. 2010. Biosorpsi Kromium (VI) pada Serat Sabut Kelapa Hijau
(Cocos nucifera). Bukit Jimbaran : Universitas Udayana.
Underwood., A.L dan R.A Day JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : UI Press.
31