Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah. Pertumbuhan dan
perkembangan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi pembentukan
oklusi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan oklusi yang tidak baik. Salah satunya
adalah kebiasaan.
Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital
atau posisi yang abnormal.
Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari kelainan.
Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu terdapat /
ditemukan pada enamel, dentin atau sementum.
Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua fator, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi. Sedangkan faktor
ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis, defisiensi nutrisi, stress,
kebiasaan atau kondisi lingkungan.
1.2 Batasan Topik
A. Gigi geligi
a. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan
b. Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan serta penanggulangannya
c. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan
d. Penanggulangan Kelainan
B. Oklusi
a. Definisi
b. Macam macam
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah
a. Macam macam bentuk wajah
b. Proses Perkembangan Bentuk Wajah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gigi Geligi
A. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan1
1. Tahap awal ( 6 7 minggu )
Proses utama meliputi induksi.
Lapisan ectoderm stomedeum naik ke epithelium oral dan kemudian ke
lamina dura, berbatasan ke bagian terdalam ectomesenychyne yang
dipengaruhi oleh puncak sel daraf. Kedua jaringan terpisah oleh membrane
dasar.
2. Bud stage ( 8 minggu )
Proses utama meliputi proliferasi
Pertumbuhan lamina dura menjadi kuncup menembus pertumbuhan
ectomesenchyme
3. Cap stage ( 9 10 minggu )
Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis
Organ enamel menjadi topi disekeliling masa dari papilla dan dari
ectomesenchyme

dan

dikelilingi

oleh

masa

dental,

juga

dari

ectomesenchyme. Pembentukan benih gigi.


4. Bell stage ( 12 minggu )
Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis
Diferensiasi organ enamel menjadi loncengan dengan litipecel dan dental
papila kedalam 2 tipe sel.
5. Apposisi ( variasi tiap gigi )
Proses utama meliputi induksi, proliferasi
Jaringan gigi mengeluarkan matrix dalam lapisan gigi berturut turut
6. Maturasi ( variasi tiap gigi )
1

Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J. Fehrenbach. 2006. 2 th
edition. Elsevrer. USA.

Proses utama meliputi maturasi


Jaringan gigi mineralisasi lengkap ditingkat maturasi.
B. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi serta penanggulangannya 2
Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari
kelainan.
Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu
terdapat / ditemukan pada enamel, dentin atau sementum.
Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi.
Sedangkan faktor ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis,
defisiensi nutrisi, stress, kebiasaan atau kondisi lingkungan.
Klasifikasi anomali dental
1. Jumlah dari gigi
a. Supernumerary teeth
Sinonim : hyperdontia,

distodens, mesiodens,

parateeth,

pesidens

dan

supplemental teeth.
Supernumerary teeth merupakan perkembangan tambahan terhadap jumlah /
komplemen normal. Gigi yang terbentuk bisa normal atau abnormal. Ketika ekstra
teeth memiliki morfologi yang normal disebut supplemental. Supernumerary teeth
yang terjadi antara insisor sentral maksila adalah mesiodens, yang terjadi pada
area molar adalah parateeth. Yang tumbuh pada distal M 3 dinamakan distodens
atau distomolar teeth. Supernumerary teeth yang erupsi secara ectopikal baik
secara bukal atau lingual pada lengkung rahang normal dinamakan peridens.
Etiologi :
Penyebab belum diketahui, kecenderungannya adalah familiar. Kebanyakan kasus
adalah polygenetik dan adanya mutasi gen spontan initial. Ketika anomali hanya
terbatas pada supernumerary teeth, maka merupakan inherited sebagai sifat resesif
autosomal.

Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia. Hal : 68 - 77

Gambaran klinis :
Kadang kadang pasien secara klinis tampak hilang satu atau lebih giginya.
Bagaimanapun, pemeriksaan radiografik yang tepat dapat menunjukan campuran
gigi supernumerary dengan erupsi gigi normal. Ketika supernumerary teeth
erupsi, secara klinis posisinya umumnya diluar lengkung rahang yang normal
karena adanya ruang (space).
Penanggulangan :
Penanggulangan gigi supernumerary bergantung pada banyak faktor, termasuk
efek potensialnya pada perkembangan gigi normal. Jika gigi supernumerary
erupsi, maka dapat menyebabkan malaligmen / ketidak sejajaran gigi normal. Jika
gigi tersebut tetap dalam rahang dapat menyebabkan resorpsi akar atau
mengganggu rangkaian / susunan erupsi normal. Gigi supernumerary tidak erupsi
kadang kadang berkembang menjadi kista dentigerous. Semua faktor faktor
yang

terdahulu

mempengaruhi

keputusan

untuk

menghilangkan

gigi

supernumerary atau membiarkan di bawah pengawasan.


b. Missing teeth
Sinonim : hypodontia, oligodontia dan anodontia.
Missing teeth adalah ekspresi dari perkembangan hilangya gigi mulai dari
absennya satu atau sedikit gigi ( hypodontia ) sampai absennya sejumlah gigi
( oligodontia ) sampai gagalnya semua gigi untuk berkembang ( anodontia ).
Etiologi :
Perkembangan hilangnya gigi dapat diakibatkan oleh sejumlah mekanisme
patologik. Gagalnya benih gigi untuk berkembang pada waktu yang optomal,
kurangnya space ( ruang ) yang dibutuhkan yang disebabkan oleh kesalahan
bentuk rahang dan ketidakseimbangan proporsi antara massa gigi dan ukuran
rahang.
Gambaran klinis :
Hypodontia pada gigi permanen, pertumbuhan M3, ditemukan pada 3% - 10%
populasi. Hypodontia sering ditemukan pada orang Asia dan penduduk pribumi
Amerika. Walaupun missing primary teeth relatif tidak umum, ketika satu gigi
hilang, biasanya insisor maksila. Gigi yang paling umum hilang adalah M 3 dan P2,

dan insisor sentral mandibula. Absennya bisa unilateral atau bilateral. Anak
anak yang memiliki lebih dari satu gigi yang absen dan lebih dari satu kelompok
morfologi yang terliputi ( insisor, premolar, dan molar ).
Penanggulangan :
Missing teeth, oklusi abnormal atau perubahan bentuk facial dapat menyebabkan
gangguan psikologik pasien. Jika adanya hypodontia yang ringan, perubahan yang
diasosiasikan juga ringan dan dapat di tangani dengan orthodontik. Jika kasusnya
parah maka memerlukan restorassi, implan dan prosedur prosthetik.
2. Ukuran dari gigi
Adanya korelasi positif antara ukuran gigi. Laki laki memiliki gigi primer dan
permanen yang lebih besar dari wanita. Berdasarkan variasi normal, bagaimanapun,
individu kadang memiliki perkembangan gigi yang besar atau kecil yang tidak lazim.
a. Macrodontia
Macrodontia adalah gigi yang lebih besar dari normal. Ketika ukuran gigi normal,
tetapi terjadi dalam rahang yang lebih kecil dari normal, kondisi ini merupakan
relatif makrodontia. Makrodontia jarang ada diseluruh gigi, tetapi lebih sering
meliputi sekelompok gigi, individual contra lateral teeth atau single tooth.
Etiologi :
Belum diketahui
Gambaran klinis :
Ukuran yang besar dari gigi tampak pada pemeriksaan klinis. Diasosiasikan
dangan crowding, maloklusi atau impaksi dapat terjadi.
Kebanyakan kasus makrodontia tidak memerlukan perawatan. Perawatan
orthodontik mungkin dibutuhkan pada kasus maloklusi.
b. Mikrodontia
Mikrodontia adalah gigi lebih kecil dari normal. Sama dengan makrodontia,
mikrodontia dapat meliputi semua gigi atau terbatas terhadap single tooth atau
sekelompok gigi. Relatif mikrodontia juga dapat terjadi. Pada kondisi ini gigi
berukuran normal berkembang pada individu dengan rahang yang yang besar.
Umumnya mikrodontia yang ekstrim jarang.

Gambaran klinis :
Gigi yang terlibat kecil dan mengalami perubahan morfologi. Molar mikrodontia
bisa mengalami perubahan bentuk dari 5 menjadi 4 cusp. Pada molar mandibula
dari 4 menjadi 3 cusp, pada molar maksila mikrodontia lateral insisor juga lebih
kecil dan peg shape ( berbentuk pasak ).
Penanggulangan :
Restoratif atau perawatan prosthetik dianggap dapat membuat gigi tapak lebih
normal, khususnya ketika anggapan estetik diperlukan pada gigi anterior.
3. Erupsi gigi
Transposisi
Transposisi merupakan kondisi dimana dua gigi mengalami perubahan posisi.
Gambaran klinis :
Gigi yang paling bertransposisi adalah kaninus dan premolar 1 permanen ( lebih
sering dari pada insisor lateral ). Premolar 2 sering berada di antara molar 1 dan
molar 2. transposisi dari insisor lateral dan sentral jarang. Tidak ada laporan
transposisi pada gigi primer. Transposisi dapat terjadi dengan hypodontia, gigi
supernumerary atau menetapnya gigi susu ( gigi susu tidak tanggal )
Penanggulangan :
Gigi yang bertransposisi memerlukan perubahan secara prosthetik untuk
memperbaiki fungsi dan estetik.
4. Perubahan morfologi gigi
a. Fusi
Sinonim : synodontia
Fusi dari gigi disebabkan dari kombinasi benih gigi yang berdekatan,
menyebabkan penyatuan dari gigi yang berkembang.
Etiologi :
Beberapa penulis percaya bahwa fusi disebabkan ketika dua benih gigi
berkembang terlalu dekat bersama waktu tumbuh, gigi gigi tersebut berkontak
dan berfusi sebelum kalsifikasi. Pendapat lain bahwa tekanan atau gaya fisik
dihasilkan selama perkembangan menyebabkan kontak dari tooth bud yang
berdekatan. Dasar genetik terhadap anomali mungkin autosomal dominan dengan

penurunan penetrasi. Jumlah fusi pada wanita dan pria sama, insiden lebih tinggi
pada orang Asia dan Americans.
Gambaran klinis :
Fusi biasanya menyebabkan pengurangan jumlah gigi pada lengkung rahang. Fusi
bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen, walaupun lebih sering antara gigi
gigi desidue. Ketika kaninus dan insisor lateral decidue berfusi, koresponding /
hubungan insisor lateral permanen bisa absen. Fusi sering pada gigi anterior baik
pada gigi sulung dan permanen. Fusi bisa total atau partial bergantung pada tahap
odontogenesis dan kedekatan gigi yang berkembang. Hasilnya bisa bervariasi dari
single tooth dengan ukuran yang normal sampai 2 gigi yang dekat dengan ukuran
normal. Mahkota dari gigi berfusi biasanya tampak besar dan single atau groove
incisocervical dengan kedalaman yang bervariasi atau terjadinya bifid crown.
Penanggulangan :
Penanggulangan kasus fusi bergantung pada gigi yang terlibat, derajat fusi dan
morfologi yang dihasilkan. Pada beberapa kasus keputusan paling bijak adalah
membiarkan saja gigi tersebut.
b. Concrescence
Concrescence terjadi ketika akar dari dua atau lebih pada gigi dipersatukan oleh
sementum. Concrescence bisa melibatkan gigi sulung atau gigi sekunder.
Etiologi :
Belum diketahui, tetapi beberapa pengarang mengira bahwa space restriction
selama perkembangan, trauma lokal, tekanan oklusal yang berlebihan atau infeksi
lokal setelah perkembangan memiliki peran penting. Jika kondisi terjadi selama
perkembangan disebut true concrescence, jika terjadi setelah perkembangan
disebut acquired concrescence.
Gambaran klinis :
Molar maksila gigi yang paling sering terlibat, khususnya M 3 dan gigi
supernumerary. Gigi yang terlibat bisa gagal untuk erupsi atau erupsi tetapi tidak
sempurna.

Penanggulangan :
Concrescence mempengaruhi perawatan hanya ketika diputuskan untuk
memindahkan satu atau dua gigi yang terliputi. Kondisi ini merupakan
komplicates dari ekstraksi. Dokter gigi harus memperingatkan pasien bahwa
upaya untuk memindahkan satu bisa menyebabkan pemindahan gigi lain yang
tidak dimaksudkan untuk di cabut.
C. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan3
a. Supernumerary
Terdapat variasi ukuran tetapi biasanya lebih kecil. Gigi supernumeray
dapat di interpretasi dengan erupsi yang normal. Dari radiograf menunjukkan
pertumbuhan gigi sesudah 3 4 tahun ketika gigi decidue terbentuk.
b. Missing Teeth
Missing teeth diketahui dengan mengidentifikasi dan menghitung jumlah
gigi yang ada. Bagaimanapun harus diingat bahwa perkembangan gigi dapat
bervariasi pada setiap pasien. Erupsi beberapa gigi bisa perkembangannya
terlambat / tertunda dalam beberapa tahun setelah dari waktu yang diterapkan
( khususnya mandibular second bicuspids ) dan lainnya menunjukkan
perkembangan terlambat setelah contra lateral tooth.
c. Makrodontia
Peningkatan ukuran, pada dimensi mesiodistal ( molar ) pada I1
menunjukkan pembesaran pada dimensi mesiodistal dan lingual.
d. Mikrodontia
Peg shape ( berbentuk pasak )
e. Gemination
Radiopak enamel outline ( celah ) dan invaginasi, kamar pulpa biasanya
tunggal.
f. Fusi
Biasanya disebabkan oleh berkurangya jumlah gigi dalam rahang
g. Dens in dente
Lapisan enamel lebih radiopak dari struktur gigi
3

White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4th Ed. Mosby Inc. 2000

h. Concrescense
Pemeriksaan radiografik tidak selalu membedakan antara concrescence
dan gigi yang close contact atau simply superimposed.
2.2 Oklusi
Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah.4
Angle ( 1899 ) mendefinisikan oklusi statis pada posisi inter oklusal sebagai5
hubungan sosial dari gigi molar pertama atas dan bawah tetap pada bidang sagital.
Andrew ( 1972 ) menyebutkan 6 kunci oklusi normal, yaitu dengan ciri sebagai
berikut :
1. hubungan yang tepat dari gigi gigi molar pertama tetap pada bidang sagital
2. angulasi mahkota gigi insisiv yang tepat pada bidang transpersal
3. inklinasi mahkota gigi gigi insisiv yang tapat pada bidang sagital
4. tidak ada rotasi gigi indivisual
5. kontak yang akurat dari gigi gigi individual dalam masing masing lengkung
gigi, tanpa celah maupun berjejal jejal
6. bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung
Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital atau
posisi yang abnormal.
Etiologi Maloklusi6
A. Primary etiologi sites
1. Sistem neuromuscular
Beberapa pola konstraksi meuromuskular dapat beradaptasi terhadap
ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola ketiakseimbangan
kontraksi adalah suatu bagian penting dari semua maloklusi.
2. Tulang
Maxilla dan mandibula adalah dasar dari lengkung gigi, sehingga
kesalahan morfologi dan pertumbuhannya dapat mengubah hubungan

Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S


T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed.
6
Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser, Inc. Chicago 4th ed,
1988. Hal : 149 - 162
5

oklusal dan fungsi. Sebagian besar maloklusi yang sangat serius adalah
diakibatkan oleh ketidakseimbangan.
3. Gigi geligi
Variasi ukuran, bentuk, jumlah atau posisi gigi dapat mengakibatkan
maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa
malposisi gigi dapat menyebabkan malfungsi dan secara tidak langsung
malfungsi dapat merubah pertumbuhan tulang. Salah satu masalah yang
sering terjadi adalah gigi yang ukurannya terlalu besar untuk lengkung
rahang yang terlalu kecil untuk gigi geligi.
4. Bagian bagian lunak
Walau bagaimanapun, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit
periodontal dan kehilangan perlekatan, serta berbagai macam lesi jaringan
lunak termasuk struktur TMJ.
B. Cause and clinical entitles
1. Keturunan
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal
genetik dapat menyebabkan tampaknya gigi sebelum lahir / mereka tidak
dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran.
2. Defect perkembagan atau asal yang tidak diketahui
Istilah yang diterapkan terhadap banyaknya kerusakan dari tipe yang
jarang, yang mungkin bersumber dari kegagalan.
3. Trauma
a. Trauma prenatal dan injuri semasa kelahiran
-

Hipoplasia

mandibula,

akibat

tekanan

intra

uterin

( kandungan ) / trauma selama proses kelahiran


-

Vagelgesight,

penghambat

pertumbuhan

mandibula

ankylosis TMJ, bisa saja suatu defect perkembangan atau


akibat trauma.
-

Asimetri

lutut

/ kaki menekan

muka

sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan muka

10

b. Trauma post natal


-

retak tulang dan rahang

kebiasaan dapat menyebabkan mikro trauma

trauma TMJ dapat menghalangi pertumbuhan dan fungsi


menuju asimetri dan disfungsi TMJ

4. Agen fisik
a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung
b. Makanan
5. Kebiasaan
a. Mengisap jempol / jari, biasanya pada usia 3 4 tahun. Hal yang
perlu diingat bahwa tipe maloklusi yang dapat berkembang pada
anak yang memiliki kebiasaan seperti ini ditentukan oleh banyak
variabel : posisi jari, kontraksi otot otot orofacial, posisi
mandibula saat mengisap jari, morfologi facial skeletal, durasi
mengisap, dan lain lain.
b. Desakan lidah terdapat 2 tipe, yaitu :
-

Simple tongue
Gerakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian
menelan.

Komplek tongue
Anak menelan secara normal dengan gigi pada keadaan
oklusi, bibir mudah menutup dan lidah berada pada palatal
dibelakang gigi anterior.

c. Menghisap dan menggigit bibir


Menghisap dan menggigit bibir dapat mengakibatkan open bite,
terkadang labio versi maksila / mandibula
d. Postur lidah
e. Menggigit kuku
f. Kebiasaan lain : menggigit pensil, dan lain lain

11

6. Penyakit
a. Penyakit Sistemik
Akibat sekunder dari gangguan neuropathi dan neuromuscular
b. Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin selama prenatal berpengaruh pada hipoplasie
gigi. Secara post natal, biasanya tidak mengubah arah
pertumbuhan wajah tapi berpengaruh terhadap waktu erupsi gigi
dan resorpsi gigi sulung.
c. Penyakit lokal
-

penyakit nasopharyngeal dan gangguan fungsi pernapasan

gingival dan penyakit periodontal

tumor

karies

7. Malnutrisi
Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan arkalsifikasi.
2.3 Facial7
1. facial profile
Profil diperiksa dari sisi dengan membuat pasien melihat objek yang jauh, dengan
bidang paralel terhadap lantai. Secara klinis atau pada foto ekstraoral, profil dapat
dihasilkan oleh pertemuan garis pedoman :
a. garis pedoman dahi dan titik A jaringan lunak
b. garis pertemuan titik A dan pogonion jaringan lunak
ada 3 tipe proil :
a. lurus / profil orthognathig
profil orthognathig adalah dua garis membentuk sebuah garis lurus
b. profil konvex
dua garis membentuk sudut tajam dengan konkavitas wajah. Tipe profil ini terlihat
pada pasien kelas II divisi I dimana maksila protruded dan mandibula retruded.
7

Diagnostic Aids case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja & Gurkeerat Singh

12

c. profil concave
dua garis membentuk sudut tumpul / obtuse dengan konveksitas jaringan wajah.
Tipe profil ini terlihat pada pasien kelas III dimana mandibula protruded dan
maksila retruded.
Divergensi facial
Lower face bisa lurus atau berinklinasi relatif secara anterior dan posterior terhadap dahi.
Inklinasi ini dinamakan dengan facial divergence, yang bisa dipengaruhi oleh latar
nelakang ras dan etnik pasien.
Garis digambarkan dari dahi ke dagu untuk menentukan arah apakah wajah :
-

anterior divergent : garis berinklinasi secara anterior

posterior divergent : garis berinklinasi secara posterio

straight / orthognathic : garis lurus, tidak terlihat kemiringan.

2. Klasifikasi tipe kepala :


-

Mesocephalic head ( oval )

Brachycephalic ( roundish )

Dolicocephalic ( long oval )

Klasifikasi tipe wajah :


-

Dolicocephalic face

Mesocephalic face

Brachycephalic face

3. Proses perkembangan bentuk wajah


Prinsip pertumbuhan craniofacial
a. Tipe jaringan dasar dan fungsi yang terdiri dari kepala dan wajah yang berbeda
waktu pertumbuhan
Jaringan saraf terbentuk pada tahap awal, berbeda dengan jaringan umum tubuh
seperti otot, tulang dan jaringan penghubung mature lebih lambat. Jaringan saraf
terbentuk 60% - 70% saat lahir dan disempurnakan 95% saat middle childhood.
Pertumbuhan tulang juga memiliki variasi waktu. Craniofacial disempurnakan
45% saat lahir dan 70% saat 7 tahun. Berbeda dengan kartilago yang dikepala dan
wajah mencapai 75% saat lahir dan 95% saat 7 tahun.

13

b. Pertumbuhan dari tulang rawan utama dan fungsinya, dan pengaruh langsungnya
dari perubahan bentuk craniofacial
Menurut Enlow, bentuknya sama dengan craniofacial, mempunyai kapitas untuk
tumbuh dari dalam ( pertumbuhan interstitial ), merupakan toleransi terhadap
tekanan, nonkalsifikasi, fleksibel dan nonvascular dan tidak membutuhkan
membran nutrient untuk kehidupan. Kartilago prime ditemukan dalam kepala dan
wajah yang identik terhadap pertumbuhan lempengan kartilago dari tulang
panjang.
Scott ( 1953 ) kartilago primer merupakan predisposisi secara genetik, bertindak
selama pertumbuhan sebagai jaringan autosomal dan dapat secra langsung
mempengaruhi bentuk craniofacial.
Dokumen Sperber kartilago primer pertama kali tampak dalam kepala selama
minggu ke-5 prenatal. Minggu ke 7 prenatal, adanya massa kartilago yang
disebut chondrocranium dan merupakan tanda terbentuknya tengkorak anak dan
struktur nasal dan otic. Saatmiddle childhood, kebanyakan kartilago primer
digantikan oleh tulang yang merupakan sebuah proses yang disebut endochondral
bone formation.
c. Perubahan mandibula condylar cartilage, craniofacial sutures dan appositional
resorptive bone
Koski mengidentifikasi mendibula condlyes, selama perubahan orocraniofacial
mandibula diposisikan kembali untuk keuntungan fungsional terbaik kompensasi
pertumbuhan dari kartilago kondylar sekunder merupakan satu mekanisme yang
memberikan pemeliharaan dari postur mandibula.
Koski : sutura craniofacial merupakan tempat pertumbuhan penting yang
memberikan fasilitas pertumbuhan calvarial dan midface. Calvarial sutures
menutup pada usia 5 tahun, tetapi sutura facial tetap sampai pubertas.
4.Pertumbuhan dari wajah dan kepala cenderung ditunjukkan relatif sama

BAB III
PENUTUP

14

Kesimpulan
Proses pertumbuhan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi
pembentukan oklusi. Maloklusi yang tidak sesuai bisa disebabkan oleh banyak faktor,
salah satunya kebiasaan.

DAFTAR PUSTAKA

15

1. Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J.
Fehrenbach. 2006. 2th edition. Elsevrer. USA.
2. Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia.
Hal : 68 77
3. White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4 th Ed.
Mosby Inc. 2000
4. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S
5. T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed.
6. Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser,
Inc. Chicago 4th ed, 1988. Hal : 149 162
7. Diagnostic Aids case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja &
Gurkeerat Singh

16

Anda mungkin juga menyukai